AN. V, 8 TH 6 BULAN
DHF GRADE I + DEMAM THYFOID
Disusun Oleh :
Tya Wihelmia Febriany, S.Ked.
NPM. 19360152
Perseptor :
dr. Astri Pinilih, Sp.A.
\
CASE REPORT
“An. V, 8 Th 6 Bulan
Dhf Grade I + Demam Thyfoid”
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Studi Pendidikan Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung
Mengetahui :
1
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : An.V
Umur : 8, 6 bulan
Agama : Islam
Alamat : Rajabasa
Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. S
Umur 44 tahun 38 tahun
Pendidikan SLTP SLTP
Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Keluhan disertai dengan mual (+) muntah (+) 1x, lemas, nafsu makan
menurun.
Os datang ke IGD RSPBA pada tanggal 21 April 2021 pukul 10.20 WIB.
disertai naik turun, demam naik terutama pada sore dan malah hari dan
menurun pada pagi hari. Pada hari pertama demam timbul pada malam hari dan
turun pada pagi hingga siang harinya. Pada hari kedua demam timbul pada sore
hari hingga malam hari dan turun pada pagi harinya. Pada hari ketiga demam
naik pada sore hari hingga malam hari dan turun pada pagi harinya. Disertai
mual (+), muntah (+) 1x berisi cairan dikarenakan os tidak mau makan.
Mimisan (-), gusi berdarah (-), tidak ada tanda-tanda perdarahan lainnya.
Turgor kulit normal <2s, mata cekung (-),bibir kering, mukosa bibir kering,
lidah kotor, BAK normal, lemas, ibu os mengatakan nafsu makan os menurun
– Thypoid – Campak
– Tuberkulosis – Disentri
– Difteri – Hepatitis
– Batuk rejan – Influenza
4
– DBD – Kholera
– Pneumonia – Alergi
– Kejang Demam – Epilepsi
Riwayat Pengobatan
Riwayat Alergi
Kehamilan : Cukup bulan, tidak ada keluhan, rutin kontrol bidan setiap
bulan.
menangis.
PBL : 49 cm.
Riwayat Imunisasi
Tanda-tanda Vital
Pernapasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,2 oC
SpO2 : 98 %
Status Gizi
PB : 115 cm
LK : 50 cm
LD : 65 cm
LILA : 18 cm
LP : 62 cm
Status Generalisata
Kepala
Bentuk : normosefali.
isokor (+/+).
Mulut : Bibir kering (+), mukosa kering (+), pecah pecah (-), lidah
Leher
Thorax
Jantung
Abdomen
Auskultasi : massa (-), tenderness (-), hepar dan lien tidak teraba.
Genitalia
Ekstremitas
Akral hangat (+), kaku sendi (-), sianosis (-), edema (-).
Status Neurologi
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
Kaku Kuduk :-
Brudzinsky 1 :-
Brudzinsky 2 : -/-
Laseque : >70o│70o
Kernig : >135o│135o
Saraf Kranial
1) N.1 (Olfactorius)
2) N.II (Opticus)
Pengenalan Warna
3) N.III (Oculomotorius)
Pupil
4) N.IV (Trokhlearis)
5) N.V (Trigeminus)
6) N. VI (Abduscens)
7) N.VII (Facialis)
8) N.VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
9) N.IX (Glossofaringeus)
- Refleks
Patologis
Pemeriksaan Laboratorium
HEMATOLOGI
No Pemeriksaan Hasil Angka Normal Satuan
.
Lk: 14-18,
1 Hemoglobin 11,6 gr/dl
Wn: 12-16
2 Leukosit 6.300 4.500-10.700 UI
3 Hit. Jenis Leu Basinofil 0 0-1 %
4 Hit. Jenis Leu Eosinofil 0 0-3 %
5 Hit. Jenis Leu Batang 1 2-6 %
6 Hit. Jenis Leu Segmen 69 50-70 %
7 Hit. Jenis Leu Limfosit 27 20-40 %
8 Hit. Jenis Leu Monosit 3 2-8 %
Lk: 4.6-6.2,
9 Eritrosit 4,0 106/ul
Wn 4.2-6.4
10 Hematokrit 35 Lk 50-54, Wn 38-47 %
11 Trombosit 88.000 159.000-400.000 UI
12 MC 81 80-96 FI
13 MCH 28 27-31 Pg
12
HEMATOLOGI
No. Pemeriksaan Hasil Angka Normal Satuan
Lk: 14-18,
1 Hemoglobin 10,6 gr/dl
Wn: 12-16
2 Leukosit 4.600 4.500-10.700 UI
3 Hit. Jenis Leu Basinofil 0 0-1 %
4 Hit. Jenis Leu Eosinofil 0 0-3 %
2-6 %
5 Hit. Jenis Leu Batang 1
50-70 %
6 Hit. Jenis Leu Segmen 57
20-40 %
7 Hit. Jenis Leu Limfosit 36
2-8 %
8 Hit. Jenis Leu Monosit 6
Lk: 4.6-6.2,
Lk 50-54, Wn 38-47 %
10 Hematokrit 31
159.000-400.000 UI
11 Trombosit 80.000
80-96 FI
12 MC 84
27-31 Pg
13 MCH 29
32-36 gr/dl
14 MCHC 34
13
NLR (Neutrophil
16 1,61
Lympocyte Ratio)
HEMATOLOGI
No Pemeriksaan Hasil Angka Normal Satuan
.
Lk: 14-18,
1 Hemoglobin 11,2 gr/dl
Wn: 12-16
2 Leukosit 5.600 4.500-10.700 UI
3 Hit. Jenis Leu Basinofil 0 0-1 %
4 Hit. Jenis Leu Eosinofil 0 0-3 %
5 Hit. Jenis Leu Batang 1 2-6 %
6 Hit. Jenis Leu Segmen 57 50-70 %
7 Hit. Jenis Leu Limfosit 36 20-40 %
8 Hit. Jenis Leu Monosit 6 2-8 %
Lk: 4.6-6.2,
9 Eritrosit 4,2 106/ul
Wn 4.2-6.4
10 Hematokrit 33 Lk 50-54, Wn 38-47 %
11 Trombosit 79.000 159.000-400.000 UI
12 MC 79 80-96 FI
13 MCH 27 27-31 Pg
14 MCHC 34 32-36 gr/dl
ALC (Absolute
15 2.688
Lympocyte Count)
NLR (Neutrophil
16 0,89
Lympocyte Ratio)
HEMATOLOGI
No Pemeriksaan Hasil Angka Normal Satuan
14
.
Lk: 14-18,
1 Hemoglobin 10,6 gr/dl
Wn: 12-16
2 Leukosit 5.900 4.500-10.700 UI
3 Hit. Jenis Leu Basinofil 0 0-1 %
4 Hit. Jenis Leu Eosinofil 0 0-3 %
5 Hit. Jenis Leu Batang 1 2-6 %
6 Hit. Jenis Leu Segmen 31 50-70 %
7 Hit. Jenis Leu Limfosit 61 20-40 %
8 Hit. Jenis Leu Monosit 7 2-8 %
Lk: 4.6-6.2,
9 Eritrosit 3,8 106/ul
Wn 4.2-6.4
10 Hematokrit 30 Lk 50-54, Wn 38-47 %
11 Trombosit 103.000 159.000-400.000 UI
12 MCV 79 80-96 FI
13 MCH 28 27-31 Pg
14 MCHC 36 32-36 gr/dl
ALC (Absolute
15 3.233
Lympocyte Count)
NLR (Neutrophil
16 0,52
Lympocyte Ratio)
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis :
Mual
Muntah 1x
Lemas
Pemeriksaan Fisik :
Bibir kering
15
Mukosa kering
Pemeriksaan Penunjang :
Tubex TF (+6).
VI. DIAGNOSIS
Demam Thyfoid
Malaria
VIII. Resume
Os datang ke IGD RSPBA pada tanggal 21 April 2021 pukul 10.20 WIB.
disertai naik turun, demam naik terutama pada sore dan malah hari dan
menurun pada pagi hari. Pada hari pertama demam timbul pada malam hari dan
turun pada pagi hingga siang harinya. Pada hari kedua demam timbul pada sore
hari hingga malam hari dan turun pada pagi harinya. Pada hari ketiga demam
naik pada sore hari hingga malam hari dan turun pada pagi harinya. Disertai
mual (+), muntah (+) 1x berisi cairan dikarenakan os tidak mau makan. Os
x/menit regular, suhu 39.0 oC, SpO2 98%. Pada px. status mulut ditemukan
IX. TATALAKSANA
Darah lengkap
Tubex TF
XI. PROGNOSIS
XII. FOLLOW UP
21/4/21 S: Demam
17
Mual
Muntah
Lemas
Lemas
BLPL
BAB II
ANALISIS KASUS
penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa os mengalami demam sejak 3 hari yll disertai mual (+)
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Px. hematologi Tubex tf (+6) dan Dengue
TEORI DHF
Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak, tinggi (dapat
mencapai 39-40°celcius). Demam ini hanya berlangsung untuk 2-7 hari. Dikenal istilah pola
demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari kemudian sempat
turun mendadak menjadi normal, disertai dengan berkeringat banyak dan keadaan tampak
lemah. Kemudian suhu naik lagi dan baru turun kembali saat fase penyembuhan
16
17
pandangan besar. Biasa ditemukan antara hari sakit ketiga-ketujuh. Biasanya terjadi sebelum
IgM muncul pada perjalanan penyakit hari 4-5 yang kemudian diikuti dengan IgG. Dengan
mendeteksi IgM pada serum pasien, dapat ditentukan diagnosis yang tepat (diambil >hari ke5
dan <6 minggu). IgM hanya dapat bertahan dalam darah 2-3 bulan setelah infeksi sehingga
Secara garis besar gejala-gejala yang timbul pada demam tifoid dapat dikelompokkan
menjadi:
• Gangguan kesadaran.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya, seperti demam, nyeri kepala, malaise, anoreksia, mual, muntah, diare,
konstipasi.
18
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan
suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
PEMERIKSAAN FISIK
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi. Kesadaran
menurun, delirium, sebagian anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah kotor dan
bagian pinggir hiperemis, meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai dari pada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif 10 menit untuk deteksi
Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh salmonella typhi, melalui deteksi spesifik
adanya serum antibodi lgM tersebut dalam menghambat (inhibisi) reaksi antara
a
<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi demam tifoid
hari kemudian
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai
oleh renjatan/syok
Demam Thyfoid
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella Typhi.Gejala awal, demam intermiten yang meningkat perlahan lahan terutama
pada sorehingga malam hari. Gejala sistemik nyeri kepala, malaise, anoreksia,
diare, obtipasi, lidah tampak kotor dengan warna putih ditengah (coated tongue)
Malaria
Malaria dijadikan sebagai diagnosa banding, karena dari anamnesa dan pemeriksaan
ditemukan gejala yang mirip dengan klinis malaria antara lain demam, lemah, dan nafsu
makan menurun. Diagnosis banding malaria dapat disingkirkan karena pada kasus ini demam
tidak disertai menggigil. Pada malaria bisa ditemukan pucat/anemia, splenomegali, kadang
ikterik, kencing berwarna coklat (black water fever) sedangkan pada kasus ini gejala tersebut
tidak ditemukan. Pemeriksaan darah tebal dan tipis dilakukan untuk memastikan sekaligus
PENATALAKSANAAN
20
ANALISIS TATALAKSANA
Penggantian cairan
Jenis cairan
Cairan yang menjadi pilihan utama untuk pasien DBD adalah Cairan Kristaloid.Jenis
cairan koloid hanya diberikan pada perembesan plasma massif yang ditunjukkan dengan nilai
hematokrit yang makin meningkat atau tetap tinggi sekalipun telah diberi cairan kristaloid
yang adekuat.
Ceftriaxon
Merupakan obat yang diberikan pada infeksi serius yang disebabkan oleh
Antipiretika
interval 4 – 6 jam.
Ondansentron
21
Triptamin di otak.Dimana selektif dan keompetitif untuk mencegah mual dan muntah.Dosis
yang diberikan adalah 4-8mg/kgBB. Pada intravena diberikan dosis tunggal yaitu 0,1
mg/kgBB.
Curcuma
BAB III
22
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
Dengue haemorrhagik fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue dan disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti yang disertai manifestasi perdarahan
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang dalam istilah asing Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan ciri- ciri demam tinggi
kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan mungkin
juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia
kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Masa inkubasi penyakit
Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang anak-anak,
tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi
penderita Demam Berdarab Dengue pada orang dewasa. Faktor lingkungan memainkan
peranan bagi terjadinya wabah. Lingkungan dimana terdapat banyak air tergenang dan
penyakit tersebut.
3.1.2 Etiologi
23
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di
daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang
menunjukkan manifestasi klinik yang berat. Vektor utama dengue di Indonesia adalah
Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang sakit
Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus
sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama
Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri
dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya.
Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk
menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada
24
dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang
telah mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap
darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang
diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk
ke orang lain.
3.1.4 Patofisiologi
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat
menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus de-ngue
akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus
monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel
dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan membentuk
komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit,
virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif
terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus
lainnya.
Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis yaitu
(ADCC) dan ADE. Berdasarkan perannya, terdiri dari antobodi netralisasi atau
neutralizing antibody yang memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi
virus, dan antibody non netralising serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan
dapat meningkatkan infeksi yang berperan dalam pathogenesis DBD dan DSS.
25
Terdapat dua teori atau hipotesis immunopatogenesis DBD dan DSS yang masih
dependent enhancement (ADE). Dalam teori atau hipotesis infeksi sekunder disebutkan,
bila seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu serotipe virus dengue, akan
terjadi proses kekebalan terhadap infeksi serotipe virus dengue tersebut untuk jangka
waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder oleh
serotipe virus dengue lainnya, maka akan terjadi infeksi yang berat. Ini terjadi karena
antibody heterologus yang terbentuk pada infeksi primer, akan membentuk kompleks
dengan infeksi virus dengue serotipe baru yang berbeda yang tidak dapat dinetralisasi
internalisasi, selanjutnya akan teraktifasi dan memproduksi IL-1, IL- 6, tumor necrosis
factor-alpha (TNF-A) dan platelet activating factor (PAF); akibatnya akan terjadi
yang disebabkan kerusakan endothel pembuluh darah yang mekanismenya sampai saat
ini belum diketahui dengan jelas. Pendapat lain menjelaskan, kompleks imun yang
terbentuk akan merangsang komplemen yang farmakologisnya cepat dan pendek dan
hipolemik) dan perdarahan. Anak di bawah usia 2 tahun yang lahir dari ibu yang
terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi dari ibu ke anak, dalam tubuh anak tersebut
terjadi non neutralizing antibodies akaibat adanya infeksi yang persisten. Akibatnya,
bila terjadi infeksi virus dengue pada anak tersebut, maka akan langsung terjadi proses
enhancing yang akan memacu makrofag mudah terinfeksi dan teraktifasi dan
Pada teori ADE disebutkan, jika terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus
tertentu, maka dapat mencegah penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi
dalam serum penderita DD, DBD dan DSS, didominasi oleh IgM, IgG1 dan IgG3.
Selain kedua teori tersebut, masih ada teori-teori lain tentang pathogenesis DBD, di
antaranya adalah teori virulensi virus yang mendasarkan pada perbedaan serotipe virus
dengue yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang kesemuanya dapat ditemukan
pada kasus-kasus fatal tetapi berbeda antara daerah satu dengan lainnya.
kejadian DBD terjadi penurunan aktivitas sistem komplemen yang ditandai penurunan
kadar C3, C4 dan C5. Disamping itu, pada 48-72% penderita DBD, terbentuk kompleks
imun antara IgG dengan virus dengue yang dapat menempel pada trombosit, sel B dan
sel organ tubuh lainnya dan akan mempengaruhi aktivitas komponen sistem imun yang
lain. Selain itu ada teori moderator yang menyatakan bahwa makrofag yang terinfeksi
virus dengue akan melepas berbagai mediator seperti interferon, IL-1, IL-6, IL-12, TNF
dan lain-lain, yang bersama endotoksin bertanggungjawab pada terjadinya sok septik,
Pada infeksi virus dengue, viremia terjadi sangat cepat, hanya dalam beberapa
hari dapat terjadi infeksi di beberapa tempat tapi derajat kerusakan jaringan (tissue
destruction) yang ditimbulkan tidak cukup untuk menyebabkan kematian karena infeksi
Manifestasi klinis virus dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan tubuh dan
virulensi virus itu sendiri.Mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan tidak
1. Demam Dengue
- Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat Bifasik
- Nyeri seluruh tubuh ; nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila digerakkan,
DBD. Pada penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma dan
sebaliknya.
mana pada DBD terdapat kelainan homeostasis dan perembesan plasma yang
a) Klinis
-Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
melena
b) Laboratorium
Kriteria kliniknya yaitu demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7
hari dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh
(petekie, ekimose, perdarahan gusi, hematemesis atau melena), pembesaran hati, dan
- Edema paru
- Sianosis
- Syok ireversibel
2. Muntah
3. Nyeri kepala
1. Nyeri tenggorokan
sebagai berikut:
I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah
uji turniket +
III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam, tekanan nadi
menurun <20 mmHg, hipotensi,sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan lembab,
tampak gelisah
IV Syok berat, nadi tidak dapat diraba tekanan darah tidak dapat diukur
Biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun biasanya antara hari ke
- Mata cekung
Syok terkompensasi
Takikardia
Takipnea
Kulit dingin
31
Gelisah
Syok dekompensasi
Takikardia
Sianosis
spektrum infeksi dengue yang lain. WHO membuat panduan diagnosis DBD
yang tinggi. Bila kriteria WHO tidak terpenuhi maka yang dihadapi
masuk rumah sakit), sehingga catatan medis dapat dibuat lebih tepat.
Kriteria diagnosis DBD ialah dua atau lebih tanda klinis ditambah
serologi.
ialah :
Kriteria klinis :
- Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas terus menerus selama 2-7 hari
- Pembesaran hati
- Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi
Kriteria laboratorium :
32
33
- Derajat III: Kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan
- Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
1. Pemeriksaan laboratorium
adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bagian cairan disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah. Volume dari darah secara
Sel darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit)
terdiri dari dua yaitu non granulosit dan granulosit. Sel granulosit terdiri dari
neutrofil, eosinofil, basofil. Sel non granulosit terdiri dari limfosit dan
34
monosit. Sel lekosit merupakan sel yang peka terhadap masuknya agen
asing dalam tubuh dan berfungsi sebagai sistim pertahanan tubuh. Jumlah
normal dalam darah 8.000 μl. Sel ini diproduksi di sumsum tulang belakang.
Dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10 ptechiae dalam diameter 2,8
B. Pemeriksaan Hemoglobin
hijau.
C. Pemeriksaan Hematokrit
Nilai peningkatan ini lebih dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat
menghitung volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan
D. Pemeriksaan Trombosit
normal atau menurun. Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /μl atau
kecuali sel trombosit) dimaksudkan dalam bilik hitung dan dihitung dengan
E. Pemeriksaan Lekosit
(larutan yang melisiskan semua sel kecuali sel lekosit) dimasukkan bilik
hitung dengan menggunakan faktor konversi jumlah lekosit per μ/l darah.
36
secara spontan.
hubungan dengan DHF derajat penyakit II dan IgG positif, dan limfosit non
positif. Prinsip: Menghitung jumlah limfosit plasma biru dalam 100 sel
jenis-jenis lekosit.
Penderita DHF sering muncul limfosit plasma biru, hal ini disebabkan
berperan dalam respon imun spesifik adalah limfosit, yaitu limfosit B dan
berbentuk bulat dengan diameter 8-10 μ. Inti limfosit penuh hampir mengisi
sebagian besar dari ukuran sel, kromatin padat dan berwarna biru,
kromatin nucleus yang homogen dan halus dengan sitoplasma biru tua dan
pada preparat darah hapus untuk penyakit DHF biasanya ≥ 4 % dan apabila
dilakukan pemeriksaan lmfosit plasma biru pada buffy coat akan terlihat
darah tepi dan dijumpai pada hari sakit 3-7. Limfosit plasma biru pada
biru yang dapat kita lihat pada preparat darah hapus adalah bentuk
yaitu set oval besar, inti berbentuk oval atau melekuk kromatin inti
plasmasitoid cirinya yaitu sitoplasma lebar dengan inti seperti pada sel
plasma sitoplasma biru muda/biru gelap dan ada daerah perinuklear yang
jernih. Bentuk blastoid cirinya yaitu sel bulat inti terdapat nukleoli
II, sedangkan bila ditemukan limfosit plasma biru dalam bentuk blastoid
Selain ditemukannya peningkatan jumlah limfosit pada darah tepi juga dapat
a b c
c. Blastoid
2. Pencitraan
terjadinya sindrom syok dengue (SSD) pada anak. Anak dengan PEI
B. Pencitraan Ultrasonografis
3. Pemeriksaan Serologi
Perlu diperhatikan adalah uji ini tidak spesifik artinya tidak dapat
lipat dan titer serum akut atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut
Paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya memakai cara
berdasrkan reduksi dari plake yang terjadi. Uji ini tidak dapat dipakai
Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue, dan IgM
sensitifitas pada infeksi sekunder lebih tinggi, tetapi pada infeksi primer
lebih rendah, dan harganya relatif lebih mahal. Prinsip : Antibodi dengue
baik IgM atau IgG dalam serum akan diikat oleh anti-human IgM dan IgG
puncaknya dan menurun kembali dan menghilang pada hari sakit ke 30-
kemudian. Apabila tidak terdeteksi pada hari demam ke 2-3 pada klinis
Antibodi Ig M :
- Mungkin terbentuk pada kadar yang rendah atau tidak terdeteksi pasca
Antibodi Ig G :
M anti dengue pada kadar yang dapat dideteksi hingga hari ke 10 dan harus
3.1.8 Tatalaksana
dehidrasi. Berikan nasihat kepada orang tua agar anak diberikan minum
banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit, jus buah, dan lain – lain. Selain itu
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam
berikutnya. Bayi yang masih minum ASI, tetap diberikan disamping larutan
Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit yang ke 3 – 5 yang
vital, kadar hematokrit, trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal 12
mencegah syok.
menerus selama < 7 hari tanpa sebab yang jelas, disertai tanda
tampak tenang, tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, dan kadar
7 – 11 Kg 165 ml/KgBB/hari
12 – 18 Kg 132 ml/KgBB/hari
> 18 Kg 88 ml/KgBB/hari
nafas cepat, nadi teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi
menyempit, bibir biru, tangan dan kaki dingin, dan tidak ada
nadi > 20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi
dianjurkan
1. Dekstan
2. Gelatin
banyak.
awal seperti saat anak masih sehat. Pada anak yang awalnya
sebagai berikut:
48
Gambar 11. Tatalaksana Kasus DBD derajat III dan IV atau DSS.
Hematokrit stabil
atau asidosis).
51
3.2.1 Definisi
menimbulkan wabah.
yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita atau pembawa
dapat terjadi secara transplasenta dari seorang ibu hamil dalam kondisi
mempunyai gejala klinik yang tidak spesifik. Gejala klinik demam tifoid
yang timbul bervariasi, dari ringan sampai dengan berat. Gejala klinik
demam tifoid pada minggu pertama sakit yaitu berupa keluhan demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, diare, serta
perasaan tidak enak di perut, dan dapat disertai batuk. Manifestasi klinik
demam tifoid pada 8 minggu kedua akan tampak semakin jelas. Demam
kematian.
3.2.2 Epidemiologi
oleh bakteri Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi) dan Paratyphi A,
terjadi secara global pada tahun 2015 terutama di Asia Selatan, Asia
Tenggara, dan Afrika sub-Sahara, dengan beban dan insiden terbesar yang
terjadi di Asia Selatan. Tanpa diobati, baik demam tifoid maupun paratifoid
negara endemik, insiden tertinggi terjadi pada anak-anak yang lebih muda,
rendah. Sebuah studi dari tahun 2004 menggunakan data dari penelitian
usia 5 tahun dalam pengaturan insiden tinggi. Perkiraan model dari 2015
53
3.2.3 Patogenesis
berkembang biak dilamina propia dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
oleh makrofag. Salmonella typhi dapat hidup dan berkembang biak di dalam
sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi
tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, sakit kepala dan
sakit perut.
akan muncul pada hari ke 3-4 demam (Marleni, 2012; Rustandi 2010).
(Ig). Antibodi O IgM akan terbentuk pertama kali setelah tubuh terinfeksi
peningkatan antibodi terhadap flagela H (IgG). IgM akan muncul pada hari
ke 3-4 demam.
splenomegali.
3.2.5 Diagnosis
1. Anamnesa
pertama, demam naik terutama saat sore dan malam hari, pada
bradikardia relatif
2. Pemeriksaan Fisik
tongue) yaitu lidah bagian tengah terkihat kotor dan bagian pinggir
terlihat hiperemis.
3. Pemeriksan Penunjang
- Darah Tepi
Limfositosis relatif
- Serologi
Serologi Widal
Tubex TF
- Radiologis
3.2.6 Penatalaksanaan
- Antibiotik
hari
pasien MDRST
neurologis lainnya)
membaik
- Terapi Suportif
58
perforasi usus
59
BAB IV
KESIMPULAN
aegepty serta Aedes albopictus. Demam ini biasanya terjadi terutama pada
manusia lagi.
perdarahan, px bisa jatuh dalam keadaan syok akibat perdarahan hebat dan
atau kurang)
diare dan konstipasi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan lidah tifoid
(coated tongue).
60
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Indonesia.