Anda di halaman 1dari 64

THANATOLOGI

PENYUSUN :
Ichsan Mohammad Taufik, S.Ked (19360107)
Mia Hirda Putri, S.Ked (19360119)
Nendry Yustika Nandalike, S.Ked (19360124)
Diah Adelia Emilda, S.Ked (20360026)
Diana Uyun Safeti, S.Ked (20360075)
Kiki Fricila, S.Ked (20360146)

PRESEPTOR :
dr. Jims Ferdinan Possible, Sp.FM, M.Ked.For

FK UNIVERSITAS MALAHAYATI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RS PERTAMINA-BINTANG AMIN SEPTEMBER-2020
I. DEFINISI THANATOLOGI

Thanatologi adalah bagian dari ilmu


kedokteran forensic yang mempelajari tentang
kematian dan perubahan yang terjadi
setelah kematian erta faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut.
(Departemen Ilmu Kedokteran Forensik Dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1997 )
 
GAMBAR

G2

G1

G4

G3

Gambar : Ilustrasi orang yang sudah meninggal


Sumber : https://www.thecrimemag.com
II. LANDASAN HUKUM
THANATOLOGI

UU Kesehatan RI No. 36 / 2009:


Tentang Kesehatan
Pasal 117
“Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung sirkulasi dan
sistem pernapasan telah terbukti berhenti secara permanen, atau
apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan”
III. KEMATIAN

A.A.PENGERTIAN
PENGERTIANKEMATIAN
KEMATIAN
Suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat (Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1997).
B.B.ISTILAH
ISTILAHTENTANG
TENTANGKEMATIAN
KEMATIAN

Istilah tentang kematian bukan suatu klasifikasi akan tetapi


merupakan istilah/bahasa yang sering beredar di masyarakat.

1. Mati Klinis : Terjadi akibat terhentinya ketiga fungsi sistem penunjang


kehidupan.
2. Mati Seluler : Kematian organ/jaringan tubuh yg timbul beberapa saat
setelah kematian somatic.
Lanjutan

3. Mati Suri : Ketiga sistem kehidupan terhenti (SSP, CVS, RESP) tetapi
dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih
berfungsi pada basal metabolik kehidupan.

4. Mati Hemisfer : Kerusakan kedua hemisfer otak, kecuali batang otak


dan serebelum.

5. Mati Batang Otak : Terjadi kerusakan seluruh sistem neuronal juga


batang otak dan serebelum.
C.C.KLASIFIKASI
KLASIFIKASIKEMATIAN
KEMATIANBERDASARKAN
BERDASARKAN
PENILAIANDIAGNOSTIK
PENILAIAN DIAGNOSTIK

Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan


menurut kaidah atau standar yang ditetapkan.

1. Kematian Sejati 2. Kematian Palsu

Kematian yang mirip


Kematian yang sesungguhnya
dengan kematian sesungguhnya,
dan sudah melewati proses
yang tidak melewati proses
kematian.
kematian.
G2. Kematian palsu/mati suri karena tenggelam

G1. Kematian sejati

G3. Koma (Mati otak, Serebri)


D.D.KLASIFIKASI
KLASIFIKASIPERUBAHAN
PERUBAHANPASCA
PASCAKEMATIAN
KEMATIAN
BERDASARKANTANDA
BERDASARKAN TANDAKLINIS
KLINIS

I. PERUBAHAN II. PERUBAHAN


DINI / KEMATIAN LANJUTAN / KEMATIAN
KLINIS (TANDA TIDAK PASTI) MOLEKULER (TANDA PASTI)

1. Pernapasan dan Sirkulasi Berhenti 1. Perubahan Suhu Tubuh


2. Kulit Pucat 2. Perubahan Warna Tubuh
3. Tonus Otot Menghilang 3. Perubahan Konsistensi Otot
4. Pemb. Darah Retina Segmentasi 4. Perubahan Wujud / Bentuk Tubuh
5. Pengeringan Kornea
IV. PERUBAHAN YANG
TERJADI PASCA / SETELAH KEMATIAN

A. PENGERTIAN

Perubahan yang terjadi pasca / setelah kematian disebut juga


perubahan post mortem / perubahan seluler / molekuler (fase kedua)
adalah perubahan yang terjadi pada tubuh jenazah setelah mengalami
kematian klinis dengan penilaian yang dapat dinilai melalui tahapan-tahapan
pemeriksaan seperti inhalasi, inspeksi, palpasi, perkusi, dan insisi.
B. PERUBAHAN POST MORTEM

1. Perubahan suhu tubuh : Peningkatan/penurunan suhu (Algor Mortis)

2. Perubahan warna tubuh : Lebam mayat (Livor Mortis)

3. Perubahan konsistensi otot tubuh : Kaku mayat (Rigor Mortis)

4. Perubahan wujud/bentuk tubuh : Pembusukan (Decompositon)


B. 1. PERUBAHAN SUHU TUBUH

A. DEFINISI PERUBAHAN SUHU TUBUH


Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal yang akan mempengaruhi
titik pengaturan hypothalamus. Perubahan ini berhubungan dengan
produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas
minimal, kehilangan panas minimal atau kombinasi hal tersebut
(Perry, 2009).
B. 1. PERUBAHAN SUHU TUBUH
B. MEKANISME

1. Radiasi,
Berhenti Hypothalamus Perpindahan perpindahan panas yang terjadi
berfungsi SSP tidak bekerja Kalor melalui sinar inframerah

2. Konveksi,
Perubahan suhu A kontak dengan udara
(peningkatan/penurunan) Perpindahan kalor melalui
beberapa cara
3. Konduksi,
Muncul setelah +/- 6 jam kontak langsung dengan objek.
kemudian setelah
Kematian Klinis
4. Evaporasi, perpindahan kalor
suhu tubuh dalam bentuk
penguapan suhu / kalor
(berlangsung 1-2 jam PM)
B. 1. PERUBAHAN SUHU TUBUH
C. BATASAN-BATASAN WAKTU
PERUBAHAN SUHU TUBUH
a. Perpindahan kalor terjadi segera setelah hypothalamus (regulator suhu)
berhenti aktifitas.
b. Akan tetapi baru dapat dirasakan/ditemukan pada beberapa jam kemudian
(6 jam pada saat suhu tubuh berada dibawah angka <30 C), setelah PM.
c. Onset waktu mulai perpindahan kalor terjadi hingga dapat dirasakan
membutuhkan waktu sekitar 6 jam.
d. Terjadi penurunan suhu tubuh karena kelembapan di permukaan kulit
menguap ketika udara melintasi tubuh.
e. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan sekitar 12 jam setelah PM.
f. Durasi : mulai saat ditemukan hingga hilang (suhu jenazah sama dengan
lingkungan)= 6 jam
B. 1. PERUBAHAN SUHU TUBUH
D. CARA MEMERIKSA PERUBAHAN SUHU TUBUH
1. Cara pertama : Dengan Palpasi langsung ke tubuh korban. Bila sudah teraba
dingin maka diperkirakan jenazah sudah meninggal 4-6-8 jam yang lalu, bila
teraba sangat dingin & menyerupai suhu lingkungan maka diperkirakan sudah
meninggal 12 jam yang lalu.
2. Cara kedua :
• Pemeriksa harus ada di TKP (Tempat Kejadian Peristiwa)
• Petugas/dokter melakukan pengukuran suhu lingkungan saat tiba di TKP
• Petugas/dokter bertanya pada masyarakat/keluarga, tentang kondisi jenazah
sebelum meninggal
• Petugas/dokter mengukur suhu tubuh mayat menggunakan termometer mayat
melalui dubur /anus menuju ke rektum (±10 cm) diulang sebanyak 3-5x,
pengukuran dilakukan dengan cepat sekitar 15 menit
• Suhu rata-rata dimasukan dalam formula (pemilihan fomula harus disesuaikan
dengan faktor lingkungan & faktor tubuh manusia tersebut)
E. KURVA PERUBAHAN Keterangan 1:
•Suhu tubuh N 36,5 - 37,2˚C (37 ˚ C)
SUHU TUBUH •37 - 36 ˚ C adalah proses penguapan / evaporasi suhu
tubuh yang lambat
•Suhu ruangan tertutup N 25 – 30 ˚ C (27 ˚ C)
•Suhu lngkngan / R.terbuka N < 25 / < 20 ˚ C (20 ˚ C)
Suhu hangat

37C Keterangan 2:
36C
• 2 jam PM penurunan suhu lambat
(metabolisme sel +)
• 6 jam PM penurunan suhu cepat
(metabolisme sel -)
Suhu

30C
• 12 jam PM suhu tubuh = suhu lingkungan /
Suhu dingin

27C R.terbuka

20C

0 2 4 6 8 12 24
Satuan waktu : Menit dan Jam serta hari
B. 1. PERUBAHAN SUHU TUBUH

F. GAMBAR PERUBAHAN SUHU TUBUH

Alat ukur suhu yang digunakan


untuk mengukur suhu pada
mayat adalah termometer Air
Raksa
B.2 PERUBAHAN WARNA TUBUH
A. DEFINISI PERUBAHAN WARNA TUBUH

Lebam mayat adalah suatu keadaan dimana terjadinya pengumpulan


darah pada bagian-bagian tubuh yang terletak paling bawah, namun
bukan bagian tubuh yang tertekan (sifat cairan). Hal ini terjadi karena
berhentinya pompa jantung dan pengaruh gaya gravitasi
(FK UNUD, 2017).
B.2 PERUBAHAN WARNA TUBUH
B. MEKANISME PERUBAHAN WARNA TUBUH
Berhentinya Aliran darah bergerak Penumpukan cairan
Fungsi Jantung secara pasif dipengaruhi darah di pembuluh
oleh sifat cairan & gravitasi bumi darah tepi/kapiler
Viskositas darah
Peningkatan
meningkat (Kental) dan
intra
Bintik Mayat
kapiler
Perubahan warna tubuh
(Lebam Mayat) Kerapuhan dinding
kapiler
Muncul sekitar 30 menit
berupa warna keunguan atau Plasma keluar mengisi
jaringan ikat longgar Ruptur kapiler
Merah Keunguan
B.2 PERUBAHAN WARNA TUBUH
C. BATASAN-BATASAN WAKTU PERUBAHAN
WARNA TUBUH
1. Penumpukan darah di pembuluh darah kapiler segera berlangsung setelah CVS
(sebagai regulator pompa darah) berhenti beraktifitas.
2. Akan tetapi baru dapat dilihat/ditemukan pada beberapa waktu kemudian
(15, 30, 45mnt - 1 jam pada saat cairan plasma keluar dari intrakapiler ke
ekstravaskuler) setelah PM.
3. Onset waktu mulai penumpukan cairan terjadi hingga dapat dilihat
membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
4. Perubahan warna pada tubuh mayat akan menetap sekitar 6,8,10,12 jam setelah PM.

5. Perubahan warna tersebut akan menghilang 18,24,36 jam setelah PM.


6. Durasi : mulai saat muncul - hilang = 23 jam, 30 menit
7. Durasi menetap / konstan : 4,6 jam
8. Durasi : mulai saat menetap - hilang = 12,16 jam
B.2 PERUBAHAN WARNA TUBUH
B.2 PERUBAHAN
E. WARNA TUBUH
KURVA
F.F.GAMBAR
GAMBAR
D. CARA MEMERIKSA PERUBAHAN WARNA TUBUH

a. Periksa Saat
LMLM dengan
menetapcara inspeksi
Durasi LM seluruh tubuh
menetap jenazah
selama 16 jam dari semua sisi serta
ditekan tidak pucat Saat LM hilang
amati bagian yg berwarna lebih gelap (merah keunguan) yg berbatas tegas.
b. Catat warna LM dan lokasiDurasi LM ditemukan.
waktu
LM mengalami pros
c. Lakukan penekanan padamenetap bagian stabil
yang /berwarna
menuju
lebih gelap (LM), dan amati
hilang
duniaforensik.blogspot.comkonstan / mntp
www.myhealth.gov.my id.pinterest.com
apakah lebam masih menghilang (4 jam) dengan penekanan atau sudah menetap.
d. Memperkirakan waktu kematian/ interpretasi dari penekanan LM
Gambar : Mayat yang mengalami lebam mayat
30’ 8 12 24

Satuan waktu : Menit dan Jam serta hari


B.2 PERUBAHAN WARNA TUBUH
E. KURVA PERUBAHAN WARNA TUBUH

Saat LM menetap Durasi LM menetap selama 16 jam


ditekan tidak pucat Saat LM hilang
Durasi waktu
menetap stabil / LM mengalami pros
konstan / mntp menuju hilang
(4 jam)

30’ 8 12 24
Satuan waktu : Menit dan Jam serta hari
F. GAMBAR PERUBAHAN WARNA TUBUH
F. GAMBAR PERUBAHAN WARNA TUBUH
G3
G6

G4 G5
G1
duniaforensik.blogspot.com G2
www.myhealth.gov.my id.pinterest.com

Gambar
Gambar : Mayat
: Mayat yang
yang mengalami
mengalami lebam
lebam mayat
mayat
B.3. PERUBAHAN KONSISTENSI OTOT TUBUH

A. DEFINISI PERUBAHAN KONSISTENSI OTOT TUBUH

Kaku mayat atau rigor mortis adalah suatu keadaan


dimana tubuh mayat mengalami perubahan, berupa
kekakuan oleh karena proses biokimiawi
(Singh, 2014).
B. MEKANISME PERUBAHAN KONSISTENSI OTOT TUBUH

Sistem respirasi Perubahan


berhenti Aktin & miosin berikatan Konsistensi
membentuk gel Otot Tubuh
Suplai oksigen
ke sel-sel otot Muncul sekitar
Penumpukan asam laktat
berkurang 2 jam berupa
(Anaerob)
KM

Kegagalan Glukosa untuk metabolisme


pemecahan ATP/ energi
sel menghasilkan ATP & tdk terbentuk
glikogen Asam laktat (Aerob)
C. BATASAN-BATASAN WAKTU PERUBAHAN
KONSISTENSI OTOT TUBUH

1. Waktu / Fase / Tahapan Relaksasi Primer


• Waktu muncul : Segera setelah mati klinis
• Waktu hilang : Saat Rigor Mortis muncul (1, 2, 3
Jam setelah kematian klinis)
• Onset / Durasi dari muncul-hilang : 2 Jam
C. BATASAN-BATASAN WAKTU PERUBAHAN
KONSISTENSI OTOT TUBUH
2. Waktu / Fase / Tahapan Rigor Mortis KM menetap sempurna, konstan/stabil selama
a. Waktu muncul: sekitar 6 jam (dari jam 12 sampai18)
 2-3 jam (Amir.A, Medan, 2009) Durasi waktu dari muncul - menetap : 10 jam
 2 jam (Idries.A.M, Jakarta, 1997)
 2 jam (FK UI, Jakarta, 1997) c. Waktu Hilang:
 6 jam (FK Unissula, Semarang,`2019)  Saat Relaksasi sekunder muncul
 24 jam (FK UI, Jakarta, 1997)
b. Waktu menetap  36-48 Jam (FK Unissula, Semarang, 2019)
 10-12 Jam (Idries.A.M, Jakarta, 1997)  24 - 36jam (Amir.A, Medan, 2009)
 12 Jam (FK UI, Jakarta, 1997) Onset/durasi waktu dari muncul-hilang: 22 jam
 8-12 Jam (Amir.A, Medan, 2009) Onset /durasi waktu dari konstan akhir –
 12 Jam (FK Unissula, Semarang, 2019) Munculnya relaksasi sekunder : 6 Jam
(24 di kurang 18)
C. BATASAN-BATASAN WAKTU PERUBAHAN
KONSISTENSI OTOT TUBUH

3. Waktu / Fase / Tahapan Relaksasi Sekunder:


Muncul: Saat Rigor Mortis hilang oleh karena proses pembusukan/
saat proses pembusukan terjadi

 24-36 jam (Amir.A, Medan, 2009)


 24 jam (Idries.A.M, Jakarta, 1997)
 24 jam (Dept.Ked Forensik & Medikolegal FK UI, 1997)

Hilangnya relaksasi sekunder : Saat pembusukan terjadi.


D. CARA MEMERIKSA PERUBAHAN KONSISTENSI OTOT

1.Inspeksi :
Tubuh tidak terkulai, persendian membentuk gambaran fleksi, wajah terlihat
mengalami pemadatan/ menegang.
2.Palpasi :
- Nilai derajat kekakuan ( memperkirakan waktu kematian) : ada/tidak ada,
mudah dilawan, atau sukar dilawan.
- Pijat-pijat daerah otot kecil : cekung/tidak cekung pada permukaan otot
(telapak tangan, kelopak mata, jari, rahang, pergelangan tangan, leher, dll)
- Sendi-sendi dilakukan pergerakan : jika tidak ada tahanan/ hambatan bisa
didorong (KM mudah dilawan/belum sempurna), jika ada
tahanan/hambatan tidak bisa didorong (KM sukar dilawan / sempurna).
E. KURVA
E. KURVA PERUBAHAN KONSISTENSI
OTOT TUBUH

Pembusukan lanjutan
II. Rigor mortis
II. Rigor mortis

Pembusukan lanjutan
Pembusukan dini
Menetap Pembusukan dini
I. Relaksasi
Menetap
primer
I. Relaksasi Belum menetap
primer Belum (KM msh
menetap Tdk
mdh
(KM mshdi smpurna /
Belum ada gerakan)di/ Stabil/ Tdk
mdh bertahap KM hilang (p.dini)
Belum
kaku ada
mayat Stabil/
sempurna smpurna /
proses menuju
gerakan) / hlg / pros mnj KM hilang (p.dini)
kaku mayat sempurna bertahap hlg /
prosesmenetap
menuju
proshilang
mnj hlg III.Relaksasi Sekunder
menetap III.Relaksasi Sekunder
0 2 12 18 24 36 72
0 2 12 18 24 36 72
Satuan waktu : Menit dan Jam serta hari
Satuan waktu : Menit dan Jam serta hari
F. GAMBAR PERUBAHAN KONSISTENSI OTO TUBUH

G1
KM Menetap
Sempurna

G2

G3 G4

KM menetap
belum sempurna

Gambar: Mayat yang mengalami kekakuan


B 4. PERUBAHAN WUJUD

A. DEFINISI PERUBAHAN WUJUD

Proses degradasi jaringan


pada tubuh mayat yang terjadi akibat aktifitas
mikroorganisme dan proses
autolisis (Basbeth F, 2009).
B. MEKANISME PERUBAHAN WUJUD

1. Kerja mikroorganisme 2. Autolisis


Enzim proteolitik
Bakteri masuk jaringan
(Clostridium welchii) Jaringan akan
Terbentuk gas-gas alkana, Menjadi lunak
H2S, HCN, asam amino dan dan cair
asam lemak Jaringan yang
Penumpukan gas lunak
serta perubahan warna akibat dan cair mulai
reaksi biokimia (Kehijauan, menghilang
keabuan,
kecoklatan,hingga hitam)
C. BATASAN-BATASAN WAKTU
PERUBAHAN WUJUD

1. Terjadinya kerja mikroorganisme dan autolisis setelah hilangnya sistem


pertahanan tubuh.

2. Waktu muncul : Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa
warna kehijauan pada perut kanan bawah.
3. Proses Pembusukan dini dimulai 18-24 jam setelah PM.
4. Onset : pembusukan 1-3 hari disebut pembusukan dini.
Onset pembusukan lebih dari 3 hari karena mekanisme autolisis disebut
proses pembusukan lanjut.
Lanjutan …..

5. Perubahan wujud tampak pelebaran pembuluh darah dibawah kulit


berwarna hitam kehijauan (marbling sign) sekitar 24-48 jam setelah PM
(post mortem).

6. Perubahan wujud tampak pembengkakan (bloating) serta keluarnya


cairan merah kehitaman dari hidung dan mulut (purging) sekitar 48-72

jam setelah PM (post mortem).


7. Perubahan wujud seperti pengelupasan kulit dan rambut mudah dicabut
sekitar 72 jam setelah PM (post mortem).
D. CARA MEMERIKSA PERUBAHAN WUJUD

1. Inhalasi : Tercium aroma bau busuk

2. Inspeksi : Amati ada tidaknya warna kehijauan serta pelebaran


vena superfisial (marbling) pada kulit jenazah

3. Inspeksi : Amati ada tidaknya pembengkakan oleh gas


pembusukan (bloating), biasanya terlihat jelas pada bagian tubuh
yang berongga seperti wajah, perut. Pada wajah, bola mata dan
lidah bisa terdorong keluar.
Lanjutan …..

4. Inspeksi : Amati apakah terdapat cairan pembusukan berwarna


kecoklatan yang keluar dari lubang lubang tubuh seperti hidung,
telinga dan mulut

5. Inspeksi : Amati ada tidaknya pembentukan vesikel atau bula


maupun pengelupasan lapisan epidermis yang kadang
menyerupai lecet

6. Palpasi : Periksa apakah rambut-rambut mayat mudah di cabut


(rambut kepala, alis, rambut mata, kumis dan janggut, rambut
tubuh dan ekstremitas, rambut kemaluan)
E. KURVA PERUBAHAN WUJUD

Pembusukan dini (perubahan warna, Pembusukan Lanjutan mengakibatkan


pembuluh darah melebar, pengelupasan penghancuran sel dan jaringan (otot, organ
kulit, lepasnya rambut, kuku dan gigi, otak, organ-organ rongga perut dan rongga
pembengkakan rongga-rongga tubuh). panggul, rongga dada dan tulang).

Pembusukan dini Pembusukan lanjutan

24 36 48 72 Dalam jangka
waktu yg lama
Satuan Waktu : Jam
F. GAMBAR PERUBAHAN WUJUD

G2:
Marbling Sign

G1 : G4 : G3: Bloating
G5 : Vesikel dan
Pembusukan AwalPurging bulae
Gambar.6 Pembusukan Lanjutan
Gambar.6 Pembusukan Lanjutan
KURVATANDA
KURVA TANDAPROSES
PROSESKEMATIAN
KEMATIAN

Algor Mortis
37 ºC
Livor Mortis
36 ºC
Rigor Mortis
30 ºC Decomposition

27 ºC

Pembusukan Lanjutan
20 ºC

0 30’ 2 6 8 12 18 24 36 48 72
Suhu

Satuan waktu : Menit dan Jam serta hari Pembusukan Dini


V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERUBAHAN KEMATIAN
Faktor yg mempercepat, memperlambat & manipulasi
Pengertian Faktor-faktor yang mempengruhi perubahan kematian :
Segala faktor baik internal atau eksternal yang dapat membuat gambaran
perubahan-perubahan kematian atau PM (post mortem) akan
mempercepat didapatkan atau memperlambat didapatkan atau sulit
dinilai (manipulasi) sehingga gambaran PM (post mortem) tersebut tidak
ditemukan.
1. Perubahan Suhu Faktor Internal :
Faktor Eksternal : (Algor Mortis) Jenis Kelamin, Usia,
Pakaian, 2. Perubahan Warna Gizi, Penyakit Penyerta
Kelembaban (Livor Mortis)
Udara 3. Perubahan Konsistensi (Anemia, Demam,
Aktifitas fisik Otot (Rigor Mortis) Hipotermi, Asfiksia)
Suhu & Lingkungan 4. Perubahan Wujud & Perdarahan
(Decomposition)
A. FAKTOR YANG MEMPERCEPAT & MEMPERLAMBAT

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu


 Suhu sekitar : selisih suhu ruangan & tubuh jika ↑↑, maka suhu mayat cepat↓↓
 Umur : anak-anak dan orang tua lebih cepat turun dari pada dewasa dan remaja
 Kelamin : perempuan lebih lama turun
 Gizi : orang kurus lebih cepet turun
 Penutup tubuh: tubuh yang terbungkus lebih lambat turun
 Ruangan: mayat dalam ruangan tertutup lebih lambat turun
 Penyakit : mayat dgn penyakit kronis akan lebih cepat ↓↓, kec penurunan suhu
dipengaruhi o/ suhu sekitar, aliran, & kelembapan udara, bentuk tubuh, & pakaian.

2)Faktor-faktor yang mempengaruhi lebam mayat


 Volume darah yang beredar : lebam mayat lebih lambat muncul krn perdarahan
 Lamanya darah dlm keadaan tetap mencair: koagulasi terganggu LM >cepat
3) Faktor – faktor yang mempengaruhi rigor mortis
- Suhu sekitarnya : Bila tinggi, rigor mortis cepat timbul, dan cepat
hilang. contoh : pada kondisi demam, dehidrasi, hipertiroid tubuh kurus.
Begitu juga sebaliknya. Suhu >100°C tidak terbentuk rigor mortis.
- Keadaan otot saat meninggal: bila lelah, rigor mortis cepat timbul.
- Umur dan gizi: anak-anak dan orang tua lebih cepat timbul rigor
mortis dari pada dewasa. Jika gizi jelek rigor mortis lebih cepat timbul.

4) Faktor yang mempengaruhi pembusukan:


 Luar : Sterilitas, Suhu sekitar, Kelembapan, Medium
 Dalam : Umur, Keadaan tubuh pada waktu meninggal, Sebab Kematian,
Jenis Kelamin
1. ALGOR MORTIS
Faktor yg Memanipulasi
AM (Algor Mortis) dapat termanipulasi dikarenakan kondisi wilayah dengan
cuaca ekstrim.
Cuaca ekstrim adalah fenomena meteorologi yang mempunyai potensi
menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan, kehidupan sosial atau yang
menimbulkan korban jiwa. Contoh cuaca ekstrim :
 Hujan Es
 Badai
 Kekeringan
 Puting beliung
 Dan lain-lain

Gambar. Puting Beliung & Badai


Sumber: https:/www.news.detik.com
2. LIVOR MORTIS

Secara normal lebam mayat mempunyai warna ungu atau ungu


kemerahan, akan tetapi warna lebam mayat dapat termanipulasi sehingga
warna tidak ungu atau ungu kemerahan tetapi dapat berwarna lain yang
disebabkan zat beracun
PENYEBAB WARNA LEBAM MAYAT
Keracunan CO (Karbon Monoksida) Merah Muda (Cherry Pink)
Keracunan CN (Sianida) Merah Terang (Bright Red)
Keracunan Nitrobenzena Cokelat (Chocolate Brown)
Keracunan CN Merah Keunguan Gelap
Asfiksia Keracunan
Violet)CO
Keracunan CN Keracunan CO
(Dark Bluish
Fosfor,Klorat, Nitrit,Anilin Coklat Gelap
3. RIGOR MORTIS

Secara normal kaku mayat terjadi karena proses


biokimawi setelah kematian, di awali dengan
fase relaksasi primer tetapi kondisi suhu dan aktivitas
ekstrim dapat
memanipulasi gambaran jenazah pada kaku mayat normal.
3. RIGOR MORTIS

1. Kaku Karena Panas (Heat Stiffening)


Orang mati pada suhu panas ekstrim (terbakar) menyebabkan
penggumpalan protein dari otot-otot (terlihat kaku).
3. RIGOR MORTIS

2. Kaku Karena Dingin (Cold Stiffening)


Orang mati pada suhu dingin ekstrim
(salju, kamar es) menyebabkan cairan
tubuh membeku (terlihat kaku).
3. RIGOR MORTIS

3. Kaku Karena Aktifitas (Cadaveric Spasm)


Orang mati pada aktivitas ekstrim (berlari,berenang, panik).
Otot menglami kontraksi pada waktu hidup menybabkan
penimbunan asam laktat sebelum mati.
Perbedaan Kaku Mayat dengan Spasme
Penilaian Kaku Mayat Spasme Cadaveric
1. Mulai Timbul 1-2 jam setelah meninggal Segera setelah meninggal

2. Faktor predisposisi Tidak ada Kematian mendadak, aktivitas berlebih, ketakutan,


terlalu lelah, perasaan tegang, dll

3. Otot yang terkena Semua otot termasuk otot Biasanya terbatas pada 1 kelompok otot volunter
volunter dan involunter

4. Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga yang kuat untuk
dengan sedikit tenaga kekakuannya

5. Kepentingan dari Untuk perkiraan saat Menunjukan cara kematian, yaitu bunuh diri,
segi medikolegal kematian pembunuhan atau kecelakaan

6. Suhu mayat Dingin. Hangat


7. Kematian sel Ada Tidak ada
8. Rangsangan listrik Tidak ada respon otot Ada respon otot
4. DECOMPOSITION

A. ADIPOSER (LILIN
A
MAYAT)

Adiposer : Gambaran yang mirip dengan pembusukan (manipulasi /


disebut modifikasi pembusukan).
Terbentuknya adiposer berupa gambaran lilin / lemak bewarna keabuan,
lunak, atau berminyak, berbau tengik.
Unsur yang membentuk adiposer:
1. Kelembaban (Kadar air yg tinggi)
2. Suhu (Hangat)
3. Lemak tubuh yang berlebih (Obesitas)
Gambar: Adiposer
4. Bakteri pembusukan
lanjutan...

B MUMIFIKASI

Proses penguapan cairan/dehidrasi jaringan yang cukup cepat, sehingga


terjadi pengeringan jaringan, yg selanjutnya dapat menghentikan proses
pembusukan. Sehingga, disebut modifikasi pembusukan /manipulasi.

Unsur yang dapat membentuk mumifikasi:


https://hai.grid.id/read/076/ https://www.boombastis.com/
1. Suhu panas
2. Kelembaban yang rendah
3. Kondisi mayat tertutup/tidak
4. Suhu lingkungan yang kering

Gambar mumifikasi
lanjutan...

PENILAIAN
PENILAIAN LEBAM
LEBAM MAYAT
MAYAT MEMAR
MEMAR
 Warna merah keunguan  Warna merah kebiruan
 Tidak
Batas terdapat bekuan
tegas(Warna sentral  Batas tidak tegas
 Terdapat (warna
bekuan darah
dandarah
tepi homogen) pudar dibagian tepi)berwarna
Inspeksi  Daerah subkutis

 Permukaansubkutis
Daerah rata berwarna  Permukaan menonjol
Insisi merah kehitaman
pucatkulit & rambut
 Epitel (bengkak)
Sering ditemukan kerusakan
 Tidak
tidak terdapat kerusakan
rusak  Epiel kulit&&tulang
rambut rusak
organ
organ dan tulang
 Jika ditekan tidak berubah
 Jika ditekan pucat bila
warna
<8Terjadi
jam Post Mortem
 Konsistensi
 Terjadi AnteOtotMortem
lunak
Konsistensi
Tanda pastiotot kenyal
kematian
Palpasi/ (subkutis bleeding)
 Tanda kekerasan
Penilaian Tidak ditemukan
Lokasi simetris tanda
didaerah
Perkusi  Dapat ditemukan tanda
 Lokasitergantung patah
benturan
lainnya patah
yangtulang
terendah tulang
terjadi
Permukaan teraba
Akibat henti CVShalus &
 Permukaan teraba kasar
 Akibat benturan &
(patologis)
tidak(fisiologis)
menonjol
menonjol
VII. PENENTUAN PENILAIAN
SAAT KEMATIAN DAN LAMA KEMATIAN

Penilaian Lama Kematian dapat ditentukan dengan berbagai cara yaitu:


Saat Kematian : Waktu/momen terjadinya kematian tersebut
1.Perubahan Suhu,
2.Perubahan Warna
Lama Kematian Tubuh
: Masa atau(LM),
durasi kondisi kematian tersebut sudah terjadi
3. Perubahan Konsistensi Otot (KM), serta
4. Perubahan Wujud (proses Pembusukan)
VII. PENENTUAN PENILAIAN SAAT KEMATIAN
DAN LAMA KEMATIAN DENGAN CARA LAIN

1. Isi Kandung
Kemih

 Dengan aspirasi di regio suprapubik.

 Produksi urine 1-2cc/kg/jam, blass VU 500ml.

 Jika seseorang dengan BB 50 kg didapatkan volume urin dalam VU


sebanyak 100 ml, maka diperkirakan waktu kematian 1 jam setelah
miksi terakhir.
VII. PENENTUAN PENILAIAN SAAT KEMATIAN
DAN LAMA KEMATIAN DENGAN CARA LAIN

2. ISI LAMBUNG

 Dengan teknik bilas lambung


 Pengosongan lambung terjadi 4-6 jam setelah makan terakhir
 Jika didapatkan isi lambung masih utuh maka diperkirakan saat
kematian terjadi beberapa saat setelah makan terakhir.
 Akan tetapi jika makanan sudah lunak/mencair maka diperkirakan waktu
kematian <6 jam setelah makan terakhir.
 Dan bila isi lambung kosong maka diperkirakan waktu kematian
>6 jam setelah makan trakhir
VII. PENENTUAN PENILAIAN SAAT KEMATIAN
DAN LAMA KEMATIAN DENGAN CARA LAIN

3. PAKAIAN
KORBAN

 Menentukan waktu kematian, dari kebiasaan menggunakan pakaian ses-


uai dengan waktu pakaian kantor/sekolah, pakaian tidur, pakaian
renang.
VII. PENENTUAN PENILAIAN SAAT KEMATIAN
DAN LAMA KEMATIAN DENGAN CARA LAIN

4. ARLOJI
TANGAN

Bila korban memakai jam tangan dan mengalami cedera, kematian dapat
ditunjukkan secara tepat dari jarum jam berhenti
VII. PENENTUAN PENILAIAN SAAT KEMATIAN
DAN LAMA KEMATIAN DENGAN CARA LAIN

5. BENDA
LAINNYA

 Tiket parkir, Tiket menonton, Resep obat, Kwitansi, Kado, dll

Gambar. Tiket Parkir


KESIMPULAN

1. Thanatologi adalah ilmu yg sangat penting untuk dokter umum yg harus


difahami, terutama ilmu tentang Livor Mortis & Rigor Mortis, karena merupakan
tanda pasti kematian untuk bisa mendiagnosis mati sesungguhnya.

2. Thanatologi berperan penting untuk mengetahui segala aspek tentang kematian


baik aspek klinis, aspek hukum maupun aspek medikolegal untuk membantu
dalam diagnosis kematian, lama kematian dan mekanisme kematian.

3. Seorang dokter dalam mendiagnosis kematian harus sesuai dengan peraturan yg


tertulis dalam UU Kesehatan RI No. 36/2009 pada pasal 117.
DAFTARPUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Eng,
Amir,VA.danIlmuOktavinda
Kedokteran S.Forensik.
Tanatologi dalam
2 nd Kapita Kedokteran
ed. Fakultas Selekta Kedokteran edisi. Media
USU; Medan:2009
Aesculapius; Jakarta: 2014
Bardale, R. Principle of Forensic Medicine and Toxicology. Jaypee Brother
Gonzales
Medical dkk, Legal Medicine
Publisher; Pathology
New Delhi: 2011 & Toxiology 2th edition. ACC; New York: 1954
Henky
Basbeth,dkk, Ilmu Kedokteran
F. Dekomposisi PascaForensik & Medikolegal.
Mati. Bagian Forensik &FK UNUD; Denpasar
Medikolegal :2017 2011
FKUI Jakarta:
Payne J., Simpson’s
Budiyanto, Forensic medicine
A., et all.Thanatology dalam13th
Ilmuedition. London
Kedokteran : Hodder
Forensik. Arnorld An Hachette
FKUI;
UK Jakarta:
Company; 2011
1997
Sampurna, Budi, et in
Catts EP. Problems al. Estimating
Ilmu Kedokteran Forensik. Interval
the Postmortem Universitas Indonesia;
in Death Jakarta:.2003.
Investigations.
Singh S. Kematian
J. Agric. mendadak.
Entomol.; Kedokteran
9(4); 245-55 October forensik
1992. FK USU; Medan;2014
Thanos C.A, Kesehatan
Departemen Djemi T, dan Nola T.S.M. 2016.
RI. Undang-undang Livor mortis
Republik Indonesa pada Keracunan
Nomor 36 Tahuninsektisida
2009
golongan
Tentang organofosfat
Kesehatan.diKementrian
kelinci. Jurnal e-Clinic
Kesehatan (eCI), Volume
RI; Jakarta : 2009 4, Nomor 1, Januari-Juni
2016
Dixj, Graham M. Time of Death (Postmortem Interval) and Decomposition dalam Time of
Trisnadi,S., Dahlan,S. Ilmu
death, decomposition and Kedokteran
identification:Forensik
an atlas.Pedoman
CRC Press Bagi
LLC;Dokter dan2000
Florida: Penegak
Hukum. Fakultas Kedokteran Unisula; Semarang:: 2019
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai