PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui
saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum
membengkak.
Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri
dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan
sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel dapat terjadi mulai dari
dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu , testis turun dari rongga perut bayi kedalam
skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang
mengelilingi testis tersebut. Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau
cedera pada skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau
orchitis (radang testis).
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada
transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di
sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di
sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang
tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis.
Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di
funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan
tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Jarang sekali ditemukan benjolan
di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas
jelas di sebelah kranial.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari hidrokel ?
2. Apa saja anatomi fisiologi hidrokel ?
3. Apa epidemiologi dari hidrokel ?
4. Apa saja etiologi dari hidrokel
5. Apa saja manifestasi klinis darti hidrokel ?
6. Bagaimana patofisiologi dari hidrokel ?
7. Apa saja klasifikasi dari hidrokel ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari hidrokel
9. Bagaimana Pencegahan dari hidrokel ?
10. Bagaimana penatalaksanaan hidrokel ?
11. Apa saja komplikasi dari hidrokel ?
C. Tujuan
Tujuan dari asuhan keperawatan tentang hidrokel yaitu agar dapat mengetahui :
1. Pengertian hidrokel
2. Anatomi fisiologi hidrokel
3. Epidemiologi hidrokel
4. Etiologi hidrokel
5. Manifestasi hidrokel
6. Patofisiologi hidrokel
7. Klasifikasi hidrokel
8. Pemeriksaan penunjang hidrokel
9. Pencegahan hidrokel
10. Penatalaksanaan hidrokel
11. Komplikasi hidrokel
BAB II
TINJAUAN TEORI
H. Patway
(terlampir)
I. Klasifikasi
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokokel, yaitu :
1. hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada
anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada difunikulus yaitu terletak disebelah kranial dari testis, sehingga
pada palpasi, testi dapat teraba dan berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. hidrokel komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan ongga peritoneum sehingga
prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada pada
palsapi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukan kedalam rongga
abdomen
hidrokel dapat diklasifiksikan menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
1. hidrokel primer
hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inginalis dan dan membentuk tunika vaginalis . hidrokel jenis ini tidak diperlukan
terapi katena denagn sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan
di absorpsi.
2. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokl senkunder cenderung berkembang lambat dalam suatu
masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe.dapat disebabkan
oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu
proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan produksi
cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah cukup oleh saluran limfe
dalam lapisan luar tunika
Berdasarkan kejadian hidrokel dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis adalah :
1. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan berwarna
kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
2. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan
walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.
J.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hidrokel adalah
sebagai berikut:
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting untuk menemukan massa
skrotum. Pemeriksaan ini dilakukan didalam suatu ruangan yang gelap, sumber
cahaya diletakan pada sumber sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor,
darah, hernia, dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel.
2. ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya herinia, kumpulan cairan (hidrokel, vena abnormal
(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.
K. Pencegahan
Hidrokel pada bayi baru lahir tidak dapat di cegah karena kondisi telah berkembang
sebelum kelahiran. Namun perawatan sebelum bayi baru lahir dapat dilakukan untuk
membantu mencegah hidrokel pada bayi laki-laki. Pada laki-laki dewasa, untuk mencegah
hidrokel sebaiknya menghindari daerah kelamin dan cidera misalnya mengikuti aturan
keselamatan ketika sedang berolahraga. Pilih gayahidup sehat, berolahraga, makan-makanan
yang bergizi seimbang, dan menghindari penyakit menular seksual juga dianjurkan untuk
membantu mencegah hidrokel ( Belville & Swierzewski, 2011)
L. Penatalaksanaan
tindakan uuntuk mengatasi cairan hidrokel menurut Mursalim (2012) adalah :
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan selain angka kekambuhan nya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk
melakukan operasi pada hidrokel adalah sebagai berikut :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
2. hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hemia inginalis sehigga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukan herniografi. Pda hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
wiankelman atau aplikasi kantong hidrokel sesuai cara lord. Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstipasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus
yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang
sebelum umur 2 tahun. Tindakan pembedahan untuk mengangkat hidrokel ini bisa
dilakukan anestesi umum atau regional (spinal). Indikasi operasi perbaikan hidrokel
menurut Noviana (2011) adalah sebagai berikut :
a. Gagal untuk hilang umur 2 tahun
b. Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
c. Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah
d. Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)
Penatalaksanaan Post Operasi
Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat. Terapi yang dapat diberikan
menurut Noviana (2011) antara lain sebagi berikut :
1. Analgesik
a. Ibuprofen 10mg/k setiap 6-8 jam
b. Paracetamol 15mg/kg setiap 6-8 jam
c. Hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya resiko apneu
d. Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein) setiap 6-8 jam
2. Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang harus dihindari untuk mencegah
perpindahan testis yang mobile keluar dari skrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat
dan mengakibatkan cryptorchidism sekunder
3. aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu
M. Prognosis
prognosis pasien dengan hidrokel yang telah dilakukan terapi operasi , angka
rekuresinya kurang drai 1%
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM, diagnosa
medis, ditambah lagi dengan identitas penanggung jawab.
2. Status Kesehatan
a. status kesehatan saat ini
nyeri pada bagian genitalianya khususnya skrotum, biasanya terasa kaku dan
besar, serta sering kali klien mengeluh tidak bisa ereksi dan setelah dilakukan operasi
terasa nyeri pada skrotum karena bekas operasi
b. Status kesehatan masa lalu
bagaimana status kesehatan masa lalu berupa kelainan pada saat bayi, riwayat
kecelakaan pada bagian skrotum, riwayat mengkonsumsi obat-obatan, perkembangan
saat anak-anak dan tiwayat, riwayat imunisasi
3. Pola Kelemahan Dasar
a. pola persepsi dan manajemen kesehatan
menggabarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status kesehatan dan
praktek pencegahan penyakit, riwayat tumbuh kembang dan keamanan, atau proteksi.
Bagaimana manajemen pasien dalam emmelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan atau yang lainnya
b. pola nutrisi dan metabolik
yang dikaji dalam nutrisi yaitu bagaimana nutrisi pada saat sebelum masuk
rumah sakit maupun sesudah masuk rumah sakit. Dalam hal iniyang perlu dikaji adalah
kuantitas dan jenis makanan atau formula yang dikonsumsi setiap hari (gunakan
pencatatan makanan per 24 jam)., masalah dengan pemberian makanan, konsumsi
suplemen vitamin, perilaku diet termaksud citra tubuh, jenis diet, frekuensi pertambahan
berat badan, atau tindakan muntah yang disengaja
c. pola eliminasi
yang dikaji adalah kebiasaan BAK dan BAB (frekuensi, jumlah, warna, bau,
nyeri, kemampuan mengontrol air kecil, adanya perubahan-perubahan lain), kemampuan
perawatan diri, penggunaan bantuan untuk eksresi
d. pola kativitas dan latihan
meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan, tipe dan
keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan di rumah dan aktivitas ssat RMS.
Pengkajian untuk aktivitas disini adalah kemampuan perawatan diri, makan/minum,
mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM.
Dimana disini ada skor untuk tiap aktivitas yang dilakukan, yaitu :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
e. Kognitif dan persepsi
menggambarkan penginraan khusus (penglihatan, pendengaran, rasa sentuh,
bau) penggunaan alat bantu (seperti kacamata, alat bantu dengar), perubahan dalam
penginderaan, persepsi akan kenyamanan, alat bantu untuk menurunkan rasa tidak
nyaman, tingkat pendidikan, kemampuan membuat keputusan
f. persepsi konsep diri
bagaimana pasien mampu mengendalikan diri dan menerimanya seperti harga
diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya. Pola
persepsi diri perlu dikaji, meliputi : harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1) Kaji status 1. Memberikan
agen cedera fisik tindakan keperawatan nyeri data dasar
pada kulit jaringan sealamax 24 jam (lokasi,frekue untuk
pascatrauma diharapkan nyeri nsi,durasi,da menentukan
pembedahan pasien berkurang atau n intensitas dan
hilang nyeri) mengevaluasi
Kriteria Hasil intervensi
yang diberikan
1. Klien tampak
rileks 2. Untuk
2. Skala nyeri 0-3 mengetahui
perkembangan
2) Observasi keadaan umum
tanda-tanda
vital 3. Menurunkan
stimulus
terhadap
rangsangan
nyeri
3) Berikan
posisi yang 4. Sebagai
nyaman/semi profilaksis
fowler untuk
menghilangka
n atau
mengurangi
4) Koaborasi rasa nyeri dan
dengan spasme otot
dokter dalam
pemberian
analgesic
3) Dorong 3. Meningkatkan
latihan aktif kekuatan otot
atau untuk
isometric pemindahan
untuk paha
atas dan
lengan atas
4) Kaji derajat 4. Pasien
imobilitas mungkin
yang dibatasi oleh
dihasilkan pandangan diri
oleh adanya atau persepsi
luka post tentang
operasi di keterbatasan
daerah fisik
genetalia
3) Dorong 3. Untuk
pasien untuk meningkatkan
melakukan kemampuan
aktivitas ADL pasien
normal
sehari-hari
sampai batas
kemampuan
pasien
4) Ajarkan 4. Keluarga
keluarga merupakan
untuk
berpartisipasi orang terdekat
dalam pasien
membantu
pasien dalam
melakukan
ADL
4. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1) Observasi 1. Mengidentifik
prosedur invasive tindakan keperawatan keadaan luka asi adanya
luka post operasi sealamax 24 jam bekas operasi infeksi
diharapkan pasien (lubor,kalor,d
tidak menunjukan olor,tumor,fu
tanda-tanda infeksi ngsiolaesa)
5) Kolaborasi 5. Untuk
dengan mencegah
dokter untuk infeksi dan
memberi obat membantu
antibiotik proses
penyembuhan
5. Resiko perdarahan Setelah dilakukan 1) Monitor 1. Untuk
b.d insisi post tindakan keperawatan risiko mendeteksi
operasi sealamax 24 jam terjadinya secara dini
diharapkan pasien pendarahan tanda-tanda
mengalami pendarahan
pendarahan pasca
pembedahan
2) Lindungi 2. Trauma data
Kriteria hasil pasien dari meningkatkan
a) Tekanan trauma yang risiko
darah pasien dapat terjadinya
dalam batas menyebabka pendarahan
normal n pendarahan
b) Penyembuhan
luka 3) Intruksikan 3. Vitamin K
pasiencepat pasien untuk berperan
c) Integritas meningkatka dalam proses
jaringan n makanan penyembuhan
normal yang kaya luka sehingga
akan vitamin meminimalkan
K terjadinya
pendarahan
IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang dilakukan
EVALUASI :
1. DK 1 : Nyeri berkurang atau hilang
2. DK 2 : Tidak ada gangguan mobilitas fisik
3. DK 3 : Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
4. DK 4 : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
5. DK 5 : Pasien tidak mengalami pendarahan pasca pembedahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui
saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum
membengkak.
B. Saran
Kita sebagai perawat menyarankan kepada ibu yang sedang hamil untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin untuk mengetahui apakah ada kelainan pada janinnya atau tidak dan
mengadakan penyuluhan tentang penyakit hidrokel kepada orang dewasa khususnya pda laki-
laki dan tentang bagaimana cara penanganan nya sehingga tidak terjadi komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
CL. Belville, William & Stanley Swierzewski. 2011. Hydrocele Prognosis, Prevention.
Yogyakarta: EGC
CM. Herdman, T. Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014.
Yogyakarta : EGC
CN. M. Bulecheck, Gloria dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi
Keenam. Yogyakarta: Mocomedia
CO. Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Yogyakarta : Mocomedia
CP. Mursalim, Andrianto. 2012. Hicdocele. Yogyakarta : EGC
Lewis S L, Dirksen S R, Heitkemper M M, Bucher L. Medical-surgical nursing : assessment
and management of clinical problems Ninth edition. Canada : Elsevier Mosby; 2014.
p. 1324.
Parks K, Leung L. Recurrent hydrocele. November 2017. [Diakses tanggal 18 November 2017
06:10 WIB]. Didapat dari : http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc
Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, Malang, 2008 : 140-145, 186