Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui
saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum
membengkak.
Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri
dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan
sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel dapat terjadi mulai dari
dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu , testis turun dari rongga perut bayi kedalam
skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang
mengelilingi testis tersebut. Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau
cedera pada skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau
orchitis (radang testis).
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada
transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di
sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di
sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang
tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis.
Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di
funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan
tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Jarang sekali ditemukan benjolan
di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas
jelas di sebelah kranial.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari hidrokel ?
2. Apa saja anatomi fisiologi hidrokel ?
3. Apa epidemiologi dari hidrokel ?
4. Apa saja etiologi dari hidrokel
5. Apa saja manifestasi klinis darti hidrokel ?
6. Bagaimana patofisiologi dari hidrokel ?
7. Apa saja klasifikasi dari hidrokel ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari hidrokel
9. Bagaimana Pencegahan dari hidrokel ?
10. Bagaimana penatalaksanaan hidrokel ?
11. Apa saja komplikasi dari hidrokel ?
C. Tujuan
Tujuan dari asuhan keperawatan tentang hidrokel yaitu agar dapat mengetahui :
1. Pengertian hidrokel
2. Anatomi fisiologi hidrokel
3. Epidemiologi hidrokel
4. Etiologi hidrokel
5. Manifestasi hidrokel
6. Patofisiologi hidrokel
7. Klasifikasi hidrokel
8. Pemeriksaan penunjang hidrokel
9. Pencegahan hidrokel
10. Penatalaksanaan hidrokel
11. Komplikasi hidrokel
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Hydrocele adalah suatu penyakit dimana penderita mengalami kondisi berupa
penumpukan cairan pada selaput yang melindungi testis. Hydrocele adalah penumpukan
cairan yang berlebihan antara lapisan parietalis dan visceralis tunika vaginalis testis.
(Pramono, 2008).
Hidrokel adalah sesuatu yang tidak nyeri bila ditekan, massa berisi cairan yang
dihasilkan dari gangguan drainase limfatik dari skrotum dan pembengkakan tunika vaginalis
yang mengelilingi testis (Lewis, 2014)
Hidrokel adalah penyebab umum dari pebengkakan skrotum dan disebabkan oleh
ruang paten di tunika vaginalis. Hidrokel terjadi ketika ada akumulasi abnormal cairan
serosa antara lapisan parietal dan viseral dari tunika vaginalis yang mengelilingi testis (Parks
& Leung, 2013)
Hidrokel adalah pelebaran kantong buah zakar karena terkumpulnya cairan limfe di
dalam tunica vaginalis testis. Hidrokel dapat terjadi pada satu atau dua kantung buah zakar
(Kemenkes RI, 2013)
Jadi hidrokel adalah suatu penyakit dimana terjadi penumpukan cairan atau
pembengkakan pada tunica vaginalis yang mengelilingi testis dan nyeri bila ditekan.
B. Anatomi Fisiologi
Testis merupakan dua organ glandula yang memproduksi semen, terdapat di dalam
skrotum dan digantung oleh fenikulus spermatikus. Pada janin, testis terdapat dalam kavum
abdominalis di belakang pertonium. Sebelum kelahiran akan turun ke kanalis inguinalis
bersama dengan fenikulus spermatikus kemudian masuk ke dalam skrotum. Testis merupakan
tempat dibentuknya spermatozoa dan hormon laki-laki, terdiri dari belahan-belahan disebut
lobulus testis
Testis menghasilkan hormon testosteron yang menimbulkan sifat kejantanan setelah
masa pubertas, di samping itu folicle stimulanting hormone (FSH) dan lutein hormone (LH).
Testis dibungkus oleh :
1. Fasia sprematika eksterna, suatu membran yang tipis memanjang ke arah bawah di
antara fenikulus dan testis, berakhir pada cincin subkutan inguinalis.
2. Lapisan kresmasterika, terdiri dari selapis otot. Lapisan ini sesuai dengan M. Obliqus
abdominis internus dan kasies abdominus internus.
3. Fascies spermatika interna, suatu membran tipis dan menutupi fenikulus spermatikus.
Fasia ini akan berakhir pada cincin inguinalis interna bersama dengan fasia
transversalis. Lapisan otot ini sesuai dengan M. Obliqus abdominis internus dan
fasianya.
Pembuluh darah testis :
1. Arteri pudenda esterna pars superfisialis merupakan cabang dari arteri femoralis.
2. Arteri perinealis superfisialis cabang dari arteri pudenda interna.
3. Arteri kremasterika cabang dari arteri epigastrika inferior.
Untuk pembuluh darah vena mengikuti arteri : persarafan meliputi N. Ilionguinalis, N.
Lumboinguinalis cabang dari pleksus lumbalis, dan N. Perinealis pars superfisialis.
Skrotum adalah sepasang kantong yang menggantung di dasar pelvis. Di depan skrotum
terdapat penis dan di belakang terdapat anus. Skrotum atau kandung buah pelir berupa kantong
terdiri dari kulit tanpa lemak dan memiliki sedikit jaringan otot. Pembungkusnya disebut tunika
vaginalis yang dibentuk dari peritonium skrotum yang mengandung pigmen, di dalamnya
terdapat kantong-kantong, setiap kantong berisi epididimis fenikulus.
Secara embriologis, lapisan visceral dari tunika vaginalis berasal dari peritoneum perut
dan mencakup anterior dua pertiga dari testis, membentuk ruang potensial yang merupakan
rangkaian rongga intra-abdominal
Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. Skrotum bervariasi dalam
beberapa keadaan, misalnya pengaruh panas pada lansia, dan keadaan lemah, skrotum akan
memanjang dan lemas. Sedangkan dalam keadaan dingin dan pada orang muda akan
memendek dan berkerut. Skrotum terdiri dari dua lapisan :
1. Kulit : warna kecoklatan, tipis dan mempunyai flika / rugae, terdapat folikel sebasea
dikelilingi oleh rambut keriting yang akarnya terlihat melalui kulit.
2. Tunika dartos : berisi lapisan otot polos yang tipis sepanjang basis skrotum. Tunika
dartos ini membentuk septum yang membagi skrotum menjadi dua ruangan untuk
testis yang terdapat di bawah permukaan penis.
Pada skrotum terdapat M. Kremaster yang muncul dari M. Obligue internus
abdominalis yang menggantungkan testis dan mengangkat testis menurut kemauan dan refleks
ejakulasi.
C. Epidemiologi
Di USA, insidensi hidrokokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih
sering terjadi pada bayi prematur. Lokasi tersering adalah disebelah kanan, dan hanya 10%
yang terjadi secara bilateral. Insidensi menurun seiring dengan bertambahnya umur. Risiko
hidrokokel lebih tinggi pada bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram
dibandingkan dengan bayi aterm.
D. Etiologi
Hidrokokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena hal berikut ini.
1. belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis (hernia komunikan)
2. belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi
cairan hidrokokel.
Pada bayi laki-laki, hidrokokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia
kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana
setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi
testis tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di
kantong hidrokokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau
terauma pada testis/epididimis, dan penyumbatan cairan atau darah didalam korda.
Spermatika, kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh
testis, maupun obstruksi cairan limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis hidrokokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun.
Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan
teraba lunak. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan dikantong skrotum dengan konsistensi kistus
dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukan adanya transiluminasi.
F. Komplikasi
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrifi
testis (purnomo, 2010). Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan hidrokel yaitu :
a. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi
b. Mengganggu kesuburan dan fungsi seksual pasien
c. Infeksi testis
d. Kompresi pada peredaran darah testis
G. Patofisiologi
Hidrokokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang masih
terbuka. Kantong hidrokokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis dengan rongga
peritoneum dan berbentuk katup sehingga cairan dari rongga peritoneum dapat masuk kedalam
kantong hidrokel dan sukar kembali kerongga peritoneum . pada kehidupan fetal, prosesus
vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai serotum. Hidrokel disebabkan oleh kelainan
kongenital ( bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut
sehingga menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosesus vaginalis
sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan
menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitarnya. Cairan
seharusnya seimbang antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik disekitarnya, tetapi
pada penyakit ini terjadi gangguan sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa sehingga terjadi
penimbunan pada tunika vaginalis. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, terjadi obstruksi
aliran limfe atau vena didalam funikulus spermatikus dan terjadi atrofi testis yang dikarenakan
akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus dan juga dapat
ditemukan sekitar testis yang terdapat adalam rongga perut pada undensensus testis. Hidrokel
infantilis biasanya akan menghilang pada tahun pertama, umumnya tidak memerlukan
pengobatan jika secara klinis tidak disertai hemia ingunalis . hidrokel testis dapat meluas ke tas
atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang prosesus vaginalis peritonei.
Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk
dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok
paginya setelah anak tidur semalaman.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan dikantong hidrokel. Kelainan
tersebut mungkin merupakan suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis.
Dalam keadaan normal cairan yang berada didalam rongga tunika vaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi dalam sistem limfatik (purnomo, 2003)

H. Patway
(terlampir)
I. Klasifikasi
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokokel, yaitu :
1. hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada
anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada difunikulus yaitu terletak disebelah kranial dari testis, sehingga
pada palpasi, testi dapat teraba dan berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. hidrokel komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan ongga peritoneum sehingga
prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada pada
palsapi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukan kedalam rongga
abdomen
hidrokel dapat diklasifiksikan menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
1. hidrokel primer
hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inginalis dan dan membentuk tunika vaginalis . hidrokel jenis ini tidak diperlukan
terapi katena denagn sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan
di absorpsi.
2. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokl senkunder cenderung berkembang lambat dalam suatu
masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe.dapat disebabkan
oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu
proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan produksi
cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah cukup oleh saluran limfe
dalam lapisan luar tunika
Berdasarkan kejadian hidrokel dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis adalah :
1. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan berwarna
kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
2. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan
walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.

J.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hidrokel adalah
sebagai berikut:
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting untuk menemukan massa
skrotum. Pemeriksaan ini dilakukan didalam suatu ruangan yang gelap, sumber
cahaya diletakan pada sumber sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor,
darah, hernia, dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel.
2. ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya herinia, kumpulan cairan (hidrokel, vena abnormal
(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.
K. Pencegahan
Hidrokel pada bayi baru lahir tidak dapat di cegah karena kondisi telah berkembang
sebelum kelahiran. Namun perawatan sebelum bayi baru lahir dapat dilakukan untuk
membantu mencegah hidrokel pada bayi laki-laki. Pada laki-laki dewasa, untuk mencegah
hidrokel sebaiknya menghindari daerah kelamin dan cidera misalnya mengikuti aturan
keselamatan ketika sedang berolahraga. Pilih gayahidup sehat, berolahraga, makan-makanan
yang bergizi seimbang, dan menghindari penyakit menular seksual juga dianjurkan untuk
membantu mencegah hidrokel ( Belville & Swierzewski, 2011)
L. Penatalaksanaan
tindakan uuntuk mengatasi cairan hidrokel menurut Mursalim (2012) adalah :
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan selain angka kekambuhan nya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk
melakukan operasi pada hidrokel adalah sebagai berikut :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
2. hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hemia inginalis sehigga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukan herniografi. Pda hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
wiankelman atau aplikasi kantong hidrokel sesuai cara lord. Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstipasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus
yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang
sebelum umur 2 tahun. Tindakan pembedahan untuk mengangkat hidrokel ini bisa
dilakukan anestesi umum atau regional (spinal). Indikasi operasi perbaikan hidrokel
menurut Noviana (2011) adalah sebagai berikut :
a. Gagal untuk hilang umur 2 tahun
b. Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
c. Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah
d. Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)
Penatalaksanaan Post Operasi
Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat. Terapi yang dapat diberikan
menurut Noviana (2011) antara lain sebagi berikut :
1. Analgesik
a. Ibuprofen 10mg/k setiap 6-8 jam
b. Paracetamol 15mg/kg setiap 6-8 jam
c. Hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya resiko apneu
d. Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein) setiap 6-8 jam
2. Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang harus dihindari untuk mencegah
perpindahan testis yang mobile keluar dari skrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat
dan mengakibatkan cryptorchidism sekunder
3. aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu

M. Prognosis
prognosis pasien dengan hidrokel yang telah dilakukan terapi operasi , angka
rekuresinya kurang drai 1%
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM, diagnosa
medis, ditambah lagi dengan identitas penanggung jawab.
2. Status Kesehatan
a. status kesehatan saat ini
nyeri pada bagian genitalianya khususnya skrotum, biasanya terasa kaku dan
besar, serta sering kali klien mengeluh tidak bisa ereksi dan setelah dilakukan operasi
terasa nyeri pada skrotum karena bekas operasi
b. Status kesehatan masa lalu
bagaimana status kesehatan masa lalu berupa kelainan pada saat bayi, riwayat
kecelakaan pada bagian skrotum, riwayat mengkonsumsi obat-obatan, perkembangan
saat anak-anak dan tiwayat, riwayat imunisasi
3. Pola Kelemahan Dasar
a. pola persepsi dan manajemen kesehatan
menggabarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status kesehatan dan
praktek pencegahan penyakit, riwayat tumbuh kembang dan keamanan, atau proteksi.
Bagaimana manajemen pasien dalam emmelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan atau yang lainnya
b. pola nutrisi dan metabolik
yang dikaji dalam nutrisi yaitu bagaimana nutrisi pada saat sebelum masuk
rumah sakit maupun sesudah masuk rumah sakit. Dalam hal iniyang perlu dikaji adalah
kuantitas dan jenis makanan atau formula yang dikonsumsi setiap hari (gunakan
pencatatan makanan per 24 jam)., masalah dengan pemberian makanan, konsumsi
suplemen vitamin, perilaku diet termaksud citra tubuh, jenis diet, frekuensi pertambahan
berat badan, atau tindakan muntah yang disengaja
c. pola eliminasi
yang dikaji adalah kebiasaan BAK dan BAB (frekuensi, jumlah, warna, bau,
nyeri, kemampuan mengontrol air kecil, adanya perubahan-perubahan lain), kemampuan
perawatan diri, penggunaan bantuan untuk eksresi
d. pola kativitas dan latihan
meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan, tipe dan
keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan di rumah dan aktivitas ssat RMS.
Pengkajian untuk aktivitas disini adalah kemampuan perawatan diri, makan/minum,
mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM.
Dimana disini ada skor untuk tiap aktivitas yang dilakukan, yaitu :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
e. Kognitif dan persepsi
menggambarkan penginraan khusus (penglihatan, pendengaran, rasa sentuh,
bau) penggunaan alat bantu (seperti kacamata, alat bantu dengar), perubahan dalam
penginderaan, persepsi akan kenyamanan, alat bantu untuk menurunkan rasa tidak
nyaman, tingkat pendidikan, kemampuan membuat keputusan
f. persepsi konsep diri
bagaimana pasien mampu mengendalikan diri dan menerimanya seperti harga
diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya. Pola
persepsi diri perlu dikaji, meliputi : harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri

g. pola tidur dan istirahat


pengkajian pola tidur dan istirahat harus mencakup waktu mulai tidur dan
bagian kualitas tidur, riwayat tidur siang, keyakinan budaya menggunakan alat
mempermudah tidur, jadwal istirahat dan relaksasi, gejala dari perubahan pola tidur,
faktor-faktor yang mempengaruhi misalnya nyeri
h. pola peran dan hubungan
mengkaji hubungan pasien dengan keluarga dan orang sekitar baik-baik saja
atau tidak dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa verbal maupun non verbal
i. pola seksual reproduksi
masalah atau problem seksual, gambaran perilaku seksual seperti perilaku
seksual yang aman, pengetahuan tentang seksualitas dan reproduksi, dampak pada status
kesehatan, riwayat menstruasi dan reproduksi
j. pola toleransi stress koping
penyebab stress belakangan ini, penetapan tingkat stress, gambaran umum dan
spesifik respon stress, strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan efektifitasnya,
perubahan kehidupan dan kehilangan, strategi kopping yang biasa digunakan, penilaian
kemampuan pengendalian akan kejadian-kajadian yang dialami, pengetahuan dan
penggunaan teknik manajemen stress, hubungan antara manajemen stress terhadap
dinamika keluarga
k. pola nilai kepercayaan
latar belakang budaya atau etnik status ekonomi, perilaku sehat yang berkaitan
dengan kelompok budaya atau etnik, tujuan kehidupan, apa yang penting bagi klien dan
keluarga, pentingnya agama, dampak masalah kesehatan pada spiritualitas.
4. Pengkajian Fisik
a. keadaan umum
benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri dan post operasi nyeri pada area genitalia
b. keadaan fisik (Data fokus)
Genitalia
Benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kritis dan pada pemeriksaan
penerawangan menunjukkkan adanya transiluminasi
a. inspeksi : terdapat benjolan yang hanya da di skrotum, bila dilakukan transiluminasi
pada hidrokel terlihat transulen
b. auskultasi : pada hidrogel tidak terdapat suara bising usus
c. palpasi : hidrokel terasa seperti kistik, hidrokel tidak dapat didorong
5. pemeriksaan penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
1. nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik pada kulit jaringan pasca trauma
pembedahan
2. hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya insisi pasca operasi dan program
pembatasan gerak
3. definisi perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
4. resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif luka post operasi
5. resiko perdarahan berhubungan dengan insisi post operasi

RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1) Kaji status 1. Memberikan
agen cedera fisik tindakan keperawatan nyeri data dasar
pada kulit jaringan sealamax 24 jam (lokasi,frekue untuk
pascatrauma diharapkan nyeri nsi,durasi,da menentukan
pembedahan pasien berkurang atau n intensitas dan
hilang nyeri) mengevaluasi
Kriteria Hasil intervensi
yang diberikan
1. Klien tampak
rileks 2. Untuk
2. Skala nyeri 0-3 mengetahui
perkembangan
2) Observasi keadaan umum
tanda-tanda
vital 3. Menurunkan
stimulus
terhadap
rangsangan
nyeri
3) Berikan
posisi yang 4. Sebagai
nyaman/semi profilaksis
fowler untuk
menghilangka
n atau
mengurangi
4) Koaborasi rasa nyeri dan
dengan spasme otot
dokter dalam
pemberian
analgesic

2. Hambatan Setelah dilakukan 1) Berikan 1. Untuk


mobilitas fisik b.d tindakan keperawatan perawatan mengevaluasi
adanya insisi sealamax 24 jam luka pasca penyembuhan
pasca operasi dan diharapkan tidak ada operasi dan
program gangguan mobilitas secara teratur meminimalkan
pembatasan gerak fisik komplikasi

Kriteria hasil : 2) Bantu latihan 2. Mencegah


Menyatakan rentan gerak perubahan
pemahaman individual khusus untuk bentuk
dan tindakan area yang
sakit dan
yang tidak
sakit mulai
secara dini

3) Dorong 3. Meningkatkan
latihan aktif kekuatan otot
atau untuk
isometric pemindahan
untuk paha
atas dan
lengan atas
4) Kaji derajat 4. Pasien
imobilitas mungkin
yang dibatasi oleh
dihasilkan pandangan diri
oleh adanya atau persepsi
luka post tentang
operasi di keterbatasan
daerah fisik
genetalia

5) Bantu atau 5. Meningkatkan


dorong kekuatan otot
perawatan dan sirkulasi
diri

6) Berikan atau 6. Mobilisasi dini


bantu dalam menurunkan
mobilisasi komplikasi
dengan kursi tirah baring
roda

3 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1) Monitor 1. Untuk


diri b.d tindakan keperawatan kemampuan menentukan
ketidakmampuan sealamax 24 jam perawatan kebutuhan
melakukan diharapkan pasien diri pasien tindakan
aktivitas dapat melakukan secara pasien
aktivitas perawatan mandiri selanjutnya
diri secara mandiri
2) Berikan 2. Untuk
Kriteria Hasil lingkungan membantu
a) ADL pasien yang mefasilitasi
terpenuhi terapeutik kebutuhan
b) Mampu dengan mandi pasien
membersihkan memfasilitasi
tubuh secara diri mandi
mandiri pasien

3) Dorong 3. Untuk
pasien untuk meningkatkan
melakukan kemampuan
aktivitas ADL pasien
normal
sehari-hari
sampai batas
kemampuan
pasien

4) Ajarkan 4. Keluarga
keluarga merupakan
untuk
berpartisipasi orang terdekat
dalam pasien
membantu
pasien dalam
melakukan
ADL
4. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1) Observasi 1. Mengidentifik
prosedur invasive tindakan keperawatan keadaan luka asi adanya
luka post operasi sealamax 24 jam bekas operasi infeksi
diharapkan pasien (lubor,kalor,d
tidak menunjukan olor,tumor,fu
tanda-tanda infeksi ngsiolaesa)

Kriteria Hasil 2) Berikan 2. Untuk menjaga


a) Klien tidak perawatan kebersihan
mengalami luka pasca luka pasien
infeksi operasi agar
b) Dapat secara teratur mempercepat
mencapai penyembuhan
waktu luka
penyembuhan
c) Tanda-tanda 3) Gunakan 3. Mencegah
vital dalam tehnik septik terpajan
batas normal dan aseptic organisme
dan tidak ada selama infeksius
tanda-tanda perawatan
shock luka
4) Tekankan 4. Mencegah
teknik cuci kontaminasi
tangan yang silang dan
baik untuk menurunkan
setiap resiko
individu yang penyebaran
kontak infeksi
dengan
pasien

5) Kolaborasi 5. Untuk
dengan mencegah
dokter untuk infeksi dan
memberi obat membantu
antibiotik proses
penyembuhan
5. Resiko perdarahan Setelah dilakukan 1) Monitor 1. Untuk
b.d insisi post tindakan keperawatan risiko mendeteksi
operasi sealamax 24 jam terjadinya secara dini
diharapkan pasien pendarahan tanda-tanda
mengalami pendarahan
pendarahan pasca
pembedahan
2) Lindungi 2. Trauma data
Kriteria hasil pasien dari meningkatkan
a) Tekanan trauma yang risiko
darah pasien dapat terjadinya
dalam batas menyebabka pendarahan
normal n pendarahan
b) Penyembuhan
luka 3) Intruksikan 3. Vitamin K
pasiencepat pasien untuk berperan
c) Integritas meningkatka dalam proses
jaringan n makanan penyembuhan
normal yang kaya luka sehingga
akan vitamin meminimalkan
K terjadinya
pendarahan

4) Kolaborasi 4. Obat dapat


dengan membantu
dokter penyembuhan
pemberian secara cepat
obat
misalnya
antasida jika
diperlukan

IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang dilakukan
EVALUASI :
1. DK 1 : Nyeri berkurang atau hilang
2. DK 2 : Tidak ada gangguan mobilitas fisik
3. DK 3 : Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
4. DK 4 : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
5. DK 5 : Pasien tidak mengalami pendarahan pasca pembedahan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui
saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum
membengkak.
B. Saran
Kita sebagai perawat menyarankan kepada ibu yang sedang hamil untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin untuk mengetahui apakah ada kelainan pada janinnya atau tidak dan
mengadakan penyuluhan tentang penyakit hidrokel kepada orang dewasa khususnya pda laki-
laki dan tentang bagaimana cara penanganan nya sehingga tidak terjadi komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

CL. Belville, William & Stanley Swierzewski. 2011. Hydrocele Prognosis, Prevention.
Yogyakarta: EGC
CM. Herdman, T. Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014.
Yogyakarta : EGC
CN. M. Bulecheck, Gloria dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi
Keenam. Yogyakarta: Mocomedia
CO. Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Yogyakarta : Mocomedia
CP. Mursalim, Andrianto. 2012. Hicdocele. Yogyakarta : EGC
Lewis S L, Dirksen S R, Heitkemper M M, Bucher L. Medical-surgical nursing : assessment
and management of clinical problems Ninth edition. Canada : Elsevier Mosby; 2014.
p. 1324.
Parks K, Leung L. Recurrent hydrocele. November 2017. [Diakses tanggal 18 November 2017
06:10 WIB]. Didapat dari : http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc
Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, Malang, 2008 : 140-145, 186

Anda mungkin juga menyukai