Anda di halaman 1dari 34

Presentasi Kasus

SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 1 TAHUN DENGAN


MENINGITIS

Oleh:
Risna Annisa Mardiyati G991906029

Pembimbing Residen

dr. Kunti Dewi Saraswati M. Kes., Sp. PK dr Indah Meyliza

KEPANITERAAN KLINIK SMF PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Patologi Klinik dengan judul:

SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 1 TAHUN DENGAN


MENINGITIS

Oleh:
Risna Annisa Mardiyati G991906029

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Kunti Dewi Saraswati M. Kes., Sp. PK


BAB I
STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita

Nama : An. DTPR


Tanggal lahir : 29 Mei 2019
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kartasura
No. RM : 0619**
BB : 7,5 Kg
TB : 70 cm
Tanggal masuk RS : 26 Mei 2020
Tanggal pemeriksaan : 29 Mei 2020

2. Data Dasar

Alloanamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan di bangsal lantai 4 kamar 9A


RS UNS Surakarta.

Keluhan Utama
Kejang sejak 1 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
1 jam SMRS  Pasien kejang. Bentuk kejang  mata melirik ke atas
dan mulut mengeluarkan liur. Kejang didahului oleh demam, dan disertai
muntah. Sudah dibawa ke puskesmas dan ke RS PKU Kartasura, diberikan
obat turun panas dan injeksi yang tidak diketahui, tapi demam tidak turun dan
kejang tidak berhenti. Durasi setiap pasien kejang adalah lebih kurang 17
menit dengan frekuensi sebanyak 5x dalam 12 jam. Diantara kejang, pasien
tidak sadar. Kemudian pada pukul 04.25 pasien dibawa oleh orang tuanya ke
IGD RS UNS.
Sebelumnya pasien tidak pernah kejang seperti ini. Riwayat kontak
dengan pasien TB disangkal, dan riwayat batuk lama juga disangkal, Riwayat
keringat di malam hari disangkal. BAB dan BAK pasien tidak didapatkan
adanya keluhan.
Saat di IGD RS UNS pada pukul 5.10 pasien kejang lagi. Awalnya
diwajah kemudian klonik seluruh tubuh  masuk diazepam 3,5 mg IV
kemudian kejang berhenti. Pukul 5.25 Pasien kejang tonik klonik  masuk
diazepam 1,5 mg IV kemudian kejang berhenti. Pukul 5.30 Kejang lagi tonik
klonik  masuk diazepam 1 mg IV kemudian kejang berhenti. Pukul 5.32
Kejang tonik klonik  masuk diazepam 1,5 mg IV kemudian kejang berhenti.
Pukul 5.37 Pasien kejang lagi tonik klonik  masuk fenitoin 100 mg dalam
10cc NS loading dose, kemudian kejang berhenti.

Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat Kejang : disangkal
• Riwayat trauma kepala : disangkal
• Riwayat infeksi sebelumya : (+) demam 1 hari SMRS
• Riwayat Alergi Obat / Makanan : disangkal
• Riwayat Masuk RS : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat Kejang : (+)
Ayah pasien waktu kecil pernah mengalami kejang
• Riwayat keluhan serupa : (+)
Kakak pasien atau anak pertama meninggal karena meningitis
• Riwayat Alergi Obat / Makanan : disangkal

Riwayat Kehamilan Ibu Pasien


• Saat hamil, ibu pasien rutin melakukan ANC (Ante Natal Care) rutin tiap
bulan.
• Kesan: riwayat kehamilan normal

Riwayat Kelahiran
• Pasien dilahirkan dari ibu G3P3A0 dengan usia kehamilan 9 bulan lebih 6
hari (36 minggu lebih 6 hari). Bayi lahir secara normal. Berat bayi lahir
2,170 gr. Panjang badan bayi 43 cm.
• Kesan: riwayat kelahiran preterm

Riwayat Imunisasi
• 0 bulan : Hepatitis B-0
• 1 bulan : BCG, Polio 1
• 2 bulan : DPT-HB-Hib-1, Polio 2
• 3 bulan : DPT-HB-Hib-2, Polio 3
• 4 bulan : DPT-HB-Hib-3, Polio 4
• 9 bulan : MR
Kesan: Imunisasi dasar lengkap sesuai umur menurut Kemenkes 2017.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
• Pertumbuhan
BB = 7,5 kg, TB = 70 cm, BMI = 15.3 kg/m2
• Perkembangan
Saat ini pasien berusia 1 tahun. Pasien dapat tengkurap usia 7 bulan, duduk
usia 10 bulan, merangkak 10 bulan (ngesot), pasien mulai bisa berdiri dan
rambatan usia 11 bulan, saat ini belum lancar berjalan. Pasien baru bisa
mengoceh sepatah kata.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

Riwayat Nutrisi
• Pasien masih diberikan ASI hingga saat ini, sebanyak 3-4x sehari.
Kemudian diberikan MPASI 3x sehari dengan nasi sayur dan lauk pauk
yang beragam namun porsinya sedikit. Saat siang menjelang sore
terkadang masih ngemil roti.
Kesan : kualitas dan kuantitas kurang

Riwayat Sosial Ekonomi


• Pasien merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara. Anak pertama dan anak
kedua berjenis kelamin perempuan. Anak pertama meninggal pada usia 16
bulan karena meningitis. Kemudian jarak antara pasien dengan anak kedua
3 tahun. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Ibu pasien adalah
Ibu Rumah Tangga. Pasien berobat dengan BPJS
Kesan sosial ekonomi : cukup

Pohon keluarga pasien:


B. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 29 Mei 2020 dengan hasil sebagai berikut:

Keadaan Umum dan Tanda Vital

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

 Derajat Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)

 Status Nutrisi : Gizi kurang

Tanda Vital
 Nadi : 97 x/menit

 Pernapasan : 25 x/menit

 Suhu : 37.8º C

 TD : 90/60

Perhitungan Status Gizi

Secara klinis
Kepala : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut jagung (-), rambut mudah
dicabut (-), old man face (-), UUB menonjol (+)
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), cekung (-/-), sklera ikterik
(-/-)
Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)
Toraks : Retraksi (-). Iga gambang (-)
Ekstremitas : wasting muscle (-), baggy pants (-)
Diukur menggunakan grafik pertumbuhan WHO
Umur : 1 tahun, BB : 7,5 kg, TB : 70 cm
BB/U : -2 SD > BB/U > +1 SD (normoweight)
TB/U : -2 SD > TB/U > +3 SD (normoheight)
BB/ PB : -2 SD > BB/TB > +1 SD (gizi baik)
Status gizi secara antropometri : gizi baik, normoweight, normoheight

Pemeriksaan Fisik
Kepala : mesocephal, UUB menonjol
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), cekung (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir basah (+), pecah-pecah (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Kesan tidak ada pelebaran batas jantung
Auskultasi : BJ I- II reguler, bising (-)
Pulmo
Pengembangan dinding dada kanan = kiri, suara dasar vesikuler (+), suara
tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tympani (+)
Palpasi : Supel , nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Turgor kulit : Normal
Extremitas
Akral dingin (-)
Capillary Refill Time < 2 detik
Status Neurologis
Fungsi Motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas

Kekuatan 3 4 3 4

Tonus Hipertoni Hipertoni Hipertoni Hipertoni

Klonus - -

Reflek fisiologis Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat

Reflek patologis Babinsky + Babinsky + - -

Refleks Patologis
R. Babinski : +/+
R. Chaddock : -/-
R. Oppenheim : -/-
Rangsang Meningeal
R. Kaku kuduk :-
R. Brudzinski I/II : -/-
R. Kernig :-

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil Laboratorium Darah (26 Mei 2020) RS UNS

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hematologi Rutin
Hemoglobin 11.77 g/dL 11.3 – 14.1
Hematokrit 35.9 % 34 – 40
Leukosit 16.17 ribu/µl 5.5 – 17
Trombosit 316 ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 4.18 juta/µl 3.9 – 5.3
Indeks Eritrosit
MCV 85.9 /um 79.00 – 99.0
MCH 28.0 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 32.6 g/dl 33.0 – 37.0
RDW 13.1 % 11.5 – 14.5
MPV 11.1 Fl 9.0 – 13.0
Hitung Jenis
Basofil 0.2 % 0.0 – 1.0
Netrofil 41.7 % 29.0 – 72.0
Eosinofil 0.14 % 0.0 – 2.0
Limfosit 46.9 % 60.0 – 66.0
Monosit 10.8 % 0.0 – 6.0
Neutrofil 0.90 < 3.13
Lymphocyte Ratio
Absolute 7390 >1500
Lymphocyte Count
Kimia Klinik
Gula darah 99 mg/dl 60 – 100
sewaktu
Kreatinin 0.15 mg/dl 0.5 – 1.1
Ureum 14.0 mg/dl 10 – 45
Elektrolit
Kalium (K) 3.61 mmol/L 3.5 – 5.5
Natrium (N) 136.78 mmol/L 135 – 145
Clorida (Cl) 101.87 mmol/L 96 – 106
Kalsium Ion (Ca+ 1.05 mmol/L 1.1 – 1.35
+)
2. Hasil Pemeriksaan Ct Scan

Gambaran mengarah kepada meningitis

D. RESUME
Daftar Masalah :
1. Anak laki-laki berusia 1 tahun, berat badan 7 kg dengan:

2. Kejang 5x, seluruh tubuh (tonik klonik), durasi serangan kejang -/+ 17
menit
3. Monositosis relatif
4. Limfopenia
5. CT Scan didapatkan gambaran meningitis

Diagnosis Banding
• Meningitis bacterial dd viral
• Meningoencephalitis
• Encephalitis
• Status Epileptikus

Diagnosis Kerja
Meningitis bacterial dd viral
Tata Laksana
1. Infus RL 20 ml/jam
2. Injeksi PCT 100mg /8 jam
3. Injeksi Cefriaxone 350 mg /1jam
4. Injeksi Dexametasone 1 mg/6 jam (20-30 menitt sebelum AB)
5. Injeksi Fenitoin 20mg/ 12 jam

Planning
• Monitor KUVS / jam
• Evaluasi kejang
• Rontgen thorax
• Lumbal pungsi untuk dilakukan cek LCS
• EEG bila tidak demam

Edukasi
 Mengenai penyakit pasien, perkembangan penyakit, dan penanganan lanjut
yang akan dilakukan.
 Mengenai kesembuhan pasien dan kemungkinan adanya komplikasi.

Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
E. DPH 1 – ASESMEN AWAL RAWAT INAP

Follow Up 27/05/2020 07.00 (DPH-1)

Subjektif Keluhan kejang berulang, demam (+) sejak 1 hari SMRS, kejang
seluruh badan, mata melirik ke atas, pasien tidak sadar diantara
kejang

Objektif  

Keadaan umum Compos mentis, rewel

GCS E4V5M6

Tanda Vital HR: 130 RR: 29 T: 38 0C SiO2: 97 BB : 7,5 kg

Kepala Mesocephal, UUB menonjol (+)

Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)

Hidung Napas cuping hidung (-)

Telinga Sekret (-/-)

Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Leher Pembesaran KGB (-)

Thorax Simetris, retraksi (-)

Cor Inspeksi : iktus cordis tidak tampak


Palpasi : iktus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II intensitas normal, regular, bising
(-)

Pulmo Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan sejajar dengan


dinding dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Ronkhi Basah Halus
(-/-) Ronkhi Basah Kasar (-/-)

Abdomen Inspeksi: dinding perut sejajar dengan dinding dada


Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri (-),
turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)

Urogenital Dalam batas normal

Anorektal Dalam batas normal

Status Neurologis Dalam batas normal

Asessment 1. Meningitis, riwayat status epileptikus

Terapi 1. Infuse RL 20 ml/jam


2. Injeksi PCT 100mg /8 jam
3. Injeksi Cefriaxone 350 mg /6 jam
4. Injeksi Dexametasone 1 mg/6 jam (20-30 menitt sebelum
AB)
5. Injeksi Fenitoin 20mg/ 12 jam

Plan 1. EEG saat bebas demam


2. DR (28/05/2020 bula masih demam)
3. LP untuk cek LCS
4. Ro thorax
F. DPH 2

Follow Up 28/05/2020 07.30 (DPH-2)

Subjektif Demam naik turun, kejang (-), muntah (-)

Objektif  

Keadaan umum Compos mentis

GCS E4V5M6

Tanda Vital HR: 136 RR: 26 T: 37,6 0C SiO2: 96 BB : 7,5 kg

Kepala Mesocephal, UUB menonjol (+)

Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)

Hidung Napas cuping hidung (-)

Telinga Sekret (-/-)

Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), Faring hiperemis (-)

Leher Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorax Simetris, retraksi (-)

Cor Inspeksi : iktus cordis tidak tampak


Palpasi : iktus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II intensitas normal, regular, bising
(-)

Pulmo Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan sejajar dengan


dinding dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Ronkhi Basah Halus
(-/-) Ronkhi Basah Kasar (-/-)

Abdomen Inspeksi: dinding perut sejajar dengan dinding dada


Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri (-),
turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)

Urogenital Dalam batas normal

Anorektal Dalam batas normal

Status Neurologis Dalam batas normal

Pemeriksaan Laboratorium DPH 2

HASIL PEMERIKSAAN DARAH RUTIN

Darah Rutin Hitung Jenis


Leukosit 4,46 (turun) Limfosit 41,9 (turun)
Eritrosit 3,86 (turun) Monosit 9,2 (naik)
Hemoglobin 11 (turun) Netrofil 48,7
HCT 31,4 (turun) Eosinofil 0
MCV 81,3 Basofil 0,2
MCH 28,5
MCHC 35
Trombosit 217
RDW 13,1
PDW 10,2
MPV 10

Asessment 1. Meningitis bacterial dd viral, riwayat status epileptikus

Terapi 1. Infuse RL 20 ml/jam


2. Injeksi PCT 100mg /8 jam
3. Injeksi Cefriaxone 350 mg /1jam
4. Injeksi Dexametasone 1 mg/6 jam (20-30 menitt
sebelum AB)
5. Injeksi Fenitoin 10 mg/ 12 jam

Plan 1. EEG saat bebas demam


 Inj Diazepam 1,5 mg
2. LP untuk cek LCS

3. RO thorax

G. DPH 3

Follow Up 29/05/2020 07.30 (DPH-3)

Subjektif Demam subfebris (+), kejang (-), muntah (-), bebas kejang 3 hari

Objektif  

Keadaan umum Compos mentis

GCS E4V5M6
Tanda Vital HR: 106 RR: 25 T: 37,3 0C SiO2: 98 BB : 7,5 kg

Kepala Mesocephal, UUB cekung (-), UUB membonjol (-)

Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)

Hidung Napas cuping hidung (-)

Telinga Sekret (-/-)

Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), Faring hiperemis (-)

Leher Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorax Simetris, retraksi (-)

Cor Inspeksi : iktus cordis tidak tampak


Palpasi : iktus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II intensitas normal, regular, bising
(-)

Pulmo Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan sejajar dengan


dinding dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Ronkhi Basah Halus
(-/-) Ronkhi Basah Kasar (-/-)

Abdomen Inspeksi: dinding perut sejajar dengan dinding dada


Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri (-),
turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)

Urogenital Dalam batas normal

Anorektal Dalam batas normal

Status Neurologis Dalam batas normal

Asessment 1. Meningitis, riwayat status epileptikus

Terapi 1. Infuse RL 7 tpm (makro)


2. Injeksi Cefriaxone 350 mg /1jam
3. Injeksi Dexametasone 1 mg/6 jam (20-30 menitt sebelum
AB)
4. Injeksi PCT 100mg /8 jam
5. Phenobarbital 2x10g

Plan -

H. DPH 4

Follow Up 30/05/2020 07.30 (DPH-4)

Subjektif Demam turun, kejang (-)

Objektif  

Keadaan umum Compos mentis

GCS E4V5M6

Tanda Vital HR: 110 RR: 25 T: 36.8 0C SiO2: 99 BB : 7,5 kg

Kepala Mesocephal, UUB cekung (-)


Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)

Hidung Napas cuping hidung (-)

Telinga Sekret (-/-)

Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), Faring hiperemis (-)

Leher Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorax Simetris, retraksi (-)

Cor Inspeksi : iktus cordis tidak tampak


Palpasi : iktus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II intensitas normal, regular, bising
(-)

Pulmo Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan sejajar dengan


dinding dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Ronkhi Basah Halus
(-/-) Ronkhi Basah Kasar (-/-)

Abdomen Inspeksi: dinding perut sejajar dengan dinding dada


Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri (-),
turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)

Urogenital Dalam batas normal

Anorektal Dalam batas normal


Status Neurologis Dalam batas normal

Asessment 1. Meningitis, riwayat status epileptikus

Terapi 1. Infuse RL 7 tpm (makro)


2. Injeksi Cefriaxone 350 mg /1jam
3. Injeksi Dexametasone 1 mg/6 jam (20-30 menitt sebelum
AB)
4. Injeksi PCT 100mg (k/p)
5. Injeksi Antrain 80mg /8 jam
6. Injeksi Fenitoin 10 mg/ 12 jam + NS 20 ml  stop
7. PO Phenobarbital 2x10g

Plan Lapor jika demam

I. KONDISI SAAT PULANG

Follow Up 30/05/2020 16.00

Subjektif Demam (-) kejang (-)

Objektif  

Keadaan umum Compos mentis, BAIK

GCS E4V5M6

Tanda Vital HR: 96 RR: 22 T: 36,8 0C SpO2: 99 BB : 7,5 kg

Kepala Mesocephal

Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)

Hidung Napas cuping hidung (-)


Telinga Sekret (-/-)

Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), Faring hiperemis (-)

Leher Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorax Simetris, retraksi (-)

Cor Inspeksi : iktus cordis tidak tampak


Palpasi : iktus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II intensitas normal, regular, bising
(-)

Pulmo Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan sejajar dengan


dinding dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Ronkhi Basah Halus
(-/-) Ronkhi Basah Kasar (-/-)

Abdomen Inspeksi: dinding perut sejajar dengan dinding dada


Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri (-),
turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)

Urogenital Dalam batas normal

Anorektal Dalam batas normal

Status Neurologis Dalam batas normal

Terapi Pulang 1. PCT drop 1 ml bila demam


2. Phenobarbital 2x1 PO
3. Cefixime syr 2x1,5 ml PO
4. Cetirizine syr 2x3 ml PO

Plan Kontrol rawat jalan: Kamis, 4/6/2020

BAB II

ANALISIS KASUS

Seorang anak perempuan An. D usia 1 tahun dengan alamat Kartasura, dibawa
ke IGD RS UNS pada 26 Mei 2020 dengan keluhan kejang berulang disertai dengan
demam.

Dari alloanamnesis yang dilakukan ke orang tua pasien, didapatkan bahwa


pasien mengalami kejang 1 jam sebelum masuk RS. Bentuk kejang pasien mata
melirik ke atas dan mulut mengeluarkan liur. Kejang didahului oleh demam, dan
disertai muntah. Sudah dibawa ke puskesmas dan ke RS PKU Kartasura, diberikan
obat turun panas dan injeksi yang tidak diketahui, tapi demam tidak turun dan kejang
tidak berhenti. Durasi setiap pasien kejang adalah lebih kurang 17 menit.
Sebelumnya pasien tidak pernah kejang seperti ini. Riwayat kontak dengan
pasien TB disangkal, dan riwayat batuk lama juga disangkal, Riwayat keringat di
malam hari disangkal. BAB pasien dan BAK tidak mengalami keluhan.
Pada Riwayat penyakit dahulu, didapatkan bahwa pasien tidak pernah
mengalami kejang sebelumnya. Pasien menderita demam 1 hari SMRS, dan sudah di
beri obat penurun panas namun tidak kunjung membaik. Riwayat trauma pada kepala
disangkal, Riwayat alergi obat atau makanan disangkal, Riwayat mondok di RS
disangkal. Riwayat penyakit keluarga, pada keluarga pasien, bapak pasien pernah
mengalami kejang pada saat kecil, kakak pasien meninggal karena penyakit
meningitis.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan, pasien kesadaran composmentis E4V5M6
tampak sakit sedang, nadi 87x/menit, RR 25x/menit, suhu 37.8 C, saturasi oksigen
99% dan TD pasien terukur 90/60. Pada keadaan spesifik didapatkan anemis (-),
sklera ikterik (-), mata cekung tidak ada, cor dan pulmo dalam batas normal,
abdomen datar, lemas dan cubitan kulit kembali cepat, dan pada ekstremitas akral
dingin tidak ada. Pada pemeriksaan neurologikus didapatkan fungsi motorik pada
tungkai dan lengan berupa gerakan terbatas, kekuatan 3 untuk tungkai dan lengan
kanan serta 4 untuk tungkai dan lengan kiri, hipertoni pada keempat ekstremitas,
refleks fisiologis yang meningkat, dan pada tungkai didapatkan refleks babinsky
positif. Fungsi sensorik dan nervus craniales dalam batas normal. Gejala rangsang
meningeal berupa kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig sign (-). Pada
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan lab, didapatkan limfopenia, dan
monositosis relative, pemeriksaan CT-Scan yang dilakukan, mengarah pada
meningitis. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan monositosis relatif,
tidak disertai peningkatan dari angka leukosit sehingga dapat dicurigai adanya infeksi
virus. Pemeriksaan darah hari ke tiga didapatkan adanya penurunan hemoglobin,
leukosit, eritrosit, hematokrit dan limfosit. Masih terjadi kenaikan limfosit.
Diagnosis sementara pada pasien adalah meningitis dengan penyebab bakteri
atau virus. Diagnosis didapat dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya peningkatan
refleks fisologis berupa Babinski (+/+), serta Riwayat keluarga pasien. Untuk plan
selanjutnya serta penegakkan diagnosis, pasien butuh dilakukan lumbal pungsi untuk
menilai LCS (liquor cerebrospinal). Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda
infeksi intrakranial seperti gangguan kesadaran, gangguan neurologis berupa refleks
fisiologis yang meningkat dan refleks babinsky + pada kedua tungkai. Hasil ini dapat
memperkuat kemungkinan terjadinya infeksi intrakranial berupa meningitis dan dapat
menyingkirkan kemungkinan kejang demam kompleks. Pada pemeriksaan fisik juga
terdapat demam, sehingga kemungkinan penyakit seperti epilepsi dapat disingkirkan.

Untuk penegakkan diagnosis serta menentukan etiologi, maka dibutuhkan


adanya pemeriksaan LCS melalui pengambilan LCS dari lumbal pungsi. Selain itu,
untuk evaluasi, dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap serta kultur darah
sebelum pasien diperbolehkan pulang.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini antara lain antibiotik ceftriaxone
dengan dosis 350 mg/kgbb/6 jam mengatasi infeksi dan profilaksis pada pasien ini.
Diberikan pula golongan glukokortikoid seperti kortikosteroid dexametason 1
mg/kgBB/6 jam diberikan tiap kali akan masuk antibiotik. Pada pasien ini diberikan
antipiretik berupa parasetamol sirup dengan dosis 100 mg/kgbb, pada pasien
diberikan untuk mengatasi demam.

Pada kasus ini,diagnosis banding meningitis bakterialis adalah meningitis


tuberkulosis, meningitis aseptik/viral dan ensefalitis viral. Ada pun perbedaan antara
meningitis bakterialis dengan ketiga penyakit ini adalah:

- Meningitis bakterialis

Manifestasi klinis seperti demam, sakit kepala, muntah, kaku kuduk dan adanya tanda rangsang meningeal . Umumnya cairan serebrospinal

berwarna opalesen sampai keruh. Reaksi Nonne dan Pandy umumnya didapatkan positif kuat. Jumlah sel umumnya ribuan per milimeter kubik

cairan yang sebagian besar terdiri dari sel polimorphonuclear (PMN). Kadar glukosa < 40 dan kadar protein meningkat yakni 200-500 mg/dl. Pada

pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri (Shift to the left).

- Meningitis tuberkulosis
Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah,

leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Selain itu, juga terdapat riwayat kontak dengan penderita

TB. Uji tuberkulin yang positif, kelainan radiologis yang tampak pada foto roentgen thorak dan terdapatnya sumber infeksi dalam keluarga hanya

dapat menyokong diagnosis. Pada hasil pemeriksaan lumbal pungsi, didapatkan warna jernih, jumlah sel meningkat MN > PMN, protein meningkat

diatas 100 mg/dl dan glukosa < 35 mg/dl.

- Ensefalitis

Pada ensefalitis terdapat trias yakni demam tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang. Pada meningitis terdapat trias juga yakni demam kejang dan

kaku kuduk. Pada pasien ini tidak terdapat kaku kuduk karena pada usia < 1 tahun, kaku kuduk nya tidak khas.

Prognosis pada meningitis bakterialis ditentukan dari beberapa faktor yaitu umur pasien, jenis mikroorganisme, berat ringannya infeksi, lamanya

sakit sebelum mendapat pengobatan dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan. Dengan deteksi bakteri penyebab yang baik maka

pengobatan antibiotik yang adekuat dan pengobatan suportif yang baik dapat diberikan sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan

akibat meningitis bakterialis. Maka prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia ad bonam dan quo ad fungsionam dubia ad bonam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Meningitis merupakan peradangan selaput otak dan medulla spinalis (meninges), yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.

B. EPIDEMIOLOGI

Insidensi meningitis bakterial sekitar 5-7 kasus per 100.000 populasi. Neisseria meningitidis dan Streptococcus pneumoniae sekarang

menjadi penyebab terbanyak meningitis bakterial pada anak-anak. Sebelumnya, Haemophilus influenza type B menjadi penyebab sekitar 48%

kasus, tetapi setelah pengenalan vaksin Hib terjadi penurunan insidensi meningitis akibat Hib.

C. ETIOLOGI

 BAKTERI

 0-2 bulan: Streptococcus group B, Escherichia coli

 2 bulan- 5 tahun: Sreptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophillus influenzae

 5 tahun: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis.

 VIRUS

 Enterovirus, Herpe simplex virus (HSV) 1 dan 2, Varicella zoster, virus mumps, HIV

 JAMUR

 Cryptococcus neuformans

 Candida albicans
D. PATOFISIOLOGI

E. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

 Sering didahului ISPA/infeksi saluran cerna: demam, batuk, pilek, diare, muntah.

 Gejala: demam, nyeri kepala, meningismus dengan/tanpa gangguan kesadaran, letargi, malaise, kejang, muntah

2. Pemeriksaan Fisik
 Gangguan kesadaran (penurunan kesadaran/iratibilitas)

 Ubun-ubun besar menonjol, kaku kuduk, tanda rangsang meningeal (Bruzinski & Kernig), kejang, defisit neurologis fokal.

 Tanda peningkatan TIK.

 Tanda infeksi di tempat lain (THT, pneumonia, dll)

3. Pemeriksaan Penunjang

 Darah perifer lengkap dan kultur darah.

 Pungsi lumbal (penting untuk menegakkan diagnosis dan menentukan etiologi)

 CT-scan atau MRI

 Elektroenselografi

4. Temuan Lumbal Pungsi

F. TATALAKSANA
1. MANAJEMEN AWAL

 Stabilisasi status kardiopulmoner menjadi prioritas utama.

 Pemberian cairan intravena.

 Segera mulai pemberian antibiotik empirik.

2. ANTIMIKROBA

 Pasien suspek meningitis bakterial harus segera diberikan antibiotik.

 Usia 1-3 bulan:

Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4

dosis, atau

Sefriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis

 Usia > 3 bulan:

Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis, atau

Sefriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis

Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4

dosis

 Meningitis viral yang disebabkan oleh HSV diberikan Acyclovir, sementara meningitis viral non-HSV fokus pada terapi

suportif.

3. KORTIKOSTEROID

 Sebagai tambahan pengobatan meningitis untuk menguragi respons inflamasi

 Deksametason 0,6 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama 4 hari. Injeksi deksametason diberikan 15-30 menit sebelum

atau pada saat pemberian antibiotik.

G. PROGNOSIS

Prognosis berbeda tergantung pada agen penyebab, usia, ketepatan diagnosis dan tatalaksana.

Mortalitas secara keseluruhan untuk meningitis bakterial sekitar 5-10% dan berbeda-beda tergantung bakteri penyebab dan usia. Pada

neonatus, mortalitasnya 15-20%. Pada anak yang lebih tua sekitar 3-10%. Meningitis yang disebabkan oleh S pneumoniae memiliki mortalitas

yang cukup tinggi, sekitar 26,3-30%.

Meningitis viral memiliki tingkat mortalitas dan komplikasi yang lebih rendah.

Meningitis tuberkulosis memiliki tingkat mortalitas dan morbititas yang tinggi tergantung staging dari penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Baines, P, Reilly, N, Gill, A. Paediatric meningitis: Clinical features dan diagnosis. Clinical Pharmacist, 2009, 1, p,307-310

2. Tacon, CL, Flower, O. Diagnosis and Management of Bacterial Meningitis in the Paediatric Population: A Review. Emerg Med Int,

2012

3. Pudjiadi, AH, et al. Pedoman Pelayanan Medis IDAI. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2009, p.189-192

4. Chaudhry, Sultan. Pathogenesis of Meningitis. Ther Adv Neurol Dirsord, 2009, 2(6), p.401-412.

5. Kalaitzidou, I, Athanasopoulos, E, Ladomenau, F. Bacterial Meningitis in Childhood: Diagnosis, Management and Challenges in the

Era of Conjugate Vaccines. EC Paediatrics, 2018, p.379-388

6. Mount, HR, Boyle, S. Aseptic and Bacterial Meningitis: Evaluation, Treatment, and Prevention. Am Fam Physician, 2017, 96(5),

p.314-322

7. Muller, ML. Pediatric Bacterial Meningitis. Medscape, 2019 [online] Available at: https://emedicine.medscape.com/article/961497-

overview#a1 (Diakses 11 Juni 2020)

Anda mungkin juga menyukai