Oleh:
Risna Annisa Mardiyati G991906029
Pembimbing Residen
Oleh:
Risna Annisa Mardiyati G991906029
A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
2. Data Dasar
Keluhan Utama
Kejang sejak 1 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
1 jam SMRS Pasien kejang. Bentuk kejang mata melirik ke atas
dan mulut mengeluarkan liur. Kejang didahului oleh demam, dan disertai
muntah. Sudah dibawa ke puskesmas dan ke RS PKU Kartasura, diberikan
obat turun panas dan injeksi yang tidak diketahui, tapi demam tidak turun dan
kejang tidak berhenti. Durasi setiap pasien kejang adalah lebih kurang 17
menit dengan frekuensi sebanyak 5x dalam 12 jam. Diantara kejang, pasien
tidak sadar. Kemudian pada pukul 04.25 pasien dibawa oleh orang tuanya ke
IGD RS UNS.
Sebelumnya pasien tidak pernah kejang seperti ini. Riwayat kontak
dengan pasien TB disangkal, dan riwayat batuk lama juga disangkal, Riwayat
keringat di malam hari disangkal. BAB dan BAK pasien tidak didapatkan
adanya keluhan.
Saat di IGD RS UNS pada pukul 5.10 pasien kejang lagi. Awalnya
diwajah kemudian klonik seluruh tubuh masuk diazepam 3,5 mg IV
kemudian kejang berhenti. Pukul 5.25 Pasien kejang tonik klonik masuk
diazepam 1,5 mg IV kemudian kejang berhenti. Pukul 5.30 Kejang lagi tonik
klonik masuk diazepam 1 mg IV kemudian kejang berhenti. Pukul 5.32
Kejang tonik klonik masuk diazepam 1,5 mg IV kemudian kejang berhenti.
Pukul 5.37 Pasien kejang lagi tonik klonik masuk fenitoin 100 mg dalam
10cc NS loading dose, kemudian kejang berhenti.
Riwayat Kelahiran
• Pasien dilahirkan dari ibu G3P3A0 dengan usia kehamilan 9 bulan lebih 6
hari (36 minggu lebih 6 hari). Bayi lahir secara normal. Berat bayi lahir
2,170 gr. Panjang badan bayi 43 cm.
• Kesan: riwayat kelahiran preterm
Riwayat Imunisasi
• 0 bulan : Hepatitis B-0
• 1 bulan : BCG, Polio 1
• 2 bulan : DPT-HB-Hib-1, Polio 2
• 3 bulan : DPT-HB-Hib-2, Polio 3
• 4 bulan : DPT-HB-Hib-3, Polio 4
• 9 bulan : MR
Kesan: Imunisasi dasar lengkap sesuai umur menurut Kemenkes 2017.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
• Pertumbuhan
BB = 7,5 kg, TB = 70 cm, BMI = 15.3 kg/m2
• Perkembangan
Saat ini pasien berusia 1 tahun. Pasien dapat tengkurap usia 7 bulan, duduk
usia 10 bulan, merangkak 10 bulan (ngesot), pasien mulai bisa berdiri dan
rambatan usia 11 bulan, saat ini belum lancar berjalan. Pasien baru bisa
mengoceh sepatah kata.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
Riwayat Nutrisi
• Pasien masih diberikan ASI hingga saat ini, sebanyak 3-4x sehari.
Kemudian diberikan MPASI 3x sehari dengan nasi sayur dan lauk pauk
yang beragam namun porsinya sedikit. Saat siang menjelang sore
terkadang masih ngemil roti.
Kesan : kualitas dan kuantitas kurang
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 29 Mei 2020 dengan hasil sebagai berikut:
Tanda Vital
Nadi : 97 x/menit
Pernapasan : 25 x/menit
Suhu : 37.8º C
TD : 90/60
Secara klinis
Kepala : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut jagung (-), rambut mudah
dicabut (-), old man face (-), UUB menonjol (+)
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), cekung (-/-), sklera ikterik
(-/-)
Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)
Toraks : Retraksi (-). Iga gambang (-)
Ekstremitas : wasting muscle (-), baggy pants (-)
Diukur menggunakan grafik pertumbuhan WHO
Umur : 1 tahun, BB : 7,5 kg, TB : 70 cm
BB/U : -2 SD > BB/U > +1 SD (normoweight)
TB/U : -2 SD > TB/U > +3 SD (normoheight)
BB/ PB : -2 SD > BB/TB > +1 SD (gizi baik)
Status gizi secara antropometri : gizi baik, normoweight, normoheight
Pemeriksaan Fisik
Kepala : mesocephal, UUB menonjol
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), cekung (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir basah (+), pecah-pecah (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Kesan tidak ada pelebaran batas jantung
Auskultasi : BJ I- II reguler, bising (-)
Pulmo
Pengembangan dinding dada kanan = kiri, suara dasar vesikuler (+), suara
tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tympani (+)
Palpasi : Supel , nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Turgor kulit : Normal
Extremitas
Akral dingin (-)
Capillary Refill Time < 2 detik
Status Neurologis
Fungsi Motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kekuatan 3 4 3 4
Klonus - -
Refleks Patologis
R. Babinski : +/+
R. Chaddock : -/-
R. Oppenheim : -/-
Rangsang Meningeal
R. Kaku kuduk :-
R. Brudzinski I/II : -/-
R. Kernig :-
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil Laboratorium Darah (26 Mei 2020) RS UNS
D. RESUME
Daftar Masalah :
1. Anak laki-laki berusia 1 tahun, berat badan 7 kg dengan:
2. Kejang 5x, seluruh tubuh (tonik klonik), durasi serangan kejang -/+ 17
menit
3. Monositosis relatif
4. Limfopenia
5. CT Scan didapatkan gambaran meningitis
Diagnosis Banding
• Meningitis bacterial dd viral
• Meningoencephalitis
• Encephalitis
• Status Epileptikus
Diagnosis Kerja
Meningitis bacterial dd viral
Tata Laksana
1. Infus RL 20 ml/jam
2. Injeksi PCT 100mg /8 jam
3. Injeksi Cefriaxone 350 mg /1jam
4. Injeksi Dexametasone 1 mg/6 jam (20-30 menitt sebelum AB)
5. Injeksi Fenitoin 20mg/ 12 jam
Planning
• Monitor KUVS / jam
• Evaluasi kejang
• Rontgen thorax
• Lumbal pungsi untuk dilakukan cek LCS
• EEG bila tidak demam
Edukasi
Mengenai penyakit pasien, perkembangan penyakit, dan penanganan lanjut
yang akan dilakukan.
Mengenai kesembuhan pasien dan kemungkinan adanya komplikasi.
Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
E. DPH 1 – ASESMEN AWAL RAWAT INAP
Subjektif Keluhan kejang berulang, demam (+) sejak 1 hari SMRS, kejang
seluruh badan, mata melirik ke atas, pasien tidak sadar diantara
kejang
Objektif
GCS E4V5M6
Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)
Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Objektif
GCS E4V5M6
Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)
Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), Faring hiperemis (-)
3. RO thorax
G. DPH 3
Subjektif Demam subfebris (+), kejang (-), muntah (-), bebas kejang 3 hari
Objektif
GCS E4V5M6
Tanda Vital HR: 106 RR: 25 T: 37,3 0C SiO2: 98 BB : 7,5 kg
Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)
Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), Faring hiperemis (-)
Plan -
H. DPH 4
Objektif
GCS E4V5M6
Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), Faring hiperemis (-)
Objektif
GCS E4V5M6
Kepala Mesocephal
Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), air
mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)
Mulut Mukosa basah, tonsil T1-T1 , hiperemis (-), Faring hiperemis (-)
BAB II
ANALISIS KASUS
Seorang anak perempuan An. D usia 1 tahun dengan alamat Kartasura, dibawa
ke IGD RS UNS pada 26 Mei 2020 dengan keluhan kejang berulang disertai dengan
demam.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini antara lain antibiotik ceftriaxone
dengan dosis 350 mg/kgbb/6 jam mengatasi infeksi dan profilaksis pada pasien ini.
Diberikan pula golongan glukokortikoid seperti kortikosteroid dexametason 1
mg/kgBB/6 jam diberikan tiap kali akan masuk antibiotik. Pada pasien ini diberikan
antipiretik berupa parasetamol sirup dengan dosis 100 mg/kgbb, pada pasien
diberikan untuk mengatasi demam.
- Meningitis bakterialis
Manifestasi klinis seperti demam, sakit kepala, muntah, kaku kuduk dan adanya tanda rangsang meningeal . Umumnya cairan serebrospinal
berwarna opalesen sampai keruh. Reaksi Nonne dan Pandy umumnya didapatkan positif kuat. Jumlah sel umumnya ribuan per milimeter kubik
cairan yang sebagian besar terdiri dari sel polimorphonuclear (PMN). Kadar glukosa < 40 dan kadar protein meningkat yakni 200-500 mg/dl. Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri (Shift to the left).
- Meningitis tuberkulosis
Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah,
leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Selain itu, juga terdapat riwayat kontak dengan penderita
TB. Uji tuberkulin yang positif, kelainan radiologis yang tampak pada foto roentgen thorak dan terdapatnya sumber infeksi dalam keluarga hanya
dapat menyokong diagnosis. Pada hasil pemeriksaan lumbal pungsi, didapatkan warna jernih, jumlah sel meningkat MN > PMN, protein meningkat
- Ensefalitis
Pada ensefalitis terdapat trias yakni demam tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang. Pada meningitis terdapat trias juga yakni demam kejang dan
kaku kuduk. Pada pasien ini tidak terdapat kaku kuduk karena pada usia < 1 tahun, kaku kuduk nya tidak khas.
Prognosis pada meningitis bakterialis ditentukan dari beberapa faktor yaitu umur pasien, jenis mikroorganisme, berat ringannya infeksi, lamanya
sakit sebelum mendapat pengobatan dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan. Dengan deteksi bakteri penyebab yang baik maka
pengobatan antibiotik yang adekuat dan pengobatan suportif yang baik dapat diberikan sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan
akibat meningitis bakterialis. Maka prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia ad bonam dan quo ad fungsionam dubia ad bonam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Meningitis merupakan peradangan selaput otak dan medulla spinalis (meninges), yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.
B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi meningitis bakterial sekitar 5-7 kasus per 100.000 populasi. Neisseria meningitidis dan Streptococcus pneumoniae sekarang
menjadi penyebab terbanyak meningitis bakterial pada anak-anak. Sebelumnya, Haemophilus influenza type B menjadi penyebab sekitar 48%
kasus, tetapi setelah pengenalan vaksin Hib terjadi penurunan insidensi meningitis akibat Hib.
C. ETIOLOGI
BAKTERI
VIRUS
Enterovirus, Herpe simplex virus (HSV) 1 dan 2, Varicella zoster, virus mumps, HIV
JAMUR
Cryptococcus neuformans
Candida albicans
D. PATOFISIOLOGI
E. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Sering didahului ISPA/infeksi saluran cerna: demam, batuk, pilek, diare, muntah.
Gejala: demam, nyeri kepala, meningismus dengan/tanpa gangguan kesadaran, letargi, malaise, kejang, muntah
2. Pemeriksaan Fisik
Gangguan kesadaran (penurunan kesadaran/iratibilitas)
Ubun-ubun besar menonjol, kaku kuduk, tanda rangsang meningeal (Bruzinski & Kernig), kejang, defisit neurologis fokal.
3. Pemeriksaan Penunjang
Elektroenselografi
F. TATALAKSANA
1. MANAJEMEN AWAL
2. ANTIMIKROBA
Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4
dosis, atau
Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4
dosis
Meningitis viral yang disebabkan oleh HSV diberikan Acyclovir, sementara meningitis viral non-HSV fokus pada terapi
suportif.
3. KORTIKOSTEROID
Deksametason 0,6 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama 4 hari. Injeksi deksametason diberikan 15-30 menit sebelum
G. PROGNOSIS
Prognosis berbeda tergantung pada agen penyebab, usia, ketepatan diagnosis dan tatalaksana.
Mortalitas secara keseluruhan untuk meningitis bakterial sekitar 5-10% dan berbeda-beda tergantung bakteri penyebab dan usia. Pada
neonatus, mortalitasnya 15-20%. Pada anak yang lebih tua sekitar 3-10%. Meningitis yang disebabkan oleh S pneumoniae memiliki mortalitas
Meningitis viral memiliki tingkat mortalitas dan komplikasi yang lebih rendah.
Meningitis tuberkulosis memiliki tingkat mortalitas dan morbititas yang tinggi tergantung staging dari penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baines, P, Reilly, N, Gill, A. Paediatric meningitis: Clinical features dan diagnosis. Clinical Pharmacist, 2009, 1, p,307-310
2. Tacon, CL, Flower, O. Diagnosis and Management of Bacterial Meningitis in the Paediatric Population: A Review. Emerg Med Int,
2012
3. Pudjiadi, AH, et al. Pedoman Pelayanan Medis IDAI. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2009, p.189-192
4. Chaudhry, Sultan. Pathogenesis of Meningitis. Ther Adv Neurol Dirsord, 2009, 2(6), p.401-412.
5. Kalaitzidou, I, Athanasopoulos, E, Ladomenau, F. Bacterial Meningitis in Childhood: Diagnosis, Management and Challenges in the
6. Mount, HR, Boyle, S. Aseptic and Bacterial Meningitis: Evaluation, Treatment, and Prevention. Am Fam Physician, 2017, 96(5),
p.314-322
7. Muller, ML. Pediatric Bacterial Meningitis. Medscape, 2019 [online] Available at: https://emedicine.medscape.com/article/961497-