Anda di halaman 1dari 62

UPAYA MENINGKATKAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

KURSUS KADER DAKWAH (KKD) DI MAN 3 LANGKAT

P
R
O
P
O
S
A
L

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi


Syarat-syarat dalam Mencapai Gelar Strata Satu (S1)
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

FIDILIA SYAFITRI
NIM : 900.17.118

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI
2021 M/1443 H
UPAYA MENINGKATKAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
KURSUS KADER DAKWAH (KKD) DI MAN 3 LANGKAT

P
R
O
P
O
S
A
L

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi


Syarat-syarat dalam Mencapai Gelar Strata Satu (S1)
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I: Pembimbing II:

Surya Bakti, S.s., M.A Ahmad Khairuddin, M.Si


NIDN 2106068701 NIDN 2021108301

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI
2021 M/1443 H
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah.…………………………………………. 1

B. Fokus Masalah …………………………………………………… 7

C. Perumusan Masalah ……………………………………………… 7

D. Tujuan Penelitian.…………………………………………………. 8

E. Manfaat Penelitian………………………………………..………. 8

F. Definisi Operasional ……………………………………………… 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA……..…………………………………….……. 11

A. Kegiatan Ekstrakurikuler ………………………………………… 11

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ………………………... 11

2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler ……………………………. 13

3. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler ……………………………. 15

4. Bentuk-bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler ……………………. 16

B. Kursus Kader Dakwah ..…………………………………………. 23

1. Pengertian Kursus Kader Dakwah ………………………….. 23

2. Urgensi Program Kursus Kader Dakwah di Madrasah ……… 25

3. Dasar-dasar Kursus Kader Dakwah di Madrasah …………… 26

i
4. Manfaat KKD ……………………………………….……….. 29

5. Materi-Materi KKD ………………………………………… 30

C. Penelitian yang Relevan.................................................................. 31

D. Kerangka Konseptual .................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 34

A. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….. 34

B. Jenis Penelitian …………………………………………………… 39

C. Metode Penelitian………………………………………………… 40

D. Latar, Entri dan Kehadiran Peneliti ……………………………… 41

E. Variabel dan Data ………………………………………………… 41

F. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………………. 42

G. Sumber Data………………………………………………………. 42

H. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 43

I. Teknik Pengabsahan Data ………………………………………… 47

J. Teknik Penganalisisan Data ………………………….…………... 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses upaya pendewasaan manusia seutuhnya

secara lahir dan batin, yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya

sendiri, sebagai bagian dari tuntutan agar anak didik memiliki kemampuan

dalam berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak, serta percaya diri dengan

penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional idealnya pendidikan harus

mampu memberikan pencerahan dan menumbuhkan sikap spiritual dan social

kepada siswa sehingga mereka mampu bersikap responsif terhadap segala

persoalan yang tengah dihadapi masyarakat dan bangsanya.Melalui pendidikan

yang tempuhnya, mereka diharapkan dapat menjadi sosok spiritual yang

memiliki apresiasi tinggi terhadap masalah demokrasi, kemanusiaan toleransi,

dan kedamaian hidup.

Pendidikan bagi umat Islam merupakan kebutuhan dasar untuk

memenuhi fungsi, peran dan eksistensi kemanusiaannya, yang setara dengan

kebutuhan terhadap sandang, pangan dan papan. Adapun kebutuhan dasar

tersebut ialah melakukan ibadah kepada Allah SWT. Berkaitan dengan

kebutuhan dasar tersebut, Allah SWT dalam Al-Qur’an telah berfirman

sebagai berikut:
2

  


  
(٥٦ :٥١/‫ٲﺮ‬‫ ) ٲ‬
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”.(QS. Al-Dzariyaat /51: 56).1

Berdasarkan ayat di atas, maka dapat dikatakan kesengajaan Allah SWT

menciptakan manusia dan jin untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.

Oleh karena tujuan pendidikan adalah untuk beribadah. Berkaitan dengan

pengamalan ajaran Islam, lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menunjukkan betapa pentingnya

keseimbangan antara aspek spiritual dengan aspek intelektual dan keahlian.

Hal ini dapat dipahami melalui tujuan pendidikan nasional yang terdapat

dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut. Dalam Undang

Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan

bahwa;

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, agar menjadi wahana untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratif serta bertanggung jawab.2
Pada tujuan pendidikan nasional di atas terdapat kalimat ”menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia”. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya untuk

1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Kathoda, 2016), hlm.
472.
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32, (Bandung: Fokus Media, 2006), hlm. 6.
3

mentransfer ilmu pengetahuan semata (transfer of knowledge), tetapi yang

lebih penting adalah mentransfer nilai-nilai (transfer of value) sehingga peserta

didik mampu menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa serta berakhlak

mulia, sebagai pangkal dari keberhasilan pendidikan itu sendiri. Oleh karena

itu, aktivitas pendidikan di sekolah harus memberikan layanan membentuk

keimanan dan ketakwaan kepada siswa secara berkualitas. Selain itu, tujuan

pendidikan secara nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa yang

memiliki kreativitas.

Pada umumnya lembaga pendidikan berbasis keagamaan seperti

Madrasah Aliyah menyeimbangkan bahkan lebih mengutamakan pembentukan

seorang muslim yang baik pada peserta didiknya dengan berbagai program

keagamaan, mulai dari kegiatan pengajian bulanan, pendalaman ilmu agama,

kegiatan shalat berjamaah dan sebagainya. Kegiatan tersebut ada yang dalam

bentuk kokurikuler ada pula yang dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Sedangkan maksud kegiatan tersebut salah satunya adalah untuk

mengembangkan kreativitas siswa. Pada madrasah banyak kegiatan

ekstrakurikuler yang bersifat religius yang dapat membina dan

mengembangkan kreativitas siswa.Hanya saja dalam kenyataannya, masih

banyak terdapat sekolah atau madrasah yang tidak menyelenggarakan kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan.

Menurut Zuhairini, kegiatan ekstrakurikuler adalah “kegiatan diluar

jam terjadwal (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan diluar sekolah

dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan

antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi
4

upaya pembinaan manusia seutuhnya”.3 Siswa dapat melakukan kegiatan

keagamaan tidak hanya di sekolah tetapi prakteknya dilakukan di luar sekolah,

seperti di masjid-masjid dan sebagainya.

Kegiatan ekstrakurikuler pada bidang keagamaan merupakan salah satu

upaya pembinaan yang diselenggarakan sekolah untuk siswanya dalam rangka

memfasilitasi pengembangan minat dan bakat siswa pada bidang agama seperti

kegiatan lembaga Tilawah Al-Quran, kegiatan Kursus Kader Dakwah dan yang

lainnya. Pada gilirannya keterampilan siswa dalam bidang keagamaan

tersebutakan ditingkatkan dengan bentuk-bentuk latihan khusus sesuai bakat

dan minatnya. Dengan demikian kegiatan ekstrakurikuler bukan hanya dalam

bidang olah raga atau pramuka, namun dapat pula dalam bentuk kegiatan

keagamaan, khususnya pada lembaga pendidikan keagamaan.

Kegiatan pendidikan di madrasah terbagi menjadi dua bagian, yaitu

kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler

dilaksanakan pada saat berlangsungnya jam sekolah, sedangkan kegiatan

ekstrakurikuler dilaksanakan diluar jam pelajaran di sekolah. Kedua kegiatan

tersebut sama pentingnya dan saling melengkap. Dengan mengikuti kegiatan-

kegiatan ekstrakurikuklerdi sekolah maka siswa selain dapat mengembangkan

kepribadiannya, juga dapat mengembangkan bakat dan minat yang mereka

punya. Program ekstrakurikuler dapat membiasakan siswa untuk terampil

mengorganisasi, mengelola, menambah wawasan dan memecahkan masalah-

masalah, sesuai karakteristik kegiatan esktrakurikuler yang diikuti siswa di

madrasah.

3
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Solo: Ramadhani, 2013) , hlm. 59
5

Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilaksanakan pada

lembaga pendidikan Islam adalah kegiatan Kursus Kader Dakwah atau

disingkat dengan KKD. KKD atau kursus kader dakwah adalah “salah satu

kegiatan ekstrakurikuler bersifat keagamaan yang dilaksanakan dengan cara

memberikan pengetahuan kepada peserta didik seputar ilmu-ilmu keagamaan

yang bertujuan agar peserta didik mampu mengetahui ajaran Islam dan mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupansehari-hari”.4

Kegiatan ekstrakurikuler KKD merupakan bagian dari kegiatan

pendidikan Islam. Menurut Ramayulis, pendidikan Islam adalah “upaya sadar

dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Alqur’an dan Al-Hadis, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman”.5

Kegiatan ekstrakurikuler KKD dapat dijadikan sebagai sarana

pengembangan diri siswa dalam beretorika, menjadi pendakwah dan

sebagainya. Karena ilmu yang diterima di dalam kelas memang harus

dikembangkan dan disampaikan pada orang lain. Selain untuk melatih

kemampuan berbicara, juga dapat mensiarkan agama di tengah-tengah

masyarakat.

Namun sangat disayangkan, banyak madrasah yang tidak

menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan khususnya Kursus

Kader Dakwah, sehingga potensi dan bakat yang dimiliki siswa tidak dapat

4
Haidir, dkk, Pelaksanaan Pebinaan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
kursus kader Dakwah (KKKD) di MAN 2 Model Medan, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
PPKM. Volume 26. Desember 2020, hlm. 254-255.
5
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2014), hlm.
21.
6

berkembang dengan baik di madrasah tersebut. Tidak banyak madrasah yang

mau mengembangkan potensi dan bakat siswanhya pada bidang dakwah,

hanya beberapa madrasah saja. Selain itu, adapun madrasah yang

melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah juga tidak

melaksanakan pembinaan secara sungguh-sungguh kepada siswanya, sehingga

pelaksanaan Kursus Kader Dakwah tersebut tidak maksimal.

Menurut Haidir;

Madrasah yang sudah membentuk kegiatan ekstrakurikuler KKD,


ternyata belum sepenuhnya diberdayakan sebagai pusat pengkajian
pendidikan Islam. Hal tersebut terlihat dari pola manajemen yang
belum mapan, strategi pembelajaran yang belum diterapkan, ragam
media yang tidak digunakan, berbagai sumber belajar yang belum
maksimal dimanfaatkan, dan kurangnya semangat peserta didik dalam
membina krativitasnya pada ekstrakurikuler KKD.6

Penulis telah melakukan observasi awal di Madrasah Aliyah Negeri 3

Langkat. Madrasah Aliyah Negeri 3 Langkat setiap tahun konsisten

melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler bidang keagamaan dalam bentuk

Kursus Kader Dakwah (KKD). Dalam wawancara pendahuluan kepada guru

pembimbing siswa pada Kursus Kader Dakwah dijelaskan bahwa setiap tahun

siswa diberikan bimbingan, pelatihan tentang cara berdakwah, berkhutbah,

berorasi di madrasah dalam kegiatan KKD. Setiap tahun siswa juga melakukan

kegiatan Kursus Kader Dakwah dengan turun ke masyarakat ke masjid-masjid

beberapa hari lamanya untuk berdakwah menyampaikan ajaran agama Islam

yang telah diterimanya di madrasah.

Penulis tertarik untuk mendalami bagaimana kegiatan ekstrakurikuler

Kursus Kader Dakwah di MAN 3 Langkat dengan melakukan penelitian secara

6
Haidir, op.cit., hlm. 255.
7

ilmiah yang berjudul “UPAYA MENINGKATKSN KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER KURSUS KADER DAKWAH (KKD) DI MAN 3

LANGKAT”.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti

memfokuskan masalah penelitian hanya seputar Upaya Meningkatksn

Kegiatan Ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka peneliti menguraikan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader

Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat?

2. Bagaimana peningkatan bakat dan minat siswa mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat

3. Apasaja kendala yang ditemukan dalam upaya meningkatkan kegiatan

ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat dan

apasaja langkah mengatasinya?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka adapun tujuan penelitin ini

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader

Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat.


8

2. Untuk mengetahui peningkatan bakat dan minat siswa mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat.

3. Untuk mengetahui kendala yang ditemukan dalam upaya meningkatkan

kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN 3

Langkat dan langkah-langlah mengatasinya.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat secara teoretis dan praktis.

1. Secara teoretis

Penelitian ini bermanfaat sebagai penambah wawasan keilmuan bagi

pendidik maupun calon guru Pendidikan Agama Islam, khususnya yang

berkaitan dengan meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader

Dakwah (KKD).

2. Secara praktis

Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

antara lain bagi stakeholders yaitu:

a. Bagi Kepala Sekolah

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi Kepala Sekolah dalam upaya

meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di

MAN 3 Langkat dan langkah-langkah mengatasi kendalanya.

b. Bagi Guru

Guru pembimbing KKD menjadi lebih memahami tentang kekurangan

dan tantangan dalam meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler Kursus

Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat.


9

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan keilmuan tentang pendidikan dan penelitian. Serta

dapat mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan berkenaan

dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah

(KKD) di MAN 3 Langkat.

d. Bagi pihak pendidikan yang berkepentingan

Dapat lebih meningkatkan kualitas pembinaan dalam dunia pendidikan,

khususnya pendidikan keagamaan.

F. Definisi Operasional

Guna memahami kesalahan makna dalam maksud penelitian ini:

1. Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

kegiatan diluar jam pelajaran dengan tujuan membentuk mental, sikap,

sekaligus kemampuan siswa dalam berdakwah melalui program kursus

kader dakwah di MAN 3 Langkat.

2. Kursus Kader Dakwah (KKD) adalah kegiatan agama dengan memberikan

pengetahuan ilmu agama kepada peserta didik sekaligus ilmu

menyampaikan pengetahuan agama tersebut kepada orang lain yang

bertujuan agar peserta didik mampu mengetahui ajaran Islam dan mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Secara bahasa ektrakurikuler berasal dari kata ekstra dan kurikuler.

“Kata ekstra berarti diluar, sedangkan kurikuler berarti kurikulum.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu”.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kurikulum berarti

“perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan”.2

Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir

artinya pelari, dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah ini pertama

sekali digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Romawi kuno di

Yunani yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh

pelari dalam lomba dari garis start sampai pada garis finish. Dalam bahasa

Arab “kurikulum disebut dengan manhaj, jalan yang terang, atau jalan

terang yang dilalui oleh pendidik dengan peserta didik untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai”.3

1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Panduan Penyusunan KTSP:
Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Anggaran
2006, (Jakarta: Depdikbud, 2013), hlm. 2.
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 11,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2012), hlm. 414.
3
Attabik Ali, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum,
2007), hlm. 849.

10
Dengan demikian, secara bahasa ekstrakurikuler adalah kurikulum

di luar, yaitu kurikulum yang dilaksanakan di luar jam pelajaran atau di luar

kelas. Selain secara bahasa, maka secara istilah kegiatan ekstrakurikuler

adalah “kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, berkaitan dengan aplikasi

ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus

untuk membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang

ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan”.4

Berdasarkan pengertian di atas, maka kegiatan ekstrakurikuler

paling tidak memenuhi, pertama; kegiatannya di luar kelas dan di luar jam

pelajaran wajib, kedua; tujuannya menumbuhkembangkan potensi sumber

daya peserta didik, ketiga; kegiatannya berkaitan dengan pengembangan

bakat dan keterampilan. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa

kegiatan ektrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran

dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik

sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui

kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga

kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah atau

madrasah.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa memiliki kebebasan penuh

memilih bentuk-bentuk kegiatan yang sesuai dengan potensi dan bakat

yang ada dalam dirinya dan sejalan dengan cita-cita pendidikan yang

sedang ditekuninya. Artinya, siswa melatih diri untuk menemukan jati

4
Ibid., hlm. 10.

11
dirinya yang sesungguhnya dan belajar secara lebih dalam bagaimana

mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkannya di kelas.

Namun demikian, meskipun dalam prakteknya kegiatan

ekstrakurikuler lebih banyak melibatkan inisiatif dan peran siswa, tetapi

“kegiatan ekstrakurikuler harus mendapatkan perhatian khusus dari seluruh

pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan, tidak saja

manajemen sekolah ataupun masyarakat lingkungan dimana sekolah

berada, tetapi juga pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator

pendidikan”.5

Kegiatan ekstrakurikuler “sebagai aplikasi kurikulum yang

dilakukan di dalam kelas, harus mampu mengakomodir masalah-masalah

yang berkaitan dengan kehidupan siswa itu sendiri dalam kaitannya sebagai

makhluk individu dan sosial. Terlebih lagi terhadap upaya pengembangan

keilmuan dan kepribadiannya”.6

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa itu

kegiatan ekstra kurikuler di madrasah harus menjadi wahana bagi siswa

dalam melakukan pendalaman dan penunjang kurikulum dengan berbagai

bentuk kegiatan yang dilakukan di sekolah.

2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler

Secara umum kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah

memiliki beberapa fungsi, antara lain;

5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku 1, (Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Kemendikbud, 2014), hlm. 3.
6
Ibid.

12
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan
menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses
perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi program kegiatan ekstrakurikuler
untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.7

Berdasarkan pandangan tersebut di atas, maka fungsi kegiatan

ekstrakurikuler pada hakikatnya merupakan media bagi siswa dalam

mengembangkan kepribadian peserta didik. Pengembangan kepribadian

tersebut antara lain pengembangan kreativitas dan rasa tanggung jawab

sosial. Selain itu, kegiatan ekstra kurikuler juga “sebagai media bermain

yang menyenangkan sekaligus sebagai pengembangan karir peserta didik.

Dengan demikian perkembangan kepribadian peserta didik semakin

mudah terwujud melalui kegiatan ekstrakurikuler ini”. 8

Kegiatan ekstrakurikuler sangat penting dalam pengembangan

secara integral baik dalam pengalaman fisik maupun dalam pengalaman

psikis. Model-model pengembangan kegiatan ekstrakurikuler hendaknya

selalu diarahkan secara integral untuk mencapai tahapan-tahapan

perkembangan kepribadian peserta didik yang matang sesuai dengan

perkembangan usianya dan sesuai pula dengan potensi minat dan bakat

yang dimiliki peserta didik.

7
Saiful Ma’arif, Madrasah Aliyah Program Keterampilan, (Jakarta: Bagian Proyek EMIS
Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar Ditjen Kelembagaan Agama Islam Kemenag RI, 2011),
hlm. 7.
8
Ibid.

13
3. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler harus memenuhi prinsip-

prinsip kegiatan ekstrakurikuler. Dalam melaksanakan kegiatan ekstra

kurikuler ini ada beberapa prinsip yang mesti dijalankan oleh sekolah dan

guru pembimbing, yaitu:

a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai


dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai
dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam
suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik
dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.9

Berdasakran poin di atas, maka prinsip dalam melaksanakan

kegiatan ekstrakurikuler tersebut akan sangat membantu peserta didik

dalam membentuk kepribadiannya. Perkembangan kepribadian tersebut

seperti nilai-nilai demokratis, nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai sosial serta

nilai-nilai beragama telah dibentuk mulai dari pemilihan kegiatan yang

disukai oleh peserta didik. Demikian juga nilai-nilai semangat dan

tanggungjawab dalam pekerjaan dimana peserta didik dalam kegiatan

ekstrakurikuler diberikan tanggungjawab dan membangun motivasi dalam

bekerja. Sedangkan nilai-nilai sosial harus tercermin dalam kegiatan

tersebut, seperti kekompakan, kegotongroyongan dan kerjasama yang baik.

9
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Manajemen Peningkatan Mutu,
op.cit., hlm. 9.

14
Dengan demikian, pada hakikatnya prinsip dalam melaksanakan

kegiatan ekstrakurikuler merupakan acuan yang mesti diperhatikan oleh

sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Sekolah harus menjalankan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan kegiatan

esktrakurikuler.

4. Bentuk-bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat dilakukan dalam banyak

bentuk. Dalam buku Petunjuk Kegiatan Ektrakurikuler yang dikeluarkan

oleh Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2004 dijelaskan

bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut:

a. Pelatihan Ibadah Perorangan dan Jamaah.

Pelatihan yang dimaksudkan disini meliputi “aktivitas yang tercakup

dalam rukun Islam seperti pelatihan shalat berjamaah”.10 Kegiatan yang

dilakukan dapat seperti praktek ibadah yang dilaksanakan setiap hari

Jum’at siang, sebelum pelaksanaan shalat Jum’at. Selain itu kegiatan

lainnya seperti pelatihan tata cara pelaksanaan fardhu kifayah, antara lain

cara memandikan jenazah, cara mengkafani jenazah, cara menshalatkan

jenazah dan cara menguburkan jenazah. Pelatihan ibadah yang sering

dilakukan oleh madrasah, termasuk madrasah tsanawiyah dewasa ini adalah

kegiatan manasik haji. Maka kegiatan praktek ibadah ini, maka pihak

sekolah harus telah menyediakan tempat dan ruang sekaligus fasilitasnya

untuk kelancaran kegiatan tersebut.

10
Kementerian Republik Indonesia, Kegiatan Ekstrakurikuler, op.cit., hlm. 13-16.

15
b. Tilawah Tahsin Al-Qur’an, atau Latihan Membaguskan bacaan Al-

Qur’an.

Secara bahasa, “tilawah berarti membaca, sedangkan tahsin berarti

memperindah, membaguskan, memperbaiki atau memperelok. Kegiatan

Tilawah Tahsin Al-Qur’an maksudnya adalah kegiatan atau program

pelatihan baca Al-Qur’an dengan menekankan pada metode baca yang

benar serta keindahan (kemerduan) bacaan”.11 Dengan kegiatan Tahsin Al-

Qur’an, maka para siswa akan lebih mampu membaca Al-Qur’an secara

baik dan benar sesuai materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Apresiasi dan seni kebudayaan.

Apresiasi dan seni kebudayaan maksudnya adalah “kegiatan-kegiatan

yang diselenggarakan dalam rangka melestarikan, memperkenalkan tradisi,

budaya dan kesenian keagamaan yang ada di masyarakat”.12 Kegiatan ini

sangat penting, sebab disamping memperkenalkan kesenian budaya bangsa

kepada para siswa, sekaligus untuk menumbuhkan kecintaan siswa

terhadap kebudayaannya, termasuk seni budaya Islam yang sudah

mengakar di masyarakat Indonesia.

Kegiatan yang dapat dilakukan seperti melaksanakan pelatihan tarian

daerah, group musik atau pembentukan group salawat badar dan lain

sebagainya. Para siswa dapat memilih salah satu group yang diminatinya.

Sehingga para siswa dapat memiliki skill yang memadai dalam apresiasi

seni kebudayaan.

11
Ibid., hlm. 17-18.
12
Ibid., hlm. 21-22.

16
d. Peringatan Hari Besar Keagamaan.

Adapun yang dimaksud dengan peringatan hari besar keagamaan

adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati dan

merayakan hari-hari besar keagamaan seperti peringatan Maulid nabi

Muhammad saw, Israk mikraj nabi Muhammad saw dan sebagainya.

Kegiatan ekstrakurikuler ini dapat dilakukan setiap adanya hari besar

keagamaan. Dalam memperingati hari besar keagamaan ini para siswa

dapat melakukan banyak hal seperti mengikuti perlombaan, mengadakan

kegiatan ceramah agama dan lain-lain. Sedangkan tujuan dari kegiatan

ekstrakurikuler ini antara lain adalah untuk membentuk perilaku siswa

dengan meneladani para nabi dan Rasul Allah swt.

e. Tadabbur dan Tafakkur Alam.

Secara etimologis, tadabbur berarti mencari dan menghayati makna

yang terkandung di balik sesuatu. Sedangkan tafakkur berarti berfikir

tentang sesuatu secara mendalam. Jadi kegiatan tadabbur dan tafakkur

alam adalah “kegiatan karyawisata ke suatu lokasi tertentu untuk

melakukan pengamatan, penghayatan dan perenungan mendalam terhadap

alam ciptaan Allah swt”.13 Kegiatan ekstrakurikuler ini diharapkan agar

siswa memiliki sikap dan komitmen serta perilaku untuk senantiasa

menjaga, memelihara dan dapat melestarikan alam ciptaan Allah. Kegiatan

tadabbur dan tafakkur alam dapat dilakukan setiap akhir semester setelah

ujian sebagai penyegaran kepada siswa setelah satu semester belajar di

kelas. Dengan kegiatan ini siswa akan semakin berminat untuk rajin

13
Ibid., hlm. 27-28

17
mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Istilah lain yang digunakan

dalam kegiatan tadabbur dan tafaakur ala mini adalah kunjungan wisata

seperti ke Masjid bersejarah, Museum dan sebagainya.

f. Pesantren Kilat.

Kegiatan Pesantren Kilat adalah “kegiatan pembinaan sikap, mental

dan perilaku siswa dengan memberikan pemahaman agama dalam waktu

beberapa hari (kilat). Biasanya kegiatan ini dilakukan pada bulan

Ramadhan”.14 Siswa dilatih mentalnya, keberanian dalam menyampaikan

pendapat dan pikiran. Sedangkan yang lebih penting dalam kegiatan ini

siswa diarahkan agar senantiasa disiplin mengamalkan ajaran agama Islam.

Dalam kegiatan pesantren kilat siswa dibiasakan untuk bekerjasama, saling

menghargai, membiasakan kekompakan dan sebagainya. Kegiatan

pesantren kilat sangat sering dilakukan oleh berbagai sekolah dalam

membina perilaku siswa. Kegiatan pesantren kilat tidak hanya dilakukan

pada bulan Ramadhan, tetapi dapat juga dilakukan ketika liburan sekolah

pada akhir tahun pelajaran.

g. Kegiatan Kepramukaan.

Kegiatan kepramukaan adalah “kegiatan ekstrakurikuler yang

ditujukan untuk melatih dan mendidik siswa melalui berbagai bentuk

latihan yang berorientasi pada ketahanan hidup (survival of life),

pembentukan kepribadian yang luhur”.15. Selain itu, kegiatan kepramukaan

membentuk jiwa sosial dan solidaritas kemanusiaan, baik dalam hal

kecakapan individual maupun kecakapan kolektif yang diwujudkan dengan

14
Ibid., hlm 29-31.
15
Ibid., hlm. 45-46.

18
kedisiplinan terhadap aturan-aturan bersama. Dalam prakteknya kegiatan

kepramukaan dilakukan melalui sebuah wadah organisasi yang bernama

pramuka. Dalam kegiatan pramuka siswa dilatih melakukan penjelajahan,

mengenal dan berteman dengan alam, mengasah keterampilan dalam

menyelesaikan permasalahan hidup, kerjasama dan peduli terhadap

lingkungan. Selain itu kegiatan pramuka sekaligus melatih perilaku dan

kedisiplinan siswa.

Kegiatan pramuka biasanya mendominasi dalam kegiatan

ekstrakurikuler yang dilakukan sekolah. Hal ini dipengaruhi oleh adanya

wadah organisasi pramuka yang dibentuk di sekolah dengan gugus depan

masing-masing. Kegiatan pramuka tidak hanya dilakukan di sekolah tetapi

kegiatan-kegiatan kepramukaan juga diperlombakan mulai tingkat

kecamatan, kabupaten, provinsi sampai tingkat nasional.

Dengan demikian, siswa biasanya berpacu untuk mengejar prestasi

dalam kegiatan pramuka dengan berlomba untuk mendapatkan tingkatan-

tingkatan dalam istilah pramuka. Kegiatan pramuka telah menjadi

kebijakan nasional dengan pemberian anggaran yang besar untuk kegiatan

tersebut. Dalam kegiatan kepramukaan biasa dilakukan kegiatan

perkemahan seperti Perkemahan Sabtu-Minggu, Perkemahan Jum’at-Sabtu-

Minggu dan sebagainya.

h. Palang Merah Remaja.

Adapun yang dimaksud dengan Palang Merah Remaja adalah

“sebuah wadah organisasi pelajar yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan dan medis terhadap para

19
korban yang membutuhkan pertolongan medis”.16 Sebenarnya Palang

Merah Remaja bagian yang tidak dapat dipisahkan dari organisasi Palang

Merah Indonesia. Organisasi ini memiliki Induk mulai tingkat Ranting

sampai tingkat nasional. Palang Merah Remaja juga menjadi salah satu

kegiatan ekstrakurikuler yang sering dilakukan di sekolah. Pada intinya,

kegiatan Palang Merah Remaja di sekolah untuk memberikan rangsangan

kepada siswa untuk menjaga kesehatan dan memiliki respon yang tinggi

terhadap orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Jadi para siswa

diharapkan memiliki jiwa sosial yang tinggi dalam membantu saudara-

saudaranya di sekolah.

i. Kampanye Anti Narkoba.

Kegiatan kampanye anti narkoba adalah “satu kegiatan

ekstrakurikuler yang dapat dilakukan di sekolah dengan membentuk wadah

tim gerakan anti narkoba atau sejenisnya”.17 Kegiatan ini sangat penting

untuk mengantisipasi siswa dari perilaku narkoba. Kegiatan anti narkoba

juga dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan penyuluhan dan

sebagainya. Dalam kegiatan anti narkoba, siswa dapat saja membuka

kegiatan seperti kantin bebas asap rokok, atau membuka taman baca anti

narkoba dan sebagainya.

j. Kegiatan Olahraga.

Kegiatan olahraga adalah “kegiatan yang mengarah pada olah fisik,

ketangkasan maupun oleh mental-spiritual melalui mediatasi. Kegiatan

estrakurikuler dalam kegiatan olahraga selain untuk media pelatihan

16
Ibid., hlm. 48-49.
17
Ibid., hlm. 50.

20
kesehatan tubuh, juga merupakan sarana bagi para siswa untuk dapat

mengemb angkan potensi, bakat dan minat yang dimiliki siswa”.18 Adapun

bentuk kegiatan yang dilakukan seperti membentuk sepak bola, bola voli,

basket, futsal, pencak silat, karate, taekwondo dan sebagainya. Kegiatan-

kegiatan ini dapat memacu prestasi siswa dalam pencapaian kurikulum

pendidikan jasmani dan kesehatan sekaligus untuk mencari bibit-bibit

olahragawan Indonesia. Biasanya untuk menambah motivasi siswa dalam

kegiatan olahraga, para siswa diikutsertakan dalam kegiatan Pekan

Olahraga Antara Sekolah, tingkat kabupaten, tingkat provinsi sampai pada

tingkat nasional.

Dengan memperhatikan bentuk-bentuk kegiatan ekstra kurikuler di

atas, dapatlah dipahami bahwa kegiatan ekstra kurikuler bukan hanya

kegiatan kepramukaan dan Palang Merah Indonesia saja sebagaimana yang

banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah, tetapi kegiatan ekstrakurikuler

lebih luas dari itu. Kegiatan-kegiatan keagamaan juga dapat dikategorikan

sebagai bentuk kegiatan ekstra kurikuler seperti kegiatan peringatan hari

besar Islam, kegiatan pesantren kilat dan sebagainya. Dengan begitu, maka

bentuk-bentuk kegiatan ekstra kurikuler paling tidak memiliki bentuk yang

berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler di bidang agama, kepemimpinan,

rekreasi, olahraga pelatihan dan kegiatan sosialisasi program nasional

pemerintah seperti anti narkoba, anti korupsi, termasuk kegiatan-kegiatan

penelitian di laboratorium.

18
Ibid., hlm. 54-56.

21
Hal ini menandakan bahwa kegiatan ekstra kurikuler bersifat open

menu, Artinya setiap kegiatan di luar jam pelajaran yang mendukung

kegiatan kurikuler di dalam kelas dapat dikategorikan sebagai kegiatan

ekstra kurikuler. Dengan demikian sekolah sebagai lembaga pendidikan

dapat memperhatikan dan memberi pilihan kepada siswa kegiatan apa yang

ingin diikuti oleh siswa dengan tidak membatasi pada beberapa kegiatan

saja yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan sekolah. Kegiatan

ekstrakurikuler merupakan bagian kegiatan belajar yang dilakukan di luar

jam belajar sekolah. Witherington menegaskan bahwa “terjadinya

perubahan tingkah laku itu adalah hasil dari proses belajar, baik secara

formal, maupun non formal. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler bagian

belajar secara tidak formal”.19

B. Kursus Kader Dakwah

1. Pengertian Kursus Kader Dakwah

Berdasarkan istilah katanya, maka istilah kursus kader dakwah

berasal dari kursus, kader dan dakwah. Menurut Syafri Mangkuprawira kata

kursus adalah “sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian

tertentu serta sikap agar seseorang semakin terampil dan mampu

melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan

standar”.20 Jadi kata kursus hampir sama dengan istilah pelatihan, atau

magang.

19
Witherington, HC, Cronbach L.J., Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, (Bandung:
Jemmars, 2011), hlm. 23.
20
Syafri Mangkuprawir, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi, (Jakarta: Glalia
Indonesia, 2013), 135.

22
Kedua istilah kata kader. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

kader berarti “perwira atau bintara dalam ketentaraan; dan orang yang

diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai,

dan sebagainya. Sedangkan pengkaderan adalah proses, cara, perbuatan

mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader”.21 Dengan demikian

kader dapat dimaknai sebagai generasi yang telah disiapkan untuk

melanjutkan roda organisasi maupun pelanjutkan kegiatan suatu komunitas.

Ketiga, adalah kata dakwah. Menurut M. Arifin kata dakwah adalah

“suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku yang

dilakukan secara sadar dan berencana dalam mempengaruhi orang lain baik

secara individu maupun kelompok agar timbul dalam dirinya kesadaran,

sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama tanpa ada

unsur pemaksaan”.22

Kursus Kader Dakwah atau KKD adalah “salah satu kegiatan

ekstrakurikuler bersifat keagamaan yang dilaksanakan dengan cara

memberikan pengetahuan kepada peserta didik seputar ilmu-ilmu

keagamaan yang bertujuan agar peserta didik mampu mengetahui ajaran

Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari”.23

Kegiatan ekstrakurikuler KKD merupakan bagian dari kegiatan pendidikan

Islam. Menurut Ramayulis, “pendidikan Islam adalah upaya sadar dan

terencana guna menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami,

21
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit.,
hlm. 359.
22
Maulana, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm.
6.
23
Haidir, dkk, Pelaksanaan Pebinaan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
kursus kader Dakwah (KKKD) di MAN 2 Model Medan, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
PPKM. Volume 26. Desember 2020, hlm. 254-255.

23
menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya Alqur’an dan Al-Hadis, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman”.24

Kegiatan ekstrakurikuler KKD merupakan salah satu sarana

pengembangan diri siswa dalam beretorika, menjadi pendakwah dan

sebagainya. Karena ilmu yang diterima di dalam kelas memang harus

dikembangkan dan disampaikan pada orang lain. Selain untuk melatih

kemampuan berbicara, juga dapat mensiarkan agama di tengah-tengah

masyarakat.

2. Urgensi Program Kursus Kader Dakwah di Madrasah

Kegiatan kursus kader dakwah merupakan kegiatan pembimbingan

kepada siswa secara lebih mendalam terhadap mental, sikap perilaku siswa

sebagai seorang muslim yang baik. Hal tersebut sejalan dengan perintah

Allah SWT untuk memelihara anak didik dari pengaruh perilaku yang tidak

baik di masyarakat. Allah SWT telah berfirman sebagaimana termaktub

dalam Q.S. Al-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:

 
 

 
 

 
   
  

24
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2014), hlm.
21.

24
 
(٦:٦٦/ ‫ ) اﻟﺘﺤﺮﯾﻢ‬ 
Terjemahnya: “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah SWT
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang Dia perintahkan”. (Q.S. Al-
Tahrim/66: 6).25
Ayat di atas menjelaskan kepada orang-orang yang beriman agar

berupaya membina dan memelihara keluarga mereka dari api neraka, yaitu

perilaku buruk. Karena perilaku yang buruk akan membawa seseorang

kepada murka Allah SWT. Dalam mendidik siswa agar memiliki perilaku

yang baik, maka kegiatan kursus kader dakwah menjadi salah satu

usahanya.

Dengan demikian perilaku siswa merupakan cerminan terhadap

pembinaan yang selama ini dilakukan kepada mereka. Sedangkan tujuan

pengubahan perilaku antara lain pertama, membentuk atau meningkatkan

perilaku yang tidak ada atau kurang dimiliki oleh individu. Kedua,

mengurangi atau menghentikan perilaku yang berlebihan (behavioral

excesses). Ketiga, mengurangi atau menghentikan perilaku maladaptif dan

memelihara atau meningkatkan perilaku adaptif.

3. Dasar-Dasar Kursus Kader Dakwah di Madrasah

Kursus Kader Dakwah memiliki dasar-dasar pelaksanaan sesuai

dengan tuntunan ajaran Islam, sebagai berikut:

25
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, (Semarang: Toha
Putra, 2012), hlm. 420.

25
a. Perubahan kepribadian harus dilakukan dari diri sendiri. Hal tersebut

sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ra’du ayat 11

sebagai berikut:

  


  
 
    
   
 
 
  
  
    
   
(١١:١٣ / ‫ )اﻟﺮﻋﺪ‬  
Terjemahnya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah[767].
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada
pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Al-Ra’du13:
11)26

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah

kondisi umat manusia (suatu kaum), sehingga manusia itulah yang harus

merubah keadaan diri dan lingkungannya sendiri. Sedangkan kegiatan

kursus kader dakwah adalah bagian dari upaya peserta didik untuk

melakukan perubahan pada dirinya sendiri dengan ikut mendalami ilmu

agama, praktek pengamalan agama sekaligus menyampaikannya pada


26
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 322.

26
orang lain. Jika ayat tersebut dikaitkan dengan KKD sebagai pelatihan,

maka KKD adalah suatu upaya untuk mencapai perubahan yang lebih

baik. Sehingga program pelatihan merupakan motivasi untuk berubah

menjadi lebih baik. Walaupun ayat tersebut juga menjelaskan bahwa soal

hasil dari upaya perubahan merupakan hak prerogatif Allah SWT. Tetapi

manusia diwajibkan untuk melakukan upaya perubahan semaksimal

mungkin.

b. Penanaman ilmu agama mesti seiring pula dengan penanaman pengamalan

agama kepada siswa. ada pepatah mengatakan ilmu tanpa amal seperti

pohon yang tiada berbuah. Artinya ilmu tersebut dapat memiliki

kemanfaatan karena tidak diamalkan. Kegiatan KKD adalah bentuk wujud

dari upaya sekolah menanamkan pengamalan agama, bukan hanya dalam

bentuk amalan ibadah shalat, puasa, semata tetapi pengamalan perintah

untuk mensiarkan agama (mendakwahkan) agama sampai pada pelosok-

pelosok. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah swt dalam Q.S. Al-Shaf

ayat 2-3 sebagai berikut;

 
  
   
   
   
(٣-٢:٦١/ ‫ ) اﻟﺼﻒ‬ 
Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu

mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar

27
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa

yang tidak kamu kerjakan. (Q.S. Al-Shaff /61: 2-3)27

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah mencerca orang-orang yang hanya

pandai mengatakan suatu kebaikan atau bahkan mengajak orang bebruat

baik, tetapi dirinya sendiri tidak melakukan perbuatan baik tersebut.

Kegiatan KKD mendidik siswa untuk istiqamah dalam menjalankan

agama Islam sebagaimana yang telah diketahuinya dan yang sudah

disampaikannya pada orang lain. Selain itu, KKD adalah sarana bagi siswa

dalam melatih dirinya untuk memiliki ilmu sekaligus memiliki

keterampilan dan amalan yang baik.

c. Kewajiban berdakwah kepada setiap orang. Dakwah adalah satu amalan

yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap pelajar muslim, terlebih lagi

pelajar yang belajar di madrasah. allah berfirman dalam Q.S. Al-Nahl ayat

125 sebagai berikut:

  


 

 
 
   
  
   
  
)  
(١٢٥:١٦/‫اﻟﻨﺤﻞ‬
Terjemahnya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
27
Ibid., hlm. 461.

28
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.(Q.S. Al-Nahl: 125)28

Ayat di atas mengisyaratkan sejumlah konsep dakwah, di antaranya:

Pertama, bahwa berdakwah merupakan perintah yang harus dilakukan.

Kedua, dakwah melibatkan yang menyeru (da’i) dan yang diseru (mad’u).

Ketiga, dakwah perlu memiliki tujuan yang jelas yaitu di jalan Allah.

Keempat, dakwah dipersilahkan untuk menggunakan berbagai metode.

Kelima, penggunaan metode harus yang terbaik atau paling tepat.

Dikarenakan dakwah merupakan suatu kewajiban, maka untuk

sukses dalam berdakwah perlu dilakukan KKD di madrasah. Tanpa adanya

pelatihan, sulit untuk mencapai yang terbaik. KKD sebagai bentuk

pelatihan kepada siswa akan mendidik siswa untuk aktif menyampaikan

agama kepada orang lain.

4. Manfaat Kursus Kader Dakwah

Menurut Nur Ahmadi, manfaat yang dapat diambil oleh siswa

dalam mengikuti kursus kader dakwah adalah sebagai berikut;

a. Kader dakwah menjadi orang yang paling teguh pendirian dan


paling kokoh sikapnya.
b. Kader dakwah menjadi orang yang paling berlapang dada.
c. Kader dakwah menjadi orang yang memiliki pemikiran paling
mendalam.
d. Kader dakwah menjadi orang yang memiliki pandangan luas.
e. Kader dakwah menjadi orang yang orang yang paling giat dalam
bekerja.
f. Kader dakwah memiliki gerakan yang paling kokoh strukturnya.
g. Kader dakwah menjadi orang yang paling banyak manfaatnya.29

28
Ibid., hlm. 261.
29
Nur Ahmadi, Tantangan Dakwah di Era Teknologi dan Informasi, Jurnal Addin,
Volume 8, No. 2. Agustus 2014.

29
Berdasarkan poin di atas maka dapat disimpulkan bahwamanfaat

mengikuti kursus kader dakwah bukan hanya berkaitan dengan ilmu

keagamaan, namun juga manfaat terrsebut dapat dirasakan lebih luas dari

itu, yaitu siswa memiliki pandangan dan wawasan yan lebih luas. Selain

itu, dengan mengikuti kader dakwah maka ada sikap giat dalam berusaha,

mudah memaafkan, memiliki kesabaran dan mental yang baik ketika

berhadapan dengan masyarakat. Oleh sebab itu, kemanfaatan mengikuti

kursus kader dakwah tidak hanya ketika berada di sekolah, namun manfaat

tersebut akan terasa ketika siswa sudah kelar dari sekolah.

5. Materi-materi Kursus Kader Dakwah

Hasil penelitian Haidir, dkk menjelaskan bahwa program yang

dimaksudkan disini adalah jenis jenis kegiatan ekstrakurikuler bidang

keagamaan dan Dakwah adalah sebagai berikut:

a. Mentoring/Halaqoh
b. Pelatihan Pidato
c. Tahsin Alquran
d. Pelatihan Public Speaking Training
e. Pelatihan Menulis/Jurnalistic Training
f. Silaturrahmi Ukhwah
g. Gebyar Kreativitas Muharram
h. Safari Ramadhan
i. Rihlah30

Selain itu, hasl penelitian Fitri Helena Pulungan menjelaskan “ada

tiga hal yang menjadi objek materi Kursus Kader Dakwah yaitu, retorika

30
Haidir, dkk, Pelaksanaan Pebinaan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN 2 Model Medan, Jurnal JPKM (Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat), Volume 26. Nomor 4, Oktober-Desember 2020.

30
dakwah, tahsin dan tahfidz Al-Quran, dan kajian Tauhid dan Fiqih”.31

Adapun menurut Masyhuril Khamis menjelaskan bahwa “materi kursus

kader dakwah bukan hanya ilmu keislaman dan semangat dalam

keagamaan, namun juga ilmu kemasyarakatan dan kebangsaan”.32

Kemudian, menurut Nugroho, materi kursus kader dakwah yaitu;

a. Muatan Aqidah, yaitu nilai dan prinsip dasar ajaran Islam.


b. Muatan Fikroh Islamy dan Manhaj Dakwah, yaitu visi universal
agama islam dan visiKKD (sebagai rahmatan lil‘alamin).
c. Muatan Ibadah, yaitu menjadikan segala aktivitas sebagai wujud
pengabdian murni (ikhlas) kepada Allah SWT.
d. Muatan Akhlak, yaitu penerapan nilai dan prinsip Islam dalam
perilaku dan sikap.
e. Muatan Pengembangan Diri, yaitu kemampuan pengembangan
keterampilan, profesionalitas dan spesialisasi diri.
f. Muatan Leadership, yaitu kemampuan dalam pengelolaan dan
pengarahan manajemen dakwah.33

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa materi kursus kader dakwah adalah retorika dakwah, tahsin Al-

Quran, Tahfidz Al-Quran, Tauhid, Fiqih, wawasan kemasyarakatan,

wawasan kebangsaan, dan sebagainya.

C. Penelitian yang Relevan

Setelah melakukan studi pustaka, ada beberapa penelitian yang relevan

dengan penelitian penulis lakukan sdebagai berikut:

1. Penelitian Haidir dan kawan-kawan mahasiswa pasca sarjana UIN-SU

tashun 2019 dengan judul Pelaksanaan Pebinaan Kreativitas Siswa dalam

31
Fitri Helena Pulungan, Pelaksanaan Pengembangan Bakat Siswa dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (Kkd) di MAN 1 Medan, Jurnal Edu Riligia, Volume 2
No. 1, Januari-Maret 2018, hlm. 21.
32
Masyhuril Khamis, Melahirkan Kader Dakwah, Republik.co.id., di uploud 08 May
2015 16:00 WIB, https://www.republika.co.id/
33
Bayu Nugroho, Sekilas Tentang Kursus Kader Dakwah, http://artikelman1mdn.
blogspot.com.

31
Kegiatan Ekstrakurikuler kursus kader Dakwah (KKKD) di MAN 2 Model

Medan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa (1) Program-program

ekstrakurikuler KKD dalam bidang keagamaan dan Dakwah melatih

retorika dakwah secara Islami, serta mengkaji Alquran, Mentoring

(Halaqoh), Tahsin Alquran, Pelatihan Pidato, Pelatihan Jurnalistik, Syarhil

dan Fahmil Alquran, Silaturrahmi, Gebyar Kreativitas Muharram, Safari

Ramadhan, dan Rihlah. (2) Peluang yang besar terbukti dengan adanya

antusias yang besar dari siswa yang mengikutinya dan dukungan yang kuat

dari pihak madrasah, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat

yang mereka miliki terutama bakat retorika dakwah serta kegiatan KKD

dapat terlaksana dengan baik dan hambatan yang tidak terlalu berarti.

2. Penelitian yang dilakukan Akhmad Fadjari tahun 2008 dengan judul

Hubungan Efektivitas Pelatihan Kader Dakwah Dengan Kualitas Dakwah

Islam Gerakan Pemuda Ansor di Kabupaten Kendal. Hasil penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa tanggapan responden terhadap penilaian

efektivitas pelatihan kader dakwah dari hasil 36 angket (36 orang)

menunjukkan sangat baik 5 orang, baik 12 orang, agak baik 10 orang,

kurang baik 7 orang, dan kategori tidak baik 2 orang. Adapun penilaian

responden terhadap kualitas dakwah Islam Gerakan Pemuda Ansor di

Kabupaten Kendal secara umum kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari

upaya dengan seksama terkait dengan kualitas da’I materi meningkat,

metode meningkat, media meningkat secara umum baik. Hal ini dapat

dilihat dari hasil penilaian yang menunjukkan tingkat kategori sangat baik

5 orang, baik 5 orang, agak baik 5 orang, kurang baik 11 orang dan

32
kategori tidak baik 9 orang. Hubungan efektifitas pelatihan kader dakwah

dengan kualitas dakwah Islam Gerakan Pemuda Ansor di Kabupaten

Kendal adalah signifikan, sedangkan pada taraf signifikan 1% dengan

jumlah responden 36 didapatkan r table = 0,424 sedangkan r xy = 0,454

dengan demikian ro > r table, ini menunjukkan bahwa hubungan

efektivitas pelatihan kader dakwah dengan kualitas dakwah Islam Gerakan

Pemuda Ansor di Kabupaten Kendal adalah signifikan.

D. Kerangka Konseptual

Dengan memperhatikan kajian pada deskripsi teoretik di atas, penulis

mencoba membuat kerangka mkonseptual penelitian sebagai berikut;

1. Program kursus kader dakwah di MAN 3 Langkat merupakan kegiatan

eksrtrakurikuler pada bidang agama yang terprogram, direncanakan dan

dilaksanakan dengan baik.

2. Kegiatan kursus kader dakwah di MAN 3 Langkat dimbimbing oleh guru-

guru yang berpengalaman dalam bidang pengkaderan dan telah dievaluasi

setiap tahun.

3. Pelaksanaan Kursus Kader Dakwah tidak hanya dilaksanakan di madrasah

tetapi siswa dibawah ke masjid terpencil yang ada di desa-desa.

33
34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di MAN 3 Langkat yang beralamat di

jalan Proklamasi No.54, Kwala Bingai, Kec. Stabat, Kabupaten Langkat,

Sumatera Utara.

a. Sejarah Berdiri

MAN 3 Langkat merupakan pergantian nama dari MAN 1 Stabat

berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 206 tahun 2018. Cikal bakal

MAN 3 Langkat adalah MASPN yang didirikan oleh H. Maksum Abidin

Saleh di kecamatan Stabat tahun 1996. Tahun 2003 dikeluarkan SK

nomor 558 tertanggal 12 bulan 2 tahun 2003. Selanjutnya lokasi

madrasah yang sebelumnya berada di tengah kota dipindahkan berada di

di kelurahan Kwala Bingai, karena lokasi tanah diberikan oleh bapak

Bupati Langkat.

Visi Misi

Sesuai dengan perubahan paradigma dan cara pandang dalam

aspek pendidikan, MAN 3 Langkat memiliki visi dan misi sebagai

berikut:

Visi : Islami, Populis, Kompetitif dalam Iptek dan Imtaq serta memiliki

life skill.
35

Misi : 1) Melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas

kegiatan keagamaan.

2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan di kelas dan di

luar kelas dalam suasana interaktif dan menyenangkan.

3) Membudayakan lingkungan bersih dan sehat.

4) Menumbuhkembangkan budaya berkompetisi yang sehat

dalam meraih keunggulan berpretasi

5) Mengembangkan semangat berkreasi dan berprestasi.

6) Menerapkan tata tertib dan berdisiplin dengan adil dan

konsisten.

b. Keadaan Guru

Untuk mendukung penyelenggaraan proses belajar mengajar,

maka direkrut tenaga pendidik dan kependidikan untuk ditempat di

MAN 3 Langkat. Sebagian besar guru telah memperoleh sertfikat tenaga

pendidik profesional sehingga menerima tunjangan sertifikasi guru.

Adapun total keseluruhan tenaga pendidik dan kependidikan di MAN 3

Langkat berjumlah 64 orang dimana sebagian kecil masih merupakan

tenaga honorer. Adapun keadaan guru MAN 3 Langkat tersebut dapat di

lihat pada tabel di bawah ini.

TABEL. I
KEADAAN TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN MAN 3
LANGKAT TAHUN AJARAN 2021/2022
No Nama Guru Jabatan Keterangan
01. Edi Syahputra, S.Pd, M.M Kepala Madrasah PNS
02. Abdi Sukamto, S.Ag, M.Si WKM I PNS
03. Drs. Mulkan WKM II PNS
04. Supriadi, S.Ag WKM III PNS
36

05. Edi Kesuma Hadi, S.Ag WKM IV PNS


06. Eka Suhada, S.Pd Guru PNS
07. Drs. Sunarto Ka. Lab Kimia PNS
08. Akhiriani, S.Ag PNS
09. Irmayani, S.Pd PNS
10. Dra. Naemah PNS
11. Helmi Fahmi, S.Pd.I PNS
12. Supardi Irmansah, S.Ag PNS
13. Hafidatul Husna, S.Ag Kepala Pustaka PNS
14. Drs. Syaiful Syah PNS
15. Asrar, S.Ag PNS
16. Saiful Amri, AB, S.Pd Guru PNS
17. Drs. Ahmad Fauzi, M.A Guru PNS
18. Surya Ningsih, S.Pd Guru PNS
19. Nining Setia Ningsih, S.Pd Guru PNS
20. Desria Wita, S.Pd Ka. Lab Biologi PNS
21. Sunarto, S.Pd.I Ka. Lab Komput PNS
22. Safiah, S.Ag Guru PNS
23. Eka Puspita Sari, S.Pd Guru PNS
24. Kamaludin, S.Pd Guru PNS
25. Indah Novica Dewi, S.Pd Guru PNS
26. Saharani, S.Pd Guru PNS
27. Syahfitri, S.Pd Guru PNS
28. Safitri Arningsih, SE Guru PNS
29. Ainun Mardiah, S.Pd Guru PNS
30. Zulia Mona, S.Pd.I Guru PNS
31. Saodah, S.Pd Guru GT
32. Rehulina Sitepu, S.Psi Guru GT
33. Edi Sutrisno, S.Si Guru GT
34. Sri Milawati, S.Pd Guru GT
35. Maulida Husna, S.Pd Guru GT
36. Nur Aisyah, S.Pd.I Guru GT
37. Rheza Wahyudi, S.Pd Guru GT
38. Ika Ayu Lestari, S.Pd Guru GT
39. Ella Aisyah, S.Pd Guru GT
40. Mutia Awanis, S.Pd Guru GT
41. Rizky Hikmi, S.Pd Guru GT
42. Annisa Febri Yusda Guru GT
43. Edi Sutrisno, S.Pd, M.M Guru GT
44. Tiya Erma Yunita, S.Pd Guru GT
45. Suhilma Sartika, S.Pd Guru GT
46. M. Qori Sulaiman, S.Pd Guru GT
47. Zubir, S.Ag Guru GT
48. Ega Nanda Adetiya, S.Pd Guru GT
37

49. Zulhafnita, SS, S.Pd.I Guru GT


50. Al-Juraidah, S.Pd.I Guru Honor
51. Putri Mawardani, S.Pd Guru Honor
52. Anggita Wahyuni, S.Pd Guru Honor
53. Dewi Lestari, S.pd Guru PNS
54. Ida Warni Tanjung, S.H.I KTU PNS
55. Kamal, S.Pd Bendahara PNS
56. Siti Bahriah, S.Pd. TU Honor
57. Heri Marwansah TU Honor
58. Rina Alfiani TU Honor
59. Angga Rizki S TU Honor
60. Dani Suhendra TU Honor
61. Yuliadi Petugas Kebersih Honor
62. Iwan Penjaga Sekolah Honor
63. Junaidi Penjaga Sekolah Honor
64. Ngadimen C Petugas Kebersih Honor
65. M. Imam Khairun Mizan Jaga Malam Honor
Sumber data : Data Statistik Pendidik Tenaga Kependidikan MAN 3
Langkat T.A 2021-2022.

c. Keadaan Siswa

Pada tahun ajaran 2021-2022, jumlah siswa di MAN 3 Langkat

berjumlah 867. Pelaksanaan penerimaan siswa baru dilakukan secara

daring dengan ujian serta wawancara dilakukan secara online. Adapun

data keadaan siswa MAN 3 Langkat dapat di lihat pada tabel di bawah

ini:

TABEL. II
KEADAAN SISWA MAN 3 LANGKAT
TAHUN AJARAN 2021-2022
Kelas Jumlah Siswa Keterangan
Laki-laki Perempuan Jumlah

X 159 160 319 9 lokal

XI 104 182 286 8 lokal


38

XII 122 140 262 7 lokal

Total 385 482 867 24 lokal

Sumber data: Data statistik MAN 3 Langkat Tahun Ajaran 2021-2022

d. Keadaan Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana MAN 3 Langkat telah sangat cukup memadai untuk

melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Karena hampir seluruh sarana

prasarana yang diperlukan telah ada di sekolah tersebut. Sarana prasarana yang

berkaitan dengan pembentukan religiusitas seperti ruang praktik ibadah seperti

mushalla, pelaksanaan fardhu kifayah telah ada. Untuk mendapatkan data yang

jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL. III
KEADAAN SARANA/PRASARANA MAN 3 LANGKAT
TAHUN AJARAN 2021-2022
Keadaan
No Jenis Ruang JLH Rusak Rusak Luas Ket
Baik
ringan berat
1 Ruang Kepala 1 1 - - 15 m2
2 Ruang TU 1 1 - - 32 m2
3 Ruang Guru 1 1 - - 64 m2
4 Ruang BK 1 1 - - 15 m2
5 Ruang Belajar 24 24 - - 64 m2
Ruang Laboratorium
6 3 3 - - 64 m2
Komputer
7 Perpustakaan 1 1 - - 64 m2
8 Mushollah 1 1 - - 150 m2
9 Ruang UKS 1 1 - - 15 m2
10 Ruang Pramuka 1 1 - - 15 m2
11 Ruang Osis 1 1 - - 15 m2
3,75
12 Kamar mandi 16 16 - -
m2
698.11
13 Lap. Olah raga 1 - 1 -
2 m2
14 Lap. Sepak takraw 1 - 1 - 81.74
39

m2
81.74
15 Lap. badminton 1 - 1 -
m2
Ekskul
a. Tilawah qur’an
b. Pramuka
c. Paskibraka
d. Olah raga
(volley, futsal,
karate)
16 ada
e. Menari
f. PMR
g. Syahril qur’an
h. Fahmil qur’an
i. Tahfiz
j. Tahtim Tahlil
k. Seni
16 Areal parker 1 1 - -
Ada ( luasnya 698.112 m2 )
17 Halaman
Sumber: Data Statistik MAN 3 Langkat T.A 2021/2022.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian field research dimana penelitian

yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Penelitian Lapangan

merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan

informasi yang diperoleh langsung dari responden.

Adapun penelitian ini dilakukan selama 6 bulan di mulai sejak Juni

sampai Nopember tahun 2021. Adapun rencana pelaksanaan penelitian

sebagaimana tabel berikut:


40

TABEL. IV
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No Juni Juli Agustus Sept Okt Nop

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
proposal
2. Seminar proposal

3. Penggalian Data

4. Analisis Data
5. Penyusunan
laporan penelitian
6.Ujian munaqasah

C. Metode Penelitian

Menurut Lexy J. Moleong, “metode penelitian kualitatif salah satunya

dimanfaatkan untuk keperluan peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu

latar belakang, misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap dan persepsi”.1

Penelitian kualitatif merupkan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Dengan demikian, maka dalam penyampaian data

dilakukan dengan deskripsi. Berdasarkan judul penelitian penelitian, maka

penggunaan metode kualitatif untuk menemukan bagaimana upaya

meningkatksn kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN

3 Langkat.

1
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitiatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2018),
hlm. 114.
41

D. Latar, Entri dan Kehadiran Peneliti

Latar penelitian ini bersifat latar alamiah atau konteks pada keutuhan.

Masudnya penelitian ini menghendaki kenyataan keutuhan yang tidak dapat

dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Hubungan yang diteliti akan jauh

lebih jelas apabila diamati dalam proses. Karena itu penelitian ini

mengutamakan proses dari pada hasil.

Kehadiran peneliti merupakan bagian dari instrument. Artinya peneliti

sendiri dan orang lain yang membantu merupakan alat pengumpul data yang

utama. Adapun desian penelitian ini tidak menggunakan desain yang disusun

secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi.

E. Variabel dan Data

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.2 Dengan demikian maka

variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi. Hal ini

mengakibatkan variabel dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok atau

lebih.

Dalam penelitian ini ada satu variabel yang jadi objek kajian untuk

diteliti, yaitu upaya meningkatksn kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader

Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat. Adapun data penelitian sesuai dengan

jenis variabel dalam penelitian maka menggunakan data kualitatif. Data

kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi atau

2
Sugiono, Statistika untuk Penelitian, (Alfabeta, Bandung, 2012), hlm. 78.
42

pengelompokan berbentuk pertanyaaan atau berupa kata-kata.3 Dengan

demikian maka data penelitian ini adalah data tentang Upaya Meningkatksn

Kegiatan Ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat

Data-data tersebut ditemukan dengan menggunakan beberapa alat

pengumpulan data dengan pdenggunaan instrument penelitian dalam

penelitian kualitatif.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utama dalam pengumpulan data

adalah manusia yaitu, peneliti sendiri atau orang lain yang membantu peneliti.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang mengumpulkan data dengan

cara bertanya, meminta, mendengar, dan mengambil atau sebagainya. Peneliti

meminta bantuan para guru dan Kepala sekolah untuk turut serta melakukan

observasi terhadap upaya meningkatksn kegiatan ekstrakurikuler Kursus

Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat baik dalam proses kegiatan

keagamaan di lingkungan madrasah maupun di luar lingungan madrasah.

G. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Adapun yang menjadi sumber data primer penelitian ini adalah Kepala

Sekolah, PKM 3, Ketua KKD dan anggota KKD MAN 3 Langkat yang

3
Ridwan, Dasar-dasar Statistik. (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 31.
43

melaksanakan kegiatan Kursus Kader Dakwah, Sumber data primer diperoleh

dari hasil wawancara peneliti dengan kepala madrasah, 2 orang guru

pembimbing KKD dan 3 orang siswa yang mengikuti program KKD.

2. Sumber Data Sekunder

Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang

diperlukan dalam memperkuat data primer. Sumber data sekunder penelitian

ini diperoleh dari berbagai arsif, dokumen yang mendukung data primer seperti

arsif program kegiatan, program kerja, pelaksanaan kegiatan di madrasah,

berita acara, daftar hadir, laporan pelaksanaan kegiatan, foto dokumen

kegiatan, notulen rapat dan sebagainya.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengamatan (observasi)

Observasi diartikan sebagai “pengamatan terhadap objek-objek yang

dapat dijadikan sumber masalah”.4 Instrumen peneliti akan dapat mengetahui

secara jelas mengenai upaya meningkatksn kegiatan ekstrakurikuler Kursus

Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat. Kegiatan observasi dilakukan

terhadap sikap dan perilaku serta aktivitas siswa mengikuti kegiatan tersebut.

Untuk mengetahi tentang materi-materi yang diobservasi maka dapat dilihat

pada tabel berikut:

4
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: CP. Press, 2009), hlm. 181.
44

TABEL. V
INSTRUMEN OBSERVASI

Keadaan
NO Hal-Hal yang di Observasi Tidak Keterangan
Aktif
Aktif
1 Kegiatan Mentoring/Halaqoh

2 Kegiatan Pelatihan Pidato

3 Kegiatan Tahsin Alquran

4 Kegiatan Pelatihan Public


Speaking Training
5 Kegiatan Pelatihan Menulis/
Jurnalistic Training
6 Kegiatan Silaturrahmi Ukhwah

7 Kegiatan Gebyar Kreativitas


Muharram
8. Kegiatan Safari Ramadhan

9. Kegiatan Rihlah

10. Kehadiran guru dalam setiap


kegiatan

2. Wawancara (interview)

“Wawancara merupakan tanya jawab peneliti dengan orang-orang yang

relevan untuk dijadikan sumber data”5 dan merupakan instrument

pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan atau

informasi melalui percakapan secara langsung atau tatap muka mengadakan

wawancara secara lengkap tentang berbagai hal terkait upaya meningkatksn

kegiatan ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) di MAN 3 Langkat.

5
Ibid.
45

Untuk mengetahi tentang materi-materi wawancara maka dapat dilihat pada

tabel berikut:

TABEL. VI
KISI- KISI WAWANCARA
No Indikator Sub Indikator Subjek Item
Penelitian
1. Pelaksanaan 1. Perencanaan program Kepala 1, 2
Kegiatan KKD di madrasah yang berkaitan Sekolah
madrasah dengan KKD.
2. Pelaksanaan program kerja 3, 4
KKD
3. Evaluasi pelaksanaan 5,6
program KKD
4. Kendala dan upaya 7
mengatasi kendala dalam
pelaksanaan KKD.
2 Peningkatan 1. Strategi meningkatkan Guru Pembina 1,2
Bakat dan Minat bakat dan minat siswa
siswa dalam dalam kegiatan KKD
mengikuti KKD 2. Bentuk kegiatan 3,4
pembinaan bakat dan minat
siswa dalam kegiatan KKD
3. Dukungan guru dan orang 5,6
tua siswa dalam kegiatan
KKD.
4. Hambatan guru Pembina 7
dalam pelaksanaan kegiatan
KKD dan upaya
mengatasinya
3. Kendala yang 1. Kendala yang ditemukan Ketua dan 1,2
ditemukan dalam dalam meningkatkan Anggota
46

meningkatkan kegiatan KKD dan upaya KKD


kegiatan KKD mengatasinya.
2. Dukungan guru 3,4
pembimbing dalam kegiatan
KKD
3. Kendala kegiatan KKD di 5,6
luar madrasah dan upaya
mengatasinya.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu, mengumpulkan sejumlah data baik secara

tertulis maupun tidak tertulis seperti foto, gambar dan yang lainnya yang

berkaitan dengan Untuk mengetahi tentang materi-materi yang diobservasi

maka dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL. VII
KISI- KISI DOKUMENTASI
NO BENTUK DATA KETERANGAN
1 Program kerja KKD
2 SK guru pembimbing/Pembina KKD
3 Jadwal kegiatan KKD
4 Struktur Organisasi KKD
5 Materi dakwah kegiatan KKD
6 Laporan pelaksanaan kegiatan KKD
7 Daftar nama siswa yang mengikuti
kegiatan KKD
8 Dokumen kegiatan KKD
47

I. Teknik Pengabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid apabila

tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dan apa yang sesungguhnya

terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas dalam penelitian kualitatif

tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti

mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang

sebagai hasil proses mental tiap individu dengan latar belakangnya.

Oleh karena itu, jika ada lima orang peneliti dengan latar belakang

berbeda menjadi objek yang sama akan mendapat lima temuan dan semuanya

dinyatakan valid jika yang ditemukan tersebut tidak berbeda dengan apa yang

terjadi sesungguhnya pada objek yang diteliti. Uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability

(validitas eksternal), dependability (realitas), dan conformability (objekvitas).

1. Uji Credibility (Validitas Internal)


Credibility ialah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep

responden. Agar kredibilitas terpenuhi, maka:

a. Waktu yanag digunakan peneliti harus cukup lama.


b. Pengamatan yang terus menerus.
c. Mengadakan triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang
diperolehnya kepada pihak lain yang dapat dipercaya.
d. Mendiskusikan dengan teman seprofesi.
e. Menganalisis kasus negatif, yaitu kasus-kasus yang bertentangan
dengan hasil penelitiannya pada saat-saat tertentu.
f. Menggunakan alat-alat bantu dalam mengumpulkan data, seperti
tape recorder, camera, dan video.
g. Menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali setiap
informasi responden dengan mengadakan pertanyaan ulang atau
mengumpulkan sejumlah responden untuk diminta pendapatnya
tentang data yang telah dikumpulkan.6

6
Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm. 64.
48

2. Uji Transferability (Validitas Eksternal)

Transferability ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat

digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya. Dalam penelitian

kualitatif, bekerja dengan sampel yang kecil mengakibatkan sulitnya

mengadakan generalisasi sepenuhnya yang dapat dipercaya. Transferability

dapat ditingkatkan dengan cara melakukan penelitian dibeberapa lokasi. Suatu

yang berlaku pada suatu lokasi belum tentu sama dengan lokasi lainnya, oleh

sebab itu, perlu mempelajari beberapa kelompok lain sampai menemukan

kesamaan kesimpulan mengenai suatu gejala atau konsep.

3. Dependability (Realitas)
Dalam penelitian kualitatif, dependability disebut reliiabilitas. Suatu

penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat

mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Kadang terjadi peneliti itu

tidak melakukan penelitian tetapi bisa memperoleh data, peneliti seperti ini

perlu di uji dependability dan peneliti seperti ini tidak reliabel atau dependable.

Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit

terhadap keseluruhan proses penelitian.

Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing

untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, mamasuki lapangan,

menentukan sumber data, malakukan analisis data, melakukan uji keabsahan,

sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika

peneliti tak mempunyai dan tak bisa menunjukkan “jejak aktivitas

lapangannya”. Maka dependability penelitiannya patut diragukan.


49

4. Conformability (Objekvitas)

Menguji conformability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan

dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari

proses penelitian syang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi

standarconformability Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi

hasilnya ada.

J. Teknik Penganalisisan Data

Analisis data penelitian ini menggunakan teknik model Miles dan

Huberman dengan tiga langkah analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu, proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ‘kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus

menerus selama penelitian berlangsung.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data berbentuk tes naratif diubah menjadi berbagai bentuk

jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan

mudah diraih sehingga peneliti dapat mengetahui apa yang terjadi untuk

menarik kesimpulan. Penyajian data merupakan proses analisis.


50

3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi

Setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian analisis data, maka

proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Dalam tahap analisis data,

seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat

keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur

sebab akibat dan proposisi. Kesimpulan pada tahap pertama bersifat longgar,

tetap terbuka dan sketis, belum jelas. Kemudian meningkat menjadi lebih rinci

dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan final mungkin belum muncul

sampai pengumpulan data terakhir, tergantung pada besarnya kumpulan-

kumpulan, penyimpanannya dan metode catatan lapangan, pengkodeannya,

penyimpanannya dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan

peneliti dalam penarikan kesimpulan.


51

K. Latar, Entri dan Kehadiran Peneliti


52

Latar penelitian ini bersifat latar alamiah atau konteks pada keutuhan.

Masudnya penelitian ini menghendaki kenyataan keutuhan yang tidak dapat

dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Hubungan yang diteliti akan jauh

lebih jelas apabila diamati dalam proses. Karena itu penelitian ini

mengutamakan proses dari pada hasil.

Kehadiran peneliti merupakan bagian dari instrument. Artinya peneliti

sendiri dan orang lain yang membantu merupakan alat pengumpul data yang

utama. Adapun desian penelitian ini tidak menggunakan desain yang disusun

secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi.

L. Variabel dan Data

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.7 Dengan demikian maka

variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi. Hal ini

mengakibatkan variabel dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok atau

lebih.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang jadi objek kajian untuk

diteliti. Pertama; nilai pendidikan musyawarah dalam perspektif Q.S. Ali

Imran ayat 159, kedua; penerapan nilai pendidikan musyawarah dalam

7
Sugiono, (2012), Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, hlm. 78.
53

perspektif Q.S. Ali Imran ayat 159 bagi siswa di MAS Al-Washliyah 30

Binjai.

Adapun data penelitian sesuai dengan jenis variabel dalam penelitian

maka menggunakan data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang

berhubungan dengan kategorisasi atau pengelompokan berbentuk pertanyaaan

atau berupa kata-kata.8 Dengan demikian maka data penelitian ini adalah data

tentang nilai pendidikan musyawarah dalam perspektif Q.S. Ali Imran ayat

159 dan data tentang penerapan nilai pendidikan musyawarah dalam

perspektif Q.S. Ali Imran ayat 159 bagi siswa di MAS Al-Washliyah 30

Binjai. Data-data tersebut ditemukan dengan menggunakan beberapa alat

pengumpulan data dengan pdenggunaan instrument penelitian dalam

penelitian kualitatif.

8
Ridwan, (2013), Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta, hlm 31.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nur, Tantangan Dakwah di Era Teknologi dan Informasi, Jurnal Addin,
Volume 8, No. 2. Agustus 2014.

Attabik Ali, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Ali


Maksum, 2007.

Cronbaach, Witherington, HC, L.J., Teknik-teknik Belajar dan Mengajar,


Bandung: Jemmars, 2011.

Hadi, Amirul dan Haryono, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2015.

Haidir, dkk, Pelaksanaan Pebinaan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan


Ekstrakurikuler kursus kader Dakwah (KKKD) di MAN 2 Model Medan,
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat PPKM. Volume 26. Desember
2020.

Helena, Fitri Pulungan, Pelaksanaan Pengembangan Bakat Siswa dalam Kegiatan


Ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (Kkd) di MAN 1 Medan,
Jurnal Edu Riligia, Volume 2 No. 1, Januari-Maret 2018.

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: CP. Press, 2009.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Kathoda, 2016.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Panduan Penyusunan KTSP:


Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Menengah
Kejuruan Tahun Anggaran 2006, Jakarta: Depdikbud, 2012.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Pendidikan Dasar dan


Menengah, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku 1,
Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, 2014.

Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Manajemen Peningkatan


Mutu.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


11, Jakarta: Balai Pustaka, 2012.

Khamis, Masyhuril, Melahirkan Kader Dakwah, Republik.co.id., di uploud 08


May 2015 16:00 WIB, https://www.republika.co.id

Ma’arif, Saiful, Madrasah Aliyah Program Keterampilan, Jakarta: Bagian Proyek


EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar Ditjen Kelembagaan
Agama Islam Kemenag RI, 2011.
Mangkuprawir, Syafri Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi, Jakarta:
Glalia Indonesia, 2013.

Maulana, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitiatif, Bandung, Remaja Rosdakarya,


2018.

Nugroho, Bayu Nugroho, Sekilas Tentang Kursus Kader Dakwah,


http://artikelman1mdn. blogspot.com.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2014.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2014.

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32, Bandung: Fokus Media,
2006.

Ridwan, Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta, 2013.

Sugiono, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2012.

Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Solo: Ramadhani, 2013.


PEDOMAN MATERI WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

TENTANG UPAYA MENINGKATKSN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER


KURSUS KADER DAKWAH (KKD) DI MAN 3 LANGKAT

Nama yang diwawancarai : ……………………………


Jabatan : ……………………………
Waktu Wawancara : ……………………………
Tempat Wawancara : ……………………………

Butir-butir Pertanyaan:

1. Bagaimana perencanaan program madrasah yang berkaitan dengan KKD di

MAN 3 Langkat?

2. Bagaimana keterlibatan guru dalam perencanaan program madrasah yang

berkaitan dengan KKD di MAN 3 Langkat?

3. Bagaimana pelaksanaan program kerja kegiatan KKD di MAN 3 Langkat?

4. Sejauhmana pelaksanaan kegiatan KKD mampu mengembangkan minat dan

bakat siswa di MAN 3 Langkat?

5. Bagaimanakah hasil evaluasi pelaksanaan program kegiatan KKD di MAN 3

Langkat?

6. Bagaimana rencana tindak lanjut (RTL) hasil evaluasi pelaksanaan program

kegiatan KKD di MAN 3 Langkat?

7. Apasaja kendala dan upaya mengatasi kendala dalam pelaksanaan kegiatan

KKD di MAN 3 Langkat?

Peneliti,

Fidilia Syafitri
PEDOMAN MATERI WAWANCARA DENGAN GURU PEMBIMBNG

TENTANG UPAYA MENINGKATKSN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER


KURSUS KADER DAKWAH (KKD) DI MAN 3 LANGKAT

Nama yang diwawancarai : ……………………………


Jabatan : ……………………………
Waktu Wawancara : ……………………………
Tempat Wawancara : ……………………………

Butir-butir Pertanyaan:

1. Bagaimana strategi meningkatkan bakat dan minat siswa dalam kegiatan

KKD di MAN 3 Langkat?

2. Sejauhmana strategi kegiatan KKD dapat meningkatkan bakat dan minat

siswa di MAN 3 Langkat?

3. Bagaimana bentuk kegiatan pembinaan bakat dan minat siswa melalui KKD

di MAN 3 Langkat?

4. Apasaja materi yang diberikan dalam kegiatan pembinaan bakat dan minat

siswa melalui KKD di MAN 3 Langkat?

5. Bagaimana dukungan guru dalam kegiatan KKD di MAN 3 Langkat?

6. Bagaimana dukungan orang tua siswa dalam kegiatan KKD di MAN 3

Langkat?

7. Bagaimana hambatan guru pembina dalam pelaksanaan kegiatan KKD di

MAN 3 Langkat dan apasaja upaya mengatasinya?

Peneliti,

Fidilia Syafitri
PEDOMAN MATERI WAWANCARA DENGAN KETUA DAN ANGGOTA
KKD

TENTANG UPAYA MENINGKATKSN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER


KURSUS KADER DAKWAH (KKD) DI MAN 3 LANGKAT

Nama yang diwawancarai : ……………………………


Jabatan : ……………………………
Waktu Wawancara : ……………………………
Tempat Wawancara : ……………………………

Butir-butir Pertanyaan:

1. Apasaja kendala yang ditemukan pengurus dalam meningkatkan kegiatan

KKD di MAN 3 Langkat?

2. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang ditemukan pengurus dalam

meningkatkan kegiatan KKD di MAN 3 Langkat?

3. Bagaimana dukungan guru pembimbing dalam mengatasi kendala yang

ditemukan pengurus dalam meningkatkan kegiatan KKD di MAN 3 Langkat

4. Bagaimana komunikasi yang dilakukan pengurus dalam setiap kegiatan KKD

yang diselenggarakan di MAN 3 Langkat?

5. Bagaimana kendala yang ditemukan pengurus ketika melaksanakan kegiatan

KKD di luar MAN 3 Langkat?

6. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang ditemukan pengurus ketika

melaksanakan kegiatan KKD di luar MAN 3 Langkat?

Peneliti,

Fidilia Syafitri

Anda mungkin juga menyukai