JANIN
Nur Djanah,SSiT,M.Kes
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan (CPMK)
Mahasiswa mampu menjelaskan pertumbuhan janin:
1.Perkembangan janin
2.Pembelahan
3.Nidasi/Implantasi
4.Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
5.Pertumbuhan fisik janin trimester I, II dan III
6.Selaput janin dan plasenta
PERKEMBANGAN
JANIN
PERKEMBANGAN JANIN
1.TAHAP AWAL
• Pembelahan awal terjadi
antara 24-30 jam setelah
fertilisasi, blastomers menjadi
lebih kecil dengan
pembelahan yang berturut-
turut.
TAHAP AWAL…
2. TAHAP KEDUA
◼Perkembangan embrio selanjutnya adl formasi pengisian
rongga cairan disebut blastocele.
◼Dengan formasi blastocyst, terdapat penyekatan sel di
antara inner massa sel, yaitu embrioblast dan sebuah
outer massa sel yaitu tropectoderm.
Tahap ke-2..
3. TAHAP AKHIR
• Setelah memasuki uterus, perkembangan blastocyist
menempel di dalam rongga endometrium selama kurang lebih
2-3 hari.
• Awal terjadinya implantasi embrio rata-rata 6 hari setelah
fertilisasi pada saat lapisan primitive germ berkembang antara
hari ke 6 dan 8.
• Pada awal implantasi, embrio telah lengkap dan menempel
pada endometrium rata-rata 8-9 hari setelah ovulasi.
Fertilisasi pembelahan sel dg cepat (blastomeres)
Di kutub
embrional, vilus
tampak banyak
dan terbentuk
sempurna; di
kutub
abembrional, vilus
lebih sedikit dan
tidak berkembang
sempurna.
Gambar Struktur Vilus Di Berbagai Tahapan Perkembangan
◼ A. Selama minggu
ke4. Mesoderm
ekstraembrional
menembus vilus
batang ke arah
lempeng desidua.
◼ B. Selama bulan
keempat. Di
banyak vilus kecil,
dinding kapiler
berkontak
langsung dengan
sinsitium.
◼ C,D. Pembesaran
vilus
Korion Frondosum Dan Desidua Basalis
◼ Pada minggu-minggu awal perkembangan, vilus menutupi seluruh
permukaan korion.
◼ Seiring dengan kemajuan kehamilan vilus di kutub embrional terus tumbuh
dan meluas, membentuk korion frondosum (semak korion).
◼ Vilus di kutub abembrional mengalami degenerasi, dan pada bulan ketiga,
sisi korion ini, kini dikenal sebagai korion laeve, yang tampak licin.
◼ Perbedaan antara kutub embrional dan abembrional korion juga tercermin
pada struktur desidua, lapisan fungsional endometrium, yang luruh selama
persalinan.
◼ Desidua di atas korion frondosum, desidua basalis, terdiri dari lapisan padat
sel-sel besar, sel-sel desidua, dengan jumlah lipid dan glikogen yang banyak.
Lapisan ini, lempeng desidua, melekat erat dengan korion.
Korion Frondosum Dan Desidua Basalis
◼ Lapisan desidua di atas kutub abembrional adalah desidua kapsularis
◼ Dengan pertumbuhan vesikel korion, lapisan ini menjadi teregang dan
mengalami degenerasi.
◼ Kemudian, korion laeve menjadi berkontak dengan dinding uterus (desidua
parietalis) di sisi yang berlawanan uterus, dan keduanya menyatu,
melenyapkan lumen uterus.
◼ Oleh sebab itu, satusatunya bagian korion yang ikut serta dalam proses
pertukaran adalah korion frondosum, yang bersamasama desidua basalis,
membentuk plasenta.
◼ Secara serupa, penyatuan amnion dan korion untuk membentuk selaput
amniokorion melenyapkan rongga korion.
◼ Selaput inilah yang ruptur sewaktu persalinan (pecahnya selaput ketuban).
Gambar Mudigah Berusia 6 Minggu
Kantong amnion dan
rongga korion telah dibuka
untuk memperlihatkan
mudigah, yang
menunjukkan gambaran
bersemak pada trofoblas di
kutub embrional, berbeda
dengan vilus-vilus kecil di
kutub abembrional.
Perhatikan tangkai
penghubung dan yolk sac
dengan duktus vitelinusnya
yang sangat panjang
Gambar Hubungan Selaput Janin Dengan Dinding Uterus
A. Akhir bulan kedua. Yolk
sac di dalam rongga
korion antara amnion
dan korion. Di kutub
embrional, vilus telah
lenyap (korion laeve).
B. Akhir bulan ketiga.
Amnion dan korion
telah menyatu, dan
rongga uterus lenyap
karena menyatunya
korion laeve dan
desidua parietalis.
Struktur Placenta
Di awal bulan keempat, plasenta memiliki dua komponen:
◼ (1) bagian janin, yang dibentuk oleh korion frondosum, plasenta dibatasi
oleh lempeng korion
◼ (2) bagian ibu, yang dibentuk oleh desidua basalis , placenta dibatasi
oleh desidua basalis dengan lempeng desidua yang paling berhubungan
erat dengan plasenta
◼ Di zona laut (junctional zone ), trofoblas dan sel-sel desidua bercampur
baur. Zona ini, yang ditandai dengan adanya sel-sel raksasa sinsitium dan
desidua, kaya akan bahan ekstra selular amorf. Pada saat ini, sebagian
besar sel sitotrofoblas telah mengalami degenerasi.
◼ Antara lempeng korion dan desidua terdapat ruang antarvilus, yang terisi
oleh darah ibu
Struktur Placenta
◼ Ruang antarvilus berasal dari lakuna di dalam sinsitiotrofoblas dan dilapisi oleh
sinsitium yang berasal dari janin.
◼ Percabangan vilus tumbuh ke dalam danau darah antarvilus.
◼ Selama bulan keempat dan kelima, desidua membentuk septum desidua, yang
menonjol ke dalam ruang antarvilus tapi tidak mencapai lempeng korion.
◼ Septum ini memiliki inti jaringan ibu, tetapi permukaannya dilapisi oleh satu
lapisan sel-sel sinsitium sehingga darah ibu di danau antarvilus selalu terpisah
dari jaringan vilus janin.
◼ Akibat pembentukan septum ini, plasenta terbagi menjadi sejumlah
kompartemen, atau kotiledon .
◼ Karena septum desidua tidak mencapai lempeng korion, kontak antara ruang
antarvilus di berbagai kotiledon dipertahankan
Struktur Placenta
◼ Sebagai akibat pertumbuhan janin dan perluasan uterus secara terus
menerus, plasenta juga membesar.
◼ Perluasan area permukaannya secara kasar setara dengan perluasan
uterus, dan sepanjang masa kehamilan, diperkirakan plasenta menutupi
15% hingga 30% permukaan dalam uterus.
◼ Bertambahnya ketebalan plasenta disebabkan oleh percabangan vilus
yang sudah ada dan tidak disebabkan oleh penetrasi lebih dalam ke
jaringan ibu
Gambar Plasenta pada Kehamilan
Kotiledon sebagian
dipisahkan oleh septum
desidua (ibu). Sebagian
besar darah antarvilus
kembali ke sirkulasi ibu
melalui vena
endometrium. Sebagian
kecil darah masuk ke
kotiledon di sekitarnya.
Ruang antarvilus dilapisi
oleh sinsitium.
Plasenta Aterm
◼ Saat aterm, plasenta yang berbentuk seperti cakram dengan diameter 15 hingga
25 cm, memiliki ketebalan sekitar 3 cm, dan berat sekitar 500 hingga 600 g. Saat
lahir, plasenta terlepas dari dinding uterus dan sekitar 30 menit setelah bayi
lahir, plasenta dikeluarkan dari rongga uterus.
◼ Jika plasenta dilihat dari sisi ibu, tampak jelas adanya 15 hingga 20 area yang
sedikit menonjol, kotiledon, yang dilapisi oleh lapisan tipis desidua basalis.
◼ Alur antar kotiledon dibentuk oleh septum desidua.
◼ Permukaan plasenta sisi janin ditutupi sepenuhnya oleh lempeng korion.
◼ Sejumlah arteri dan vena besar, pembuluh darah korion, bersatu menuju tali
pusat.
◼ Korion nantinya akan dilapisi oleh amnion.
◼ Perlekatan tali pusat biasanya di tengah dan kadang di tepi. Kadang tali pusat
dapat masuk ke dalam selaput korion di luar plasenta (insersi velamentosa).
Gambar Plasenta Aterm
A. Pandangan dari sisi janin.
Lempeng korion dan tali pusat
dilapisi oleh amnion
B. Pandangan dari sisi ibu yang
menunjukkan kotiledon. Di satu
area, desidua telah diangkat.
Plasenta dari sisi ibu selalu
diperiksa secara cermat saat
lahir, dan kadang terdapat satu
atau lebih kotiledon yang
tampak keputihan akibat
pembentukan fibrinoid yang
berlebihan dan infarknya
sekelompok atau antarvilus.
Sirkulasi Plasenta
◼ Kotiledon menerima darahnya melalui 80 hingga 100 arteri spiralis yang
menembus lempeng desidua dan masuk ke ruang antarvilus dengan
interval yang cukup teratur
◼ Tekanan di dalam arteri ini mendorong darah masuk ke dalam ruang
antarvilus dan membasahi sejumlah vilus kecil di percabangan vilus di
dalam darah yang teroksigenasi.
◼ Sewaktu tekanan berkurang, darah mengalir kembali dari lempeng korion
ke arah desidua, tempat darah masuk ke dalam vena endometrium.
◼ Oleh sebab itu, darah dari danau antarvilus mengalir balik ke dalam
sirkulasi ibu melalui vena endometrium.
Sirkulasi Plasenta
◼ Secara keseluruhan, ruang antarvilus sebuah plasenta matur mengandung
sekitar 150 ml darah, yang diganti tiga atau empat kali permenit.
◼ Darah ini mengalir di sepanjang vilus korion, yang memiliki area
permukaan 4 hingga 14 m2 .
◼ Pertukaran di plasenta tidak terjadi di seluruh vilus, tetapi hanya di vilus
yang lapisan membran sinsitiumnya berkontak erat dengan pembuluh
darah janin.
◼ Pada vilus-vilus ini, sinsitium sering memiliki brush border yang
mengandung sejumlah mikrovilus, yang sangat memperluas area
permukaan sehingga meningkatkan laju pertukaran antara sirkulasi ibu dan
janin.
Sirkulasi Plasenta
Selaput plasenta, yang memisahkan darah ibu dan janin terdiri dari empat
lapian:
◼ (1) endotel yang melapisi pembuluh darah janin
◼ (2) jaringan ikat di dalam inti vilus
◼ (3) lapisan sitotrofoblas
◼ (4) sinsitium
.
Sirkulasi Plasenta
◼ Sejak bulan keempat hingga seterusnya, selaput plasenta menipis akibat
endotel yang melapisi pembuluh darah menjadi berkontak erat dengan
membran sinsitium sehingga laju pertukaran sangat meningkat.
◼ Selaput plasenta, kadang disebut sawar plasenta, bukanlah sebuah sawar
sejati, karena banyak substansi yang melewatinya secara bebas.
◼ Karena darah ibu di ruang antarvilus terpisah dari darah janin oleh turunan
korion, plasenta manusia dianggap sebagai tipe hemokorialis.
◼ Normalnya, tidak terjadi percampuran darah ibu dan janin. Meskipun
demikian, sejumlah kecil sel darah janin kadang lolos melewati defek
mikroskopik di selaput plasenta.
Fungsi Plasenta