Anda di halaman 1dari 118

LI 1. M.

M Tahap Perkembangan Janin


MMM.EMBRIOGENESIS
OOGENESIS
• Oogenesis adalah proses terjadinya diferensiasi oogonia menjadi oosit matur
• PGC (Primordial Germ Cell) sampai dalam gonad seseorang yang secara genetik perempuan, PGC
berdiferensiasi menjadi oogonia.
• Sel-sel ini mengalami mitosis dan dibulan ketiga tersusun dalam kelompok-kelompok yang
dikelilingi oleh satu lapisan epitel gepeng.
• Oogonia kemungkinan berasal dari satu sel tunggal, sel epitel gepeng, yang dikenal sebagai sel
folikular, berasal dari epitel perukaan yang melapisi ovarium.
• Oogonia bermitosis, kemudian menghentikan pembelahan selnya pada tahap profase meiosis 1 dan
membentuk oosit primer.
• Beberapa bulan kemudian jumlah oogonia meningkat pesat dan pada bulan kelima perkembangan
pranatal, jumlah total sel germinativum dalam ovarium mencapai jumlah maksimalnya (+- 7 juta)
• Kemudian dimulai kematian sel, dan banyak oogonia dan oosit primer berdegradasi dan menjadi
atresia
• Semua oosit primer yang bertahan hidup telah memasuki tahap profase meiosis 1.
• Kebanyakan dari oosit tersebut, masing-masing dikelilingi oleh suatu lapisan sel epitel gepeng
folikular yang masing-masing dinamakan folikel primordial.
OOGENESIS
• Oosit primer tetap tertahan pada tahap profase dan tidak menyelesaikan pembelahan
meiosis 1 sebelum mencapai pubertas (memasuki tahap diploten/tahap istirahat).
• Keadaan tertahan ini ditimbulkan oleh OMI (oocyte maturation inhibitor), peptida kecil
yang dihasilkan sel folikular.
• Jumlah total oosit primer saat lahir diperkirakan bervariasi dari 600.000 hingga
800.000.
• Selama masa kanak-kanak mengalami atresia hingga hanya sekitar 40.000 saat awal
pubertas dan kurang dari 500 yang akan diovulasikan.
Masa intrauterin
• Masa zigot/mudigah : konsepsi-2 minggu
• Masa embrio : 3-8 minggu
• Masa janin/fetus : 9-40 minggu
• Masa fetus dini : trimester 1 dan 2
• Masa fetus lanjut : trimester 3
SEBELUM MEMBUAHI OOSIT, SPERMATOZOA
MENGALAMI
• Kapasitasi: selubung glikoprotein&protein plasma semen dikeluarkan
dari kepala spermatozoa
• Reaksi akrosom: saat substansi mirip akrosin dan mirip tripsin
dilepaskan untuk menembus zona pelusida
FERTILISASI
• Fase fertilisasi meliputi:
• Penetrasi korona radiata
• Penetrasi zona pelusida
• Penyatuan membran sel oosit dan sperma
Penetrasi korona radiata
• Dari 200-300 juta spermatozoa dalam genitalia wanita -> hanya 300-
500 yang mencapai tempat fertilisasi -> hanya 1 yang berhasil
membuahi sel telur.
• Sperma yang terkapasitasi bebas menembus sel-sel korona.
Penetrasi zona pelusida
• Zona pelusida adalah selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu reaksi
akrosom.
• Pengikatan dan reaksi akrosom diperantai ligan ZP3, suatu protein zona.
• Pelepasan akrosin (enzim akrosom) memungkinkan sperma menembus zona
sehingga berkontak dengan membran plasma oosit.
• Kepala sperma kontak dengan permukaan oosit -> pelepasan enzim lisosom dari
granula korteks yang melapisi membran plasma oosit -> enzim mengubah sifat
zona pelusida -> menginaktifkan tempat reseptor spesifik untuk spermatozoa di
permukaan zona -> spermatozoa lainnya terbenam dalam zona pelusida, namun
hanya satu yang dapat menembus oosit.
Penyatuan membran sel oosit dan sperma
• Perlekatan sperma dan oosit -> membran plasma sperma dan sel telur menyatu
• Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel telur merespons dengan tiga cara:
• Reaksi korteks dan zona: membran oosit tidak dapat ditembus spermatozoa lain, zona
pelusida mengubah struktur dan komposisi untuk mencegah pengikatan dan penetrasi
sperma. Reaksi ini mencegah polispermi (penetrasi lebih dari satu spermatozoa ke
dalam oosit)
• Melanjutkan pembelahan meiosis kedua: menghasilkan pronukleus wanita
• Pengaktifan metabolik sel telur: nukleus spermatozoa membentuk pronunkleus pria
(ekornya lepas dan mengalami degenerasi).
Pronukleus wanita dan pria berkontak erat dan kehilangan selubung nukleusnya ->
masing2 mereplikasi DNA nya -> sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun paa
gelendong sebagai persiapan untuk pembelahan mitosis normal
masing-masing ke23 kromosom terpisah secara longitudinal di sentromer -> kromatid
berpasangan berpisah ke kutub berlawanan -> sitoplasma terbelah menjadi 2.
HASIL UTAMA FERTILISASI
• Pengembalian jumlah diploid kromosom: zigot mengandung
kombinasi baru kromosom berbeda dari kedua orang tuanya
• Penentuan jenis kelamin individu baru: sperma pembawa kromosom
X menghasilkan mudigah wanita (XX), dan sperma pembawa
kromosom Y menghasilkan mudigah pria (XY)
• Inisiasi pembelahan: tanpa fertilisasi, oosit biasanya mengalami
degenerasi 24 jam setelah ovulasi
PEMBELAHAN
• Zigot mencapai tahap dua sel -> mengalami serangkaian pembelahan
mitosis -> jumlah sel meningkat membentuk blastomer.
• Pada tahap 8 sel, blastomer membentuk gumpalan yang tersusun
secara longgar -> blastomer memaksimalkan kontak satu sama lain
membentuk gulungan sel padat yang disatukan dengan ikatan yang
erat.
• Tiga hari setelah fertilisasi sel mudigah yang dipadatkan membelah
membentuk morula 16 sel -> sel-sel bagian dalam membentuk massa
sel dalam yang menjadi mudigah yang sebenarnya. Sementara sel-sel
bagian luar membentuk massa sel luar membentuk trofoblas yang
kemudian berkembang menjadi plasenta.
PEMBENTUKAN BLASTOKISTA
• Morula masuk rongga uterus -> cairan menembus zona pelusida masuk dalam intraseluler
massa sel dalam -> ruang intraseluler menjadi kofluen secara bertahap -> terbentuk rongga
(blastokel)
• Mudigah disebut blastokista, sel-sel massa sel dalam disebut embrioblas dan berada dalam
satu kutub. Trofoblas memipih dan membentuk dinding epitel blastokista.
• Zona pelusida menghilang, sehingga memungkinkan dimulainya implantasi -> sel-sel
trofoblastik di atas kutub embrioblas mulai menembus diantara sel-sel epitel mukosa uterus
(+- hari keenam).
• L-selektin (protein pengikat karbohidrat) pada sel-sel trofoblas dan reseptor karbohidratnya
di epitel uterus memerantarai perlekatan awal blastokista pada uterus.
• Sesudah penangkapan -> perlekatan dan invasi dilakukan oleh trofoblas melibatkan integrin
• Pada akhir minggu pertama, zigot telah melalui tahap morula dan blastokista -> telah
memulai tahap implantasi dalam mukosa uterus
UTERUS SAAT IMPLANTASI
• 3 lapisan dinding uterus:
• Endometrium: mukosa yang melapisi dinding sebelah dalam
• Ada tiga lapis: kompaktum (superficial), spongiosum (tengah), basal (tipis)
• Miometrium: lapisan otot polos yang tebal
• Perimetrium: menutupi lapisan dinding sebelah luar
• Selama siklus haid, endometrium mengalami:
• Fase folikular/proliferatif: dimulai akhir fase haid, dibawah pengaruh estrogen, dan
sejalan dengan perkembangan folikel ovarium
• Fase sekretorik/progestasional: dimulai 2-3 hari setelah ovulasi sebagai respons
progesteron yang dihasilkan korpus luteum. Jika terjadi fertilisasi, endometrium
membantu dalam implantasi dan pembentukan plasenta. Biasanya blastokista tertanam
dalam endometrium anterior/posterior korpus uteri, tertanam diantara lubang kelenjar.
• Fase haid: jika tidak terjadi fertilisasi, terjadi peluruhan endometrium (lapisan
kompaktum dan spogiosum) sebagai awal fase haid.
HARI KE 8
• Blastokista sebagian tertanam di dalam stroma endometrium
• Stroma endometrium dekat tempat implantasi tampak edema dan sangat vaskular.
• Dibagian atas embrioblas, trofoblas terbagi menjadi dua bagian:
• Sitotrofoblas: lapisan dalam berupa sel mononukleus. Sitotforoblas mengalami
mitosis (sel-sel membelah dam bermigrasi masuk ke daerah sinsitiotrofoblas dan
menyatu kehilangan membran sel masing-masing).
• Sinsitiotrofoblas: lapisan luar berupa zona multinukleus tanpa batas-batas sel yang
jelas.
• Embrioblas berdiferensiasi menjadi:
• Lapisan hipoblas: lapisan kuboid kecil di samping rongga blastokista
• Lapisan epiblas: lapisan silindris tinggi di samping rongga amnion. Sel epiblas yang
berdekata dengan sitotrofoblas disebut amnioblas.
Lapisan ini membentuk suatu diskus gepeng yang dinamakan rongga amnion
HARI KE 9
• Blastokista tertanam lebih dalam di endometrium. Defek penetrasi di epiter
permukaan ditutup oleh bekuan fibrin.
• Terbentuk stadium lakunar : trofoblas pada kutub embrional berkembang ->
muncul vakuola-vakuola yang kemudian bersatu -> vakuola membentuk lakuna
besar
• Terbentuk rongga eksoselom: trofoblas pada kutub anembrional sel-sel gepeng
dari hipoblas membentuk membran tipis (membran eksoselom/heuser) yang
melapisi permukaan bagian dalam sitotrifiblas -> membran ini bersamma
hipoblas membentuk rongga eksoselom/yalk sac primitif.
HARI KE 11 DAN 12
• Blastokista sepenuhnya tertanam dalam stroma endometrium, epitel permukaan hampir
seluruhnya menutupi defek awal di dinding uterus
• Sel-sel sinsitiotrofoblas menembus stroma lebih dalam dan mengkikis lapisan endotel yang
melapisi kapiler ibu -> kapiler mengalami kongesti & melebar -> sinusoid.
• Lakuna sinsitium terhubung dengan sinusoid & darah ibu masuk dalam lakuna -> darah
mengalir menciptakan sirkulasi uteroplasenta.
• Muncul populasi sel baru dari sel-sel yolk sac -> membentuk jaringan ikat longgar halus
(mesoderm ekstraembional)
• Rongga ekstraembrional: terbentuk rongga-rongga besar di dalam mesoderm
ekstraembrional -> rongga menyatu membentuk rongga ekstraembrional/rongga korion
• Mesoderm somatopleura ekstraembrional: mesoderm ekstraembrional yang melapisi
sitrotrofoblas dan amnion.
• Mesoderm splanknopleura ekstraembional: lapisan yang menutupi yolk sac
HARI KE 13
• Defek permukaan di endometrium sepenuhnya pulih
• Vilus primer: sel sitrotrofoblas berproliferasi secara lokal menembus ke sinsitiotrofoblas ->
membentuk kolum-kolum sel dengan selubung sinsitium.
• Yolk sac sekunder/yolk sac definitif: hipoblas mennghasilkan sel tambahan yang bermigrasi
di sepanjang bagian dalam rongga eksoselom -> rongga baru dikenal yolk sac sekunder.
• Kista eksoselom: bagian rongga eksoselom yang terlepas selama pembentukan yolk sac
sekunder. Sering ditemukan dalam rongga korion.
• Rongga korion: selom ekstraembrional meluas -> membentuk rongga besar/rongga korion
• Lempeng korion: mesoderm ekstraembrional yang melapisi bagian dalam sitotrofoblas
• Tangkai penghubung: tempat mesoderm ekstraembrional melintasi rongga korion. Dengan
terbentuknya pembuluh darah, tangkai menjadi korda umbikalis (tali pusat).
MINGGU KETIGA: GASTRULASI
• Pembentukan ektoderm, mesoderm, endoderm
• Dimulai dari pembentukan garis primitif pada permukaan epiblas.
• Ujung selafik garis ini, nodus primitif terdiri dari daerah yang sedikit meninggi yang
mengelilingi lubang primitif kecil.
• Sel-sel epiblas bermigrasi ke arah garis primitif menjadi bentuk botol, terlepas
dalam epiblas, dan terselip dibawahnya. Gerakan ke arah dalam ini disebut
invaginasi.
• Setelah invaginasi sebagian sel menggeser hipoblas -> menciptakan endoderm
embrional, dan lainnyamenjadi terletak di antara epiblas dan endoderm yang baru
saja terbentuk untuk membentuk mesoderm.
• Sel-sel yang tetap berada dalam epiblas membentuk ektoderm
• Epiblas melalui proses gastrulasi, adalah sumber dari seluruh lapisan germinativum
dan sel-sel dalam lapisan ini akan membentuk seluruh jaringan dan organ mudigah
• Perkembangan jonjot primer -> sekunder -> tersier
• Terbentuk alur primitif akibat invaginasi sel epiblas
• Pembentukan lempeng ketiga mudigah (mesoderm) diantara epiblas
(ektoderm) dan hipoblas (endoderm)
• Pembentukan nodus primitif/nodus hensen pada ujung garis primitif
• Invaginasi kanal korda dan induksi pembentukan neural tube pada ektoderm
diatasnya
MINGGU KEEMPAT
• Struktur yang akan membentuk muka dan leher mulai terlihat
• Perkembangan pembentukan jantung dan pembuluh darah
• Perkembangan pembentukan paru-paru, lembung, dan hepar
• Tes kehamilan menunjukkan hasil positif
MINGGU KEDELAPAN
• Ukuran mencapai diameter sekitar 2,5 cm
• Terjadi pembentukan kelopak mata dan telinga
• Tungkai dan lengan sudah terbentuk lengkap
• Jari-jari memanjang dan terpisah satu sama lain
MINGGU KE DUA BELAS
• Panjang janin +- 5 cm
• Mulai terlihat gerakan janin
• Rahim mulai dapat diraba pada perabaan dinding perut
• Dengan alat khusus, sudah dapat didengar detak jantung janin
• Alat kelamin sudah mulai jelas
MINGGU KE ENAM BELAS
• Panjang janin +- 11-12 cm
• Berat janin sekitar 250 g
• Mata dapat berkedip dan proses pembentukan jantung dan pembuluh darah
sempurna
• Jari-jari tangan sudah memiliki sidik jari
• Rahim teraba sekitar pertengahan simfisis pusat
MINGGU KE DUA PULUH
• Panjang sekitar 25 cm
• Berat sekitar 450 g
• Janin sudah dapat menghisap ibu jari
• Terasa gerakan janin
• Tinggi rahim sekitar pusar
MINGGU KE DUA PULUH EMPAT
• Berat janin sekitar 600 g
• Organ telinga sudah terbentuk dengan baik
• Mulai memberikan respon terhadap suara dan gerakan
• Seringkali dapat diraba adanya gerakan janin
• Dapat merasakan gerakan naik/turun
MINGGU KE DUA PULUH DELAPAN
• Berat janin sekitar 1 kg
• Otak bayi semakin berkembang dan meluas
• Paru-paru belum sempurna
MINGGU KE TIGA PULUH DUA
• Berat janin sekitar 2 kg
• Mulai terjadi pembentukan lemak dibawah kulit
MINGGU KE 38-40
• Proses pembentukan selesai
Pertumbuhan janin
USIA JANIN BERATA BADAN PANJANG BADAN LINGKAR KEPALA LINGKAR DADA
(MINGGU)
8 1g 2,5 cm
12 15 g 7,5 cm
16 100 g 17 cm
20 500 g
28 1000 g 35 cm
32 1500 g
34 2000 g
36 2500 g 47 cm 33 cm 29 cm
38 3000 g
40 3250 g 50 cm 34 cm 32 cm
LI 2 MM.Faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang bayi
 pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler,berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan.

 Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang


lebih kompleks,jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit
daripada pengukuran pertumbuhan.

BUKU AJAR TUMBUH KEMBANG JILID II.Unit koordinasi kerja tumbuh kembang-pediatric social ikatan dokter anak
Indonesia,2005.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan

1. Faktor internal

• Perbedaan ras/etnik atau bangsaBila seseorang dilahirkan sebagai


ras eropa maka tidak mungkin ia memiliki faktor herediter ras orang
Indonesia atau sebaliknya.tinggi badan tiap bangsa berlainan,pada
umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih
Panjang dari pada ras orang monggol.
• KeluargaAda kecendurungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada
keluarga yang gemuk.
• Umur  kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal,tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
• Jenis kelaminwanita lebih cepat dewasa dibanding anak laki-
laki.pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat
daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa pubertas laki-
laki akan lebih cepat.
• Kelainan genetik sebagai salah satu contoh : Achondroplasia yang
menyebabkan dwarfisme,sedangkan sindroma marfan terdapat
pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan.
• Kelainan kromosomkelainan kromosom umumnya disertai dengan
kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma down’s dan sindroma
turner’s.
2. Faktor eksternal
 Faktor prenatal
• giziNutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
• mekanisposisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
• Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan
makrosomia,kardiomegali,hyperplasia adrenal.
• Radiasipaparan radium dan sinar rotgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali,spina bifida,retardasi mental
dan deformitas anggota gerak,kelainan kongenital mata,kelainan
jantung.
• Infeksi infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh
torch,pms,serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan
dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
katarak,bisu,tuli,mikrosefali,retardasi mental,kelainan jantung
kongenital.
• Kelaianan imunologi Eritoblastosis fetails timbul atas dasar
perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu
membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin;kemudian
melalui plasenta melalui plasenta masuk ke peredarah darah janin
dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakbitkan
hyperbilirubinemia dan kemicterus yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
• Anoksia embrio disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
• Psikologis ibu kehamilan yang tidak diinginkan perlakuan
salah/kekeras mental pada ibu hamil dan lain lain.
• Radiasipaparan radium dan sinar rotgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali,spina bifida,retardasi mental
dan deformitas anggota gerak,kelainan kongenital mata,kelainan
jantung.
 Faktor persalinan komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala
dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
 Pasca natal
• Giziuntuk tumbuh kembang bayi,diperlukan zat makanan yang adekuat.
• Penyakit kronis/kelainan kongenital tuberculosis,anemia,kelainan
jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
• Lingkungan fisis dan kimia sanitasi lingkungan yang kurang baik
kurangnya sinar matahari,paparan sinar radioaktif,zat kimia tertentu
(Pb,Mercuri,rokok,dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
• PsikologisHubungan anak dengan orang sekitarnya.seorang anak yang
tidak dikhendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
• Endokrin Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalamihambatan pertumbuhan.defisisnesi
hormone pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil.
• Sosio-ekonomikemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan,kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan,akan
menghambat pertumbuhan anak.
• Lingkungan pengasuhan pada lingkungan pengasuhan,interaksi ibu-anak
sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
• Stimulasiperkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya
dalam keluarga misalnya penyediaan alat mainan,sosialisasi
anak,keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan
anak,perlakuan ibu terhadap prilaku anak.
• Obat-obatan pemakain kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan demikian halnya dengan pemakain obat perangsang
terhadao susunan saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormone pertumbuhan.
LI 3 MMM.Mendeteksi kelainan janin
• USG: teknik non- invasif menggungakan gelombang suara frekuensi
tinggi merefleksikan jaringan untuk membentuk gambaran.
• Ada 2 cara: transabdominal & transvaginal
USG
• Untuk mendeteksi
• Aliran Darah dalam pembuluh Darah besar
• Gerakan katup jantung
• Aliran cairan di dalam trakea dan bronkus
• Digunakan untuk melihat
• Karakteristik usia dan pertumbuhan janin ada atau tidak adanya anomali
kongenital
• Status lingkungan uterus
• Jumlah cairan amnion
• Posisi plasenta dan aliran darah umbilikus
• Bila mana terdapat kehamilan multipel
Amniosentesis
• Teknik invasive
• Dilakukan dengan memasukkan jarum secara transabdomen ke dalam
rongga amnion (dilihat menggunakan USG) dan diambil sekitar 20-
30mL cairan.
• Tidak dilakukan jika usia kandungan < 14 minggu, agar tersedianya
jumlah cairan yang cukup bagi janin
• Cairan kemudian dites AFP dan asetilkolinesterase. Selain itu, sel- sel
janin yang terlepas kedalam cairan amnion dapat digunakan untuk
penentuan kariotipe metafase dan analisis genetik lainnya.
Sampel Vilus Korion (CVS)
• Dilakukan dengan memasukkan jarum transabdomen atau
transvagina kedalam massa plasenta dan mengaspirasi sekitar 5-30mg
jaringan vilus.
• Sel- sel dapat segera dianalisis, tapi akurasi hasil masih menjadi
masalah karena tingginya frekuensi kesalahan pada kromosom
didalam plasenta normal.
Fetal Blood Sampling (FBS)
• Tes untuk mendeteksi kelainan kromosom atau genetika ini dilakukan
dengan mengambil sampel darah Bayi langsung dari tali umbilikus
atau janin.
• FBS juga dilakukan untuk memeriksa keberadaan infeksi pada janin,
anemia, dan kadar oksigen Darah janin.
LI 4 MMM. Ciri neonatus normal
1. Bayi lahir langsung menangis
2. Tubuh bayi kemerahan
3. Bayi bergerak aktif
4. Berat lahir 2500 sampai 4000 gram
5. Bayi menyusu dari payudara ibu dengan kuat
LI 5 MMM.Tumbuh kembang pada bayi &
factor yang mempengaruhi
 pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler,berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.

 Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi


tubuh yang lebih kompleks,jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya
jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan.

BUKU AJAR TUMBUH KEMBANG JILID II.Unit koordinasi kerja tumbuh


kembang-pediatric social ikatan dokter anak Indonesia,2005.
Kebutuhan Dasar Anak
• ASUH : keb. Fisik biomedik
• Asupan nutrisi seimbang
• Perawatan kesehatan dasar (ASI, imunisasi)
• Sandang, pangan, hygiene sanitasi, dll.
• ASIH : keb. Emosi
• Kasih sayang —> ikatan batin (bonding) & basic trust
• ASAH : keb. Stimulasi mental
• Proses pendidikan, pelatihan, rekreasi, dll.
Perkembangan Motorik
• Diferensiasi & intergrasi : sefalo- kaudal, proksimo- distal, inner to
outer, simple to complex —> mulai seiring hilangnya refleks primitif
9subkortikal) yang digantikan refleks postural (korteks)

Primitive Reflexes Postural Reflexes


Present of Exam

0 mo 3 mo 6 mo 9 mo 12 mo
Perkembangan Motorik
• Refleks primitif berasal dari subkorteks (medulla & batang otak),
gerak bersifat cepat, difus, involunter, stereotipi/ tidak bertujuan,
timbul sejak 4 bulan prenatal s/d 4 bulan postnatal —> tidak
menghilang selama 6 bulan
• Refleks postural : Dasar perkembangan postur, lokomosi & manipulasi
• Refleks Righting : 2-8 bulan
• Refleks Equilibrium : 4-6 bulan
• Refleks Protektif : 6-10 bulan
Perkembangan bayi Normal
LI 6 M.M STANDAR EMAS MAKANAN BAYI
Standar emas makananan bayi
• Inisiasi menyusui dini (IMD) segera setelah lahir dalam 1jam
pertama,dilanjutkan dengan rawat gabung
• Memberikan hanya asi sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan
• Memberikan makan pendamping asi (MP-ASI) Mulai berumur 24
bulan Bersama MP-ASI
• Menyusui dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan Bersama MP-
ASI
Kebutuhan gizi bayi
• Makanan pertama dan utama bayi  ASI
• ASI cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi
• Karbohidrat  Laktosa
• Lemak  Polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda)
• Protein  lactalbumin  mudah dicerna
• Kandungan vitamin dan mineral banyak
• Rasio calcium-fosfat  2:1  kondisi ideal penyerapan kalsium
• Mengandung anti infeksi

Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC


ASI
• disamping zat yang • Menyusui juga mempunyai
terkandung,Pemberian asi keuntungan lain yaitu :
mempunyai beberapa keuntungan 1. Dengan menyusui terjalin hubungan
1. Steril,aman dari pencernaan kuman erat antar bayi dan ibunya karena
2. Selalu tersedia dengan suhu optimal secara alami adanya kontak kulit
bayi merasa aman (penting untuk
3. Produksi disesuaikan sesuia perkembangan psikis & emosi )
kebutuhan bayi 2. Menyusui menyebabkan uterus
4. Mengandung antibodi yang dapat berkontraksi sehingga
menghambat pertumbuhan atau pengembalian uterus kekadaan
membunuh kuman atau virus fisiologis sebelum kehamilan lebih
5. Bahaya alergi tidak ada cepat
3. Pendarahan setelah melahirkan tipe
lambat berkurang

Soetjingningsih.Asi :petunjuk untuk tenaga kesehatan.EGC,2014


Pemberian air susu ibu
1. Persiapaan menyusui 3. Lama menyusui
Melakukan perawatan payudara Untuk merangsang produksi air
yang dimulai dari kehamilan bulan susu pada hari ke 4-5 mebiasakan
ke 7-8 putting susu diisap oleh bayi
2. Cara menyusui selama 10 menit apabila air
produksi susu cukup bisa 15 menit
Bayi dapat disusukan sambal (jangan sampai 20 menit)
duduk atau sambal tidur.bayi
dapat disusukan kedua Pada 5 menit pertama : 112 ml
payudaranya secara bergantian Pada 5 menit kedua :64ml
tiap payudara sekitar 10-15 menit Pada 5 menit terakhir 16 ml

Soetjingningsih.Asi :petunjuk untuk tenaga kesehatan.EGC,2014


• Air susu ibu adalah suatu emulsi • Faktor yang mempengaruhi :
lemak dalam larutan 1. Stadium laktasi
protein,laktosa dan garam-
garam organic yang disekresi 2. Ras
oleh keduabelah kelenjar 3. Keadaan nutrisi
payudara ibu, sebagai makanan 4. Diit ibu
utama bayi

Soetjingningsih.Asi :petunjuk untuk tenaga kesehatan.EGC,2014


Air susu ibu menurut stadium laktasi
• Kolostrum kaya akan zat antibody
merupakan cairan pertama kali • Faktor bifidus
disekresikan oleh kelenjar • SigA,IgM,IgG
payudara
• C4
Cairam viscous kental dengan
warna kekuning-kuningan lebih • Interferon
kuning dibandingkan dengan • Lisozim
susu matur • Protein pengikat B12
Jumlah sekresi bervariasai 10- • Limfosit
100 cc (rata-rata 30 cc sehari)

Soetjingningsih.Asi :petunjuk untuk tenaga kesehatan.EGC,2014


• Air susu masa peralihan • Air susu matur
merupakan ASI peralihan dari kolostrum merupakan cairan berwarna putih
sampai menjadi asi mature kekuning-kuningan yang diakibatkan warna
disekresikan dari hari ke 4-10 hari dari garam dari Ca-caseinat,riboflavin dan
masa laktasi karoten
kadar protein makin merendah Terdapat antimikrobal
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak • Antibodi terhadap bakteri dan virus
makin meninggi • Sel (fagosit,granulosit dan makrofag dan
lomfosit tipe T)
• Enzim
(lisozim,laktoperoksidase,lipase,katalase,f
osfalase,amilase,fosfodiestrase,alkalinfosf
atase)
• Hormon-hormon

Soetjingningsih.Asi :petunjuk untuk tenaga kesehatan.EGC,2014


Nilai gizi ASI
• Kalori: ASI dari seorang ibu dapat memenuhi kebutuhan kalori dan energi bayi samapi
berusia 6 bulan.
• Lemak:
• sumber kalori utama ASI adalah lemak.
• Kadar lemak dalam ASI 3,5-4,5g/dl.
• Lemak ini mudah dicerna bayi karena sudah dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh
enzim lipase dalam ASI itu sendiri.
• Kadar lemak dalam ASI mempunyai variasi diurnal, yaitu paling rendah di pagi hari, dan paling
tinggi di siang hari
• ASI yg paling banyak mengandung lemak terdapat pada akhir menyusui yang disebut hind milk.
• Karbohidrat:
• Karbohidrat utama: laktosa
• Laktosa mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase yang sudah ada di
mukosa usus bayi sejak lahir
• Laktosa mempertinggi penyerapan Ca, dan merangsang pertumbuhan Lactobacillus bifidus.
Nilai Gizi ASI
• Protein:
• Protein utama dlm ASI: whei (0,9g/dl)
• Protein ini lbh mudah di cerna di banding kasein (protein susu sapi) walaupun kadar
protein ASI kurang dari separuh protein susu sapi
• AA yang tidak terdapat di susu sapi: sistin (pertumbuhan somatik) dan taurin
(perkembangan otak)
• Vitamin:
• Dalam ASI terdapat: vit D, E (banyak, khususnya kolostrum), K
• Garam dan mineral:
• Kadarnya lebih rendah daripada susu sapi, karena ginjal yang belum bekerja sempurna
• Faktor protektif dalam ASI
• Bayi yang diberi ASI lebih jarang sakit, hal ini bukan karena ASI adalah sumber nutrisi
sempurna bagi bayi, tapi karena adanya zat protektif dalam ASI yang dapat melindungi bayi
dari bakteri, virus, jamur, dll
SUSU FORMULA
• Indikasi medis pemberian susu formula
1. Indikasi bayi
a. Bayi yang tidak boleh mendapat asi atau susu lain,kecuali formula
khusus karena menderita kelainan metabolism bawaan.
b. Bayi yang baginya asi tetap merupakan pilihan terbaik tetapi
mungkin membutuhkan nutrisi lainnya sebagai tambahan asi untuk
periode waktu tertentubayi dengan BBL <1500 g, bayi premature
dengan usia kehamilan <32 minggu, neonatus dengan resiko
hipoglikemia.

Who 2009
2. Indikasi ibu
a. Kondisi ibu yang menjadi justifikasi penghentian asi permanen:
infeksi hiv.
b. Kondisi ibu yang menjadi justifikasi penghentian asi sementara:
- Penyakit berat yang membuat ibu tidak dapat merawat bayinya
- HSV tipe 1: kontak langsung antara lesi payudara dengan mulut harus
dihindari sampai lesi sembuh
- Obat-obatan yang dikonsumsi ibu:sedative,antilepsi,oplpid,iodin
topical berlebihan
c. Kondisi ibu dimana asi masih dapat diteruskan,walaupun terdapat
masalah kesehatan yang perlu menjadi perhatian
- Abses payudara
- Hepatitis B
- Hepatitis C
- Masitis perah asi yang terlalu menyakitkan ketika menyusui
- TB
- Penggunaan substansi oleh ibu
nikotin,alcohol,ekstasi,amfetamin,kokain,stimulant,oploid,benzodiaze
pine,kanabis
Formula komplit Formula polimerik
Berbasis protein kedelai Berbasis protein susu sapi
Formula inkomplit Formula oligomeric
Formula semi-elemental (partial Formula elemental (total/extensively
hydrolyzed) hydrolyzed)
MP-ASI
• Bertujuan agar bayi dapat mulai makanan selain asi
• Pemberian MP-asi diberikan pada usia 6-24 bulan
• Dimulai dengan makanan lumat (bubur susu)makanan
lembekmakanan setengah padat (makanan saringtim.
• Usia 12 bulan dengan makanan keluarga

Buku Ajar 1:tumbuh kembang anak dan remaja IDAI 2002


MPASI
• Fungsi: hanya sebagai pengganti ASI
• Bahan pokok MPASI umumnya susu sapi, tetapi utk keperlulan
tertentu dipakai susu kedelai.
Tanda-tanda bayi siap menerima MP-ASI

1. Jika didudukankepala bayi sudah tegak


2. Bayi mulai meraih dan memasukan masakan kedalam mulut
3. Jika diberikan makanan lumatbayi sudah tidak mengeluarkan
makanan dengan lidahnya/mendorong makanannya
keluarextrusion reflek mulai menghilang
MP-ASI yang baik
1. Padat energi,protein,dan zat gizi mikro (zat besi,zinc,kalsium,vit
A,vit c,folat)
2. Tidak berbumbu tajam,tidak menggunakan gula,garam,penyedap
rasa,pewarna,pengawet
3. Mudah ditelan dan disukai anak
4. Tersedia local Dn harga terjangkau
Masa anak-anak (childhood)
• Energi
• 1-3 tahun : 100 kkal/kg/hari
• 4-6 tahun : 90 kkal/kg/hari
• Protein
• 1-3 tahun : 1,2 g/kgBB/hari
• 4-6 tahun : 1,1 g/kgBB/hari
• Lemak
• 30-35% dari total energi
• 1-3 tahun : 30-40% dari total kalori
• 4-6 tahun : 25-35% dari total kalori
• Asam linoleate 1-2% dari total energi
Pedoman Pemberian Makanan Sapihan
• Makanan padat pertama harus bertekstur sangat halus dan licin. Bayi
perlahan-lahan akan siap menerima tekstur yang lebih kasar
• Bubur saring baru boleh diberikan jika bayi telah tumbuh gigi, dan
makanan cincang setelah bayi pandai mengunyah.
• Pada satu waktu makan, cukup diperkenalkan satu jenis makanan
saja, dalam jumlah kecil. Seandainya bayi tidak dapat menoleransi
makanan ini atau bahkan menimbulkan reaksi alergi, gejala yang
timbul mudah dikenali, dan makanan itu tidak diberikan lagi.
• Bayi harus diajari cara memegang makanan. Seiring bertambahnya
usia bayi diajari pula cara mengambil makanan padat dengan sendok
makan
Pedoman Pemberian Makanan Sapihan
• Makanan sebaiknya tidak dicampur karena bayi harus mempelajari
perbedaan tekstur dan rasa makanan
• Makanan padat jangan dimasukan ke dalam botol susu, atau
membuat lubang dot lebih besar yang mengesankan seolah bayi
meminum makanan padat
• Volume pemberian susu jangan segera dikurangi sebelum bayi
mampu bersantap dengan sendok
• Makanan padat sebaiknya disuapkan sebelum susu diberikan
• Selama menyiapi bayi, tersenyum, dan berbicaralah padanya
LI 7. M.M. Imunisasi
• Imunisasi • Imunisasi bertujuan
 Suatu proses yang bertujuan untuk Memberikan kekebalan pada tubuh
meningkatkan kekebalan tubuh bayi untuk mencegah penyakit seperti
seseorang dengan cara memasukan difteri,tetanus,measless, hepatitis
virus,bakteri,atau zat asing lain yang A&B,tetanus,TB
telah dilemahkan,dibunuhkan atau Melindungi tubuh bayi dan anak dari
bagian-bagian dari bakteri atau virus penyakit menular yang dapat
tersebut telah dimodifikasi membahayakan dilingkungan
sekitarnya
Menurunkan angka kesakitan
(morbiditas) dari penyakit tertentu
Menurunkan angka kematian
(mortalitas)dari penyakit tertentu

Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius
FKUI.
• Di Indonesia imunisasi dibagi menjadi 2 yaitu :
Imunisasi yang wajib oleh pemerintah melalui program
pengembangan indonesi imunisasi (ppi).imunisasi jenis telah dibiayai
seluruhnya oleh pemerintah
Imunisasi yang dianjurkan oleh ikatan doketer anak Indonesia (IDAI)
yang belum diwajibkan dan dibiayai seluruhnya oleh pemerintah

Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius
FKUI.
Jadwal imunisasi kemenkes
Jenis-jenis imunisasi :

Imunisasi Aktif Imunisasi pasif


Merupakan pemberian suatu bibit Merupakan suatu proses
penyakit yang telah dilemahakan meningkatkan kekebalan tubuh dengan
(vaksin) agar nantinya sistem imun cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu
tubuh berespon spesifik dan zat yang dihasilkan melalui suatu proses
memberikan suatu ingatan terhadap infeksi yang dapat berasal dari plasma
antigen ini, sehingga ketika terpapar manusia (kekebalan yang didapat bayi
lagi tubuh dapat mengenali dan dari ibu melalui plasenta) atau binatang
meresponnya. (bisa ular) yang digunakan untuk
Contoh imunisasi aktif adalah mengatasi mikroba yang sudah masuk
imunisasi polio dan campak dalam tubuh yang terinfeksi.
Contoh imunisasi pasif adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
pada orang yang mengalami luka
kecelakaan
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius
FKUI.
JENIS-JENIS IMUNISASI (yang diwajibkan
pemerintah)
• Vaksin BCG
dapat diberikan pada anak-anak sejak ia lahir. BCG (bacillus Calmette
Guerin) adalah vaksin untuk memberikan kesempatan pada tubuh agar
dapat membentuk antibody terhadap bakteri tuberculosis yang dapat
penyakit TB
apabila vaksin BCG ingin diberikan pada anak usia 3 bulan,maka
terlebih dahulu dianjurkan untuk melakukan tes/uji tuberculin (uji
untuk melihat reaksi alergi ) vaksin boleh diberikan jika hasil uji
tuberculin negative

Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius
FKUI.
Jenis-jenis imunisasi (yang diwajibkan
pemerintah)
• Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B pertama sekali diberikan sejak bayi baru lahir
sampai usia 12 jam setelah lahir.kemudian baru dilanjutkan lagi pada
usia 6-12 bulan
Imunisasi jenis ini diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis B
yang dapat menyerang organ hati.jarak antara pemebrian 2 imunisasi
dianjurkan 4 minggu

Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius
FKUI.
• Polio • DTP (difteri,tetanus dan pertussis )
 Imunisasi polio diberikan untuk vaksin jenis ini adalah vaksin
mencegah penyakit poliomyelitis kombinasi untuk mencegah penyakit
yang dapat menyebabkan tetanus,difteri dan juga pertussis
kelumpuhan otot-otot tubuh.vaksin (batuk rejan).ketiga penyakit ini
ini diberikan pertama sekali sejak sangat mudah untuk menyerang bayi
bayi lahir,kemudian dilanjutkan pada dan anak-anak.vaksin ini dapat
usia 2 bulan,4bulan,dan 6 diberikan secara bersamaan dengan
bulan.pemberian vaksin ini vaksin hepatitis B. pemberian
kemudian diulang kembali pada usia ulangan vaksin DTP dilakukan pada
18 bulan dan 5 tahun usia 18 bulan dan 5 tahun.pada usia
12 tahun,anak juga dapat
melakukan vaksin melalui program
bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius
FKUI.
• Campak
 Vaksin campak diberikan pada saat
anak usia berusia 9 bulan.lalu
dilanjutkan pada saat anak berusia 6
tahun pada program bulan imunisasi
anak sekolah (BIAS) mencegah penyakit
campak yang (measless) yang walaupun
hanya menulari seseorang selama satu
sekali seumur hidup akan tetapi
dampaknya sangat berbahaya,dan
dapat menimbulkan kematian.pada
anak yang imunitasnya sangat baik,bisa
tidak tertular penyakit campak seumur
hidupanya
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius
FKUI.
https://www.google.com/search?q=jadwal+pemberian+imunisasi+dasar&safe=strict&source=l
nms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi74PaqhofkAhXNUxUIHbzRAZMQ_AUIESgB&biw=1366&bi
h=657#imgrc=Uyl_XXuBo9L1JM:
https://www.google.com/search?q=jadwal+pemberian+imunisasi+dasar&safe=strict&source=l
nms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi74PaqhofkAhXNUxUIHbzRAZMQ_AUIESgB&biw=1366&bi
h=657#imgrc=Uyl_XXuBo9L1JM:
https://www.google.com/search?q=jadwal+pemberian+imunisasi+dasar&safe=strict&source=l
nms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi74PaqhofkAhXNUxUIHbzRAZMQ_AUIESgB&biw=1366&bi
h=657#imgrc=Uyl_XXuBo9L1JM:
• Kolom warna:
Hijau: imunisasi untuk perlindungan optimal
Kuning: melengkapi imunisasi yang belum lengkap
Biru: booster
Pink: daerah endemis

https://id.theasianparent.com/cradle-cap
• 1. Vaksin hepatitis B (HB)
• Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam 3. Vaksin BCG
waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan
vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3
bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada
• Jadwal pemberian vaksin HB monova- len adalah usia 0,1, dan 6 usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin
bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan terlebih dahulu.
imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda.
4. Vaksin DTP
• Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal
pemberian pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB • Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada
kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau
dan 6 bulan. DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila
diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti
2. Vaksin polio rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6
bulan.
• Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di
sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. • Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin
Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan Td/Tdap
diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit harus mendapat satu dosis pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan
vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. setiap 10 tahun.

https://id.theasianparent.com/cradle-cap
5. Vaksin pneumokokus (PCV) 7. Vaksin rotavirus
• Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali • Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama
dengan interval 2 bulan; dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan
diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval
12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24
anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali. minggu.
6. Vaksin MMR/MR • Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama
diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan
• Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan
bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada
(minimal usia 32 minggu.
a Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3
8. Vaksin influenza
• Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan,
diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary
immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua
kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36
bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih,
dosis 0,5 mL.

https://id.theasianparent.com/cradle-cap
9. Vaksin campak 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE)
• Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila • Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis
sudah mendapatkan MMR. atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis tersebut.
Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster
10. Vaksin varisela 1-2 tahun
• Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada berikutnya.
usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada 13. Vaksin dengue
usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval
minimal 4 minggu. • Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12
bulan
11. Vaksin human papiloma virus (HPV)
• Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen
diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV
tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada
remaja
usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-
12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis.
• *b HPV: Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun,
pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons
antibodi setara dengan 3 dosis

https://id.theasianparent.com/cradle-cap
VAKSIN
• Suatu zat yang terbuat dari • Jenis – jenis vaksin
kuman, komponen kuman atau 1. BCG
racun kuman yang telah di
lemahkan atau dimatikan dan 2. TT
berguna untuk merangsang 3. DT
kekebalan tubuh seseorang. 4. Polio
5. Campak
6. Hepatitis B
7. DPT-HB
Jenis vaksin berdasarkan cara pemberiannya
Penyimpanan vaksin
Kipi
• Definisi KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada kejadian tertentu lama
pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (artritis kronik pasca
vaksinasi rubella), atau sampai 6 bulan (infeksi virus campak vaccine-
strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien
imunodefisiensi pasca vaksinasi polio.
Klasifikasi kipi
Penanggulangan kipi
Reaksi vaksin
Kurun waktu kasus pelaporan kipi

Anda mungkin juga menyukai