Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR

INSTALASI GAWAT DARURAT

A.    Pengertian Instalasi Gawat Darurat


Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat ( emergency care) adalah

bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu
segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).

Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan


di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas,

diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat


kesehatannya belum jelas.

Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan


kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk

menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


rawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari

kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang


lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.

Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara
bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri.

Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah


satu dari unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi.

IRD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim
kerja dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien

gawat darurat yang terorganisir.


Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit

terutama dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.


B. Tujuan Intalasi Gawat Darurat

1.    Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat


2.    Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien

3.   Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang


terjadi dalam maupun diluar rumah sakit

4.    Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada
masyarakat dengan problem medis akut

C. Kriteria Instalasi Gawat Darurat


1.    IRD harus buka 24 jam
2.    IRD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency (korban yang
memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh memggangu /

mengurangi mutu pelayanan penderita- penderita gawat darurat.


3.    IRD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care

dilakukan ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik


4.   IRD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam

penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)


5.   IRD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan

kesehatan masyarakat sekitarnya.


D. Kegiatan Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan


kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962) dalam

Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:


1. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.

Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah


menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan

kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan. Pelayanan gawat darurat
yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita ( live

saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan


pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory care)

2.  Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang


membutuhkan pelayanan rawat inap intensif

Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah


menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang

membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini merupakan


lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat

darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
3. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.

Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah


menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk menampung serta

menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya


dengan keadaan medis darurat (emergency medical questions).
E. Disiplin Pelayanan
      Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih

anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa digunakan
adalah (Subagyo, 1993) :

1. FCFS              : First Come-First Served (pertama masuk, pertama dilayani)


2. LCFS             : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama dilayani)

3. SIRO              : Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)


4. Emergency First  : Kondisi berbahaya yang didahulukan.
Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan dilayani sesuai
urutan prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :

1. Biru      : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/


ancaman nyawa.

2. Merah   : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat
(kondisi stabil / tidak membahayakan nyawa )

3. Kuning  : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat,
tetapi tidak gawat

4. Hijau   : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk
bukan penderita gawat.

5. Hitam  : Meninggal dunia

Prioritas dari warna


1. Biru

a) Henti jantung yang kritis


b) Henti nafas yang kritis

c) Trauma kepala yang kritis


d) Perdarahan yang kritis

2. Merah
a) Sumbatan jalan nafas atau distress nafas

b) Luka tusuk
c) Penurunan tekanan darah

d) Perdarahan pembuluh nadi


e) Problem kejiwaan

f) Luka bakar derajat II >25 %   tidak mengenai dada dan muka
g) Diare dengan dehidrasi
h) Patah tulang
3. Kuning

a) Lecet luas
b) Diare non dehidrasi

c) Luka bakar derajat I  dan  derajat  II   > 20 %


4. Hijau

a) Gegar otak ringan


b) Luka bakar derajat I

Gawat      : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien

Darurat     : Suatu keadaan yang segera memerlukan pertolongan

F. Kemampuan minimal petugas Instalasi Gawat Darurat


Menurut Depkes 1990

1. Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)


2. Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)

3. Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (Circulation)

4.  Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan


penanggulangan obat resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG

G. Kemampuan Tenaga Perawat Instalasi Gawat Darurat


Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 1999

1. Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien


2. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas,gagal jantung, kejang, koma

,perdarahan , kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah panggul dan


kasus ortopedi.

3. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep


4. Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern

H. Sarana dan Prasarana Fisik Ruangan Yang Diperlukan di Instalasi Gawat Darurat

Ketentuan umum fisik bangunan :


1. Harus mudah dijangkau oleh masyarakat

2. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk
kendaraan /pasien tidak sama dengan alur keluar)
3. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak
antara ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan

4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan


pintu

5. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar

I. Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat


Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan

salah satu sistem / organ seperti :


a. Susunan saraf pusat

b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler

d. Hati
e. Ginjal

f. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/ organ tersebut dapat disebabkan oleh :

a. Trauma / cedera
b. Infeksi

c. Keracunan (polsoning)
d. Degenerasi (kailure)

e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water

and electrolie)
Kegagalan sistem saraf pusat,kardiovaskuler,pernafasan dan kehilangan

hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit).


Sedangkan kegagalan sistem / organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam

waktu yang lebih lama. Drngan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita


Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

1. Kecacatan menemukan penderita gawat darurat


2. Kecepatan meminta pertolongan

3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :


a. Ditempat kejadian

b. Dalam perjalanan kerumah sakit


c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas / Rumah Sakit
J. TRIAGE
Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan pasien

yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan  yang


tepat. Triage merupakan suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya

cedera atau penyakit dan menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi. Dan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang

pengelolaan.
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal,

yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan tindakan.
 Prioritas Nol (Hitam) :

a) Mati atau jelas cedera fatal.


b) Tidak mungkin diresusitasi.

 Prioritas Pertama (Merah) :


Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.

a) gagal nafas,
b) cedera torako-abdominal,

c) cedera kepala / maksilo-fasial berat,


d) shok atau perdarahan berat,

e) luka bakar berat.


 Prioritas Kedua (Kuning) :

Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat :
a) cedera abdomen tanpa shok,

b) cedera dada tanpa gangguan respirasi,


c) fraktura mayor tanpa shok,

d) cedera kepala / tulang belakang leher,


e) luka bakar ringan.

 Prioritas Ketiga (Hijau) :

       Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :


a) cedera jaringan lunak,
b) fraktura dan dislokasi ekstremitas,
c) cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,

d) gawat darurat psikologis.


Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging yang sejenis,

bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.


2. Sistim triase Penuntun Lapangan  START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat

mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau


apakah tidak memerlukan transport segera.

Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi


pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk

memastikan kelompok korban :


a. Perlu transport segera / tidak,      

b. Tidak mungkin diselamatkan,


c. Mati.

K. Sistem Triase

Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu. Bencana /
Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk sebanyak mungkin

pasien

L. Objektif primer di Instalasi Gawat Darurat


1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera

2. Menentukan area yang layak untuk tindakan


3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak perlu

4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu


5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga

6. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.

M. Aturan Primer Petugas


1. Skrining pasien secara cepat.

2. Penilaian terfokus.
N. Sasaran Primer dan Sekunder Triase
1. Primer :  Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.

2. Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.

O. Prinsip Umum Triase


1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.

2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.


3. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat

mewawancara pasien.
4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area

tindakan. Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan penyuluhan.
5. Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan triase. Gunakan

sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan memadai.


Pahami juga :

1. Struktur pembagian ruangan dengan perangkat  yang sesuai.


2. Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.

3. WASPADA atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial terancam
hidup atau anggota badannya harus didahulukan dalam penilaian hingga

dapat segera ditindak


Prinsip dari triage :

a. Triase harus cepat dan tepat


Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang

menganca nyawa merupakan suatu yang sangan penting pada bagian


kegawatdaruratan

b. Pemeriksaan harus adekuat dan akurat


 Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting

pada proses pengkajian


c. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan
 Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan
jika ada informasi yang adekuat dan data yang akurat

d. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi


Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan

memeriksa secara akurat pasien, dan memberikan perawatan yang sesuai


pada pasien, termasuk intervensi terapiutik, prosedur diagnostic, dan
pemeriksaan pada tempat yang tepat untuk perawatan

e. Kepuasan pasien tercapai


 Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai

kepuasan pasien
 Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin

akan membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang


kritis

 Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga


pasien, atau teman

(Department Emergency Hospital Singapore, 2009)

Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh perawat di
ruang gawat darurat antara lain
a. Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus
menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran infeksi

dan memberikan asuhan yang nyaman untuk klien


b. Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose

keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan


c. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk

mengatasi masalah biologi dan psikologi klien


d. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga diberikan

untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama perawat dan


klien

e. System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan


f. Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan

tepat
g. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu

dijaga
P. Tipe Triage :

Ada beberapa Tipe triage, yaitu :


1. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system
kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-
beda, tapi secara umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien
menurut yang memiliki tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan

evaluasi dini dan perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan
pada pasien dengan sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis

buruk.
2. Mass Casualty incident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu
tempat bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke

kelebihan kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan pada korban


bencana yang kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih dahulu.

3. Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif

sesegera mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi


perawatan berubah dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit

menjadi memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya


pada identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan

hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage
dilakukan identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih

dahulun tanpa muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat
bertahan. Prioritasnya ditekankan pada transportasi korban dan perawatan

berdasarkan level luka.


4. Military Triage

Sama dengan  tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding


dengan aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan

pendekatan yang paling baik karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan
mengakibatkan efek buruk pada kesehatan dan kesejahteraan populasi yang

lebih besar.

5.   Special Condition triage


Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya

kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah masal  dengan radiasi,


kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung

sangat dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)


Q. Klasifikasi Triage
Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi umum

yang  dipakai :
1. Three Categories Triage System
Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan menjadi :
– Prioritas utama

– Prioritas kedua
– Prioritas rendah

Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya spesifitas dan
subjektifitas dalam pengelompokan dalam setiap grup

2. Four Categories Triage System


 Terdiri dari :

– Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus sesegera
mungkin)

– Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)


– Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera

dilakukan)
– Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)

3. Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)


Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan
seseorang dengan pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan

sangat cepat selama 60 detik pada bagian berikut :


– Ventilasi / pernapasan

– Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)


– Status neurology

Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang mengancam nyawa


seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus diselesaikan

secepatnya. Pasien diklasifikasikan sebagai berikut :


a) The Walking Wounded
      Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada korban,
untuk berpindah. Kemudian penolong yang lain melakukan pengkajian dan

mengirim korban ke rumahsakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut


b) Critical/ Immediate
      Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan keadaan kritis
yang membutuhkan transportasi ke rumahsakit secepatnya, dengan criteria

pengkajian :
– respirasi >30x/menit

– tidak ada denyut nadi


– tidak sadar/kesadaran menurun

c) Delayed
 Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang tidak

mempunyai keadaan yang mengancam jiwa dan yang bisa menunggu untuk
beberapa saat untuk mendapatkan perawatan dan transportasi, dengan criteria

– Respirasi <30x/menit
– Ada denyut nadi

– Sadar/ respon kesadaran normal


d) Dead
Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka dan
mematikan seperti luka tembak di kepala (Departement Emergency Hospital

Singapore, 2009).Sistem klasifikasi pasien yang digunakan, diantaranya :


1)   Traffic director

Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan

memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”. Berdasarkan


klasifikasi ini pasien dikirim ke ruang tunggu atau area perawatan akut.

Tidak ada tes diagnostik permulaan yang dilakukan sampai tiba waktu
pemeriksaan.

2) Spot check

Pada model ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan


data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke

dalam salah satu dari tiga prioritas pengobatan berikut ini : “gawat
darurat,” “mendesak,” atau “ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes

diagnostic pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan


tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada evaluasi ulang yang

direncanakan sampai dilakukan pengobatan.


3) Comprehensive
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju dengan
melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase. Data

dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan


kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan ojektif. Tes

diagnostic pendahuluan dilakukan dan pasien ditempatkan di ruang


perawatan akut atau ruang tunggu. Jika pasien ditempatkan di ruang

tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit (Rea, 1987).

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan Prioritas
Perawatannya, antara lain :

1. Gawat Darurat (P1)


Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu

tindakan segera, misalnya cardiac arrest,  penurunan kesadaran , trauma


mayor dengan perdarahan hebat

2. Gawat Tidak Darurat (P2)


Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan

darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter


specialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan

lainya.
3. Darurat Tidak Gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung

diberikan terapi definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya:


laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya.

4. Tidak Gawat Tidak Darurat


Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan

tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya


penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya (ENA, 2001;Iyer, 2004)
DAFTAR PUSTAKA

Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan  : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta :

EGC
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat  : Jakarta : EGC

Aninomous,1999. Triage officers course.


Singapore : departement of emergency medicine singapore general hospital

Wikipedia, the free encyclopedia, 2009,  triage, (Online), (http://en.wikipedia.


org/wiki/triage, Diakses pada tgl 15 April2019).

Anda mungkin juga menyukai