Kamelia
135070200131008
Kelompok 1
Oleh :
KAMELIA
NIM. 135070200131008
( ) ( )
1. Definisi Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah
nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring (Arima,
2006; Nasional Cancer Institute, 2009).
Karsinoma nasofaring adalah sebuah kanker yang bermula tumbuh pada
sel epitelial batas permukaan badan internal dan eksternal sel didaerah nasofaring
(American cancer asosiety, 2011).
Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang muncul pada daerah
nasofaring (area diatas tengorokan dibelakang hidung). Kanker nasofaring atau
dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang disebabkan oleh sel ganas
(kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian atas faring atau
tenggorokan.
KNF sering berawal dari fossa Rosenmuller dan dapat meluas kedalam
atau keluar dari dinding lateral dan/atau posterosuperior ke dasar otak atau ke
palatum, kavum nasi atau orofaring (Brennan, 2006). KNF mudah meluas ke fosa
serebri media melalui 2 titik lemah yaitu foramen laserum dan ovale (Cotrril &
Nutting, 2003).
3. Anatomi Nasofaring
Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku diatas, belakang
dan lateral yang termasuk bagian dari faring. Ke anterior berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana dan tepi belakang septum nasi. Pada dinding lateral
nasofaring terdapat orifisium tuba eustakius yang merupakan bagian dari
pendengaran. Pada usia muda dinding postero-superior nasofaring umumnya
tidak rata karena adanya jaringan adenoid.
Pada atap nasofaring sering terlihat lipatan-lipatan mukosa yang dibentuk
oleh jaringan lunak sub mukosa. Nasofaring terdapat banyak saluran getah
bening.Nasofaring merupakan lubang sempit yang terdapat pada belakang rongga
hidung.
Berbeda dengan selaput lendir saluran nafas lainnya, selaput lendir
nasofaring mengandung banyak sekali jaringan limfoid yang terletak didalam dan
dibawah epitel yang merupakan kumpulan sel limfosit tipe B dan sedikit tipe T
yang membentuk folikel-folikel dan pusat germinal tanpa kapsul. Struktur limfoid ini
banyak terdapat di dinding lateral terutama di sekitar muara tuba Eustachius,
dinding posterior dan bagian nasofaring di palatum molle. Struktur limfoid ini
merupakan lengkung bagian atas dari cincin Waldeyer (Gustafson & Neel, 1989;
Chew, 1997). Pada dinding lateral, terutama di daerah tuba Eustachius paling
kaya akan pembuluh limfe. Aliran limfenya juga berjalan ke arah anteroposterior
dan bermuara ke kelenjar retrofaringeal atau ke kelenjar yang paling proksimal
dari masing-masing sisi rantai kelenjar spinal dan jugularis interna, dimana rantai
kelenjar ini terletak di bawah otot sternokleidomastoideus pada tiap prosesus
mastoid. Beberapa kelenjar dari rantai jugular letaknya sangat dekat dengan
sarafsaraf kranial terakhir, yaitu saraf IX,X,XI,XII (Cottrill & Nutting, 2003).
4. Etiologi Karsinoma Nasofaring
Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin
mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF
adalah:
a. Kerentanan Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat
tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis korelasi
menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengkode enzim
sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap
karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian besar karsinoma
nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009).
c. Pembedahan
Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap
benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul
kembali setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya
sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi.
Operasi sisa tumor induk (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan, tetapi
sering timbul komplikasi yang berat akibat operasi (Roezin, Anida, 2007).
d. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif harus diberikan pada pasien dengan pengobatan
radiasi. Mulut rasa kering disebakan oleh keusakan kelenjar liur mayor
maupun minor sewaktu penyinaran. Tidak banyak yang dilakukan selain
menasihatkan pasien untuk makan dengan banyak kuah, membawa minuman
kemanapun pergi dan mencoba memakan dan mengunyah bahan yang rasa
asam sehingga merangsang keluarnya air liur. Gangguan lain adalah
mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku di daerah leher karena
fibrosis jaringan akibat penyinaran, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan
kadang-kadang muntah atau rasa mual ( Roezin, Anida, 2007).
Kesulitan yang timbul pada perawatan pasien pasca pengobatan lengkap
dimana tumor tetap ada (residu) akan kambuh kembali (residif). Dapat pula timbul
metastasis jauh pasca pengobatan seperti ke tulang, paru, hati, otak. Pada kedua
keadaan tersebut diatas tidak banyak tindakan medis yang dapat diberikan selain
pengobatan simtomatis untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pasien
akhirnya meninggal dalam keadaan umum yang buruk , perdarahan dari hidung
dan nasofaring yang tidak dapat dihentikan dan terganggunya fungsi alat-alat vital
akibat metastasis tumor (Fuda Cancer Hospital Guangzhou, 2002 dan Roezin,
Anida, 2007).
9. Komplikasi Karsinoma Nasofaring
Toksisitas dari radioterapi dapat mencakup xerostomia, hipotiroidisme,
fibrosis dari leher dengan hilangnya lengkap dari jangkauan gerak, trismus
kelainan gigi, dan hipoplasia struktur otot dan tulang diiradiasi. Retardasi
pertumbuhan dapat terjadi sekunder akibat radioterapi terhadap kelenjar hipofisis.
Panhypopituitarism dapat terjadi dalam beberapa kasus. Kehilangan pendengaran
sensorineural mungkin terjadi dengan penggunaan cisplatin dan radioterapi.
Toksisitas ginjal dapat terjadi pada pasien yang menerima cisplatin. Mereka yang
menerima bleomycin beresiko untuk menderita fibrosis paru. Osteonekrosis dari
mandibula merupakan komplikasi langka radioterapi dan sering dihindari denga
perawatan gigi yang tepat (Maqbook, 2000 dan Nasir, 2009).
10. Pencegahan
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah
dengan risiko tinggi. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta
mengubah cara memasak makanan untuk mencegah kesan buruk yang timbul dari
bahan-bahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak
sehat, meningkatkan keadaan sosial-ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan
dengan kemungkinankemungkinan faktor penyebab. Akhir sekali, melakukan te
serologik IgA-anti VCA dan IgA anti EA bermanfaat dalam menemukan karsinoma
nasofaring lebih dini (Tirtaamijaya, 2009).
b. Status Kesehatan
- Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan
menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan
rasa terbakar dalam tenggorok.Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa
berdengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran.Terjadi
pendarahan dihidung yang terjadi berulang-ulang, berjumlah sedikit dan
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di
RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan
penyakit samapi timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan
meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang
dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk
PQRST. Penderita tumor nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala
telinga kiri terasa buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di
daerah samping leher di bawah daun telinga, gangguan pendengaran,
perdarahan hidung, dan bisa juga menimbulkan komplikasi apabila terjadi
dalam tahap yang lebih lanjut
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor
nasofaring maka akan meningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit tumor
nasofaring pula.
c. Pemeriksaan Fisik
- Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien
simetris, kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal
namun konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata
klien isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan
kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal
ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu yang
mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien yang
anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan
kabur.
- Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan
pasien normal dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri
tekan pada telinga.Hal ini terjadi akibat adanya nyeri saat menelan makanan
oleh pasien dengan tumor nasofaring sehingga terdengar suara berdengung
pada telinga.
- Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak
menggunakan otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit,
irama nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan, nafas dalam, klien
mengalami batuk produktif dengan sputum kental berwarna kuning, tidak
terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara
nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri dada dan menggunakan
alat bantu nafas. Pada sistem ini akan sangat terganggu karena akan
mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka
pasien akan kesulitan dalam bernafas yang bisa mengakibatkan pasien
mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi karena suara
nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat ekspirasi.
- Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan
irama teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit
hangat suhu tubuh klien 360C, warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2
detik, dan tidak ada edema. Sedangkan pada sirkulasi jantung, kecepatan
denyut apical 82 x/ menit dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi
jantung dan tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang
peredaran darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah
tersebut.
- Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran
pasien kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5.
Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sitem
persyarafan dan pada pemeriksaan refleks fisiologis klien normal. Tumor
nasofaring juga bisa menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung
di rongga tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan pada
beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak tersebut maka
pasien akan memiliki prognosis yang buruk.
- Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien
tidak kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada
diare, konsistensi feses lunak, bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi
konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek. Tumor tidak menyerang di
saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguan dalam sistem percernaan
pasien.
- Sistem endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak
berbau keton, dan tidak ada luka ganggren.Hal ini terjadi karena tumor
nasofaring tidak menyerang kalenjar tiroid pasien sehingga tidak menganggu
kerja sistem endoktrin.
- Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada
perubahan pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia,
inkontinensia, anunia), warna BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi
kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang. Tumor nasofaring tidak
sampai melebar sampai daerah urogenital sehingga tidak mengganggu
sistem tersebut.
- Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit
pucat, keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit
daerah pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih.
Warna pucat yang terlihat pada pasien menunjukkan adanya sumbatan yang
ada di dalam tenggorokan sehingga pasien terlihat pucat.
- Sistem musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit
pada tulang, sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada
bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang, dan
keadaan otot baik.Pada tumor ini tidak menyerang otot rangka sehingga
tidak ada kelainan yang mengganggu sistem musculoskeletal.
e. Pemeriksaan penunjang
Hasil dari beberapa pemeriksaan diagnostik yang abnormal.
f. Penatalaksanaan
Pemberian terapi atau pengobatan untuk KNF,seperti radioterapi,kemoterapi
serta obat-obatan.
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan nutrisi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasive, imunitas tubuh menurun
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya berhubungan
dengan misintepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasi.
6. Defisit self care berhubungan dengan kelemahan
7. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan penyakit,
pengobatan penyakit dan dampak penyakit
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan askep selama .... Airway Management/Manajemen jalan nafas
nafas tidak jam status respirasi: terjadi - Bebaskan jalan nafas.
efektif kepatenan jalan nafas dengan - Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
berhubungan Kriteria Hasil :
- Identifikasi apakah klien membutuhkan insertion airway
dengan sekresi - Tidak ada panas
- Jika perlu, lakukan terapi fisik (dada)
berlebihan - Cemas tidak ada
- Auskultasi suara nafas, catat daerah yang terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi
- Obstruksi tidak ada
- Berikan bronkhodilator, jika perlu
- Respirasi 16-20x/mnt
- Atur pemberian O2, jika perlu
- Pengeluaran sputum dari jalan
- Atur intake cairan agar seimbang
nafas paru bersih
- Atur posisi untuk mengurangi dyspnea
- Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Administrasi analgetik :
- Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
- Cek riwayat alergi.
- Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
- Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
- Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
- Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
3 Ketidakseimban Setelah dilakukan askep . jam Manajemen Nutrisi
gan nutrisi klien menunjukan status nutrisi - Kaji pola makan klien
kurang dari adekuat dengan Kriteria Hasil : - Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan - Bb stabil tidak terjadi mal nutrisi - Kaji makanan yang disukai oleh klien
tubuh - Tingkat energi adekuat - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien
berhubungan - Masukan nutrisi adekuat - Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya
dengan intake
nutisi in - Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi
adekuat, faktor - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.
biologis
Monitor Nutrisi
- Monitor BB setiap hari jika memungkinkan
- Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan.
- Monitor adanya mual muntah serta intake nutrisi dan kalori.
- Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan,
bengkak
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan askep jam Konrol infeksi
berhubungan tidak terdapat faktor risiko - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
dengan infeksi pada klien dibuktikan - Batasi pengunjung bila perlu
imunitas tubuh dengan status imune klien adekuat:
- Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.
primer menurun, bebas dari gejala infeksi, angka
- Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan
prosedur lekosit normal (4-11.000),
- Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
invasive
- Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
- Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat
- Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari
- Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
- Berikan antibiotik sesuai program.
Anil KL. 2008. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology Head & Neck
Surgery. 2nd ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. 2010. Diseases of Ear, Nose & Throat.5th ed. India:
Elsevier.
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
Lee KJ. 2008.Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. 9th ed USA: The
McGraw-HillCompanies, Inc.
Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth Edition. St. Louis
Missouri : Mosby Elsevier.
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ;
1997
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001