PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hukum mengatur tujuan-tujuan spesifik lebih lanjut, dimana hukum sebagai sesuatu
keseluruhan yang melayani fungsi-fungsi sosial umum, diantara fungsi – fungsi hukum
yang penting adalah ; penjaga kedamaian / menyelesaikan masalah perselisiham antara
individu, menjaga ketertiban masyarakat, menciptakan keadilan social, melindungi atau
menjaga lingkungan, hukum sebagai alat kontrol social, dan merekayasa masyarakat
( social engineering)
Hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang
kesehatan yang mengatur tentang pelayanan medik dan sarana medic. Hukum kesehatan
dan hukum medis adalah rambu-rambu lain yang mengatur pelayanan kesehatan dalam
hal ini etika dan hukum yang sama-sama berakar pada moral saling mengisi.
Perlindungan hukum adalah bentuk-bentuk perlindungan yang antara lain berupa rasa
aman dalam melaksanakan tugas profesinya, perlindungan terhadap keadaan
membahayakan yang dapat mengancam keselamatan fisik atau jiwa baik karena alam
maupun karena perbuatan manusia.
Menurut H.J.J leenen, Hukum kesehatan adalah keseluruhan aturan hukum yang
mengatur tentang hubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang berupa
penerapan hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi negara dalam kaitan
dengan pemeliharaan kesehatan dan yang bersumber dari hukum otonom yang berlaku
untuk kalangan tertentu saja, hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi, aturan-aturan
internasional, ilmu pengetahuan dan lirature yang ada kaitannya dengan pemeliharaan
kesehatan.
Dari pengertian diatas dapat kita lihat bahwa hukum kesehatan banyak berhubungan
dengan etika medis yang pada dasarnya berisi kepedulian dan tanggung jawab secara
moral hidup dan kehidupan manusia serta terhadap kelainan dan gangguan padanya, dari
mulai sebelum lahir hingga akhir hidup itu serta sampai beberapa waktu sesudahnya.
Disamping itu, hukum kesehatan dan hukum medis adalah rambu-rambu lain yang
mengatur pelayanan kesehatan dalam hal ini etika dan hukum sama-sama berakar pada
moral saling mengisi.
Definisi Operasional :
a. Tersedia peralatan yang sesuai dengan standard dan ada mekanisme keterlibatan
bidan dalam perencanaan dan pengembangan sarana dan prasarana.
b. Ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas
barang.
c. Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu
d. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
7. Penutup
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.
Tujuan kode etik adalah:
1) menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
2) menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3) meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4) meninggkatkan mutu profesi
Standar 13
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR.
Pernyataan standar :
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontanmencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau
menangani hipotermia.
Standar 14
PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH PERSALINAN.
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam
dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping
itu, bidan memberikan penjelasan tentangan hal-hal mempercepat pulihnya
kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Standar 15
PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS.
Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada
hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu
proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar;
penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada
masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
1. Pasal 2
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah memiliki kualifikasi
jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan.
2. Pasal 3
(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.
(2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
3. Pasal 4
STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pasal 5
(1) Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.
(2) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan yang telah
memiliki STRB.
(3) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
(4) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan masih
berlaku, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
5. Pasal 6
(1) Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
(2) Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB pertama.
6. Pasal 7
(1) SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
(1) Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditembuskan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
(2) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota,
Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditembuskan.
3. Keterampilan dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita dan KB
di masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.
d. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk
mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.
e. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.f. Melakukan pencatatan
dan pelaporan
4. Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
c. Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan kewenangannya.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna.
3.1 KESIMPULAN
Dalam masyarakat tradisional orang sering kali memandang hukum sebagai suatu
aturan yang tidak di ubah yang harus dipatuhi. Akan tetapi, sekarang ini para pembuat
hukum membuat atau memperlakukan hukum sebagai suatu alat atau instrument yang
fleksibel untuk menyelesaikan tujuan-tujuan yang akan di ambil/dipilih.
Seorang bidan yang profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja
berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik
pelayanan serta kode etik yang dimilikinya, karena bidan adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan, yang terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk praktek kebidanan.
3.2 SARAN
Diharapkan kepada pembaca memberikan kritik dan saran yang positif agar penulisan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Departemen Kesehatan RI. Buku 1 : Standar Pelayanan Kebidanan. 2000. Jakarta : Departemen
Kesehatan.
Karyati Dkk. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). 2011. Jakarta : Trans Info Media
Runjati, M.Mid. Asuhan Kebidanan Komunitas. 2011. Jakarta : ECG
Syafrudin, dan Hamidah. Kebidanan Komunitas. 2014. Jakarta : ECG
http://www.ibi.or.id/media/PMK%20No.%2028%20ttg%20Izin%20dan%20Penyelenggaraan%2
0Praktik%20Bidan.pdf diunduh pada tanggal 17/02/2018 pukul 10.00 WIB