Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENGKAJIAN OBAT

Dosen Pengampu :

Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr.Keb.

Di Susun Oleh:

Stephanie 2121022

Nurhayati 2121038

Putri Indriyani 2121040

Natasya Amelia K 2121041

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Dalam
penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami.

Penulis jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya dan semua pihak yang berkepentingan
pada umumnya.

Bandung, 12 juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Tujuan..............................................................................................................7
1.3 Manfaat............................................................................................................7
BAB II............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................8
2.1 Pelayanan Kebidanan.....................................................................................8
2.2 Kewenangan Bidan Terkait Obat-Obatan.....................................................10
BAB III.........................................................................................................................14
PEMBAHASAN...........................................................................................................14
3.1 Hasil Pengkajian............................................................................................14
BAB IV........................................................................................................................25
PENUTUP...................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur


keberhasilan pembangunan manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak akan
produktif untuk hidup layak secara ekonomi dan menjalani pendidikan yang baik.
Begitu juga tanpa ekonomi yang baik, manusia tidak akan dapat memperoleh
pelayanan kesehatan yang baik serta pendidikan yang baik. Tanpa pendidikan
yang baik, manusia juga tidak bisa mengerti kesehatan serta mendapatkan
ekonomi yang baik. Ketiga parameter ini saling berhubungan dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lain (Sri Siswati, 2013:2)

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan
berkesinambungan, adil dan merata, serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh
masyarakat. Kesehatan sebagai modal pembangunan memerlukan dukungan dari
tenaga kesehatan termasuk bidan dan perawat. Pembangunan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Upaya-upaya penyelenggaraan kesehatan senantiasa
beriringan dengan fenomena globalisasi dan perkembangan dunia teknologi,
mempengaruhi pelaksanaan upaya-upaya penyelenggaraan kesehatan secara
menyeluruh. Tenaga kesehatan memberikan kontribusi sebanyak 80% untuk
keberhasilan tujuan pembangunan kesehatan. Kinerja sistem kesehatan telah
ditunjukkan melalui peningkatan status kesehatan yaitu penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Namun perbaikan indikator tersebut
belum seperti yang diharapkan.

Indonesia telah melakukan upaya yang jauh lebih baik dalam menurunkan angka
kematian pada bayi dan balita, yang merupakan MDG 3 keempat. Tahun 1990-an
menunjukkan perkembangan tetap dalam menurunkan angka kematian balita,
bersama-sama dengan komponen-komponennya, angka kematian bayi dan angka
kematian bayi baru lahir. Akan tetapi, dalam beberapa tahun kualitas pelayanan
yang kurang optimal di daerah-daerah miskin perkotaan juga merupakan faktor
penyebab Angka Kematian Anak terkait dengan kemiskinan. Lebih dari setengah
perempuan di dua puluh provinsi tidak mampu atau tidak bersedia menggunakan
jenis fasilitas kesehatan seperti Puskesmas maupun Rumah Sakit, sebagai
penggantinya perempuan melahirkan di rumahnya sendiri dan sebahagian lagi
melahirkan di praktik bidan dengan fasilitas yang kurang memadai. Hal ini menjadi
salah satu masalah yang cukup besar, bila terjadi kegawat daruratan dalam proses
persalinan dengan sarana peralatan dan akses ke fasilitas kesehatan tidak
terjangkau maka dampak yang akan terjadi adalah peningkatan kesakitan dan
kematian bagi ibu dan bayi. Lain halnya bila perempuan yang melahirkan di fasilitas
kesehatan memungkinkan untuk memperoleh akses ke pelayanan obstetrik darurat
dan perawatan bayi baru lahir dan segera mendapat pertolongan dan pelayanan
walaupun masih ada fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

Pelayanan kebidanan dilaksanakan oleh bidan mulai dari pelayanan kesehatan


tingkat primer, sekunder dan tertier. Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang
berkualitas diperlukan tenaga bidan yang memiliki kemampuan dalam aspek
intensitas kognitif tidak hanya level tahu, komprehensif dan aplikasi, tetapi perlu
memiliki kemampuan analisis, sintesa dan evaluasi, sehingga mampu berpikir kritis
dalam suatu pengambilan keputusan yang tepat serta mampu memehami perasaan
klien yang ditangani.

Ruang lingkup pelayanan yang dilakukan oleh bidan dimulai pada masa pra
nikah, pra hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa interval (masa pre
menopause), kesehatan reproduksi, bayi dan balita serta prasekolah. Kenyataannya,
banyak Praktik Mandiri Bidan (PMB) yang melakukan pelayanan yang tidak sesuai
dengan wewenangnya. Kecenderungan bidan melakukan rujukan kepada dokter ahli
kandungan dan melakukan Seksio Caesaria dapat membebani masyarakat. Dalam
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 23 (3) Dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki ijin dari pemerintah. Tetapi di
dalam undang-undang tersebut tidak dicantumkan sanksi bagi tenaga kesehatan
yang tidak memiliki ijin atau tenaga kesehatan yang tidak memperpanjang ijin.
Kenyataannya di lapangan masih banyak Bidan yang membuka Praktik Mandiri
Bidan dengan ijin yang kadaluarsa, ada bidan yang memiliki ijin namun tidak
memenuhi syarat dan bahkan ada bidan yang belum memiliki ijin. Hal ini sangat
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Tenaga kesehatan
diharuskan memiliki ijin praktik mulai tahun 2011. Semua tenaga kesehatan
terutama tenaga strategis seperti bidan, perawat, apoteker, sanitarian, ahli gizi,
petugas Kesehatan Masyarakat (Kesmas), dan analis laboratorium harus memiliki
STR dan ijin praktik. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kualitas dan
menyamaratakan standar tenaga kesehatan di seluruh Indonesia dan meningkatkan
mutu tenaga kesehatan serta menjamin kompetensi tenaga kesehatan yang bekerja
di pelayanan kesehatan. Selain meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan tenaga kesehatan, peraturan ini dapat melindungi masyarakat atas
tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan, juga memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat yang dilayani dan tenaga kesehatan itu sendiri.

Bidan dalam menjalankan pelayanan di Praktik Mandiri Bidan sering ditemukan


memberikan pelayanan pemasangan alat kontrasepsi berupa Implant atau IUD.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, bagian pra konsepsi, KB, dan
ginekologi kompetensi ke-2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh
dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,
perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 108 (1) Praktik
kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/ Menkes/ SK/ III/ 2007 tentang standar profesi bidan. Bidan dalam
melaksanakan pelayanan dalam pelayanan kebidanan komunitas pada kompetensi
ke-8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Keterampilan Tambahan yakni mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai
dengan kewenangannya. Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,
memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya
yang baru lahir.

Keterampilan dasar yang dimiliki bidan yakni memberikan suntikan intra muskuler
meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative. Pengetahuan tambahan yakni
pemberian suntikan anestesi lokal. Keterampilan tambahan yakni membuat resep
dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai
kewenangan dan memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi
persalinan dan penanganan perdarahan post partum.

1.2 Tujuan

a. Mengidentifikasi apa saja obat-obatan yang tertera dipermenkes tersedia di


PMB yang diobservasi
b. Mengidentifikasi macam obat, golongannya, dan manfaatnya selama
kehamilan, nifas, persalinan, bayi, dan Keluarga Berencana
c. Melakukan pengkanjian pada undang-undang kebidanan dan permenkes
serta aturan hukum yang masih berlaku
d. Menganalisis sejauh mana kewenangan bidan akan penggunaan obat
tersebut dalam lingkup pelayanan dasar/PMB

1.3 Manfaat

Mahasiswa mengetahui kewenangan bidan dalam pemberian obat yang dimana


dalam pemberian obat harus memenuhi standar yang diharuskan oleh akuntabilitas
yang dibebankan pada bidan melalui hukum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kebidanan

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan (lulus) program pendidikan


kebidanan yang diakui secara resmi oleh negaranya serta berdasarkan kompetensi
praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan International Confederation of Midwifes
(ICM) dan kerangka kerja dari standar global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah
memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan untuk didaftarkan (register) dan/atau
memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan, dan
menggunakan gelar/hak sebutan sebagai bidan, serta mampu menunjukkan
kompetensinya di dalam praktik kebidanan. Bidan adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval
dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan atau dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya.

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang


diarahkan untuk mewujudkan kesehatan wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru
lahir, dan balita untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di masa depan. Pelayanan kebidanan
dibedakan berdasarkan kewenangan bidan, yaitu : Pertama, Layanan kebidananan
primer atau mandiri, merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464 Tahun 2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pasal 1, yang selanjutnya disebut
Permenkes Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan dan dijelaskan juga
bahwa bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Kewenangan bidan lebih dijelaskan dalam Pasal 9, Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2),
Pasal 13 ayat (1) serta Pasal 14 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Permenkes Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidanbahwadalam menjalankan praktik, bidan
berwenang untuk memberikan pelayananyang meliputi:

1) Pelayanan kesehatan ibu;


2) Pelayanan kesehatan anak; dan
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud diberikan pada bayi


baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan anak berwenang untuk :

1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,


pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan
perawatan tali pusat;
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
6. Pemberian konseling dan penyuluhan;
7. Pemberian surat keterangan kelahiran; dan
8. Pemberian surat keterangan kematian.

Selain kewenangan di atas, Bidan yang menjalankan program


pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi :

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim,


dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit;
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter;
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan;
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu
dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan
anak sekolah;
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,
dan penyakit lainnya;
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah.

Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,
dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan. Daerah yang
tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud adalah kecamatan atau
kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Dalam hal daerah tersebut telah terdapat dokter, kewenangan bidan tidak
berlaku.Definisi “perikatan” menurut doktrin (para ahli) adalah : “Hubungan
hukum dalam bidang harta kekayaan di antara dua orang (atau lebih), dimana
pihak yang satu (debitur) wajib melakukan suatu prestasi, sedangkan pihak
yang lain (kreditor) berhak atas prestasi tersebut.”(Agus Yudh Hernoko, :19)

2.2 Kewenangan Bidan Terkait Obat-Obatan

Kewenangan bidan dalam memberikan obat telah tercantum pada peraturan


yang berlaku yaitu: Berdasarkan PMK RI tahun nomor 28 tahun 2017 tentang izin
dan penyelenggaraan praktik bidan kewenangan bidan dalam penyelenggaraan
Praktik Kebidanan. Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan
kebidanan yang mana tercantum pada beberapa pasal di bawah ini:

Pasal 18

1. Pelayanan kesehatan ibu


2. Pelayanan kesehatan anak dan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 19 ayat
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui dan masa antara dua kehamilan
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
a. Konseling pada masa sebelum hamil
b. Antenatal pada kehamilan
c. Persalinan normal
d. Ibu nifas normal
e. Ibu menyusui, dan
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.
3. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) bidan berwenang melakukan
a. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
b. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum
c. Pelayanan neonatal esensial memberikan suntikan Vit KI.
d. pemberian imunisasi BO

Pasal 20

Pada ayat (3) pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi inisiasi menyusu dini, pemotongan dan perawatan tali pusat.
pemberian suntikan Vit KI. pemberian imunisasi BO, pemeriksaan fisik bayi baru
lahir. pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri dan merujuk kasus
yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan epat waktu ke fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

Pasal 25

Ayat (1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud


dalam pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:

1. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat


2. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan
3. Pemberian immunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah
Pasal 25 (2) kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin dan/atau kebutuhan logistik
Lainnya dalam pelaksanam kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan Obat-
obatan yang perlu disediakan oleh bidan saat melaksanakan praktik kebidanan juga
tercantum pada pasal 30 ayat (2) yang menyatakan bahwa persyaratan meliputi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, serta obat dau bahan habis
pakai.

Pasal 36

1. Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktek Mandiri Bidan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat dan bahan habis
pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal. persalinan normal,
penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana dan penanganan
awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
2. Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis
pakai.
3. Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan pendokumentasian surat
pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat yang baik sesuai dengan peraturan
perundang undangan.

Pengobatan atau farmakoterapi merupakan suatu proses ilmiah


yang dilaksanakan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh
selama anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam proses farmakoterapi terkandung
keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan tentang obat dan
keterampilan terkini untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi
manfaat maksimal dan resiko minimal bagi pasien, berarti dapat
dipertanggung jawabkan dan cost effective yang adalah prinsip penggunaan obat
rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang
sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia
setiap saat dan harga terjangkau (Depkes RI, 2007).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, seorang bidan
berwenang untuk memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan
nifas, memberikan infus, memberikan suntikan intramuskular uterotonika, antibiotika
dan sedativa serta memberikan obat-obatan terbatas melalui lembar permintaan
obat sesuai dengan formulir VI. Berdasarkan kewenangan tersebut maka seorang
bidan harus kompeten dalam memberikan obat-obatan sesuai dengan
kewenangannya. Bidan harus mampu memahami dasar-dasar dalam pemberian
obat, menghitung dosis obat dan cara-cara pemberian obat obat dengan baik
dengan baik sebagai salah satu bagian dari asuhan yang bermutu pada klien.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengkajian

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan


pelayanan di masyarakat pelayanan yang dapat diberikan bidan adalah pelayanan
pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas ibu menyusui, bayi dan balita serta Wanita
Usia Subur. Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan juga mempunyai
kewenangan dalam memberikan obat ketika memberikan asuhan, namun dalam
memberikan obat tersebut, tidak semua obat bisa menjadi wewenang bagi bidan.
Kewenangan bidan dalam memberikan obat telah tercantum pada peraturan
pemerintah.

Pengkajian dilakukan di Griya Praktik Mandiri Bidan Evy Komalasari, Amd. Keb.
didesa Karyawangi, dengan menganalisis jenis, golongan, dan manfaat obat-obatan
yang tertera di Permenkes tersedia di PMB tersebut. Serta sejauh mana
kewenangan bidan terhadap obat-obatan.Terdapat beberapa obat yang dilakukan
analisis yaitu;

1. Tablet Fe

Diberikan pada saat ibu hamil Trimester 1,2 dan trimester 3. Hufabion adalah
suplemen mineral dan multivitamin untuk mengatasi anemia akibat kekurangan zat
besi, termasuk pada ibu hamil. Golongan suplemen zat besi, Hufabion bermanfaat
untuk membantu mencegah dan mengatasi anemia yang disebabkan kekurangan
zat besi.
(Kewenangan obat ini tertera pada Pasal 19 PMK RI tahun nomor 28 tahun 2017
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan kewenangan bidan dalam
penyelenggaraan Praktik Kebidanan)

2. Asam Folat

Vitamin B9 atau asam folat adalah suplemen untuk mencegah dan mengatasi
kekurangan (defisiensi) vitamin B9. Golongan antibiotik, kategori Suplemen vitamin.
Manfaatnya yaitu mengatasi kekurangan asam folat, anemia megaloblastik, serta
mencegah terjadinya cacat tabung saraf pada janin.

3. Selkom-C

Kapsul Selkom C merupakan produk vitamin. Manfaatnya yaitu untuk membantu


memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin C, dan
vitamin E. Merupakan golongan obat antibiotik.

4. Mirasic
Mirasic adalah sediaan obat yang mengandung komposisi Paracetamol. Mirasic
termasuk dalam golongan obat analgetik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun
demam). Mirasic dapat digunakan untuk meringankan rasa sakit, seperti sakit
kepala, sakit gigi, sakit perut, sakit setelah pasca kecelakaan dan untuk menurunkan
demam. Paracetamol dapat bekerja dengan cara menurunkan produksi zat
prostaglandin yang memicu terjadinya peradangan, demam, dan rasa nyeri sehingga
rasa sakit dan demam berkurang.

Golongan analgesik&piretik, manfaat yaitu meringankan rasa sakit pada keadaan


sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam.

5. Caviplex

Sebagai obat dan suplemen makanan untuk ibu hamil. Caviplex tentu memiliki
manfaat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh. Golongan obat
antibiotik

6. Microgynon
Microgynon mampu mencegah kehamilan dengan cara mencegah ovulasi,
mengubah lendir serviks, dan mengubah lapisan rahim. Golongan obat
kontrasepsi/pil KB

(Kewenangan ini terdapat pada Pasal 23 ayat (1) huruf a meliputi ;

1. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat


2. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan
3. Pemberian immunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah)

7. Bintamox

bintamox adalah obat antibiotik yang mengandung Amoxicillin 500 mg.


Amoxicillin merupakan turunan Penisilin dengan aktifitas antibakteri spektrum luas.
Golongan antibiotik dengan manfaat : Infeksi saluran napas, saluran genito-
urinaria, kulit & jaringan lunak yang disebabkan organisme Gram positif & Gram
Negatif yang peka terhadap Amoxicillin.
8. Hufadon

Hufadon digunakan untuk mengatasi mual dan muntah akut, mual dan muntah
karena pemberian levodopa dan bromocryptine, mengatasi mual dan muntah pada
anak karena kemoterapi kanker dan radioterapi. Golongan obat antiemetik.

9. Andalan FE

Manfaat Andalan FE digunakan sebagai kontrasepsi oral untuk mencegah


kehamilan. Golongan kontrasepsi/pil KB.

10. Triclofem
Triclofem adalah jenis suntik KB yang mengandung komposisi aktif
medroxyprogesterone acetat. Medroxyprogesterone acetat merupakan hormon
progesteron buatan yang berguna untuk mengatasi amenore sekunder, perdarahan
uterus abnormal, dan kondisi lainnya. Juga mencegah kehamilan.

11. Herbatia sari asi

Bermanfaat untuk menunjang kebutuhan ibu menyusui dengan meningkatkan


produksi Air Susu Ibu (ASI) serta memperlancar aliran air susu ibu. Membantu
melancarkan Air Susu Ibu (ASI). Dikonsumsi sesudah makan.

12. Cyclofem
Cyclofem digunakan sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah atau menunda
kehamilan.

13. Calkomir

Manfaat Calkomir digunakan sebagai suplemen tambahan pada pasien yang


kekurangan kalsium. Merupakan obat antibiotik

14. Fasidol syrup


Diberikan kepada bayi setelah imunisasi. Fasidol adalah obat dengan kandungan
paracetamol. Bermanfaat untuk bantu mengurangi demam, serta meredakan nyeri
ringan hingga sedang. Obat ini tersedia dalam bentuk kaplet, sirup, dan drops.
Golongan Obat bebas.

15. Medroxyprogesterone

Medroxyprogesterone acetate (medroksiprogesteron asetat) adalah obat untuk


mencegah kehamilan wanita. Golongan : obat keras / memerlukan resep dokter.

16. Andalan laktasi

Andalan Laktasi adalah sediaan kontrasepsi oral yang mengandung zat aktif
Linestrenol. Kontrasepsi oral ini dapat dikonsumsi ole ibu menyusui, karena hormon
progestin yang tidak mengganggu produksi dan kualitas ASI. Andalan Laktasi
digunakan sebagai kontrasepsi oral dosis rendah untuk ibu menyusui. Golongan
Obat Keras

17. Ramolit
Obat yang digunakan untuk bayi ketika diare, untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi atau kekurangan cairan akibat diare, kolera, muntah, atau kondisi lain yang
mengakibatkan dehidrasi parah dan termasuk golongan obat bebas.

18. Metiagine

Manfaat : Metiagin digunakan sebagai manajemen tahap 3 persalinan;


perdarahan rahim setelah pemisahan plasenta, subinvolusi uterus nifas (setelah
melahirkan, rahim tidak kembali ke ukuran normal); pendarahan rahim setelah
operasi caesar. Golongan obat uterotonika.

(kewenangan obat ini terdapat pada pasal 19 ayat 3 Dalam memberikan


pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bidan berwenang
melakukan Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum)

19. Erlamicetyn
Salep untuk mata bayi digunakan setelah lahir, Erlamycetin adalah obat yang
mengandung chloramphenicol. Chloramphenicol merupakan antibiotik untuk
menangani infeksi bakteri secara luas. Manfaat Erlamycetin digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri pada mata dan telinga. Kandungan dalam obat ini bekerja
dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri. Golongan Obat Keras.

20. Oksitosin

Oksitosin adalah preparat hormon oksitosin yang digunakan untuk melancarkan


proses persalinan. Obat ini tersedia dalam bentuk cairan injeksi (suntikan). Manfaat
yaitu memicu kontraksi rahim atau meningkatkan intensitasnya pada saat proses
persalinan, mengontrol perdarahan setelah melahirkan, dan membantu keluarnya
ASI.

21. Phytomenadione
Adalah obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan. Phytomedione
dibutuhkan untuk pembentukan pembekuan darah seperti pembekuan darah
pada faktor II (prothrombin), faktor VII (proconvertin), faktor IX (plasma
thromboplastin component) dan X (faktor Stuart). Golongan Obat Keras

22. Vaksin hepatitis B

Vaksin ini mengandung antigen permukaan virus hepatitis B (HbsAg) yang sudah
dinonaktifkan. Vaksin ini bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh
agar menghasilkan antibodi untuk melawan virus. Manfaatnya untuk mencegah
infeksi virus hepatitis B.

(Kewenangan obat ini terdapat pada : Pasal 25 (2) kebutuhan dan penyediaan
obat, vaksin dan/atau kebutuhan logistik Lainnya dalam pelaksanam kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
23. Ringer lactate

Untuk mengatasi kegawatdaruratan dengan manfaat untuk memenuhi kebutuhan


cairan atau pada saat pendarahan. Obat ini hanya diberikan melalui infus (IV).
Ringer laktat tidak bisa didapat tanpa resep dokter.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus memikirkan

banyak faktor, yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh obat itu Keberadaan

obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga kompartemen, yaitu kompartemen ibu, kompartemen

janina dan kompartemen plasenta

Ada banyak macam obat yang boleh atau aman untuk ibu hamil dan masa

persalman namun tidak semua dari obat tersebut bebas diberikan oleh bidan kepada

pasiennya, karena ada kewenanangan bidan dalam pemberian obat masih sangat terbatas.

Kementrian kesehatan telah membuat peraturan yang tertulis tentang hak dan

kewenangan bidan dalam memberikan obat untuk pasiennya sesuai dengan peraturan yang
telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

Joehanto, A. 2021. Jurnal Hukum Dan Etika Kesehatan: Pengobatan Medis


Oleh Perawat dan Bidan Dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit. 1(1). Diakses
pada 13 Juli 2022.

Septikasari, M. Konsep Dasar Pemberian Obat Untuk Bidan. Stikes Al Irshad.


2018. Jawa Tengah.

Astuti, E. dkk. Farmakologi dalam Bidang Kebidanan. 2021. Yayasan Kita


Menulis.

Wahyuni, C. Famakologi Kebidanan. 2018. Strada Press: Kediri Jawa Timur.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 Tahun 2017 :


tentang izin dan peyelenggaraan praktik bidan.

Anda mungkin juga menyukai