PENGKAJIAN OBAT
Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh:
Stephanie 2121022
Nurhayati 2121038
FAKULTAS KEBIDANAN
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Dalam
penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami.
Penulis jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya dan semua pihak yang berkepentingan
pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Tujuan..............................................................................................................7
1.3 Manfaat............................................................................................................7
BAB II............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................8
2.1 Pelayanan Kebidanan.....................................................................................8
2.2 Kewenangan Bidan Terkait Obat-Obatan.....................................................10
BAB III.........................................................................................................................14
PEMBAHASAN...........................................................................................................14
3.1 Hasil Pengkajian............................................................................................14
BAB IV........................................................................................................................25
PENUTUP...................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan
berkesinambungan, adil dan merata, serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh
masyarakat. Kesehatan sebagai modal pembangunan memerlukan dukungan dari
tenaga kesehatan termasuk bidan dan perawat. Pembangunan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Upaya-upaya penyelenggaraan kesehatan senantiasa
beriringan dengan fenomena globalisasi dan perkembangan dunia teknologi,
mempengaruhi pelaksanaan upaya-upaya penyelenggaraan kesehatan secara
menyeluruh. Tenaga kesehatan memberikan kontribusi sebanyak 80% untuk
keberhasilan tujuan pembangunan kesehatan. Kinerja sistem kesehatan telah
ditunjukkan melalui peningkatan status kesehatan yaitu penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Namun perbaikan indikator tersebut
belum seperti yang diharapkan.
Indonesia telah melakukan upaya yang jauh lebih baik dalam menurunkan angka
kematian pada bayi dan balita, yang merupakan MDG 3 keempat. Tahun 1990-an
menunjukkan perkembangan tetap dalam menurunkan angka kematian balita,
bersama-sama dengan komponen-komponennya, angka kematian bayi dan angka
kematian bayi baru lahir. Akan tetapi, dalam beberapa tahun kualitas pelayanan
yang kurang optimal di daerah-daerah miskin perkotaan juga merupakan faktor
penyebab Angka Kematian Anak terkait dengan kemiskinan. Lebih dari setengah
perempuan di dua puluh provinsi tidak mampu atau tidak bersedia menggunakan
jenis fasilitas kesehatan seperti Puskesmas maupun Rumah Sakit, sebagai
penggantinya perempuan melahirkan di rumahnya sendiri dan sebahagian lagi
melahirkan di praktik bidan dengan fasilitas yang kurang memadai. Hal ini menjadi
salah satu masalah yang cukup besar, bila terjadi kegawat daruratan dalam proses
persalinan dengan sarana peralatan dan akses ke fasilitas kesehatan tidak
terjangkau maka dampak yang akan terjadi adalah peningkatan kesakitan dan
kematian bagi ibu dan bayi. Lain halnya bila perempuan yang melahirkan di fasilitas
kesehatan memungkinkan untuk memperoleh akses ke pelayanan obstetrik darurat
dan perawatan bayi baru lahir dan segera mendapat pertolongan dan pelayanan
walaupun masih ada fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
Ruang lingkup pelayanan yang dilakukan oleh bidan dimulai pada masa pra
nikah, pra hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa interval (masa pre
menopause), kesehatan reproduksi, bayi dan balita serta prasekolah. Kenyataannya,
banyak Praktik Mandiri Bidan (PMB) yang melakukan pelayanan yang tidak sesuai
dengan wewenangnya. Kecenderungan bidan melakukan rujukan kepada dokter ahli
kandungan dan melakukan Seksio Caesaria dapat membebani masyarakat. Dalam
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 23 (3) Dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki ijin dari pemerintah. Tetapi di
dalam undang-undang tersebut tidak dicantumkan sanksi bagi tenaga kesehatan
yang tidak memiliki ijin atau tenaga kesehatan yang tidak memperpanjang ijin.
Kenyataannya di lapangan masih banyak Bidan yang membuka Praktik Mandiri
Bidan dengan ijin yang kadaluarsa, ada bidan yang memiliki ijin namun tidak
memenuhi syarat dan bahkan ada bidan yang belum memiliki ijin. Hal ini sangat
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Tenaga kesehatan
diharuskan memiliki ijin praktik mulai tahun 2011. Semua tenaga kesehatan
terutama tenaga strategis seperti bidan, perawat, apoteker, sanitarian, ahli gizi,
petugas Kesehatan Masyarakat (Kesmas), dan analis laboratorium harus memiliki
STR dan ijin praktik. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kualitas dan
menyamaratakan standar tenaga kesehatan di seluruh Indonesia dan meningkatkan
mutu tenaga kesehatan serta menjamin kompetensi tenaga kesehatan yang bekerja
di pelayanan kesehatan. Selain meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan tenaga kesehatan, peraturan ini dapat melindungi masyarakat atas
tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan, juga memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat yang dilayani dan tenaga kesehatan itu sendiri.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 108 (1) Praktik
kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/ Menkes/ SK/ III/ 2007 tentang standar profesi bidan. Bidan dalam
melaksanakan pelayanan dalam pelayanan kebidanan komunitas pada kompetensi
ke-8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Keterampilan Tambahan yakni mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai
dengan kewenangannya. Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,
memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya
yang baru lahir.
Keterampilan dasar yang dimiliki bidan yakni memberikan suntikan intra muskuler
meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative. Pengetahuan tambahan yakni
pemberian suntikan anestesi lokal. Keterampilan tambahan yakni membuat resep
dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai
kewenangan dan memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi
persalinan dan penanganan perdarahan post partum.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval
dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan atau dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464 Tahun 2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pasal 1, yang selanjutnya disebut
Permenkes Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan dan dijelaskan juga
bahwa bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Kewenangan bidan lebih dijelaskan dalam Pasal 9, Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2),
Pasal 13 ayat (1) serta Pasal 14 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Permenkes Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidanbahwadalam menjalankan praktik, bidan
berwenang untuk memberikan pelayananyang meliputi:
Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,
dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan. Daerah yang
tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud adalah kecamatan atau
kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Dalam hal daerah tersebut telah terdapat dokter, kewenangan bidan tidak
berlaku.Definisi “perikatan” menurut doktrin (para ahli) adalah : “Hubungan
hukum dalam bidang harta kekayaan di antara dua orang (atau lebih), dimana
pihak yang satu (debitur) wajib melakukan suatu prestasi, sedangkan pihak
yang lain (kreditor) berhak atas prestasi tersebut.”(Agus Yudh Hernoko, :19)
Pasal 18
Pasal 19 ayat
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui dan masa antara dua kehamilan
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
a. Konseling pada masa sebelum hamil
b. Antenatal pada kehamilan
c. Persalinan normal
d. Ibu nifas normal
e. Ibu menyusui, dan
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.
3. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) bidan berwenang melakukan
a. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
b. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum
c. Pelayanan neonatal esensial memberikan suntikan Vit KI.
d. pemberian imunisasi BO
Pasal 20
Pada ayat (3) pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi inisiasi menyusu dini, pemotongan dan perawatan tali pusat.
pemberian suntikan Vit KI. pemberian imunisasi BO, pemeriksaan fisik bayi baru
lahir. pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri dan merujuk kasus
yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan epat waktu ke fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
Pasal 25
Pasal 36
1. Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktek Mandiri Bidan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat dan bahan habis
pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal. persalinan normal,
penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana dan penanganan
awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
2. Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis
pakai.
3. Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan pendokumentasian surat
pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat yang baik sesuai dengan peraturan
perundang undangan.
PEMBAHASAN
Pengkajian dilakukan di Griya Praktik Mandiri Bidan Evy Komalasari, Amd. Keb.
didesa Karyawangi, dengan menganalisis jenis, golongan, dan manfaat obat-obatan
yang tertera di Permenkes tersedia di PMB tersebut. Serta sejauh mana
kewenangan bidan terhadap obat-obatan.Terdapat beberapa obat yang dilakukan
analisis yaitu;
1. Tablet Fe
Diberikan pada saat ibu hamil Trimester 1,2 dan trimester 3. Hufabion adalah
suplemen mineral dan multivitamin untuk mengatasi anemia akibat kekurangan zat
besi, termasuk pada ibu hamil. Golongan suplemen zat besi, Hufabion bermanfaat
untuk membantu mencegah dan mengatasi anemia yang disebabkan kekurangan
zat besi.
(Kewenangan obat ini tertera pada Pasal 19 PMK RI tahun nomor 28 tahun 2017
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan kewenangan bidan dalam
penyelenggaraan Praktik Kebidanan)
2. Asam Folat
Vitamin B9 atau asam folat adalah suplemen untuk mencegah dan mengatasi
kekurangan (defisiensi) vitamin B9. Golongan antibiotik, kategori Suplemen vitamin.
Manfaatnya yaitu mengatasi kekurangan asam folat, anemia megaloblastik, serta
mencegah terjadinya cacat tabung saraf pada janin.
3. Selkom-C
4. Mirasic
Mirasic adalah sediaan obat yang mengandung komposisi Paracetamol. Mirasic
termasuk dalam golongan obat analgetik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun
demam). Mirasic dapat digunakan untuk meringankan rasa sakit, seperti sakit
kepala, sakit gigi, sakit perut, sakit setelah pasca kecelakaan dan untuk menurunkan
demam. Paracetamol dapat bekerja dengan cara menurunkan produksi zat
prostaglandin yang memicu terjadinya peradangan, demam, dan rasa nyeri sehingga
rasa sakit dan demam berkurang.
5. Caviplex
Sebagai obat dan suplemen makanan untuk ibu hamil. Caviplex tentu memiliki
manfaat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh. Golongan obat
antibiotik
6. Microgynon
Microgynon mampu mencegah kehamilan dengan cara mencegah ovulasi,
mengubah lendir serviks, dan mengubah lapisan rahim. Golongan obat
kontrasepsi/pil KB
7. Bintamox
Hufadon digunakan untuk mengatasi mual dan muntah akut, mual dan muntah
karena pemberian levodopa dan bromocryptine, mengatasi mual dan muntah pada
anak karena kemoterapi kanker dan radioterapi. Golongan obat antiemetik.
9. Andalan FE
10. Triclofem
Triclofem adalah jenis suntik KB yang mengandung komposisi aktif
medroxyprogesterone acetat. Medroxyprogesterone acetat merupakan hormon
progesteron buatan yang berguna untuk mengatasi amenore sekunder, perdarahan
uterus abnormal, dan kondisi lainnya. Juga mencegah kehamilan.
12. Cyclofem
Cyclofem digunakan sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah atau menunda
kehamilan.
13. Calkomir
15. Medroxyprogesterone
Andalan Laktasi adalah sediaan kontrasepsi oral yang mengandung zat aktif
Linestrenol. Kontrasepsi oral ini dapat dikonsumsi ole ibu menyusui, karena hormon
progestin yang tidak mengganggu produksi dan kualitas ASI. Andalan Laktasi
digunakan sebagai kontrasepsi oral dosis rendah untuk ibu menyusui. Golongan
Obat Keras
17. Ramolit
Obat yang digunakan untuk bayi ketika diare, untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi atau kekurangan cairan akibat diare, kolera, muntah, atau kondisi lain yang
mengakibatkan dehidrasi parah dan termasuk golongan obat bebas.
18. Metiagine
19. Erlamicetyn
Salep untuk mata bayi digunakan setelah lahir, Erlamycetin adalah obat yang
mengandung chloramphenicol. Chloramphenicol merupakan antibiotik untuk
menangani infeksi bakteri secara luas. Manfaat Erlamycetin digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri pada mata dan telinga. Kandungan dalam obat ini bekerja
dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri. Golongan Obat Keras.
20. Oksitosin
21. Phytomenadione
Adalah obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan. Phytomedione
dibutuhkan untuk pembentukan pembekuan darah seperti pembekuan darah
pada faktor II (prothrombin), faktor VII (proconvertin), faktor IX (plasma
thromboplastin component) dan X (faktor Stuart). Golongan Obat Keras
Vaksin ini mengandung antigen permukaan virus hepatitis B (HbsAg) yang sudah
dinonaktifkan. Vaksin ini bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh
agar menghasilkan antibodi untuk melawan virus. Manfaatnya untuk mencegah
infeksi virus hepatitis B.
(Kewenangan obat ini terdapat pada : Pasal 25 (2) kebutuhan dan penyediaan
obat, vaksin dan/atau kebutuhan logistik Lainnya dalam pelaksanam kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
23. Ringer lactate
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus memikirkan
banyak faktor, yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh obat itu Keberadaan
obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga kompartemen, yaitu kompartemen ibu, kompartemen
Ada banyak macam obat yang boleh atau aman untuk ibu hamil dan masa
persalman namun tidak semua dari obat tersebut bebas diberikan oleh bidan kepada
pasiennya, karena ada kewenanangan bidan dalam pemberian obat masih sangat terbatas.
Kementrian kesehatan telah membuat peraturan yang tertulis tentang hak dan
kewenangan bidan dalam memberikan obat untuk pasiennya sesuai dengan peraturan yang
telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA