Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurhayati

Prodi : DIII Kebidanan


NPM : 2121038

Sosial Budaya Mengenai Ritual atau Tradisi


Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia

Kehamilan adalah salah satu tonggak perjalanan hidup yang penting.


Bagi pasangan suami istri dan keluarganya, kehamilan juga dianggap
sebagai momen istimewa yang dinanti-nantikan sehingga
diperlakukan istimewa pula. Di Indonesia, ada tradisi yang terkait
dengan kehamilan yang dilakukan masyarakat.
Ritual atau tradisi kehamilan itu bermacam-macam bentuknya
tergantung budaya setempat. Hal ini dilakukan sebagai salah satu
bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kehadiran calon buah hati.
Selain itu, tradisi tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan
kewaspadaan dalam merawat kehamilan dan menjaga ibu dan bayi
agar terhindar dari mara bahaya.
Meskipun ada pula yang menganggap tradisi itu sebagai mitos belaka,
tapi ada juga yang menjadikannya sebagai upacara adat yang percaya
tidak percaya dilakukan saja.
Berikut contoh ritual atau tradisi kehamilan di berbagai daerah
Indonesia, diantaranya ;

1. Upacara tingkeban atau mitoni dalam adat Jawa

Orang Jawa memiliki tradisi kehamilan yang bernama tingkeban atau


mitoni. Upacara ini dilakukan ketika usia kehamilan ibu menginjak
tujuh bulan.
Biasanya berisi ritual yang serba-serbinya dilakukan dengan angka
tujuh. Misalnya tumpengan yang berjumlah tujuh, ibu yang
dimandikan tujuh guyuran dengan pendampingnya yang juga
berjumlah tujuh. Bagi orang Jawa, angka tujuh adalah angka
istimewa, makanya sering dijadikan sebagai jumlah keberuntungan.
Selain itu, pada saat upacara tingkeban keluarga akan berdoa sesuai
dengan kepercayaan masing-masing. Bagi yang beragama islam, ibu
hamil akan membaca Al-Qur’an khususnya surah Maryam dan Yusuf.

2. Mimbit arep yang dilakukan Suku Dayak

Mimbit arep hanyalah salah satu dari beberapa ritual yang mengiringi


perjalanan kehamilan seorang perempuan Dayak. Ritual ini
mengharuskan ibu hamil diikat pinggangnya dengan sebuah tali yang
disebut dengan paling pangereng.
Mengutip Folks of Dayak, secara harfiah “mimbit arep” berarti
“membawa diri”, dalam artiannya; membawa diri saja dalam berjalan
atau bekerja. Timbulnya istilah ini disebabkan karena menurut
kepercayaan dan adat istiadat orang dayak dari zaman nenek moyang,
kalau wanita yang sedang hamil itu tidak boleh bekerja berat
sebagaimana layaknya wanita yang sedang dalam keadaan normal
atau tidak hamil.

3. Mappanre to-mangideng pada Suku Bugis

Menginjak usia satu bulan, ibu hamil dan keluarganya akan


melakukan ritual mappanre to-mangideng. Dalam Bahasa
Bugis, mappanre to-mangidengsendiri berarti menyuapi ibu hamil
dengan makanan-makanan sehat, termasuk makanan kesukaan calon
ibu.
Tujuan dilakukannya upacara ini tidak lain untuk menyenangkan ibu
hamil sehingga jalan menuju dua bulan, tiga bulan sampai beberapa
bulan selanjutnya lebih lapang dan tidak ngidam sesuatu yang sulit
ataupun tidak menyehatkan. Untuk alasan inilah, di bulan pertama
kehamilan ibu hamil langsung disuguhkan makanan yang ia senangi.
Selain itu, makna dari upacara ini adalah tolak bala atau menghindari
hal-hal yang tak diinginkan termasuk roh-roh jahat, sehingga ibu
dapat menjalani proses persalinan dengan lancar nantinya.

4. Mangirdak, tradisi tujuh bulanan pada Suku Batak


Serupa dengan Suku Jawa, Suku Batak juga memperingati 7 bulan
kehamilan dengan ritual khusus yakni mangirdak. Upacara dilakukan
di rumah keluarga pihak ibu hamil.
Biasanya ibu dari perempuan yang hamil yang bertugas memasak
makanan favorit anaknya dengan ikan mas arsik sebagai makanan
tradisional yang harus ada dalam acara tersebut. Perempuan yang
hamil kemudian akan disuapi oleh ibunya dan didoakan segala yang
baik dan bermanfaat untuk kehamilannya. 
Pihak keluarga juga diundang dan para sesepuh dari keluarga akan
memberikan wejangan kepada ibu hamil bagaimana merawat
kandungannya, serta doa supaya ibu dan anak selamat ketika saat
melahirkan tiba.

5. Suku Aceh punya tradisi mengirimkan makanan saat


kehamilan

Bagi Suku Aceh, ritual kehamilan dilakukan saat menginjak bulan


kelima dan ketujuh. Pada bulan kelima, keluarga dari pihak istri akan
mengirimkan makanan serta kue-kue manis kepada keluarga suami.
Dan hal yang sama akan dilakukan oleh pihak keluarga suami dengan
mengirimkan lauk-pauk ke keluarga istri. 
Barulah menginjak bulan ketujuh, kedua keluarga bertemu dengan ibu
hamil dan pasangannya, kemudian dilangsungkan makan bersama. 
Tradisi kehamilan ini dilakukan untuk mempererat silaturahmi antar
keluarga. Kehadiran calon buah hati pastinya akan membuat keluarga
semakin erat.

Selain 5 tradisi kehamilan di atas, masih ada banyak lagi ritual atau
upacara lainnya yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Semua
itu dilakukan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ibu hamil
dan janin dalam kandungan.

Anda mungkin juga menyukai