Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS DALAM

KEPERAWATAN

OLEH :
NAMA : Yanti Tambipessy
NIM : P1813030

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES GRAHA EDUKSI
MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ................................................................................... 1
B.Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Konsep Legal Etik.......................................................................... 3
1.Pengertian ........................................................................................... 3
2. Prinsip – Prinsip Legal Dan Etis......................................................... 4
3. Masalah Legal Dalam Keperawatan................................................... 5
4. Landasan Aspek Legal Keperawatan................................................. 5
5. Aspek Legal Dalam Keperawatan...................................................... 6
B. Pengambilan Keputusan................................................................. 6
1. Kedudukan Etika Dalam Pengambilan Keputusan............................. 6
2. Model Pengambilan Keputusan Etik.................................................. 7
3. Tahap- Tahap Pengambilan Keputusan.............................................. 7
4.Faktor-Faktor yang Berpengaruh dlm Pengambilan Keputusan......... 8
5. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis.............................................. 9
6. Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai....................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Keperawatan merupakan suatu profesi yang sangat menuntut kedisiplinan dan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya kepada
pasien, perawat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang memenuhi etika
keperawatan, melaksanakan tugas yang profesional, para perawat mampu serta ikhlas
memberikan pelayanan yang bermutu berdasarkan keterampilan yang memenuhi standar serta
dengan kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan
secara menyeluruh. Seorang perawat dalam melakukan Tugasnya selalu penuh dengan
banyak resiko, setiap tindakan yang diambil seorang perawat akan mengakibatkan suatu
perubahan dalam hidup seorang pasien
Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam
keperawatan, karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah yang digunakan secara sistematis
dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai,
menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawata.
Pendekatan sistem dapat didefinisikan untuk memandang sesuatu sebagai suatu sistem
yang terdiri dari unsur-unsur, komponen-komponen, elemen-elemen atau unit-unit yang
saling berhubungan, saling berinteraksi, saling tergantung dalam mencapai tujuan.
Pendekatan sistem meliputi cara berpikir tentang fenomena secara keseluruhan, metode atau
teknik dalam memecahkan masalah atau pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan yang benar dan sesuai dengan legal etis keperawatan adalah
sesuatu yang sangat penting untuk di pelajari oleh seorang calon perawat. Bagaimana seorang
perawat harus mengambil keputusan dalam melaksanakan pelayanan, praktek keperawatan,
dan bagaimana seorang perawat harus mengambil sikap untuk membela dirinya dalam
tameng hukum, semuanya itu akan kami bahas secara rinci dalam makalah kami ini.

1.2. Tujuan Penulisan

A. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami Konsep Pengambilan Keputusan legal etis keperawatan.

B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep legal etis
2. Mahasiswa memahami pengambilan keputusan legal etis
BAB II
Pembahasan

A. Konsep Legal Etik


1. Pengertian
Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.
Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar-tepat atau
bermoral, terlebih dalam profesi keperawatan. Dimana pelayanan kepada umat manusia
merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya profesi keperawatan, oleh karena itu etika
dalam penjalanan pelayanan keperawatan sangat diperlukan. Etika keperawatan merupakan
alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan., atau dengan kata lain merupakan
suatu ungkapan tentang bagaimana perawat wajib bertingkah laku. Etika keperawatan
merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dalam praktek seharihari.
Etik ialah prinsip atau standar yang mengharuskan suatu tindakan dilakukan dengan tepat.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Hak legal ialah segala hak seseorang yang diakui scara hukum, mendapatkan pelayanan
secara aman dan kompeten.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral
dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut
mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi
perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice,
bidang Care Provision and Management dan bidang Professional Development “Setiap
profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui
pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya,
dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar
Hukum Kesehatan UI 2006)
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang
ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang
implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

2. Prinsip – Prinsip Legal Dan Etis Adalah :


a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya. b. Beneficience ( Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. d.
Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. i. Informed Consent

“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi
izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan
sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan
dengannya.

3. Masalah Legal Dalam Keperawatan


Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara.
Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung
denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat : a.
Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan
hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera. b. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika
anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat
dianggap sebagai pencurian. c. Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut,
anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal
atau tertulis.
d. False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum
atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan
melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment.
Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter e. Penyerangan dan
pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau
bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang
lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini
berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f. Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran
terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan
hukum.
g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya
orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya,pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa
seseorang menganiaya orang lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa
orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan
berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga
keamanan dan keselamatan pasiennya.
4. Landasan Aspek Legal Keperawatan
Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan, Aspek
legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan
kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK)
bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara
perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun,
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang
didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang
tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai
penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan
yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan
kepada profesi masing- masing.

5. Aspek Legal Dalam Keperawatan


Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang
melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan
yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan kelompok manusia.
Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006).
Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi :
“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan pengobatan
dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”.
Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga.
kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan
Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan,
penelitian dan pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan
sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitianpenelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini
semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien
selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan
Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan
dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan
dengan aspek legalisasi keperawatan : a. Proses Keperawatan
b. Tindakan keperawatan
c. Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum,
perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes
1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956

B. Pengambilan Keputusan
1.Kedudukan Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan etik merupakan salah satu proses dari pengambilan ke
putusan, yang didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini mencakup arah
pemecahan masalah, situasi dari permasalahan dan/ dilema yang dapat dicapai. Jadi proses
pengambilan keputusan merupakan hal yang sama dan di temukan di berbagai situasi yang
bermasalah, dengan demikian situasi sangat bergantung dari norma yang diacu masyarakat
seperti etika, interaksi sosial, dan situasional kontekstual.
Prinsip Etik sebagai Panduan Pengambilan Keputusan, Dalam Sumijatun (2009)
dikatakan bahwa praktik keperawatan melibatkan interaksi yang kompleks antara nilai
individu, sosial dan politik, serta hubungannya dengan masyarakat tertentu. Sebagai
dampaknya perawat sering mengalami situasi yang berlawanan dengan hati nuraninya.
Meskipun demikian, perawat tetap akan menjaga kewajibannya sebagai pemberi pelayanan
yang lebih bersifat kemanusiaan. Dalam membuat keputusan, perawat akan berpegang teguh
pada pola pikir rasional serta tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan
hukum yang berlaku.

2. Model Pengambilan Keputusan Etik


Kozier, dkk(1997)
a. Mengidentifikasi fakta dan situasi spesifik
b. Menerapkan prinsip dan teori etika keperawatan
c. Mengacu kepeda kode etik keperawatan
d. Melihat dan mempertimbangkan kesesuaiannya untuk klien
e. Mengacu pada nilai yang dianut
f. Mempertimbangkan faktor lain seperti nilai, kultur, harapan, komitmen, penggunaan
waktu, kurangnya pengalaman, ketidaktahuan atau kecemasan terhadap hukum, dan
adanya loyalitas terhadap publik.
Potter dan Perry (2005)
a. Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang mempunyai
maksud yang baik untuk menjelaskan masalah yang ada.
b. Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua orang yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan merupakan orang penting dan perlu
didengar pendapatnya.
c. Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi data
tentang pilihan klien, sistem keluarga, diagnosis dan prognosis medis, pertimbangan
sosial, dan dukungan lingkungan.
d. Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting
e. Mengusulkan tindakan alternatif
f. Melakukan tindakan terpilih
3. Tahap- Tahap Pengambilan Keputusan
a. Mengidentifikasi masalah.
b. Mengumpulkan data masalah.
c. Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative
d. Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.
e. Membuat keputusan
f. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan.
4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Etis a. Tingkat
Pendidikan
Rhodes (1985) berependapat bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan perawat
akan membantu perawat untuk membuat suatu keputusan etis. Salah satu tujuan dan program
pendidikan tinggi bagi perawat adalah meningkatkan keahlian kognitif dan kemampuan
membuat keputusan. (Pardue,1987).
Penelitian oleh Hoffman, Donoghue dan Duffield (2004) menunjukkan bahwa taraf
pendidikan dan pengalaman tidak terkait secara signifikan dengan pembuatan keputusan etis
dalam keperawatan klinis. Faktor yang bertanggung jawab terhadap variabilitas yang besar
dalam pembuatan keputusan etis dalam keperawatan klinis adalah nilai peran. b.
Pengalaman
Perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana menunjukkan bahwa pengalaman
yang lalu dalam menangani masalah-masalah etika atau dilema etik dalam asuhan
keperawatan dapat membantu proses pembuatan keputusan yang beretika. Oleh karena itu,
penggalian pengalaman lalu yang lain dari pengalaman keperawatan secara umum
memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.

c. Faktor Agama Dan Adat Istiadat


Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini dibutuhkan proses. Semakin tua seseorang akan
semakin banyak pengalaman dan belajar, mereka akan lebih mengennal siapa dirinya dan
nilai yang dimilikinya.

d. Komisi Etik
Komisi Etik Keperawatan memberi forum bagi perawat untuk berbagi perhatian dan
mencari solusi pada saat mereka mengalami dilema etik yang tidak dijelaskan oleh dewan
etik kelembagaan. Komisi etik tidak hanya memberi pendidikan dan menawarkan nasehat
melainkan pula mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi dilema etik yang
ditemukkan dalam praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam pengambilan
keputusan yang etis dalam organisasi perawat kesehatan.

e. Faktor Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta mampu
memperpanjang usia manusia dengan ditemukkannya berbagai mesin mekanik kesehatan,
cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya klien dengan gangguan ginjal yang dapat
diperpanjang usiannya berkat adanya mesin hemodialisis. Wanita yang mengalami kesulitan
hamil dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan yang
berhubungan dengan etika.

f. Faktor Legislasi Dan Keputusan Yuridis


Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut.
Legislasi merupakan jaminan tindakan menuntut hukum sehingga orang yang bertindak tidak
sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik.

5. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis


a. TELEOLOGI: (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir)
Merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fonomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil
akhir yang terjadi pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidak baiakan sekecil
mungkin bagi manusia.
b. DEONTOLOGI : (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas),
Prinsip toeri ini pada suatu aksi atau tindakan dan menekan pada nilai moralnya serta
tindakan secara moral benar atau salah Perinsip moral atau yang terkait dengan tugasnya
harus bersifat univesal dan tidak kondisional. Terori ini dikembangkan menjadi 5 perinsip:
Kemurahan hati, Keadilan, Otonomi, Kejujuran dan Ketaatan.
6. Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai
a. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.
b. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah dalam
menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan mengembangkan teknik inovatif untuk
perbaikan jalannya kelembagaan.
c. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian yang dibuat
sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-peraturan lainnya.
Berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan , keputusan manajemen
dibagi menjadi dua macam:
1. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi menghadapi
masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan kebijakan dan
keseimbangan dan peraturan untuk membimbing pemecahan peristiwa yang sama.
Misalnya keputusan tentang cuti hamil.
2. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur dan
bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya keputusan yang
berkaitan dengan pasien.
Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan
menjadi dua model:
2.1 Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis dalam
pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang cukup untuk
mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
2.2.Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada
pengamatan dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada
dalam praktik perawat, dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu
memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah..
2. SARAN
a. Perlunya kehatian-hatian seorang perawatan dalam melakukan suatu tindakan.
b. Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.
c. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang
diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap mendidik,
karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut berbagai pihak sehingga yang
terkait hendaknya bersifat proaktif dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan
tersebut
d. Sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus meningkatkan mutu belajar
agar memiliki kemampuan berpikir rasional dalam menyalankan tugas sebagai perawat
profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Web : http://heradenai.blogspot.co.id/IKD/
Web : http://nerssdei.blogspot.co.id/2013/01/pengambilan-keputusan-legal-etis/

Anda mungkin juga menyukai