Anda di halaman 1dari 19

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Pangkat Golongan III/C
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Madya

Disusun Oleh :

UCUP SURAHMAN, AMK


NIP. 197712272006041004

UPTD PUSKESMAS CIKALONG


DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadiratAlloh SWT, yangtelah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Makalah ini mempunyai judul “ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN” yang
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika dan Hukum
Keperawatan.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas ini. Kami menyadari
bahwa makalah yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan, karena masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun baik dari pihak dosen maupun teman-teman lainnya demi
kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk penyusunan
tugas dimasa yang akan datang.

Tasikmalaya, Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Tujuan.......................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup Pembahasan....................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Keperawatan.................................................... 3
B. Peran Penting Etika Keperawatan............................................... 4
C. Prinsip Etika Keperawatan.......................................................... 5
D. Prinsip Dasar Moral Keperawatan.............................................. 8
E. Pengertian Hukum Keperawatan................................................. 10
F. Undang-undang dalam Keperawatan.......................................... 11
G. Tujuan dan Fungsi Hukum Keperawatan.................................... 13
H. Masalah Hukum dalam Praktek Keperawatan............................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap
pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberiakn bantuan kepada individu yang
sehat maupun yang sakit untuk menjalankan fungsi hidup sehari-harinya.Salah satu
yang mengatur hubungan antara perawat dan pasien adalah etika.Etika diperlukan
oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu
profesi dan tercermindalam standard praktek professional (Doheny et all, 1982).
Etika adalah peraturan atau norma yangdapat digunakan sebagai acuan bagi
prilaku seseorangyang berkaitan dengan tindakan yang baik dan burukyang dilakukan
seseorang dan merupakn suatu kewajiban dan tanggung jawab moral (Nila Ismani,
2001).
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah
dalam suatu kehidupan bersama atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipakskan pelaksanaannya dengan suatu
sanksi.Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan system
peraturan, system asas-asas, mengandung pesan cultural karena tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat (Mertkusumo. S)
Tujuan adanya etika dan hokum keperawatan adalah untuk memberikan
gambaran kepada penulis tentang etika dan hukum keperawatan dan cara
penanganannya menurut konsep ilmu. Eika dan hukum keperawatan memberikan
gambaran tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan-kesulitan yang akan
dihadapi saat penulisan makalah. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
tentang etika dan hukum keperawatan.

1
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Mengetahui pengertian etika keperawatan
2. Mengetahui pentingnya etikadalam praktik keperawatan.
3. Mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan
4. Mengetahui pengertian hukum kesehatan dan keperawatan
5. Mengetahui fungsi hukum dan pelayanan keperawatan
6. Memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan

C. Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini, penulis batasi menjadi 3 point
penting.Yaitu :
1. Pengertian etika dan hukm keperawatan
2. Pentingnya etika dan hukum keperawatan.
3. Prinsip moral etika keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Keperawatan


Pengertian etika keperawatan berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos, yang
menurut Araskar dan David (1978) berarti “kebiasaan”, “model prilaku” atau
standaryang diharapkan dari criteria tertentu atau suatu tindakan. Penggunaan istilah
etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi
prilaku. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah
dari bahsa latin, yaitu Mos dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat
kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusuilaan), dan cara menghindari hal-hal atau tindakan-tindakan yang buruk.
(Dra.Hj. Mimin Emi Suhaemi.2007 : 7).
Etika sebagai filsafatmoral / cabang filsafat yang berbicara tentang tindakan
manusia (bagaimana manusia bertindak sesuai dengan norma-norma) nilai dan ajaran
moral.
Istilah lain yang identik dengan etika adalah sebagai berikut :
a. Susila (Sansekerta), lebih menunjukan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup
(sila) yang lebih naik (su).
b. Akhlak (Arab), yang berarti moral dan etika berarti ilmu akhlak.
Filsuf Aristoteles dalam bukunya Etika Nickomasia menjelaskan tentang
pembahasan etika, sebagai berikut :
a. Terminus techninus, pengertian etika dalam hal ini adalah etika dipelajari untuk
ilmu pengetahuan yang mempelajari ,asalah perbuatan atau tindakan manusia.
b. Manner dan Custom, membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan
kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (inherent in humen nature)
yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau
perbuatan manusia. (Effendi, 2009:25)
Menurut Virginia Hendeson (1978) Keperawatan adalah upaya membantu
individu baik yang sehat mauun yang sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan
dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit atau meninggal dunia dengan tenang.
Tenagaperawat berperan menolong individu agar tidak menggantungkan diri pada
bantuan orang lain dalam waktu secepat mungkin.

3
Etika keperawatan adaah norma yang dianut oleh kita sebagai perawat agar
bisa berprilaku baik terhadap pasien, keluarga pasien, kolega dan masyarakat. Etika
profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur prilaku moral dalam
keperawatan.Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkn
kode etik sebagai standard yang mengatur dan mengevaluasi prilaku moral perawat.
Menurut American Ethics Comision Bureu on Teaching, tujuan etika
keperawatan adalah perawat mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsure norma dalam praktek keperawatan
2. Membentuk startegi atau cara dan menganalisis masalah norma yang terjadi dalam
praktek keperawatan.
3. Menghubungkan prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya.

B. Peran Penting Etika Keperawatan


Etika dalam profesi keperawatan merupakan alat pengukur perilaku moral
dalam keperawatan.Dalam penyusunan alat ukur ini, keputusan diambil berdasarkan
pada kode etik sebagai standard yang mengukur dan mengevaluasiperilaku perawat
dengan menggunakan kode etik keperawatan. Organisasi profesi keperawatan dapat
meletakan kerangka berfikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung
jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan laindan kepada profesi.
Etika keperawatan saat ini penting sekali untuk dilakukan agar perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan berperilaku sesuai dengan kode etik keperawatan,
sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pasien. Kerugian yang dialami pasien
akan menyebabkan ketidakpuasan pasien yang berdampak pada citra perawat dan
profesi keperawatan. Etika keperawatan tersebut diatur di dalam kode etik
keperawatan.Di beberapa negara dimana perawat tidak mempunyai kode etik dalam
penggunaannya. Namun tidak ada jaminan bahwa perawat yang di negaranya terdapat
kode etik atau tidak ada kode etik akan memberikan perawatan pasien dengan etika
(Leino, 2006).
Lin et al (2013) menyatakan bahwa salah satu cara melaksanakan etika profesi
keperawatan adalah dengan menjaga privasi klien dan meningkatkan kepuasan klien
terhadap layanan asuhan keperawatan. Pendekatan lingkungan yang dilakukan adalah
dengan memberikan privasi dan kenyamanan klien pada saat di rumah sakit.

4
Dalam berkomunikasi kita sebagai perawat, etika juga sangat penting karena
dengan kita beretika yang baik komunikasi kepada pasien, keluarga pasien, kolega
dan masyarakat akan lancer terjalin dengan baik.

C. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan


1. Otonomi (Autonomy)
Otonomi berasal dari bahasa latin yaitu autos yang berarti sendiri, dan nomos
yang berarti aturan. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memilikikekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagi keputusan atau pilihan yang harus dihagai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi
merupakan hak kemandirian atau kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri.Praktek professional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keoutusan tentang perawatan dirinya.
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
a. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa memberitahu sebelumnya.
b. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting yanh harus
diketahui klien dalam membuat suatu pilihan.
c. Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan
atau penyimpangan.
d. Tidak memberikan informasi yang kengkap walaupun klien menghentikan
informasi tersebut.
e. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka susah.

2. Berbuat Baik (Beneficience)


Mempunyai arti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dan otonomi.
Contoh perawat yang menasehati klien tentang program latihan untuk
memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya
apabila klien dalam keadaan resiko serangan jantung.

5
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek professional ketika perawatbekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standard praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Contoh : seorang perawat sedang bertugas sendirian disuatu unit RS, kemudian
ada seorang klien yang baru masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan
bantuan perawatan tersebut. Agar perawat tidak menghindar dari satu klien, maka
perawat seharusnya dapat mempertimbangkan factor-faktor dalam situasi tersebut,
kemudian bertindak berdasarkan pada prinsipkeadilan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
kilen. Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain
berbeda dan lebih keras dari pada prinsip untuk melakukan yang baik.
Contoh :seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfuse
darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat
penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah
memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ita tiak mau dilakukan
transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan
terjadilah pendarahan hebat, dokter seharusnya menginstruksikan untuk
memberikan transfuse darah. Dalam hal ini, akhirnya transfuse darah tidak
diberikan karena prinsip beneficience walaupun sebenarnya pada saat bersamaam
terjadi penyalah gunaan prinsip maleficience.
5. Kejujuran (veracity)
Prinsip veracity berarti penuh kebenaran.Nilai ini diperukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa kliens sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informmasi harus ada agar
menjadi akurat, komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran, seperti jika kebenaran akan kesalahan proknosis klien

6
untuk pemulihan atau adanya hubungan partnernalistik bahwa “doctors know
best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membuangun hubungan saling percaya.
Contoh : Ny.M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat di RS dengan
berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam
kecelakaan tersebut masuk ke rumah sakit yang sama dan meninggal. Ny.M
bertanya berkali-kali kepada perawat tentang keadaan suaminya.Dokter ahli bedah
berpesan kepada perawatnya untuk tidak mengatakan kematian suaminya.Perawat
tidak diberi alasan apapun untuk petunjuktersebut dan mengatakan
keprihatinannya kepadaperawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa instruksi
harus diikuti.Perawat dalam hal ini dihadapkan kepada konflik kejujuran.
6. Menepati Janji (fidelity)
Pronsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia kepada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komtmen yang dibuatnya.Kesetiaan menggambarkan kepatuhan
perawat terhadapkode etik yang menyatakan tanggung jawab dasar dari perawat
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
Tidak ada seorang pun dapat memperoleh nformasi tersebut kecuali jika diijinkan
klien dengan bukti persetujuan.Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengn tenaga kesehatan
klien harus dihindari.
8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas merupakan standard yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Contoh : Perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien, sesame
karyawan dan masyarakat. Jika salah memberi dosis obat pada klien, perawat
tersebut dapat digugat olehklien yang menerima obat, oleh dokter yang memberi

7
tugas delegatif dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional (Potter &
perry, 2005)

D. Prinsip Moral Dasar Keperawatan


Setelah memahami etika secara keseluruhan, maka kita lebih mengerti bahwa
etika merupakan bagian moral. Sebagaimana kita fahami ajaran moral itu berisi
tentang nilai dn norma yang menjelaskan sifat baik dan buruk, benar dan salah.
Ajaran moral harus dipahami oleh setiap manusia yang ingin menjadi lebih baik.
Meskipun kita meyakini bahwa manusia itu pada dasarnya baik, tetapi karena
lingkungan social membentuk manusia itu bagaimana dan menjadi apa
Karena etika mengajarkan filsafat moral, berarti yang mempelajari etika
tentunya ingin pula menjadi manusia yang bermoral.Pengertian bermoral disini sering
diartikan dengan baik. Oleh karena itu kalu kita menyebit orang itu sangat bermoral,
sama halnya dengan menyebut orang itu dengan baik.Setidaknya ada tiga prinsip
moral yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjadi manusia baik (Magni,
suseno, 1987). Tiga prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip sikap baik
Berangkat dari aliran utilitarisme (aliran kegunaan), yang menyatakan bahwa pada
dasarnya seseorang tidak ingin merugikan orang lain. Jadi sikap hidup yang
dituntut oleh sesorang adalah sikap positif dan baik.Prinsip ini mempunyai arti
yang amat besar bagi kehidupan manusia.Hanya karena prinsip itu kita resapi dan
rupa-rupanya mempunyai dasar dalam struktur psikis manusia.Kita dapat bertemu
dengan orang yang belum kita kenal tanpa kita takut.Karena sikap dasar itu kita
dapat mengandaikan bahwa orang lain, kecuali mempunyai alasan khusus, tidak
langsung mengecam atau merugikan kita. Karena sikap dasar itu kita selalu
mengandaikan bahwa yang memerlukan alas an bukan sikap yang baik, melainkan
sikap yang buruk.
Jadi prinsip sikap baik bukan hanya sebuah prinsip yang kita pahami secara
rasional, melainkan juga mengungkapkan syukur Alhamdulillah suatu
kecondongan yang memang sudah ada dalam watak manusia.Sebagai prinsip dasar
etika, prinsip sikap baik termasuk sikap dasar manusia yang harus diserapi dengan
segala sikap kongkret, tindakan dan kelakuannya.
Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakan secara kongkret tergantung daripada
apa yang terbaik dalam situasi kongkret itu. Maka prinsip ini menuntut suatu

8
pengetahuan tepat tentang realitas supaya dapat diketahui apa yang baik bag yang
bersangkutan. Kalau itu sudah kita ketahui, kita tahu juga bagaimana prinsip sikap
baik harus kita terapkan dalam situasi ini.
2. Prinsip keadilan
Prinsip sikap baik perlu diikuti dengan prinsip keadilan. Hal ini dapat kita pahami
dengan contoh sebagai berikut :
Untuk memberikan makanan kepada seorang ibu gelandangan yang menggendong
anak, apakah saya boleh mengambil sebuah blek susu dari super market tanpa
membayar?, dengan pertimbangan bahwa kerugian bagi supermarket amat kecil,
dan adanya pencurian bahkan sudah termasuk kalkulasi untung rugi sedangkan
bagi ibu itu sebuah blek susu dapat berarti banyak. Hal yang sama dirumuskan
dengan lebih kualitas. Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik
kepada siapa saja.Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki
terbatas.Itu tidak hanya berlaku bagi benda-benda materil yang dibutuhkan orang,
uang yang telah diberikannya kepada seorang pengemis tidak dapat dibelanjakan
bagi anak-anaknya sendiri melainkan juga dalam hal perhatian dan cinta
kasih.Kemampuan untuk memberikan hati kita juga terbatas, maka secara logis
dibutuhkan prinsip tambahan yang menentukan bagaimana kebaikan yang
merupakan barang langka itu harus dibagi.Prinsip itu adalah prinsip keadilan. Adil
pada hakikatnya berarti bahwa kita memberikan kepada siapa saja yang menjadi
haknya, karena semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka tututan paling
dasar tentang keadilan itu adalah perakuan yang sama terhadap semua orang.
3. Prinsip hormat terhadap diri sendiri
Prinsip ini pun bukan prinsip baru, melainkan sudah kita temukan dalam
pembahasan etika pengembangan diri. Meskipun kita mengatakan bahwa
pengembangan diri jangan sampai menjadi prinsip dasar moral satu-stunya karena
akan menggagalkan tujuan itu sendiri. Namun secara moral kita wajib untuk
mengembangkan diri, kita terima sebagai unsure hakiki dalam suatu etika yang
utuh.
a. Prinsip hormat terhadap diri sendiri ,engatakan bahwa manusia wajib untuk
selalu memperlakukan diri sebagai suatu yang bernilai pada dirinya sendiri.
b. Prinsip menghormati diri sendiri mengandung dua arah. Pertama dituntut agar
kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, diperkosa atau diperbudak.

9
Perlakuan semacam itu tidak wajar untuk kedua belah pihak, maka yang
diperlakukan demikian jangan membiarkannya berlangsung begitu saja.

E. Pengertian Hukum Kesehatan dan Keperawatan


Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung
pada pelayanan kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum
administrasi dan hukum pidana (UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992).
Hukum keperawatan adalah segala peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang asuhan keperawatan terhadap klien dalam aspek hukup perdata,
hukum pidana dan hukum administrasi sebagai bagian dari hukum kesehatan

F. Undang-undang dalam Praktik Keperawatan


1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
a. BAB I Ketentuan umum, pasal 1 ayat 3 Tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untukjenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
b. Pasal 1 ayat 4, Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1239/MENKES/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat (Sebagai
revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
a. BAB I Ketentuan umum pasal 1:
Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :
a) Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan peruandang-undangan yang berlaku
b) Surat Ijin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah buti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh
Indonesia.
c) Surat Ijin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
3. BAB III Perizinan
Pasal 8, ayat 1, 2 dan 3 :

10
a. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
b. Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK.
c. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP.
Pasal 9 Ayat 1
a. SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / kota
setempat
Pasal 10
b. SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan
Pasal 12
c. SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
d. SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan degan kompetensi yang
lebih tinggi.
e. Surat Ijin Praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.
Pasal 13
a. Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui
penilaian kemampuan kelilmuan dan keterampilan bidang keperawatan,
kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek
keperawatan.
Pasal 15
a. Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk:
a) Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnose keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan evaluasi keperawatan.
b) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi :
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konselin
kepeawatan.

11
c) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf
(i) dan (ii) harus sesuai dengan standard asuhan keperawatan yang
ditetapkan organisasi profesi
d) Pelayanan tindakan medic hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
tertulis dari dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
a. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
b. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayai 1
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
a. Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang prakteknya.
b. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktek
Pasal 31
a. Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
a) Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut
b) Melakukan perbuatan bertentangan dengan standard profesi
b. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.

G. Fungsi dan Tujuan Hukum dalam Pelayanan Keperawatan


1. Fungsi Hukum
a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
b. Membedakan tanggung jawab dengan profesi lain.
c. Membantu mempertahankan standard praktek keperawatan dengan meletakan
posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
2. Tujuan
a. Memberikan landasan hukum terhadap praktek keperawatan untuk
melindungi baik masyarakat maupun perawat.

12
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan
kesehatan yang diberikan oleh perawat.
c. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat
d. Menetapkan standard pelayanan keperawatan
e. Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
f. Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik keperawatan
g. Menailai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan perawat
dalam memberi pelayanan.

H. Masalah Hukum dalam Praktek Keperawatan


Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi oleh para
ahli. Beberapa masalah yang dibahas secara singkat meliputi :
1. Menandatangani pernyataan hukum
Perawat seringkali diminta menandatangani atau diminta sebagai saksi.Dalam hal
ini perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat diinterpretasikan
menghilangkan pengaruh. Dalam kaitan dengan kesaksian perawat disarankan
mengacu pada kebijakan rumah sakit atau kebijakan dari atasan
2. Format Persetujuan (Consent)
Berbagai format persetujuan disiapkan oleh instansi pelayanan dalam bentul yang
cukup bervariasi.Beberapa rumah sakit memberikan format persetujuan pada awal
pasien masuk rumah sakit yang mengandung pernyataan kesanggupan pasien
untuk dirawat dan menjalani pengobatan. Bentuk persetujuan lain adalah format
persetujuan operasi. Perawat dalam proses persetujuan ini biasanya berperan
sebagai saksi. Sebelum informasi dari dokter ahli bedah atau perawat tentang
tindakan yang akan dilakukan beserta resikonya.
3. Report
Setiap kali perawat menemukan kecelakaan baik yang mengenai pasein,
pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera membuat suatu
laporan tertulis tentang incident report.Dalam siuasi klinik, kecelakaan sering
terjadi msalnya pasien jatuh di kamar mandi, jarinya terpotong oleh alat sewaktu
melakukan pengobatan, kesalahan memberikan obat dan lain-lain.
Dalam setiap kecelakaan, maka dokter harus segera diberi tahu.Beberapa rumah
sakit telah menyediakan format untuk keperluan ini.Bila format tidak ada, maka
kejadian dapat ditulis tanfa menggunakan format.

13
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan inciden report antara lain :
a. Tulis kejadian sesuai apa adanya
b. Tulis tindakan yang anda lakukan
c. Tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas
d. Sebutkan waktu kejadian ditemukan
4. Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat.Pencatatan merupakan salah satu
komponen yang penting yang memberikan sumber kesaksian hukum.Betapapun
mahirnya keterampilan anda dalam memberikan perawatan, jika tidak dicatat atau
tidak lengkap catatannya, tidak dapat membantu anda dalam persidangan.Setiap
selesai melakukan suatu tindakan tindakan maka perawat harus segera mencatat
secara jelas tindakan yang dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan serta
mencantumkan waktu tindakan diberikan tanda tangan yang memberikan
tindakan.
5. Pengawasan penggunakan obat
Pemerintah Indonesia telah mengatur peredaran dan pengunaan obat.Ada yang
dapat dibeli secara bebas atau harus dengan resep dokter.Obat-obatan disimpan
ditempat yang aman dan terkunci, hanya orang-orang yang berwenang yang dapat
mengeluarkannya.Perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pencatatan
yang benar.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral
dalam keperawatan.Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil
berdasarkan kode etik sebagai standard yang mengukur dan mengevaluasi perilaku
moral perawat.
Prinsip-prinsip etika keperawatan terdiri dari 8 aspek, yaitu : otonomi, berbuat
baik, keadilan, tidak merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan dan
akuntabilitas. Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi
oleh para ahli meliputi : menandatangani pernyataan hukum, format persetujuan,
report, pencatatan, pengawasan penggunaan obat.
Pengendalian praktek keperawatan secara internal adalah kode etik sedangkan
secara eksternal adalah hukum.Praktek keperawatan harus dilakukan secara benar
dalam arti kelimuannya dan baik dalam aspek etik dan legalnya.Praktek keperawatan
berkaitan erat dengan kehidupan manusia, untuk itu praktek keperawatan harus
dilakukan oleh perawat professional dan berkompeten yang dibuktikan dengan
memiliki SIP, SIK, SIPP.

B. Saran
Etika dan hukum keperawatan ini hendaknya dikuasai dengan baik oleh semua
perawat sebelum melaksanakan praktek keperawatan. Ha ini bertujuan untuk
menghindari masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum dan etika keperawatan.
Sehingga perawat bisa menjalankan tugas dan fungsinya tanpa dihantui rasa takut
akan melanggar hukum dan etika.

15
DAFTAR PUSTAKA

Wulan, kencana dan hastusti. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta; PT.
Prestasi Pustaka Karya
Mimin, Suhaimin. 2003. Etika Keperawatan dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:
EGC
Ismani, N. 2001.Etika Keperawatan. Jakarta; Widya Medika
Potter, P. A, Buku Ajar Fundamental: Konsep Proses dan Praktik. Alih Bahasa,
Yasmin Asih, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2005.
Kusnanto.Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta, 2003.
Ali. 2004. Dasar-dasar Keperawatan Profesional, Jakarta: Widya Medika
Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Bertens, K. 2007. Etika. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Dalami, Ermawati. 2002. Etika Keperawatan. Trans info Media : Jakarta.
Dr. Modiharjo. 2006. Pokok-pokok Filsafah Hukum. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Lin, Yen Ko, dkk. 2003. Building an Ethical Environment Improves Patient Privacy
and Satisfaction in the Crowded Emergency Department. BMC Medical Ethics. 14
(1), 1-8

16

Anda mungkin juga menyukai