Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Pangkat Golongan III/C
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Madya
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Tujuan.......................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup Pembahasan....................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Keperawatan.................................................... 3
B. Peran Penting Etika Keperawatan............................................... 4
C. Prinsip Etika Keperawatan.......................................................... 5
D. Prinsip Dasar Moral Keperawatan.............................................. 8
E. Pengertian Hukum Keperawatan................................................. 10
F. Undang-undang dalam Keperawatan.......................................... 11
G. Tujuan dan Fungsi Hukum Keperawatan.................................... 13
H. Masalah Hukum dalam Praktek Keperawatan............................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap
pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberiakn bantuan kepada individu yang
sehat maupun yang sakit untuk menjalankan fungsi hidup sehari-harinya.Salah satu
yang mengatur hubungan antara perawat dan pasien adalah etika.Etika diperlukan
oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu
profesi dan tercermindalam standard praktek professional (Doheny et all, 1982).
Etika adalah peraturan atau norma yangdapat digunakan sebagai acuan bagi
prilaku seseorangyang berkaitan dengan tindakan yang baik dan burukyang dilakukan
seseorang dan merupakn suatu kewajiban dan tanggung jawab moral (Nila Ismani,
2001).
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah
dalam suatu kehidupan bersama atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipakskan pelaksanaannya dengan suatu
sanksi.Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan system
peraturan, system asas-asas, mengandung pesan cultural karena tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat (Mertkusumo. S)
Tujuan adanya etika dan hokum keperawatan adalah untuk memberikan
gambaran kepada penulis tentang etika dan hukum keperawatan dan cara
penanganannya menurut konsep ilmu. Eika dan hukum keperawatan memberikan
gambaran tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan-kesulitan yang akan
dihadapi saat penulisan makalah. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
tentang etika dan hukum keperawatan.
1
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Mengetahui pengertian etika keperawatan
2. Mengetahui pentingnya etikadalam praktik keperawatan.
3. Mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan
4. Mengetahui pengertian hukum kesehatan dan keperawatan
5. Mengetahui fungsi hukum dan pelayanan keperawatan
6. Memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Etika keperawatan adaah norma yang dianut oleh kita sebagai perawat agar
bisa berprilaku baik terhadap pasien, keluarga pasien, kolega dan masyarakat. Etika
profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur prilaku moral dalam
keperawatan.Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkn
kode etik sebagai standard yang mengatur dan mengevaluasi prilaku moral perawat.
Menurut American Ethics Comision Bureu on Teaching, tujuan etika
keperawatan adalah perawat mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsure norma dalam praktek keperawatan
2. Membentuk startegi atau cara dan menganalisis masalah norma yang terjadi dalam
praktek keperawatan.
3. Menghubungkan prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya.
4
Dalam berkomunikasi kita sebagai perawat, etika juga sangat penting karena
dengan kita beretika yang baik komunikasi kepada pasien, keluarga pasien, kolega
dan masyarakat akan lancer terjalin dengan baik.
5
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek professional ketika perawatbekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standard praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Contoh : seorang perawat sedang bertugas sendirian disuatu unit RS, kemudian
ada seorang klien yang baru masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan
bantuan perawatan tersebut. Agar perawat tidak menghindar dari satu klien, maka
perawat seharusnya dapat mempertimbangkan factor-faktor dalam situasi tersebut,
kemudian bertindak berdasarkan pada prinsipkeadilan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
kilen. Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain
berbeda dan lebih keras dari pada prinsip untuk melakukan yang baik.
Contoh :seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfuse
darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat
penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah
memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ita tiak mau dilakukan
transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan
terjadilah pendarahan hebat, dokter seharusnya menginstruksikan untuk
memberikan transfuse darah. Dalam hal ini, akhirnya transfuse darah tidak
diberikan karena prinsip beneficience walaupun sebenarnya pada saat bersamaam
terjadi penyalah gunaan prinsip maleficience.
5. Kejujuran (veracity)
Prinsip veracity berarti penuh kebenaran.Nilai ini diperukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa kliens sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informmasi harus ada agar
menjadi akurat, komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran, seperti jika kebenaran akan kesalahan proknosis klien
6
untuk pemulihan atau adanya hubungan partnernalistik bahwa “doctors know
best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membuangun hubungan saling percaya.
Contoh : Ny.M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat di RS dengan
berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam
kecelakaan tersebut masuk ke rumah sakit yang sama dan meninggal. Ny.M
bertanya berkali-kali kepada perawat tentang keadaan suaminya.Dokter ahli bedah
berpesan kepada perawatnya untuk tidak mengatakan kematian suaminya.Perawat
tidak diberi alasan apapun untuk petunjuktersebut dan mengatakan
keprihatinannya kepadaperawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa instruksi
harus diikuti.Perawat dalam hal ini dihadapkan kepada konflik kejujuran.
6. Menepati Janji (fidelity)
Pronsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia kepada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komtmen yang dibuatnya.Kesetiaan menggambarkan kepatuhan
perawat terhadapkode etik yang menyatakan tanggung jawab dasar dari perawat
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
Tidak ada seorang pun dapat memperoleh nformasi tersebut kecuali jika diijinkan
klien dengan bukti persetujuan.Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengn tenaga kesehatan
klien harus dihindari.
8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas merupakan standard yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Contoh : Perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien, sesame
karyawan dan masyarakat. Jika salah memberi dosis obat pada klien, perawat
tersebut dapat digugat olehklien yang menerima obat, oleh dokter yang memberi
7
tugas delegatif dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional (Potter &
perry, 2005)
8
pengetahuan tepat tentang realitas supaya dapat diketahui apa yang baik bag yang
bersangkutan. Kalau itu sudah kita ketahui, kita tahu juga bagaimana prinsip sikap
baik harus kita terapkan dalam situasi ini.
2. Prinsip keadilan
Prinsip sikap baik perlu diikuti dengan prinsip keadilan. Hal ini dapat kita pahami
dengan contoh sebagai berikut :
Untuk memberikan makanan kepada seorang ibu gelandangan yang menggendong
anak, apakah saya boleh mengambil sebuah blek susu dari super market tanpa
membayar?, dengan pertimbangan bahwa kerugian bagi supermarket amat kecil,
dan adanya pencurian bahkan sudah termasuk kalkulasi untung rugi sedangkan
bagi ibu itu sebuah blek susu dapat berarti banyak. Hal yang sama dirumuskan
dengan lebih kualitas. Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik
kepada siapa saja.Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki
terbatas.Itu tidak hanya berlaku bagi benda-benda materil yang dibutuhkan orang,
uang yang telah diberikannya kepada seorang pengemis tidak dapat dibelanjakan
bagi anak-anaknya sendiri melainkan juga dalam hal perhatian dan cinta
kasih.Kemampuan untuk memberikan hati kita juga terbatas, maka secara logis
dibutuhkan prinsip tambahan yang menentukan bagaimana kebaikan yang
merupakan barang langka itu harus dibagi.Prinsip itu adalah prinsip keadilan. Adil
pada hakikatnya berarti bahwa kita memberikan kepada siapa saja yang menjadi
haknya, karena semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka tututan paling
dasar tentang keadilan itu adalah perakuan yang sama terhadap semua orang.
3. Prinsip hormat terhadap diri sendiri
Prinsip ini pun bukan prinsip baru, melainkan sudah kita temukan dalam
pembahasan etika pengembangan diri. Meskipun kita mengatakan bahwa
pengembangan diri jangan sampai menjadi prinsip dasar moral satu-stunya karena
akan menggagalkan tujuan itu sendiri. Namun secara moral kita wajib untuk
mengembangkan diri, kita terima sebagai unsure hakiki dalam suatu etika yang
utuh.
a. Prinsip hormat terhadap diri sendiri ,engatakan bahwa manusia wajib untuk
selalu memperlakukan diri sebagai suatu yang bernilai pada dirinya sendiri.
b. Prinsip menghormati diri sendiri mengandung dua arah. Pertama dituntut agar
kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, diperkosa atau diperbudak.
9
Perlakuan semacam itu tidak wajar untuk kedua belah pihak, maka yang
diperlakukan demikian jangan membiarkannya berlangsung begitu saja.
10
a. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
b. Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK.
c. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP.
Pasal 9 Ayat 1
a. SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / kota
setempat
Pasal 10
b. SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan
Pasal 12
c. SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
d. SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan degan kompetensi yang
lebih tinggi.
e. Surat Ijin Praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.
Pasal 13
a. Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui
penilaian kemampuan kelilmuan dan keterampilan bidang keperawatan,
kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek
keperawatan.
Pasal 15
a. Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk:
a) Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnose keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan evaluasi keperawatan.
b) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi :
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konselin
kepeawatan.
11
c) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf
(i) dan (ii) harus sesuai dengan standard asuhan keperawatan yang
ditetapkan organisasi profesi
d) Pelayanan tindakan medic hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
tertulis dari dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
a. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
b. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayai 1
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
a. Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang prakteknya.
b. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktek
Pasal 31
a. Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
a) Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut
b) Melakukan perbuatan bertentangan dengan standard profesi
b. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.
12
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan
kesehatan yang diberikan oleh perawat.
c. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat
d. Menetapkan standard pelayanan keperawatan
e. Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
f. Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik keperawatan
g. Menailai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan perawat
dalam memberi pelayanan.
13
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan inciden report antara lain :
a. Tulis kejadian sesuai apa adanya
b. Tulis tindakan yang anda lakukan
c. Tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas
d. Sebutkan waktu kejadian ditemukan
4. Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat.Pencatatan merupakan salah satu
komponen yang penting yang memberikan sumber kesaksian hukum.Betapapun
mahirnya keterampilan anda dalam memberikan perawatan, jika tidak dicatat atau
tidak lengkap catatannya, tidak dapat membantu anda dalam persidangan.Setiap
selesai melakukan suatu tindakan tindakan maka perawat harus segera mencatat
secara jelas tindakan yang dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan serta
mencantumkan waktu tindakan diberikan tanda tangan yang memberikan
tindakan.
5. Pengawasan penggunakan obat
Pemerintah Indonesia telah mengatur peredaran dan pengunaan obat.Ada yang
dapat dibeli secara bebas atau harus dengan resep dokter.Obat-obatan disimpan
ditempat yang aman dan terkunci, hanya orang-orang yang berwenang yang dapat
mengeluarkannya.Perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pencatatan
yang benar.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral
dalam keperawatan.Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil
berdasarkan kode etik sebagai standard yang mengukur dan mengevaluasi perilaku
moral perawat.
Prinsip-prinsip etika keperawatan terdiri dari 8 aspek, yaitu : otonomi, berbuat
baik, keadilan, tidak merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan dan
akuntabilitas. Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi
oleh para ahli meliputi : menandatangani pernyataan hukum, format persetujuan,
report, pencatatan, pengawasan penggunaan obat.
Pengendalian praktek keperawatan secara internal adalah kode etik sedangkan
secara eksternal adalah hukum.Praktek keperawatan harus dilakukan secara benar
dalam arti kelimuannya dan baik dalam aspek etik dan legalnya.Praktek keperawatan
berkaitan erat dengan kehidupan manusia, untuk itu praktek keperawatan harus
dilakukan oleh perawat professional dan berkompeten yang dibuktikan dengan
memiliki SIP, SIK, SIPP.
B. Saran
Etika dan hukum keperawatan ini hendaknya dikuasai dengan baik oleh semua
perawat sebelum melaksanakan praktek keperawatan. Ha ini bertujuan untuk
menghindari masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum dan etika keperawatan.
Sehingga perawat bisa menjalankan tugas dan fungsinya tanpa dihantui rasa takut
akan melanggar hukum dan etika.
15
DAFTAR PUSTAKA
Wulan, kencana dan hastusti. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta; PT.
Prestasi Pustaka Karya
Mimin, Suhaimin. 2003. Etika Keperawatan dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:
EGC
Ismani, N. 2001.Etika Keperawatan. Jakarta; Widya Medika
Potter, P. A, Buku Ajar Fundamental: Konsep Proses dan Praktik. Alih Bahasa,
Yasmin Asih, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2005.
Kusnanto.Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta, 2003.
Ali. 2004. Dasar-dasar Keperawatan Profesional, Jakarta: Widya Medika
Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Bertens, K. 2007. Etika. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Dalami, Ermawati. 2002. Etika Keperawatan. Trans info Media : Jakarta.
Dr. Modiharjo. 2006. Pokok-pokok Filsafah Hukum. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Lin, Yen Ko, dkk. 2003. Building an Ethical Environment Improves Patient Privacy
and Satisfaction in the Crowded Emergency Department. BMC Medical Ethics. 14
(1), 1-8
16