DISUSUN OLEH :
APRILIANI
AYU ROSITA
FATIMAH CAHYA UTAMI
LINDA AYU ENDANGSARI
MUMUN MAEMUNAH
SEKAR NOEDARA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Kode etik keperawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB IV
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik yang berjudul “Isu pelanggaran etika dalam pelayanan kesehatan” tepat pada waktunya.
Kami menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, agar makalah ini dapat
kami buat sehingga dapat meemperlancar dalam penyusunnya. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah
sederhana ini dapat diambil manfaatnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi
anggota dalam melaksanakan praktek dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman
sejawat, profesi dan diri sendiri. Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan daftar prilaku atau bentuk pedoman/panduan etik
prilaku profesi keperawatan secara professional (Aiken, 2003). dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah
memberikan perlindungan bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan. Kode etik profesi disusun dan disyahkan oleh organisasi
profesinya sendiri yang akan membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. (Rejeki, 2005). Konsep etik
yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota untuk melaksanakannya. Profesi keperawatan
sebagai salah satu profesi yang professional dan mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik
sangatlah diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya dapat menjalankan kode etik keperawatan yang telah
dibuat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya. (Misparsih,
2005)
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar etika dan hukum keperawatan dan untuk lebih jauh
memahami tentang etika dalam keperawatan dan penyelesaian dilema etik.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana etika dalam pelayanan kesehatan ?
2. Kasus apa yang menjadi pelanggaran etika dalam pelayanan kesehatan ?
3. Aturan apa saja yang di langgar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos yang menurut Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model
prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of
Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi
AARN (1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan menurut Rowson,
(1992).etik adalah Segala sesuatu yang berhubungan/alasan tentang isu moral. Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan
manusia untuk memilih tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap
prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988). Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan dengan
keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee, 1994). Menurut Webster’s “The discipline dealing with what is good and bad
and with moral duty and obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and guide moral decision making”
Prinsip Justice (keadilan), merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil untuk semua individu . Semua nilai-nilai moral
tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap pelaksanaan praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien
dantenaga kesehatan lain. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik dilema etik. Maka penyelesaian dari dilema etik
tersebut harus dengan cara yang bijak dan saling memuaskan baik pemberi asuhan keperawatan (perawat), Pasien dan profesi lain
(teman sejawat). Pada penulisan makalah ini dibahas suatu kasus yang berkaitan dengan dilemma etik dalam praktek keperawatan dan
bagaimana penyelesaian dari masalah etik tersebut.
KEMAJUAN teknologi saat ini bukan hanya membuat kita terkagum-kagum atau
terheran heran. Bahkan sudah memasuki yang Namanya revolusi industri 4.0 atau
generasi industri ke-4.
Dimana semua hal menjadi interkonektivitas, semua saling berhubungan dan terjadi
keterbukaan. Akibat dari digitalisasi dan otomasi dari era industri 4.0 ini perubahan
perubahan besar menjadi tak terhindarkan lagi, ketika dunia harus bertransformasi
mengikuti perubahan zaman.
Dalam setiap era perubahan zaman sistem dan perilaku manusia juga ikut berubah
mengikuti zaman (Toffler, 1980). Bukanhanya dunia industri yang terdampak tapi juga
dunia sosial, ekonomi dan hukum bahkan kesehatan.
Akhir-akhir ini beredar foto maupun video yang menggambarkan situasi dan kondisi
kerja para tenagakesehatan. Seperti misalnya beredar foto seorang dokter dan tenaga
medis yang sedang menolong pasien, yang sedang kritis akibat pembacokan (kompas.com
21/10/15) atau tenaga medis yang selfie di meja operasi (detik news 15/12/15), selfie dua
perawat di depan pasien yang sekarat (kompas.com 25/7/17) dan belakangan beredar video
seorang dokter bedah yang bernyayi sambil melakukan operasi pada pasiennya.
Perilaku para tenaga kesehatan seperti di atas tadi menimbulkan pertanyaan apakah etis
melakukan selfie di ruang operasi dan bagaimana perlindungan hukum terhadap rahasia
pasien.
Pada pasal 56 Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dise butkan bahwa
penyedia jasa layanan kesehatan antara lain meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit khusus, praktik dokter, praktik dokter gigi, praktik dokter
spesialis, praktik bidan, toko obat dan lain sebagainya.
Belakangan ini penyedia jasa layanan kesehatan terutama rumah sakit baik yang dikelola
oleh pemerintah maupun swasta sudah cenderung mengarah pada liberalisasi pelayanan
kearah industri kesehatan.
Kecenderungan ini dapat dilihat dengan timbul-nya konflik antara profesi medis dengan
profesi manajemen, dimana di pihak medis dilakukan pendekatan teknis medis, dan di
pihak manajemen lebih mengutamakan aspek manejerial, yang dampaknya juga akan
dirasakan oleh konsumen/pasien dalam bentuk profit oriented menjurus pada pendekatan
untung dan rugi.
Aturan hukum
Foto-foto maupun video yang menggambarkan kondisi pasien diunggah di media sosial
dan diharapkan menjadi viral yang akan membawa keuntungan baik pada petugas medis
maupun penyedia layanan kesehatan.
Dalam dunia kedokteran terdapat dua penerapan aturan hukum yang mempunyai
kekuatan yang sama dalam bentuk perundang-undangan yaitu UU No 23 tahun 1992 ten-
tang kesehatan dan UU No 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Hal ini dimungkinkan karena timbulnya berbagai penafsiran tentang hubungan antara
pasien dan dokter, apakah termasuk dalam hubungan bersifat untung rugi atau bersifat
sosial.
Hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan
bersumber pada kepercayaan pasien terhadap dokter (tenaga medis) . Pasien harus
dipandang sebagai subyek yang memiliki pengaruh besar atas hasil akhir layanan bukan
sekadar obyek.
Hubungan yang dahulu adalah bersifat paternalistic dimana dokter atau tenaga medis
yang menentukan, dan pasien hanya menerimasaja, kini telah menjadi hubungan yang
sejajar dimana tenaga medis maupun pasiennya mempunyai hak dan kewajiban.
Namun masih terlihat bahwa perkembangan tehno logi ini belum diikuti dengan perilaku
profesi yang akomodatif terhadap hak-hak pasien.
Dokter diwajibkan ber dasarkan profesinya untuk menyimpan rahasia yang dipercayakan
kepadanya, maka unsur kepercayaan merupakan sesuatu yang mutlak (Guwandi,1992).
Menurut hazewing kel Suringa, fungsi rahasia medis hanya untuk mengadakan ke-
percayaan antara sipencari dan sipemberi pertolongan dan dengan demikian bermanfaat
untuk kepentingan umum mengenai kesehatan rakyat baik secara jasmani maupun rohani
(Guwan di, 2005).
Kode Etik Kedokteran Indonesia pada pasal 12 menyatakan “Setiap dokter wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seoang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia.
Privasi
Data pasien mengandung kerahasiaan dan merupakan hak pasien yang harus dijunjung
tinggi oleh setiap pen yelenggara pelayanan kesehatan. Ada beberapa ketentuan
perundang-undangan yang mengatur mengenai hal ini yaitu :
3.Pasal 32 (i) UU No 44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa“ hak pasien untuk
mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medis-
nya.
Pasien menginginkan perawatan dan perhatian dari tenaga kesehatan ketika mereka
mencari bantuan, ber dasarkan kepercayaan, dengan beredarnya foto-foto selfi tenaga
kesehatan baik di ruang operasi atau yang lain akan menimbulkan stres, dan tidak adanya
rasa aman pada pasien yang berujung pada rasa ketidak percayaan atau bisa juga
mengganggu proses terapi.
Selfie dengan pasien yang sakit bisa mengganggu hak privasi pasien, dan pasien juga tidak
boleh berada dalam situasi mereka harus mengorbankan privasi demi keuntungan tenaga
kesehatan.
Undang-Undang telah mengatur hak pasien dan kewajiban tenaga kesehatan, berselfie
tanpa izin pasien dinyatakan sebagai tindakan yang sangat tidak beretika dan bisa dikenai
hukuman karena melakukan hal ini. Kewajiban dari seorang tenaga kesehatan adalah
menya dari masalah ini dan tidak melanggar hak pasien.
Hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien harus dibangun berdasarkan integritas dan
rasa percaya. Tenaga kesehatan diharapkan bisa menjaga sikap agar tidak melanggar
kode etik dan peraturan yangberlaku
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas pelayanan/asuhan keperawatan yang
diberikan. Oleh sebab itu pemberian pelayanan/asuhan keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika
keperawatan. Standar asuhan perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan, sedangkan etika
keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk
kode etik yang ada masih belum dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya. Etik merupakan kesadaran
yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan
didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat). Prinsip-prinsip moral telah banyak diuraikan
dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profesi keperawatan. Penerapan nilai moral professional sangat
penting dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.
B. Saran
Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan
secara baik dilapangan
DAFTAR PUSTAKA
http://docshare.tips/makalah-kode-etik-keperawatan-dan-15-pelanggaran-etika-di-masyarakat_5827c2a4b6d87fac5a8b4972.html#