Anda di halaman 1dari 11

ASPEK ETIK DAN LEGAL KEPERAWATAN INTENSIF

D
I
S
U
S
U
N
OLEH : KELOMPOK 2

1. KRISNALIA TOBING (032016065)


2. MELIANTINA MANIK (032016072)
3. TISEP FAZRYANTI TELAUMBANUA (032016088)

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia
yang diberikan pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Etik Dan Legal Keperawatan Intensif” ini tepat waktu.Dalam penyusunan makalah ini kami tidak
lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
teknik penulisan maupun materi.Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar kami dapat memperbaikinya.Akhir kata, kami mengucapkan banyak
terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan,13 Agustus 2019

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi…………………………………………………...…………………………………………... 3
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………...…………………………… 4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………. 4
1.2 Tujuan………………………………………………………………………………......................... 5
.. 6
BAB2 6
Pembahasan………………………………………………………………………………………. 9
2.1 Konsep Etik Dalama Keperawatan ………….. 1
………………………………………....................... 0
2.2 Aspek Legal dalam keperawatan Intensif……………………………….
……………………………
BAB 3
Penutup……………………………………………………………………………………….......
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………..........................
3.2
Saran…………………………………………………………………………….................................
Daftar Pustaka ..
…………………………….............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun
yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat dan pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara
bergantian.

Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang
menjadi penuntun dalam berperilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak
manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari
prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktik profesional. (Doheny,2015).

Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti


masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan
yang dibutuhkan. Konsekuensi dari hal tersebut, tentunya setiap keputusan dari tindakan
keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap
pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam


mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung
jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly, 2010). Jika anggota
profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak
memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam
keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga
medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.

1.2 Tujuan
1. Mampu menjelaskan definisi Etik
2. Mampu menjelaskan Tujuan Aspek Etik Dalam Keperawatan
3. Mampu menjelaskan Prinsip Moral dalam Praktik keperawatan
4. Mampu menjelaskan Defenisi Hukum dalam keperawatan
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Etik Dalam keperawatan Intensif


a. Pengertian Etik
Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab .(Suhaemi ,2010).
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “ethos” yang berarti adat, kebiasaan,
perilaku atau karakter. Etika adalah terminatologi dengan berbagai makna. Singkatnya,
etik berhubungan dengan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain.
(Potter dan Perry, 2005). ), Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan
buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
tanggungjawab moral.
Dari semua pengertian etika di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa etika
merupakan pertimbangan keputusan antara yang baik dan buruk yang dilakukan
seseorang terhadap orang lain yang berdasar atas nilai moral dan kesusilaan. Etika
keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Etika
keperawatan dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan dengan karakter serta
sikap perawat terhadap orang lain.

b. Tujuan Aspek Etik dalam Keperawatan Intensif


Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam
keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan kode
etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat. Suhaemi,
(2010),

Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan


dapat dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada
profesi (Anna,2016). Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan
dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama
perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantang untuk mengembangkan etika


profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan
mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara
terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap
menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk anggota
profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di bawah” standar
profesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching (2010) Tujuan Etika


profesi keperawatan adalah mampu :

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan


2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi
dalam praktik keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan,
sesuai dengan kepercayaannya
Secara umum, Maksud dan tujuan aspek etik dalam Intensife care adalah sebagai berikut
(kozier, Erb. 1990) :
1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota
tenaga kesehatan lainnya.
2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang melakukan
pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang tertuduh suatu
permasalahan secara tidak adil.
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik keperawatan
profesional.
4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional

c. Prinsip moral dalam praktik keperawatan


Prinsip Moral dalam praktik keperawatan terbagi atas 8 azas yaitu :
1. Autonomi (otonomy)
Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini
setiap keputusan medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari
pasien atau keluarga terdekat. Dengan mengikuti prinsip autonomi berarti menghargai
pasien untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan keunikan individu secara
holistik.
2. Non maleficence (tidak merugikan)
Yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang merugikan pasien, setiap
tindakan medis dan keperawatan tidak boleh memperburuk keadaan pasien. Berarti
tindakan yang dilakukan tidak menyebabkan bahaya bagi pasien, bahaya disini dapat
berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan dan bahaya yang tidak
disengaja.
3. Fidelity (setia, menepati janji ),
Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang.Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan
dan tanggung jawab yang telah dibuat . Setiap tenaga keperawatan mempunyai
tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja, pemerintah dan
masyarakat.
4. Veracity (kebenaran, kejujuran),
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu
kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk
“informed concent” yang baik. Perawat harus dapat menyingkap semua informasi
yang diperlukan oleh pasien maupun keluarganya sebelum mereka membuat
keputusan.
5. Confidenciality ( kerahasiahan )
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi
tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa
informasi yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai dan
tidak disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat. Perlu dipahami
bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang
ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi
tersebut relevan dengan kasus yang ditangani
6. Accountability ( akuntabilitas )
Dalam menerapkan prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah konsekwensi
bahaya, apakah tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini adil, karena dalam
pelayanan kesehatan petugas dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-
bedakan.
7. Beneficence ( kemurahan hati)
Keharusan untuk berbuat baik kepada pasien, setiap tindakan medis dan
keperawatan harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti melakukan yang baik
yaitu mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan pasien dan keluarga
8. Justice (perlakuan adil)
Sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus bersifat adil, dokter dan perawat
harus menggunakan rasa keadilan apabila akan melakukan tindakan kepada pasien

d. Informed Consent
Informed consent adalah pernyataan sepihak dari orang yang berhak (pasien, keluarga
atau walinya) yang isinya berup ijin atau persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan
medis sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya. Informed consent adalah
suatu proses komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien dan bertemunya pemikiran
tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Bila dilihat dari aspek
hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua fihak, melainkan lebih ke arah persetujuan
sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / MENKES /PER IX /2008
tentang Persetujuan Tindakan Medis. Informed consent perlu diberikan karena tidak semua
kejadian dalam pengobatan berlangsung seperti yang diharapakan, tidak ada kepastian dan
jaminan yang pasti dalam dunia kedokteran karena setiap kasus bagaikan teori permutasi
kombinasi, latar belakang setiap orang tidak sama, riwayat kesehatan berbeda, derajat
pengobatan yang diberikan juga tidak sama serta reaksi tubuh terhadap respon pengobatan juga
bebeda.
Terdapat Tiga Element Informed Consent :
1. Threshold Element
Elemen ini sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang
yang kompeten (mampu). Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat
keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya
merupakan suatu kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga
memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi
membuat keputusan tertent. Secara hukum seseorang dianggap kompeten apabila
memenuhi kriteria antara lain telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang
tidak di bawah pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau
telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah
apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat
keputusan menjadi terganggu.
2. Information Elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman). Dalam hal ini, seberapa ”baik” informasi harus diberikan
kepada pasien,dapat dilihat dari 3 standar yaitu :
a) Standar Praktik Profesi, Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-
adekuat-an informasi ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga
keperawatan. Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna”
(menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.
b) Standar Subyektif,Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh
pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam
halwaktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara
individual dianut oleh pasien.
c) Standar pada reasonable person,Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua
standar sebelumnya, yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah
memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.
3. Consent Elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan
authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi
ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya.
Informed consent harus meliputi :
a) Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai diagnosa, tindakan, terapi dan
penyakitnya
b) Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar
kemungkinan keberhasilannya
c) Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila
penyakit tidak diobati
d) Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak terapi, disertai
upaya antisipasi yang dilakukan untuk menghindari resiko tersebut. Risiko yang harus
disampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau
tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.
e) Biaya yang menyangkut tindakan tersebut walaupun tidak selalu diutamakan Pasien juga
berhak untuk mengetahui semua prognosa, komplikasi, sekuele, ketidak nyamanan,
kesulitan yang mungkin dalami dengan adanya tindakan tersebut.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam
mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung
jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly, 2010). Jika anggota
profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak
memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam
keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga
medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah kita ini,kita dapat lebih mudah dalam memahami apa itu Aspek
etik dalam keperwaatan Intensive dan dapat kita aplikasikan dalam praktek lapangan langsung .
DAFTAR PUSTAKA

Setiani,Bike.2018. Pertanggungjawaban Hukum Perawat Dalam Hal Pemenuhan Kewajiban


Dan Kode Etik Dalam Praktik. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 8
No.4.Jakarta.

Rizany,Haryati.2017. Tele-Icu Bermanfaat Dalam Pencapaian Pelayanan Berkualitas. Dunia


Keperawatan, Volume 5, Nomor 1.Depok.

Anda mungkin juga menyukai