D
I
S
U
S
U
N
OLEH : KELOMPOK 2
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia
yang diberikan pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Etik Dan Legal Keperawatan Intensif” ini tepat waktu.Dalam penyusunan makalah ini kami tidak
lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
teknik penulisan maupun materi.Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar kami dapat memperbaikinya.Akhir kata, kami mengucapkan banyak
terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi…………………………………………………...…………………………………………... 3
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………...…………………………… 4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………. 4
1.2 Tujuan………………………………………………………………………………......................... 5
.. 6
BAB2 6
Pembahasan………………………………………………………………………………………. 9
2.1 Konsep Etik Dalama Keperawatan ………….. 1
………………………………………....................... 0
2.2 Aspek Legal dalam keperawatan Intensif……………………………….
……………………………
BAB 3
Penutup……………………………………………………………………………………….......
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………..........................
3.2
Saran…………………………………………………………………………….................................
Daftar Pustaka ..
…………………………….............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang
menjadi penuntun dalam berperilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak
manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari
prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktik profesional. (Doheny,2015).
1.2 Tujuan
1. Mampu menjelaskan definisi Etik
2. Mampu menjelaskan Tujuan Aspek Etik Dalam Keperawatan
3. Mampu menjelaskan Prinsip Moral dalam Praktik keperawatan
4. Mampu menjelaskan Defenisi Hukum dalam keperawatan
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
d. Informed Consent
Informed consent adalah pernyataan sepihak dari orang yang berhak (pasien, keluarga
atau walinya) yang isinya berup ijin atau persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan
medis sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya. Informed consent adalah
suatu proses komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien dan bertemunya pemikiran
tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Bila dilihat dari aspek
hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua fihak, melainkan lebih ke arah persetujuan
sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / MENKES /PER IX /2008
tentang Persetujuan Tindakan Medis. Informed consent perlu diberikan karena tidak semua
kejadian dalam pengobatan berlangsung seperti yang diharapakan, tidak ada kepastian dan
jaminan yang pasti dalam dunia kedokteran karena setiap kasus bagaikan teori permutasi
kombinasi, latar belakang setiap orang tidak sama, riwayat kesehatan berbeda, derajat
pengobatan yang diberikan juga tidak sama serta reaksi tubuh terhadap respon pengobatan juga
bebeda.
Terdapat Tiga Element Informed Consent :
1. Threshold Element
Elemen ini sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang
yang kompeten (mampu). Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat
keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya
merupakan suatu kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga
memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi
membuat keputusan tertent. Secara hukum seseorang dianggap kompeten apabila
memenuhi kriteria antara lain telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang
tidak di bawah pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau
telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah
apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat
keputusan menjadi terganggu.
2. Information Elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman). Dalam hal ini, seberapa ”baik” informasi harus diberikan
kepada pasien,dapat dilihat dari 3 standar yaitu :
a) Standar Praktik Profesi, Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-
adekuat-an informasi ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga
keperawatan. Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna”
(menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.
b) Standar Subyektif,Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh
pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam
halwaktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara
individual dianut oleh pasien.
c) Standar pada reasonable person,Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua
standar sebelumnya, yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah
memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.
3. Consent Elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan
authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi
ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya.
Informed consent harus meliputi :
a) Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai diagnosa, tindakan, terapi dan
penyakitnya
b) Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar
kemungkinan keberhasilannya
c) Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila
penyakit tidak diobati
d) Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak terapi, disertai
upaya antisipasi yang dilakukan untuk menghindari resiko tersebut. Risiko yang harus
disampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau
tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.
e) Biaya yang menyangkut tindakan tersebut walaupun tidak selalu diutamakan Pasien juga
berhak untuk mengetahui semua prognosa, komplikasi, sekuele, ketidak nyamanan,
kesulitan yang mungkin dalami dengan adanya tindakan tersebut.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam
mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung
jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly, 2010). Jika anggota
profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak
memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam
keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga
medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah kita ini,kita dapat lebih mudah dalam memahami apa itu Aspek
etik dalam keperwaatan Intensive dan dapat kita aplikasikan dalam praktek lapangan langsung .
DAFTAR PUSTAKA