Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN

ANSIETAS PADA Tn.K. DI RUANG POLI JIWA RSUD


BATARA SIANG PANGKEP

OLEH

SINTIA TANGKE LANGI

P1813025

CI LAHAN CI INSTITUSI

SITI SUHRAH SALAM,S.Kep,Ns EMMY WAHYUNI, S.Kep., Ns.,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES GRAHA


EDUKASI MAKASSAR PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN
2022

1
2
3
A. Defenisi Ansietas
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi (Videbeck,2008). Ansietas atau kecemasan
adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif
dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati,2005).
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati
disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang
jelas bagi pasien (Mansjoer,1999).
Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu
berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju
perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan.
B. Factor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau
antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan
pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan

4
ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga
akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena
benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
C. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokan menjadi dua bagian yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi :
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme
fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh,

5
perubahan biologis normal (misalnya: hamil).
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi
virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan,
kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal:
1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok, sosial budaya.
D. Tanda dan Gejala
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang
mengalami ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya
sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar,
sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan,
sakit kepala dan sebagainya.

6
E. Tingkat Ansietas
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan
aspek yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap
ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck,2008) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan
panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari
ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
 Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
a) respon koknitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
b) Respons emosional

7
 Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas menyendiri
 Terstimulasi
 Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang
adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik :
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukultangan
 Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah,
nyeri punggung
b. Respons kognitif
 Lapang persepsimenurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung

8
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sabar
c. Ansietas berat,yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
1.) Respons fisik

 Ketegangan otot berat

 Hiperventilasi

 Kontak mata buruk

 Pengeluaran keringat meningkat

 Bicara cepat, nada suara tinggi

 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

 Rahang menegang, mengertakan gigi

 Mondar-mandir, berteriak

 Meremas tangan, gemetar


2.) Respons kognitif

 Lapang persepsi terbatas

 Proses berpikir terpecah-pecah

 Sulit berpikir

 Penyelesaian masalah buruk

 Tidak mampu mempertimbangkan informasi

 Hanya memerhatikanancaman

 Preokupasi dengan pikiransendiri

 Egosentris

9
3.) Respons emosional

 Sangat cemas

 Agitasi

 Takut

 Bingung

 Merasa tidak adekuat

 Menarik diri

 Penyangkalan

 Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang,
karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons
dari panik adalah sebagai berikut :
1.) Respons fisik

 Flight, fight, atau freeze

 Ketegangan otot sangat berat

 Agitasi motorik kasar

 Pupil dilatasi

 Tanda-tanda vital meningkat kemudian


menurun

 Tidak dapattidur

 Hormon stress dan neurotransmiter


berkurang

 Wajah menyeringai, mulut ternganga

1
2.) Respons kognitif

 Persepsi sangatsempit

 Pikiran tidak logis, terganggu

 Kepribadian kacau

 Tidak dapat menyelesaikan masalah

 Fokus pada pikiran sendiri

 Tidak rasional

 Sulit memahami stimulus eksternal

 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi. 3.)


Respon emosional

 Merasa terbebani

 Merasa tidak mampu, tidak berdaya

 Lepas kendali

 Mengamuk, putus asa

 Marah, sangat takut

 Mengharapkan hasil yang buruk

 Kaget, takut

 Lelah

F. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan
menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik
dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya
adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan
sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping
tersebut individu

1
dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).
G. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara
konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku
patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia
mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan
dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan,
mekanise koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur,
makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi
kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain
(Suliswati,2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan
sedang, berat dan perlu banyak energi. Menurut Suliswati (2005),
mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu
a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada
tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini
adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress
dengan menilai secara objektif untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
1. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
2. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik
maupun psikologi untk memindahkan seseorang dari
sumber stress.
3. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara
seseorang mengoperasikan,mengganti tujuan,

1
atau mengorbankan aspek personal seseorang.
b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.
Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah.
Mekanime ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara
realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan
individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-
hal berikut :
1. Perawat dapat mengenali secara akurat
penggunaan mekanisme pertahanan klien.
2. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri
terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi
kepribadian.
3. Pengaruh penggunaan mekanisme
pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
4. Alasan klien menggunakan mekanisme
pertahanan.
H. Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada
uraian berikut :

1
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2. Tidur yang cukup.
3. Cukup olahraga.
4. Tidak merokok.
5. Tidak meminumminuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di
susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone
HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai
gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan.
Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat
diberikan obat- obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara
lain :
1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan

1
motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan
ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi
kecemasan.
3. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan
memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian
yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi
kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir
secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang
dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor
psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki
hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak
lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.

1
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L.J.1998. Buku Saku Diagnosa Kkeperawatan.Edisi 6. Ahli Bahasa:


Yasmin Asih. Editor Monika Aster, Jakarta:EGC

Keliat,Bbudi Anna,1998. Peroses Keperawatan kesehatan Jiwa.Edito. Yasmin Asih,


Jakarta: EGC.

Townsed,M,c.1998.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiater.


Edisi 3. Ahli bahasa Novi Helena.Editor. Monika Ester, Jakarta : EGC.

RASMAN,2001.Keperawatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.Edisi


pertama, Jakarta: EGC.

Struart,G.W.,Sundeen,S.J.,1998.Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3,Jakarta.

1
RESUMEN ANXIETAS PADA Tn. K DENGAN MASALAH

GANGGUAN ANSIETAS DI POLI JIWA RSUD

BATARA SIANG PANGKEP

OLEH :
SINTIA TANGKE LANGI
P1813025

CI Lahan CI Institusi

NS. ARLINAWATY. S, S.Kep EMMY WAHYUNI, S.Kep., Ns.,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES GRAHA


EDUKASI MAKASSAR PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN
2022

1
7
1. Pengkajian

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. K
Umur : 51 tahun
Jenis klamin : Laki-laki
Alamat : Pangkep
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Status : Menikah Tanggal
Pengkajian : 07-06- 2022 No. RM
:203670
Dx. Medis : Gangguan Ansietas
Penangguang Jawab: Tn. S (anak)
B. Alasan Masuk Rumah Sakit.
Pada saaat di kaji, Tn. K mengatakan sangat cemas dan takut dengan kondisinya.
Klien mengatakan perasaanya gelisah , tidak bisa tidur, pasien juga mengatakan
nyeri dibagian kepala.
C. Faktor Predisposisi
1. Pasien tidak memiliki riwayat terauma baik secara fisik,
seksual,ataupun kekerasan di keluarga
2. Tidak ada di keluarga pasien yang memiliki gangguan jiwa
3. Pasien mulai mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2018

1
8
4. Pengobatan yang dijalankan klien kurang berhasil karena pasien pernah
berhebti minum obat karena kurangnya perhatian dari keluarga.
D. Aspek Fisik/biologis
1. Tanda-tanda vital : TD 100/60 mmHg,
2. Keluhan fisik: pasien mengatakan tidak ada keluahan fisik.
E. Aspek Medik
1. Diagnose medik : gangguan ansietas
2. Terapi medic :

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri


sendiri, orang lain dan
lingkungan

Gambaran prilaku:
kecemasan/ Core problem

stressor

1
ANALISA DATA

Hari/Tgl/J No Data Fokus Masalah


am DX
Selasa, 07 1 DS: Kecemasan/a
juni 2022 1. Pasien menganggap dirinya nsietas
13:00 mudah gelisah dan tidak
WITA berdaya
2. Pasien mengatakan takut
3. Pasien mengatakan susah tidur
DO:
1. Pasien terlihat sering melamun
dan murung
2. Pasien cendrung
menyalahkan orang lain

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas (Kecemasan)

Anda mungkin juga menyukai