DOSEN PEMBIMBING
Miskiyah,SKM.,M.Kes
DISUSUN OLEH
ADE APRILIA
PO.71.24.3.20.060
TINGKAT 2B
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “NILAI DAN KODE ETIK PROFESI
BIDAN” STANDAR PROFESI BIDAN” DAN MANAJEMEN KONFLIK”
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bunda Miskiyah,SKM.,M.Kes
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah mengajar kami
selaku dosen mata kuliah ETIKOLOGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN . yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tugas
ini.
Penyusun
2
PERTEMUAN KE 2
I. Kode Etik
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut berisi petunjuk
bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan profesinya dan larangan, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
b. Profesi Bidan
Profesi berasal dari kata profesio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya profesi
adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui dalam
melayani masyarakat. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode
etik, serta profesi sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh
profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, mililter, dan teknik.
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat
(registrasi), dan diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik. Bidan adalah salah satu
profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam mendamping dan menolong ibu
3
dalam melahrkan bayinya sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan bekerja
berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode kerja, standar praktik,
pelayanan dank kode etik profesi yang dimiliki. Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai
ciri khas yang khusus yaitu, sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan.
4
4. Pengendalian terhadap standar praktik
5. Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang diberikannya
6. Karir seumur hidup yang mandiri
Kode etik profesi merupakan “suatu penyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi
dan diri sendirinya”. Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
5
kepada pembahasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota
profesi dalam interaksinyadengan sesama anggota profesi.
6
b. Prinsip Kode Etik
1. Menghargai otonomi.
2. Melakukan tindakan yang benar.
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Berlakukan manusia dengan adil.
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga perasaan.
1. dalam mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan
konsultasi dan atau rujukan.
Penerapannya :
1) Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, dan di Rumah Sakit.
2) Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan
wewenangnya.
3) Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
lebih lengkap.
2. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.
Penerapannya :
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang
diketahuinya kepada siapapun termasuk keluarganya.
Kode etik adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi
yang bersangkutan di dalam melaksanakantugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat.norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yang di atur di
dalamnya, yaitu berupa ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
di perbuat atau di laksanakan oleh anggota profesi, melainkan juga dalam menjalankan tugas
7
profesinya, serta menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di
dalam masyarakat.
Menurut pasal 1 ayat (3) UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang di
maksud dengan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
8
Tenaga kesehatan berdasarkan pasal 50 UU kesehatan adalah bertugas
menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan
atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Sedangkan mengenai ketentuan
mengenai kategori,jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan di tetapkan dengan peraturan
pemerintah republik indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
9
Besarnya dampak kesehatan dalam perkembangan nasional menuntut adanya
perhatian untuk kesehatan di nusantara. Gangguan kesehatan akan menimbulkan kerugian
ekonomi negara. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan Negara. Upaya peningkatan kesehatan tersebut harus berdasarkan pengetahuan
yang luas tentang kesehatan demi peningkatan kesejahteraan (kesehatan) masyarakat.
Mengingat Undang – Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (UU No. 23 tahun
1992 Tentang Kesehatan) yang sudah tidak mampu menghadapi perkembangan sistematik
dan dinamika kesehatan saat ini. Mendorong lahirnya UU No. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Pembentukan UU kesehatan terbaru tersebut juga demi pembentukan sebuah
peraturan perundang – undangan dan perwujudnyataan implementasi pasal 20, pasal 28H ayat
(1), dan pasal 34 ayat (3) UUD NRI 1945.
Sanksi penyimpangan kode etik bidan dalam berbagai aspek sebagai berikut:
1. Aspek Hukum
Dalam melakukan praktek kebidanan, seorang bidan berpedoman pada KEPMENKES
Nomor 900/MENKES/S/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Tugas dan
wewenang bidan terutama dalam bab V pasal 14 sampai dengan pasal 20, yang garis
besarnya berisi tentang bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan
keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai pedoman dan tata
cara dalam pelaksanaan profesi, sesuai dengan wewenang peraturan kebijaksanaan
yang ada, maka bidan harus senantiasa berpegang pada kode etik bidan yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
2. Aspek Etika
Kode etik dibuat oleh kelompok – kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan,
dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan
dengan peraturan yang ada di atasnya. Contoh kode etik profesi adalah kelompok
dokter yang memunyai kode etik kedokteran, dan untuk kelompok bidan memunyai
kode etik kebidanan. Dalam kode etik tersebut terdapat pengenaan sanksi apabila ada
pelanggaraan yang berupa sanksi administratif, seperti penurunan pangkat,
pencabutan izin atau penundaan gaji.
10
3. Aspek Agama
Semua agama melarang tindakan yang bias mengancam nyawa manusia bahkan
membunuh, karena pada dasarnya semua makhluk hidup (manusia) ciptaan Tuhan
memiliki hak untuk hidup, meskipun masih berada dalam kandungan.
11
. III. ETIKA PELAYANAN KEBIDANAN
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan .melalui
pemberian asuhan kebidanan yang esensial yang diberikan oleh bidan dalam
meningkatkan kehatan ibu dan anak balita yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan
keluarga sesuai kewenangannya. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan
masyarakat yang meliputi upaya-upaya sebagai berikut
Pelayanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu
serta bayinya.
12
- Pemberian tablet besi (90 tablet)
- Tes lab sederhana (Hb,Protein,urin) dan atau berdasarkan indikasi (HBs
Ag,
Siphilis, Malaria, HIV, TBC)
- Tata laksana kasus
- Temu Wicara ( konseling) termasuk P4K serta KB PP
b. Pelayanan persalinan normal
c. Pelayanan persalinan rujukan
d. Pelayanan nifas normal
e. Pelayanan nifas kolaborasi dengan tim kesehatan lain
f. Pelayanan nifas dengan rujukan
g. Pelayanan bayi baru lahir normal
h. Pelayanan bayi baru lahir kolaborasi dengan tim kesehatan lain
i. Pelayanan bayi baru lahir dengan rujukan
j. Pelayanan kesehatan reproduksi kolaborasi dan rujukan
k. Pelayanan Kebidanan yang Adil
Keadilan dalam memberikan pelayanan kebidanan adalah aspek yang
pokok dalam pelayanan kebidanan agar terlaksananya kegiatan
pelayanan kebidanan yang aman. Keadilan dalam pelayanan ini
dimulai dengan :
- Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai
- Keadaan sumberdaya kebidanan yang selalu siap untuk melayani
- Adanya penelitian untuk mengembangkan / meningkatkan pelayanan
- Adanya keterjangkauan ke tempat pelayanan
- Selanjutnya diikuti dengan sikap bidan yang tanggap dengan klien, sesuai
dengan
- kebutuhan klien dan tidak membedakan pelayanan kepada siapapun.
2. Metode Pemberian Pelayanan.
a. Pasien memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
- Semangat untuk melayani
- Simpati
- Empati
13
- Tulus ikhlas
- Memberikan kepuasan
b. Sebagai pemberi pelayanan bidan juga harus harus memperhatikan
hal hal seperti rasa aman, nyaman, menjaga privacy, melakukan
metode alamiah dan tepat sesuai kebutuhan.
c. Semua langkah pemberian pelayanan harus didokumentasikan
sebagai aspek legal dan informasi dalam asuhan kebidanan.
SOAL PERTEMUAN 2
14
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati dan Sri Rahayu Amri. 2011. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Pustaka
Refleksi:Makassar.
Haryani, reni, 2013, etikolegal dalam praktik kebidanan, jakarta: trans info media.
15
PERTEMUAN KE 6
Profesi bidan bukanlah profesi yang ringan dan tidak semua orang dapat menjadi bidan
profesional karena profesi seorang bidan mengemban tanggungjawab yang besar.
Profesionalisme, kerja keras, dan kesungguhan hati serta niat yang baik akan memberikan
kekuatan dan modal utama bagi pengabdian profesi bidan.
Pekerja profesional adalah pekerja yang terampil dan cakap dalam kerjasamanya
meskipun keterampilan atau kecakapan tersebut merupakan hasil minat dan belajar dari
kebiasaan.
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam
melakukan kegiatan. Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Standar Profesi Bidan merupakan rumusan
tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter
yang telah ditetapkan yaitu standar dalam pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
a. Standar kompetensi
b. Kode etik profesi
16
Standar Kompetensi Bidan yang disusun ini, merupakan penyempurnaan dari Standar
Kompetensi Bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Standar tersebut disusun berdasarkan body of knowledge, falsafah dan
paradigma pelayanan kebidanan serta pola hubungan kemitraan (partnership) Bidan dan
perempuan yang berfokus pada kebutuhan perempuan. Standar kompetensi ini memuat
standar kompetensi lulusan pendidikan profesi Bidan dengan sebutan Bidan dan lulusan
pendidikan Diploma III (tiga) Kebidanan denganm sebutan Ahli Madya Kebidanan.
Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan profesi
Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan pelayanan
kebidanan pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa
sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa
antara, pelayanan keluarga berencana, masa klimakterium, kesehatan reproduksi dan
seksualitas perempuan, serta keterampilan dasar praktik klinis kebidanan.
A. Area Kompetensi
Standar Kompetensi Bidan terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari
gambaran tugas, peran, dan fungsi Bidan. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya,
yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen
kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir
pendidikan.
17
5) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan,
6) Promosi kesehatan dan konseling, dan
7) Manajemen dan kepemimpinan.
Standar Kompetensi Bidan ini dilengkapi dengan daftar pokok bahasan, masalah, dan
keterampilan klinis. Fungsi utama ketiga rincian tersebut sebagai pedoman bidan melakukan
praktik kebidanan dan pedoman bagi institusi pendidikan kebidanan dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan kebidanan.
18
Skema Area Kompetensi Bidan
B. Komponen Kompetensi
1. Area Etik Legal dan Keselamatan Klien
a. Memiliki perilaku profesional.
b. Mematuhi aspek etik-legal dalam praktik kebidanan.
c. Menghargai hak dan privasi perempuan serta keluarganya.
d. Menjaga keselamatan klien dalam praktik kebidanan.
19
c. Menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
menunjang praktik kebidanan dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan
perempuan, keluarga, dan masyarakat.
20
c. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi
kesehatan reproduksi pada remaja perempuan.
d. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi
kesehatan reproduksi pada masa sebelum hamil.
e. Memiliki ketrampilan untuk memberikan pelayanan ANC komprehensif untuk
memaksimalkan, kesehatan Ibu hamil dan janin serta asuhan kegawatdaruratan
dan rujukan.
f. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas
pada ibu bersalin, kondisi gawat darurat dan rujukan.
g. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas
pada pasca keguguran, kondisi gawat darurat dan rujukan.
h. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas
pada ibu nifas, kondisi gawat darurat dan rujukan.
i. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas
pada masa antara.
j. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas
pada masa klimakterium.
k. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas
pada pelayanan Keluarga Berencana.
l. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas
pada pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
m. Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar praktik klinis kebidanan.
21
7. Area Manajemen dan Kepemimpinan
a. Memiliki pengetahuan tentang konsep kepemimpinan dan pengelolaan sumber
daya kebidanan.
b. Memiliki kemampuan melakukan analisis faktor yang mempengaruhi kebijakan
dan strategi pelayanan kebidanan pada perempuan, bayi, dan anak.
c. Mampu menjadi role model dan agen perubahan di masyarakat khususnya
dalam kesehatan reproduksi perempuan dan anak.
d. Memiliki kemampuan menjalin jejaring lintas program dan lintas sektor.
e. Mampu menerapkan Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan.
Standar Kompetensi Bidan yang disusun ini, merupakan penyempurnaan dari Standar
Kompetensi Bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan yang tertuang dalam :
Kode etik bidan indonesia pertama kali di susun tahun 1986 dan juga disahkan oleh
Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, kemudian disempurnakan dan di
sahkan pada tahun 1998 oleh Kongres Nasional IBI ke XII. Kode etik bidan indonesia
mengandung kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah dan tujuan bab.
22
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsadan tanah air ( 2 butir)
7. Penutup (1 butir)
Lulusan Bidan mampu menguasai pengetahuan teoritis yang mendukung kompetensi bidan
sehingga dapat menjelaskan kepada klien dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi
lainnya tentang prinsip, tujuan, tata cara dan risiko yang mungkin timbul dalam Pelayanan
Kesehatan.
Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan
belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
23
Lulusan Bidan menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan klinis kebidanan dengan
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan
langsung pada klien/masyarakat.
Lulusan Bidan mampu melaksanakan keterampilan klinis Kebidanan di bawah supervisi atau
kolaborasi dalam tim, dan merujuk untuk tindakan lebih lanjut. Pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured Clinical Examination
(OSCE) atau Objective Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).
Lulusan Bidan mampu melaksanakan keterampilan klinis kebidanan secara mandiri dan
tuntas. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio,
logbook, dan sebagainya.
Keterampilan yang dimiliki oleh Bidan dan Ahli Madya Kebidanan, beberapa
keterampilan klinis yang fisiologis sama, sehingga lulusan profesi bidan maupun ahli madya
kebidanan dapat melaksanakan Praktik Kebidanan esensial secara mandiri di Tempat Praktik
Mandiri Bidan terhitung SEBELUM Undang-undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan diundangkan sampai dengan 7 (tujuh) tahun setelah Undang-Undang tersebut
diundangkan.
24
2. Setelah tahun 2026
Keterampilan yang harus dimiliki oleh Bidan dan ahli madya kebidanan dibedakan
sehingga PRAKTIK KEBIDANAN SECARA MANDIRI hanya dapat dilakukan oleh
LULUSAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN di Tempat Praktik Mandiri Bidan terhitung
7 (tujuh) tahun setelah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
diundangkan.
25
SOAL PERTEMUAN KE 6
26
DAFTAR PUSTAKA
Ardhina nugraheni, 2018, pengantar ilmu kebidanan dan standar profesi Kebidanan,
yogyakarta : healthy
Dwienda ristica, octa & juliarti, widya, 2014, prinsip etika dan moralitas
27
PERTEMUAN KE 11
MANAJEMEN KONFLIK
A. Pengertian Konflik
Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik
sebenarnya merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau
fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap
sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung
bagaimana cara mengelolanya. Konflik berasal dari kata kerja Latin “configure” yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
B. Penyebab Konflik
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebabsebagai berikut :
28
Konflik bisa jadi merupakan sumber energy dan kreaktivitas yang positif apabila
dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :
a. Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan
tanggung jawab mereka
b. Memberikan saluran baru untuk komunikasi
c. Menumbuhkan semangat baru pada staf
d. Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi
e. Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi
Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak
pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan maupun
kelompok, berupa penolakan, resistesi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan
mungkin muncul luapan destruktif, berupa demonstrasi.
D. Kategori Konflik
Konflik dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan masalah
internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi. Hal ini sering
dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran.
2. Interpersonal
Konflik yang terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai, tujuan, dan
keyakinan mereka berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara
konstamberinteraksi dengan orang lain sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan.
3. Intergroup (Antar kelompok)
Konflik yang terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang, departemen atau
organisasi. Sumber jenis konflik ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan
otoritas (kualitas jasa layanan), keterbatasan prasarana.
E. Proses Konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain :
a. Konflik laten
29
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus ( laten) dalam suatu organisasi,
misalnya kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat. Kondisi tersebut
memicu pada ketidakstabilan suatu organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik
yang ada kadang tidak tampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
d. Resolusi konflik
Resolusi konfik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan orang
yang terlibat di dalam nya dengan prinsip “ win-win solution”
Konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesikan nya konflik yang pertama.
Konflik ini akan menjadi masalah besar jika tidak segera diatasi atau dikurangi penyebab
dari konflik yang sama.
A. Pengelolaan konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
30
3. Komunikasi : suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang
terapeutik dan kondusif. suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk
menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam
kegiatan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4. Mendengarkan secara aktif : mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk
mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer bidan telah
memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan
para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan
C. Penyelesaian konflik
Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelsaikan suatu konflik meliputi :
1. Pengkajian.
a. Analisa situasi : menentukan waktu yang diperlukan, Siapa yang terlibat dan perannya
masing – masing. Tentukan jika situasinya dapat berubah.
b. Analisa dan mematikan isu yang berkembang : jelaskan masalah dan prioritas
fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama , dan hindari penyelesaian semua
masalah dalam satu waktu.
c. Menyusun tujuan : jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai
2. Identifikasi
Mengelola perasaan : hindari respon emosional : marah. Dimana setiap orang
mempunyai respon yang berbeda – beda terhadap ekspresi, tindakan dan kata – kata.
1. Intervensi
31
a. Masuk pada konflik
b. Diyakini dapat diselesaikan dengan baik
c. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerluka strategi berbeda – beda . Seleksi metode paling sesuai untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi
32
5. Memantau sudut pandang dari sebuah individu yang terlibat
6. Mengembangkan dan menguraikan solusi
7. Memilih solusi dan melakukan tindakan
8. Merncanakan pelaksanaan nya
SOAL PERTEMUAN KE 11
1).Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat
dikarenakan adanya...
a. perbedaan kekuasaan
c. perbedaan pendidikan
d. perbedaan intelektual
e. perbedaan budaya
2).Tokoh yang pertama kali memperkenalkan istilah Sosiologi konflik dalam America
Journal of Sociology tahun 1903 adalah…
a. Ibnu Khaldun
b. Karl Marx
c. Emile Durkheim
d. Max Weber
e. George Simmel
33
DAFTAR PUSTAKA
34