Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TENTANG

OBAT – OBAT HORMONAL YANG BISA DIBERIKAN OLEH


BIDAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH
NAMA : ADE APRILIA
NIM : PO.71.24.3.20.060
TINGKAT : IIB

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
2022
A.PENGERTIAN

1. Methylergometrine
Methylergometrine adalah salah satu uterotonik paling kuat. Ia beker ja dengan
cara mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus menerus sehingga
memperpendek kala 3, menstimulasi otot polos terutama pembuluh darah
perifer, dan menstimulasi vasokontriksi pembuluh darah sehingga tekanan
darah naik. Beberapa penelitian telah membuktikan efikasi methylergometrine
untuk pencegahan perdarahan post‐partum, terutama untuk kala 3.
 Nama Generik
Metil ErgometrinMaleat
 NamaKimia
Methylergometrina Maleat/Methylergonovine Maleat
 Nama dagang:
Methergin (Sandoz)
Metilat (Metiska Far me)
Methovin (KimiaFarma)
 Struktur Kimia
C20h25n3o2.C4h4o4
 Keterangan
Larutan Dalam Air 0,02 % Mempunyai Ph : 4,4-5,2.
 SifatFisikokimia
Serbuk Mikrokristal Putih-Merah Muda, Tidak Berbau. Kelarutan Dalam
Air 1:100, Dalam Alkohol1:175.
 Sub KelasTerapi
Oksitoksik Dan Relaksan Uterus
 Farmakodinamik
Pada kondisi penyakit yang melibatkan uterus, methylergometrine lebih
dipilih dibanding ergometrine. Obat ini bekerja dengan meningkatkan
kekuatan/tonus, frekuensi dan durasi/amplitudo kontraksi uterus pada semua
segmen uterus serta mempertahankan kontraksi otot rahim sehingga terjadi
kompresi pembuluh darah dan membuat perdarahan terhenti. Efek
uterotonika terjadi karena obat merupakan agonis parsial serotonin,
agonis α-adrenoseptor dan bersifat antagonis terhadap reseptor D1 dopamin.
Walaupun bekerja lebih poten di uterus, methylergometrine juga
berpengaruh pada otot polos vaskular di organ lain misalnya sistem
kardiovaskular, susunan saraf pusat dan juga pada saluran cerna.
Efek Obat pada Sistem Kardiovaskular
Methylergometrine memiliki efek vasokonstriktor lemah dengan
perangsangan reseptor adrenergik dan serotonergik serta menghambat
pelepasan EDRF/Endothelium-Derived Relaxing Factor sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah dan kerusakan endotel.
Efek Obat pada Susunan Saraf Pusat
Efek obat di susunan saraf pusat merupakan hasil interaksi agonis/antagonis
terhadap reseptor adrenergik, stimulasi agonis parsial
serotonergik/triptaminergik di umbilikus dan pembuluh darah plasenta serta
efek antagonis dopaminergik di otak.
Efek Obat pada Saluran Cerna
Efek methylergometrine di saluran cerna adalah peningkatan gerak
peristaltik akibat perangsangan otot polos saluran cerna
 Farmakokinetik
Farmakokinetik methylergometrine berupa absorpsi yang cepat secara oral
dengan onset 5-15 menit, metabolisme di hati, serta eliminasi terutama
melalui urine.
1. Absorpsi
Setelah administrasi oral, methylergometrine cepat diabsorpsi dengan
bioavailabilitas yang mencapai 60%. Bioavailabilitas lebih tinggi
berkisar 78% jika obat diberikan via intramuskular. Methylergometrine
akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma dalam waktu 60-90
menit, dengan waktu paruhnya dalam plasma berkisar 0,5-2 jam. Onset
dan durasi kerja bervariasi bergantung rute pemberian obat. Efek obat
setelah pada pemberian oral akan muncul dalam waktu 5-15 menit, via
intramuskular obat akan berefek dalam waktu 2-5 menit sedangkan jika
disuntikkan secara intravena efeknya akan langsung terjadi < 1 menit.
Durasi kerja obat pada pemberian secara oral dan intramuskular sama-
sama berada pada kisaran 45 menit, namun efeknya bertahan lebih lama
hingga 3 jam jika obat diinjeksikan secara intravena.
2. Distribusi
Distribusi methylergometrine paling banyak terdapat di plasma dan
jaringan ekstraseluler, tetapi cepat terdistribusi ke dalam jaringan lain.
3. Metabolisme
Methylergometrine dimetabolisme di hati melalui metabolisme lintas
pertama/first-pass metabolisme.
4. Eliminasi
Eliminasi methylergometrine terutama terjadi di ginjal melalui urine,
namun sebagian kecil akan dieliminasi melalui feses.
 StabilitasPenyimpanan
Simpan dalam wadah kedap udara pada temperatur ≤ 80C dan terhindar dari
cahaya.
 Indikasi
Mengontrol perdarahan pasca persalinan dan pasca abortus yang disebabkan
oleh atonia uteri, penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran,
perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi uterus, lokiometra
(pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim), sectio Caesarea, atau
persalinan dengantindakan.
 MekanismeKerja
Merangsang otot polos uterus → frekuensi & daya kontraksi meningkat
Menstimulasi otot polos pembuluh darah perifer & rahim →vasokonstriksi
 Kontra Indikasi
Wanita hamil, persalinan Kala I & II, hipertensi, eklamsia, penyakit jantung,
penyakit sumbatan pembuluh darah, sepsis, hipersensitifitas, gangguan
fungsi hati atau ginjal.
 Peringatan
Obat ini hanya diberikan bila persalinan sudah terjadi. Jangan diberikan bila
bayi masih berada dalam kandungan karena kontraksi yang terjadi dapat
mengganggu kondisi janin. Dapat menurunkan konsentrasi prolaktin dalam
peredaran darah sehingga dipertimbangkan pemberiannya pada ibu yang
akan menyusui
 EfekSamping
Mual, muntah, nyeri perut, gangguan saluran pencernaan, berkeringat,
pusing, sakit kepala, erupsi kulit.
Jarang : hipertensi, bradikardia atau takhikardia, nyeri dada, reaksi
vasospastik perifer.
Sangat jarang : reaksi anafilaktik.
 Sediaan
Injeksi 0,2 mg/ml → Ampul 1 ml → IV mula kerja 40 detik, IM mula kerja
7-8 menit
Tablet oral 0,125 mg → mula kerja 10 menit
 Dosis
1. Pencegahan dan pengobatan perdarahan pasca persalinan dan pasca
abortus yang disebabkan oleh atonia uteri. Dosis awal diberikan 0,2 mg
methylergometrine maleate secara IM, biasanya efek kontraksi uterus
terjadi 3-5 menit setelah pemberian. Pemberian secara IM dapat diulang
setelah 2-4 jam, lalu terapi dilanjutkan per oral dengan dosis 0,125 mg
methylergometrine maleate 3-4 kali per hari selama 2-7 hari. Penurunan
dosis dapat dilakukan untuk mengatasi uterus yang kram (kejang). Pada
keadaan darurat, misalnya syok, methylergometrine maleate dapat
diberikan IV secara lambat dengan memonitor tekanan darah dannadi.
2. Untuk pengobatan subinvolusi uterus, dosis awal dapat diberikan secara
IM maupun per oral tergantung keadaan pasien, dan dilanjutkan dengan
pemberian per oral selama 2 sampai 7hari.
3. Memperpendek kala III (diberikan setelah bahu depan janin lahir).
Diberikan jika sudah dipastikan bahwa kehamilan dengan janin tunggal,
dan diberikan secara IM dengan dosis 0,2 mg methylergometrine maleate
setelah bahu depan janinlahir.
4. Sectio Caesarea, atau persalinan dengan tindakan. Setelah bayi
dikeluarkan secara ekstraksi diberikan methylergometrine maleate 1 mL
secara IM atau 0,5 ml-1 ml secaraIV.
 Interaksi ObatMethylergometerine
Makrolid, protease HIV atau penghambat transkiptase, anti jamur azole,
vasokonstriktor lain atau alkaloid ergot, bromokriptin, anestesi. Obat
tersebut dapat menurunkan efektivitas methergin dan dapat meningkatkan
resiko efek sampingmethergin
 PemberianMethergin
PO : 0,2-0,4 mg, setiap 6-12 jam maksimum 1 minggu
IM : 0,2 mg setelah melahirkan bahu anterior, setelah melahirkan plasenta
atau post partum, ulangi setiap 2-4 jam, dosis dapat diberikan setelah
parenteral.
IV : sama seperti IM tetapi perlahan-lahan selama 1 menit dengan
pemantuan TD yang hati-hati.

2. Oksitosin(Syntosinon)
Oksitosin adalah hormon yang disekresikan oleh lobus posterior kelenjar
hipofisis dan menimbulkan stimulasi (yaitu, kontraksi) pada miometrium uteri.
Oksitosin juga menyebabkan ejeksi ASI dari alveoli mammae ke dalam duktus
laktiferus pada saat bayi menyusu. Oksitosin sintetik (Syntocinon) dapat
disuntikan secara intravena untuk menginduksi atau menguatkan persalinan
atau secara intramuskuler atau intravena untuk menimbulkan kontraksi otot
rahim sesudah plasenta dilahirkan dan untuk mengendalikan perdarahan
postpartum. Oksitosin sintetik dapat pula digabungkan dengan ergometron
untuk memproduksi syntometrine (Tiran, 2006). Oksitosin (Syntocinon) dibuat
untuk reproduksi bangunan dan kerja hormon yang alami. Sekresi oksitosin
endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik yang negatif.
Sintosinon artifisial tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus
(Jordan,2004).
 Nama generik:
Oxytocin (Pitocin, Syntocinon)
 Nama paten:
Piton S.
Syntocinon
Hypophysin
Piroglando
 Farmakokinetik (absorbsi, distribusi, biotransformasi/metabolisme,
ekskresi/eliminasi)
Oksitosin memberikan hasil baik pada pemberian parenteral. Oksitosin
diabsorpsi dengan cepat melalui mukosa mulut dan bukal, sehingga
memungkinkan oksitosin diberikan sebagai tablet isap. Oksitosin tidak dapat
diberikan per oral karena akan dirusak lambung dan usus. Cara pemberian
nasal atau tablet isapdicadangkan untuk penggunaan pasca persalinan.
Waktu paruh oksitosin sangat singkat antara 3-5 menit (Syarif dan Muchtar,
2012). Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menitsesudah
pemberiannya (Clayworth, 2000). Oksitosin dengan cepat dieliminasi lewat
hati, ginjal, dan enzim plasenta. Oksitosin akan dimetabolisasi dengan cepat
dan diekskresikan dalam hati (Kee dan Hayes, 1996).
 Farmakodinamik (mekanisme kerja, efek sampingobat,)
1. MekanismeKerja
Awitan kerja dari oksitosin yang diberikan secara intramuskular timbul
3-5 menit, waktu untuk mencapai puncak konsentrasi belum diketahui
dan lama kerjanya adalah 2-3 jam. Awitan kerja dari oksitosin yang
diberikan secara intravena terjadi segera, waktu untuk mencapai puncak
konsentrasiya tidak diketahui dan lama kerjanya adalah 20 menit. Obat
diberikan secara intravena untuk mengiduksi kehamilan atau
mempercepatpersalinan.
Kerja Oksitosin yang lain meliputi : kontraksi tuba uterine untuk
membantu pengangkutan sperma, peranan neurotransmitter yang lain
dalam sistem saraf pusat. Oksitosin disintesiskan dalam hipotalamus,
kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Mulai dari usia kehamilan 32
minggu dan selanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian pula
aktivitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya (Hirst etal,1993)
2. EfekSamping
Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan
berambah sehingga dapat menimbulkan efek samping yang potensial
berbahaya. Efek samping tersebut yaitu stimulasi berlebih pada uterus,
kontraksi pembuluh darah tali pusat, kerja antidiuretika, kerja pada
pembuluh darah (kontraksi dan dilatasi), mual, reaksi hipersensitivitas
(Jordan, 2004).
 Indikasi
Sebagai stimulan uterus pada :
Induksi partus aterm.
Inertia uteri (atonia uteri) atau hipotoni uteri.
Perdarahan post-partum.
Abortus inkompletus kehamilan setelah 20 minggu.
 Kontraindikasi
Toksemia, disproporsi sevalopelvik, distres janin, hipersensitivitas,
persalinan nonvaginal yang telah diantisipasi, kehamilan (intranasal),
Disproporsi sefalopelvik, Malpresentasi, Plasenta previa, Jaringan ikat pada
uterus akibat sectio caesarea.
 Interaksi obat (makan minum,polypharmacy)
Jika oksitosin diberikan bersama preparat vasokonstriktor lainnya, maka
akan terdapat bahaya peningkat TD yang dapat menyebabkan serangan
stroke. Keadaan ini dapat terjadi jika adrenalin (epinefrin) ditambahkan
dengan obat anestesi lokal. Estrogen akan memperkuat kontraksi uterus oleh
oksitosin. Progestin akan melemahkan kontraksi uterus oleh oksitosin.
 Dosis
Injeksi intravena:
Induksi partus : mula-mula 0.5 miliunit/menit; dapat ditambah 1 – 2
miliunit/menit tiap 30 – 40 menit sampai kontraksi uterus optimal (3 – 4 kali
kontraksi tiap 10 menit).
Induksi partus aterm : 8 – 10 miliunit/menit sudah cukup.
Infus : Mencegah atoni atau perdarahan post-partum : 20 – 40 miliunit/mL
dalam larutan elektrolit dengan kecepatan 40 miliunit/menit.
 Sediaan
a. Larutan injeksi 10miliunit/mL
b. Ampul 1mL.
 CaraPemberian
IM: mula = 3 – 5 menit.
P = TD
L = 2 – 3 jam
IV: mula = segera.
P = TD
L = 1 jam
IN: mula = beberapa menit.
P = TD
L = 20 menit

3. Misoprostol
Misoprostol adalah obat yang digunakan untuk pencegahan ulkus gaster akibat
obat antiinflamasi non steroid, untuk kematian janin dalam kandungan,
mengeluarkan konsepsi pada abortus dini serta saat ini banyak digunakan
sebagai induksipersalinan.
 Merk dagang yang beredar diIndonesia:
Prosomed, Neoprost, Mipros, Inflesco, Proster, Gastrul, Cytostol, Noprostol.
 Farmakodinamik
Misoprostol (15-deoxy-16-hydroxy-16-methyl PGE1) merupakan analog
sintetik prostaglandin E1. Misoprostol memiliki struktur yang berbeda
dengan prostaglandin E dengan adanya metal ester pada C-1, grup metal
pada C-16, dan grup hidroksil pada C-16.
Misoprostol memiliki efek melindungi mukosa lambung dan duodenum
dengan cara:
Menstimulasi langsung reseptor prostaglandin E1 pada sel parietal gaster
yang menyebabkan inhibisi sekresi asam lambung basal dan nocturnal
Meningkatkan produksi bikarbonat dan mucus yang umumnya berkurang
akibat penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Menyebabkan edema mukosa dan submukosa yang menyebabkan penebalan
lapisan mukosa sehingga dapat mengurangi aliran balik ion hidrogen.
Meningkatkan regulasi aliran darah mukosa sehingga meningkatkan efek
mukosa dalam produksi sel baru.
Selain itu, pengikatan misoprostol pada reseptor prostaglandin di sel
miometrium dapat menyebabkan kontraksi uterus. Misoprostol juga dapat
mengikat secara selektif terhadap reseptor prostanoid EP-2/EP-3 sehingga
meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus yang menyebabkan
dilatasi serviks.
 Farmakokinetik
Farmakokinetik misoprostol sangat beragam tergantung rute penggunaan
obat. Sebelumnya misoprostol hanya untuk rute oral, namun di bidang
obstetric misoprostol dapat digunakan melalui rute vagina, sublingual,
bukal, dan rektal.
1. Ruteoral
Penggunaan misoprostol per oral umumnya sangat cepat dan hampir
seluruhnya diabsorpsi pada traktus gastrointestinal. Obat akan mengalami
de-esterifikasi secara cepat menjadi asam bebas yang aktif. Ikatan protein
plasma asam misoprostol adalah di bawah 90% dan obat ini
bersifatconcentration-independent.
Level plasma pada penggunaan misoprostol 400 ìg secara cepat
meningkat dan mencapai puncak (Tmax) sekitar 30 menit dan berkurang
secara cepat juga selama 120 menit. Konsentrasi puncak misoprostol rute
oral adalah 287,6 pg/mL. Konsentrasi maksimum misoprostol dalam
plasma akan berkurang ketika obat diberikan bersamaan dengan
makanan.
Misoprostol akan diekskresi dalam bentuk metabolit asam dinor dan
tetranor kebanyakan melalui urin dan sedikit dalam feses. Selain itu,
misoprostol juga diekskresi melalui air susu ibu (ASI) pada ibu yang
menyusui dalam waktu 1 jam sebesar 7,6 pg/mL setelah pemberian obat
dan akan berkurang < 1 pg/mL dalam waktu 5 jam setelah pemberian
obat.
2. Rute Vagina
Penggunaan misoprostol per vagina telah ditemukan lebih efektif
dibandingkan per oral untuk abortus dengan indikasi medis. Setelah
pemberian melalui rute vagina, konsentrasi misoprostol dalam plasma
akan meningkat secara gradual sampai mencapai level maksimum dalam
waktu 70 – 80 menit dan masih terdeteksi di plasma selama 6 jam.
Konsentrasi puncak plasma misoprostol per vagina lebih rendah
dibandingkan per oral, yaitu 125,2 pg/mL. Akan tetapi, area under the
curve (AUC) lebih tinggi pada pemberian per vagina, sehingga
misoprostol per vagina lebih disarankan pada indikasi aborsi medis
dibandingkan per oral.
3. Rute Sublingual
Misoprostol tablet dapat larut ketika diberikan di bawah lidah selama 20
menit. Konsentrasi plasma tertinggi misoprostol rute sublingual dapat
dicapai dalam 30 menit. Konsentrasi puncak misoprostol rute sublingual
merupakan yang tertinggi dibandingkan pemberian rute lainnya, yaitu
sebesar 574,8 pg/mL. Misoprostol tablet rute sublingual memiliki onset
aksi yang hampir mirip dengan rute oral dan lebih cepat dibandingkan
dengan rute vagina. Hal ini dikarenakan cepatnya absorpsi obat melalui
mukosa sublingual dan metabolisme obat yang tidak melewati
metabolisme di hati. Area under the curve (AUC) misoprostol rute
sublingual ditemukan hampir sama dengan rute oral, yaitu 54% dan 58%.
4. RuteBukal
Misoprostol rute bukal merupakan pemberian obat yang diberikan
diantara bagian gigi dan pipi untuk diabsorpsi oleh mukosa bukal. Level
misoprostol pada plasma mencapai puncak selama kurang lebih 75 menit,
menyerupai Tmax rute vagina. Akan tetapi, AUC rute bukal hanya
setengah dari rute vagina
5. RuteRektal
Rute rektal umumnya memiliki rerata Tmax sekitar 40 – 65 menit. Area
under the curve (AUC) misoprostol rute rektal ditemukan hanya 1/3
dibandingkan dengan rute vagina.
 Dosis dan Aturan PakaiMisoprostol
Misoprostol hanya boleh diberikan oleh dokter. Berikut adalah dosis
misoprostol untuk orang dewasa berdasarkan tujuan penggunaannya:
Tujuan: Mengobati tukak lambung atau ulkus duodenum yang berkaitan
dengan penggunaanOAINS
Dosisnya 0,8 mg, yang di bagi ke dalam 2–4 kali pemberian, selama 4
minggu. Jika diperlukan, pengobatan dapat dilanjutkan hingga 8 minggu.
Tujuan: Mencegah tukak lambung atau ulkus duodenum akibat penggunaan
OAINS
Dosisnya 0,2 mg, 2–4 kali sehari. Jika muncul efek samping, dosis dapat
dikurangi menjadi 0,1 mg, 4 kali sehari.
Selain itu, misoprostol dapat diberikan oleh dokter membantu persalinan.
Dosis dan cara penggunaan misoprostol untuk tujuan ini akan disesuaikan
dengan kondisi pasien.
 Cara Mengonsumsi Misoprostol denganBenar
Ikuti saran dan ajuran dokter selama Anda menjalani pengobatan dengan
misoprostol. Jangan menambah dosis, mengurangi dosis, atau menghentikan
pengobatan tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Konsumsi misoprostol tablet setelah makan dan menjelang tidur. Jika lupa
mengonsumsi misoprostol, segera minum obat ini bila belum mendekati
jadwal konsumsi obat berikutnya. Jika sudah mendekati, abaikan dosis yang
terlewat dan jangan menggandakan dosis.
Obat ini dapat menimbulkan mual, kram perut ataupun diare pada minggu
pertama pemakaian. Bila gejala tersebut tidak kunjung hilang setelah 8 hari
menggunakan misoprostol, konsultasikan kembali dengan dokter.
Simpan misoprostol pada suhu ruangan dan di dalam wadah tertutup untuk
menghindari paparan sinar matahari langsung, serta jauhkan dari jangkauan
anak-anak.
 Interaksi Misoprostol dengan ObatLain
Berikut ini adalah sejumlah efek interaksi yang dapat terjadi jika
misoprostol digunakan bersama obatlain:
Peningkatan risiko terjadinya efek samping berupa diare jika dikonsumsi
dengan obat antasida yang mengandung magnesium
Peningkatan risiko terjadinya kontraksi otot rahim jika dikonsumsi dengan
obat oksitoksin atau obat untuk induksi persalinan lainnya
Peningkatan risiko terjadinya kram perut atau perdarahan jika digunakan
dengan dinoprostone topikal
Penurunan efektivitas misoprostol jika digunakan dengan quinapril
 Efek Samping dan BahayaMisoprostol
Beberapa efek samping yang dapat timbul setelah mengonsumsi misoprostol
adalah:
1. Diare
2. Kram perut atau sakitperut
3. Perut kembung atau buang anginberlebihan
4. Rasa panas dan terbakar di dada(heartburn)
5. Mual ataumuntah

Sumber
Albertus, A. (t.thn.). Farmakologi Misoprostol. Dipetik Mei 20, 2022, dari
https://www.alomedika.com/obat/obat-yang-bekerja-pada-uterus/u
terotonika/misoprostol/farmakologi
AW, G. A. (t.thn.). MISOPROSTOL UNTUK INDUKSI PERSALINAN PADA
KEHAMILAN ATERM. Dipetik Mei 20, 2022, dari
file:///C:/Users/Acer/Downloads/7715-1-13490-1-10-20140103.pdf
Fransiska, E. (t.thn.). METIL ERGOMETRIN MALEAT. Dipetik Mei 20, 2022,
dari
https://www.academia.edu/29202737/METIL_ERGOMETRIN_MALEAT
Lubis, P. N. (t.thn.). Farmakologi Methylergometrine. Dipetik Mei 20, 2022,
dari https://www.alomedika.com/obat/obat-yang-bekerja-
pada-uterus/uterotonika/methylergometrine/farmakologi
Nurmala, D. (2016). Makalah Obat dalam Persalinan (Lidokain, Methergin,
Oksitosin). Dipetik Mei 20, 2022, dari
https://www.academia.edu/28986181/Makalah_Obat_dalam_Persalinan_Li
dokain_Methergin_Oksitosin_docx
Pane, M. D. (2021, September 30). Misoprostol. Dipetik Mei 20, 2022, dari
https://www.alodokter.com/misoprostol

Anda mungkin juga menyukai