Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH FARMAKOLOGI

UTEROTONIK DAN ANTI PERDARAHAN

Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep, Ns.M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 14
1. Ilmi Dika Wahyu RosantiP27820721015 (Reg A)
2. Putri Eka Nur FadilahP27820721029 (Reg A)
3. Wahyu Fajar Febriana Musdhalifah P27820721085 ( Reg B )
4. Hilza Natasya HaqP27820721101 (Reg C)
5. Santa Vanessa Ompusunggu P27820721118 (Reg C)

TINGKAT 1 SEMESTER 2
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukurkehadirat Allah SWT., yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga dalam kehidupan kita dapat berkarya serta
melaksanakan tugas dan kewajiban di bidang masing-masing. Semoga kita semua selalu
mendapat petunjuk dan perlindungan-Nya. Sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah,
yang berjudul Uterotonik dan Anti Perdarahan yang merupakan salah satu bagian dari
kurikulum yang ada pada mata kuliah Farmakologi , Program Studi Sarjana Terapan
Keperawatan Pendidikan Profesi Ners, Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan
KementerianKesehatan Surabaya, dengan baik.
Terima kasih saya ucapkan kepada yang terhormat.....selaku pembimbing materi dalam
pembuatan makalah Farmakologi Uterotonik dan Anti Perdarahan ini, serta kepada semua
pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu.
Makalah Farmakologi Uterotonik dan Anti Perdarahan ini tentunya masih belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun. Penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak dalam kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Farmakologi.

Surabaya, 21 Januri 2022

Kelompok 14
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu
penyebab kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita
Indonesia.Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang riskan karena
sangat erat dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila terjadi
kesalahan walau hanya sedikit saja.Untuk pencegahan perdarahan pascapersalinan
saat ini setiap petugas kesehatan dituntut harus melaksanankan asuhan persalinan
normal dengan salah satu terobosan adalah penatalaksanaan aktif kala tiga dimana
penggunaan uterotonika secara tepat guna harus diterapkan. Obat merupakan salah
satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat lepas begitu saja
tanpa keberadaan obat.
A. Uterotonika
Uterotonik adalah zat yang dapat meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik
banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus
inkompletikus dan penanganan aktif pada saat persalinan.
B. Anti Kehamilan
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis merupakan proses
penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat
haemostatik (Koagulansia) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan 23
pendarahan. Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu, hemostatik serap dan
hemostatik sistemik.
BAB II
MEKANISME / CARA KERJA
1. Methylergometrine
Methylergometrine bekerja dengan cara menstimulasi otot polos rahim dan
vaskular agar dapat berkontraksi, sehingga perdarahan dapat berkurang.
Methylergometrine secara farmakologi bekerja sebagai uterotonika untuk
menghentikan perdarahan dengan cara mempertahankan kontraksi otot rahim.
Methylergometrine dapat diberikan secara intravena, intramus cular, atau oral, dengan
dosis sesuai anjuran dokter.
Farmakokinetik methylergometrine berupa absorpsi yang cepat secara oral dengan
onset 5-15 menit, metabolisme di hati, serta eliminasi terutama melalui urine.
Absorpsi
Setelah administrasi oral, methylergometrine  cepat diabsorpsi dengan
bioavailabilitas yang mencapai 60%. Bioavailabilitas lebih tinggi berkisar 78% jika
obat diberikan via intramuskular. Methylergometrine  akan mencapai konsentrasi
puncak dalam plasma dalam waktu 60-90 menit, dengan waktu paruhnya dalam
plasma berkisar 0,5-2 jam. Onset dan durasi kerja bervariasi bergantung rute
pemberian obat. Efek obat setelah pada pemberian oral akan muncul dalam waktu 5-
15 menit, via intramuskular obat akan berefek dalam waktu 2-5 menit sedangkan jika
disuntikkan secara intravena efeknya akan langsung terjadi < 1 menit. Durasi kerja
obat pada pemberian secara oral dan intramuskular sama-sama berada pada kisaran 45
menit, namun efeknya bertahan lebih lama hingga 3 jam jika obat diinjeksikan secara
intravena. [1,3-6,14-16]
Distribusi
Distribusi methylergometrine paling banyak terdapat di plasma dan jaringan
ekstraseluler, tetapi cepat terdistribusi ke dalam jaringan lain. [4,8,16]
Metabolisme
Methylergometrine  dimetabolisme di hati melalui metabolisme lintas
pertama/first-pass metabolisme. [1,3-6,8,16]
Eliminasi
Eliminasi methylergometrine  terutama terjadi di ginjal melalui urine, namun
sebagian kecil akan dieliminasi melalui feses. [1,3,5,8,16]
2. Ergometrine

Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan kontraksi uterus (rahim) yang dapat
mengurangi kehabisan darah setelah persalinan. Obat ini juga menyebabkan penyempitan
pembuluh darah bagian tepi dan otak. Obat ergometrine tersedia dalam bentuk injelsi
suntik di bawah kulit.
Dosis pemberian ergometrine injeksi intravena yaitu 250 – 500 mikrogram (mcg).
Deskripsi: Oksitosin, hormon nonapeptida siklik, disekresikan oleh hipotalamus dan
disimpan di lobus posterior kelenjar pituitari, merangsang kontraksi uterus berirama. 
Ergometrine, alkaloid ergot, menghasilkan kontraksi uterus yang lebih intens dan lebih lama
dibandingkan dengan oksitosin. 
Onset: Oksitosin: IV: Segera
IM: 3-5 menit. 
Ergometrine: IV: segera
IM: 2-7 menit.
Durasi: Oksitosin: IV: Dalam 1 jam; 
IM: 2-3 jam. 
Ergometrine IV: 45 menit
IM ≥3 jam.
Farmakokinetik:
Absorpsi: Ergometrine: Diserap cepat ssdh inj IM.
Distribusi:Oksitosin: Didistribusikan ke seluruh cairan ekstraseluler dengan jumlah kecil
yang memasuki sirkulasi janin.
Metabolisme: Oksitosin: Dimetabolisme dengan cepat oleh hati, ginjal, dan oksitosinase
(enzim yang bersirkulasi yang diproduksi selama kehamilan); 
waktu paruh plasma: 3-5 menit. 
Ergometrine: Menjalani metabolisme hati.
Ekskresi: Oksitosin: Sejumlah kecil dikeluarkan tanpa perubahan dalam urin.
BAB III
FARMAKOKINETIK
A. Absorpsi
Setelah administrasi oral, methylergometrine  cepat diabsorpsi dengan bioavailabilitas
yang mencapai 60%. Bioavailabilitas lebih tinggi berkisar 78% jika obat diberikan via
intramuskular. Methylergometrine  akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma
dalam waktu 60-90 menit, dengan waktu paruhnya dalam plasma berkisar 0,5-2 jam.
Onset dan durasi kerja bervariasi bergantung rute pemberian obat. Efek obat setelah pada
pemberian oral akan muncul dalam waktu 5-15 menit, via intramuskular obat akan
berefek dalam waktu 2-5 menit sedangkan jika disuntikkan secara intravena efeknya
akan langsung terjadi < 1 menit. Durasi kerja obat pada pemberian secara oral dan
intramuskular sama-sama berada pada kisaran 45 menit, namun efeknya bertahan lebih
lama hingga 3 jam jika obat diinjeksikan secara intravena.
B. Distribusi
Distribusi methylergometrine paling banyak terdapat di plasma dan jaringan
ekstraseluler, tetapi cepat terdistribusi ke dalam jaringan lain.

C. Metabolisme
Methylergometrine  dimetabolisme di hati melalui metabolisme lintas pertama/first-pass
metabolisme.

D. Ekskresi
Eliminasi methylergometrine  terutama terjadi di ginjal melalui urine, namun sebagian
kecil akan dieliminasi melalui feses.
BAB IV
FARMAKODINAMIK
A. Obat Uterotonika (Alkaloid ergot (Methylergometrine))
1. Indikasi
 Diindikasikan untuk mencegah dan menangani perdarahan
postpartum dan postabortal.
 Digunakan dalam manajemen aktif pada tahap ketiga persalinan.
 Untuk menangani perdarahan rahim setelah pemisahan plasenta, atonia
uterin, subinvolusi rahim nifas, atau lochiometra.
2. Kontra Indikasi
 Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif/alergi obat Methylergometrine.
 Kontraindikasi untuk pasien yang mengalami induksi persalinan,
hipertensi berat, preeklamsia atau eklampsia, atau inersia uterus primer
dan sekunder.
 Jangan digunakan untuk penderita penyakit jantung, stenosis katup
mitral, atau penyakit vaskular obliteratif.
 Jangan gunakan dalam kasus aborsi spontan.
 Obat ini juga dikontraindikasikan pada pasien HIV-positif yang
menggunakan protease inhibitor, delavirdine dan efavirenz (yang juga
merupakan agonis pada reseptor 5HT2A-mGlu2 dan meningkatkan
kemungkinan pasien mengalami halusinasi selama terapi
Methylergometrine).
3. Interaksi Obat
 Kadar serum Methylergometrine bisa meningkat sehingga
meningkatkan risiko efek vasokonstriksi yang parah jika digunakan
bersamaan dengan obat-obat yang termasuk inhibitor CYP3A4. Obat-
obat ini meliputi obat antijamur golongan azole (itraconazole,
ketoconazole, clotrimazole), obat penurun tekanan darah beta-blocker
(propranolol), antibiotik golongan macrolide
(erythromycin, clarithromycin).
 Risiko yang sama bisa terjadi saat digunakan dengan nefazodone,
indinavir, ritonavir, telaprevir, obat yang termasuk inhibitor reverse
transcriptase (delavirdine, efavirenz), triptans (misalnya sumatriptan),
cobicistat, fluoxetine, fluvoxamine, atau ketolide (misalnya,
telitromisin).
4. Penggunaan Klinis
Methylergometrine adalah obat untuk mencegah serta mengatasi
perdarahan pascapersalinan (postpartum). Obat ini juga bisa digunakan untuk
mengatasi perdarahan setelah keguguran.
Methylergometrine dikenal juga dengan methylergonovine atau methergine. Obat
ini bekerja dengan cara merangsang otot rahim agar berkontraksi lebih kuat.
Seiring peningkatan kontraksi, perdarahan juga akan lebih cepat berhenti.
5. Efek Samping
 Efek samping yang umum adalah gangguan saluran pencernaan
misalnya mual, muntah, dan diare.
 Kadang juga bisa terjadi sakit kepala, pusing, atau halusinasi.
 Hipertensi berat (terutama pada pasien dengan preeklampsia), nyeri
dada sementara, palpitasi, bradikardia.
 Efek samping lain meliputi tinnitus, hidung tersumbat, dyspnoea,
diaphoresis, tromboflebitis, haematuria, keram kaki, reaksi alergi.
 Efek samping yang berpotensi fatal : Shock.
6. Efek Merugikan
-
7. Efek Toksik
 Captivation plasenta dapat terjadi jika diberikan selama tahap 2 atau 3
persalinan sebelum keluarnya plasenta.
 Hati-hati menggunakan obat ini pada penderita sepsis berat atau
persisten, penyakit vaskular perifer, penyakit jantung iskemik, dan
penderita gangguan fungsi ginjal atau hati.
 Jangan menggunakan obat ini bersamaan dengan minum jus grapefruit
karena kemungkinan terjadi kenaikan kadar serum dan risiko efek
vasokonstriksi yang parah.
B. Obat Anti Perdarahan (Ergometrine)
1. Indikasi
 Digunakan untuk induksi persalinan, augmentasi persalinan, singkatan
dari persalinan kala tiga pascapartum, kontrol perdarahan uterus
pascapartum, penghentian kehamilan dan untuk evaluasi kemampuan
pernapasan janin. 
 Oksitosin tidak dapat digunakan untuk induksi persalinan elektif, harus
ada persyaratan medis yang jelas.
2. Kontra Indikasi
Beberapa kontraindikasi terhadap ergometrine adalah:
 alergi terhadap komposisi dari obat,
 hamil,
 preeklampsia,
 eklampsia,
 keguguran mendadak,
 menggunakan HIV protease inhibitors (delavirdine, indinavir,
nelfinavir, ritonavir).
3. Interaksi Obat
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping
yang serius.
Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-obatan
resep/nonresep dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter atau
apoteker.
Jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apapun tanpa
persetujuan dokter.
Ada beberapa jenis obat yang mengganggu kerja ergometrine, yaitu:
 vasokonstriktor atau simpatomimetik
 prostaglandin
 inhibitor CYP3A4: (antibiotik makrolida, troleandomycin,
erythromycin, clarithromycin), HIV protease atau reverse
transcriptase inhibitor (ritonavir, indinavir, nelfinavir, delavirdine),
azole antifungals (itraconazole, ketoconazole, voriconazole),
clotrimazole, ergot alkaloids (ergotamine), fluconazole, fluoxetine,
fluvoxamine, nefazodone, saquinavir, atau zileuton.
 alkaloid ergot (methysergide)
 triptan (sumatriptan, zolmitriptan, rizatriptan, almotriptan, eletriptan)

4. Penggunaan Klinis
Ergometrine adalah jenis obat yang disebut alkaloid ergot. Obat ini diberikan
bersamaan dengan oxytocin untuk membantu mencegah dan mengendalikan
perdarahan setelah melahirkan. Ergometrine bekerja pada dinding rahim,
dan pembuluh darah di rahim. 
Penggunaan Ergometrine menyebabkan pembuluh darah dan rahim berkerut.
Pengerutan tersebut membantu plasenta (ari-ari) didorong keluar. Kedua
tindakan ini mengurangi aliran darah ke rahim, yang membantu mengurangi
kehilangan darah saat plasenta keluar dari dinding rahim.

5. Efek Samping
Beberapa efek samping obat pereda perdarahan setelah melahirkan adalah:
 nyeri atau sesak pada dada,
 pusing,
 halusinasi,
 sakit kepala,
 detak jantung tidak teratur,
 kram kaki,
 perubahan mental atau suasana hati,
 mati rasa atau tergelitik pada tangan, kaki atau kulit,
 telinga berdenging,
 mual parah atau muntah.
6. Efek Merugikan
-
7. Efek Toksik
 kram rahim,
 Reaksi alergi parah (ruam, gatal-gatal, kesulitan bernapas, sesak pada
dada, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan),
 darah pada urine,
 diare,
 kejang,
 sesak napas.
BAB V
SEDIAAN / KEMASAN DAN DOSIS
A. Obat Uterotonika (Alkaloid ergot (Methylergometrine))
a. Kemasan
 Tablet

 Injeksi

b. Dosis
 Tablet
Dosis methylergometrine untuk mencegah perdarahan pascapersalinan adalah
0,2-0,4 mg, yang dapat diberikan 3–4 kali sehari, selama 2–7 hari.
 Injeksi
- Melaluiotot (IM/intramuskular)
Dosisuntukmencegahdanmenanganiperdarahanpascapersalinanatauperdaraha
nsetelahkeguguranadalah 0,2 mg. Dosisdapatdiulangsetiap 2–4 jam sekali,
sampaimaksimal 5 kali pemberian.
- Melalui pembuh darah vena (IV/intravena)
Dosis untuk mencegah dan menangani perdarahan pascapersalinan atau
perdarahan setelah keguguran adalah 0,2 mg diberikan dengan suntikan
perlahan. Dosis dapat diulang setiap 2–4 jam sekali, sampai maksimal 5 kali
pemberian.

B. Obat Anti Perdarahan (Ergometrine)


a. Kemasan
b. Dosis
Dosis pemberian ergometrine injeksi intravena yaitu 250 – 500 mikrogram (mcg).
Penggunaan obat ini akan dokter batasi bila ada kasus perdarahan berat akibat atonia
uteri (rahim tidak bisa kontraksi kembali setelah melahirkan)
BAB V1
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
Pentingnya para tenaga kesehatan terlebih mahasiswa keperawatan mengetahui
mengenai obat jenis uterotonika dan obat anti pendarahan agar dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

C Wahyuni, 2018. Buku Ajar Farmakologi Kebidanan. Kediri, STRADA PRESS.


KD Tripathi, in Essentials of Medical Pharmacoloy, New Delhi, Seventh Edition. 2013,
pp 329-331
3. T.V. Shanbag, T.V. and Smita Shenoy, in Pharmacology for Medical Graduates,
India, Third Edition, 2015, pp 400

Anda mungkin juga menyukai