Anda di halaman 1dari 39

UTEROTONIKA

DAN ANTI PERDARAHAN

Oleh: Nice Asrini Mendrofa, S.Farm., Apt.


I. UTEROTONIKA
Uterotonika/oksitosik adalah obat yang merangsang kontraksi

uterus. Antara lain:

 oksitosin dan derivatnya,

 alkaloid ergot dan derivatnya, dan

 beberapa prostaglandin semisintetik.

Obat-obat tersebut memperlihatkan respon bertingkat pada

kehamilan, mulai dari kontraksi uterus spontan, ritmis sampai kontraksi

tetani dan efek samping lainnya.


1. Alkaloid Ergot
Pada uterus, semua alkaloid ergot alam meningkatkan
kontraksi uterus. Efeknya sebanding dengan besarnya dosis yang
diberikan.
 Dosis kecil menyebabkan peninggian amplitudo dan frekuensi,
kemudian diikuti relaksasi.
 Dosis besar menimbulkan kontraksi tetanik, dan peninggian
tonus otot dalam keadaan istirahat.
 Dosis yang sangat besar menimbulkan kontraksi yang
berlangsung lama.
Kepekaan uterus terhadap alkaloid ergot sangat bervariasi,
tergantung pada maturitas dan umur kehamilan. Sediaan ergot
alam yang paling kuat adalah ergonovin.
Indikasi
 Indikasi oksitosik
1. Induksi partus aterm
2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
3. Merangsang kontraksi uterus setelah operasi caesar maupun operasi
uterus lain
4. Induksi abortus terapeutik
5. Uji oksitosin
6. Menghilangkan pembengkakan payudara

 Pengobatan migren

 Pada Sistem Kardiovaskular, menimbulkan vasokonstriksi


perifer sehingga dapat mengakibatkan pembendungan aliran darah,

trombosis dan gangren.


Efek samping alkaloid ergot
 Alkaloid ergot sangat toksik dan dapat menimbulkan
keracunan akut dan kronik.
 Ergotamin merupakan alkaloid yang paling toksik.

 Dosis besar dapat menyebabkan mual, muntah, diare,


gatal, kulit dingin, nadi lemah, bingung dan tidak sadar.
 Keracunan fatal dapat terjadi dengan dosis 26 mg per oral
selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg
parenteral.
Terapi Efek Samping (Ergotisme)
 Penghentian pengobatan dan penghentian terapi
simptomatis (meliputi usaha mempertahankan aliran
darah ke jaringan). Obat yang pernah digunakan ialah
antikoagulan, dekstran dengan berat molekul rendah dan
vasodilator kuat (Natrium nitroprusid).

 Mual dan muntah dapat dihilangkan dengan atropin atau

obat antiemetik golongan fenotiazin.

 Penyuntikan kalsium glukonat (10 mL larutan 10%) dapat

menghilangkan nyeri otot.


Kontraindikasi
 Penderita sepsis.

Penyakit pembuluh darah : arteritis sifilitika,

arteriosklerosis, penyakit pembuluh darah koroner,

tromboflebitis dan sindroma Raynaud atau Buerger.

Penyakit hati dan ginjal.

Wanita hamil
Sediaan
 Ergotamin tartrat: tablet oral 1 mg, tablet sublingual 2 mg,

Injeksi 0,5 mg/ml dalam ampul 1 mL.


 Ergonovin maleat: Injeksi 0,2 mg/mL dan tablet 0,2 mg.

 Metilergonovin maleat (Methergin): Injeksi 0,2 mg/mL dan

tablet oral 0,2 mg/mL


 Metilsergid maleat: tablet oral 2 mg.

 Ergotamin tartrat: supositori rektal 1 atau 2 mg,


dihidroergotamin mesilat tersedia dalam injeksi 1 mg/mL.
Bromokriptin mesilat tersedia dalam bentuk tablet 2,5 mg.
 Dihidroergotamin: semprotan nasal 4 mg/mL dan injeksi 1

mg/mL.
2. Oksitosin
Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar

payudara.
Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara

secara refleks melepaskan oksitosin dari hipofisis


posterior.
Sensitivitas uterus terhadap oksitosin meninggi
bersamaan dengan bertambahnya umur kehamilan.
Farmakodinamik
 UTERUS

• Oksitosin merangsang frekuensi dan kekuatan


kontraksi otot polos uterus.
• Efek ini tergantung konsentrasi estrogen. Estrogen
rendah = Efek oksitosin rendah
• Oksitosin meningkatkan produksi lokal prostaglandin
yang juga merangsang kontraksi uterus.
 KELENJAR PAYUDARA

• Bagian alveolar kelenjar payudara dikelilingi oleh jaringan otot


polos, yaitu mioepitel. Kontraksi mioepitel menyebabkan
ejeksi susu (susu mengalir dari saluran alveolar ke dalam sinus
yang besar, sehingga mudah dihisap bayi).
• Mioepitel sangat peka terhadap oksitosin, sehingga
merangsang ejeksi susu.
• Sekresi oksitosin endogen dipicu oleh rangsangan pada
payudara, baik melalui isapan ataupun rangsangan mekanik
lainnya.
 SISTEM KARDIOVASKULAR

• Penurunan tekanan darah dapat terjadi pada pasien yang

mendapat dosis besar akibat efek vasodilatasi yang dapat

ditimbulkan.

 EFEK ADH

• Oksitosin dan hormon antidiuretik memiliki rumus bangun

yang sangat mirip.

• Oksitosin bekerja pada reseptor ADH dan menyebabkan

peningkatan dan penurunan yang mendadak pada tekanan

darah karena terjadinya vasodilatasi;


Sediaan
 Injeksi oksitosin (Syntocinon) berisi 10 unit USP/mL

dapat diberikan IM atau IV.


 Semprot hidung berisi 40 unit USP/mL.

 Tablet sublingual yang berisi 200 unit USP.

 Satu unit USP oksitosin kira-kira setara dengan 2 μg

hormon murni.
3. Prostaglandin
Prostaglandin (PG) ditemukan pada ovarium, miometrium

dan cairan menstrual dengan konsentrasi berbeda selama


siklus haid
Pada kehamilan aterm/sewaktu persalinan, kadar PG

meningkat.
PG dapat merangsang terjadinya persalinan pada setiap usia

kehamilan.
Penghambat sintesis PG dapat memperlambat atau
memperpanjang masa persalinan spontan.
Farmakodinamik
Prostaglandin yang terdapat pada uterus, cairan menstrual dan

cairan amnion adalah PGE dan PGF.


Semua merangsang kontraksi uterus baik hamil maupun tidak.

PGE2 memperlihatkan efek oksitosik 10 kali lebih kuat dari PGF2α

pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Untuk memulai


persalinan aterm, PGE2 sama efektifnya dengan PGF2α oksitosin.
Dapat mengakibatkan hipertoni uterus akibat dosis respons

yang sempit. Bahaya ini dapat dicegah dengan pengamatan


yang cermat dan meningkatkan kecepatan infus secara sedikit
demi sedikit.
Pemberian PG untuk mengakhiri kehamilan pada trimester

II, dilakukan dengan menggunakan kateter atau suntikan


untuk hasil yang baik dan efek samping yang ringan.
Pemberian PG untuk mengakhiri kehamilan muda,
memerlukan dosis yang sangat besar sehingga menyebabkan
efek samping yang berat, dan derajat keberhasilan yang
rendah.
Efek Samping
Terjadi akibat perangsangan otot polos saluran

cerna berupa mual, muntah dan diare.

PGF2α memiliki efek samping gastrointestinal yang

lebih berat daripada PGE2, juga berefek sebagai

bronkokonstriktor.

Meningkatkan suhu tubuh, akibat pengaruh

kerjanya terhadap pengatur suhu di hipotalamus.


Dosis besar PGF2α mengakibatkan hipertensi melalui

kontraksi pembuluh darah, sebaliknya PGE2

menimbulkan vasodilatasi.

Bekerja sinergis dengan oksitosin, tetapi sediaan

kombinasi tidak dianjurkan untuk diberikan karena

dapat meningkatkan risiko terjadinya ruptura uterus.


Sediaan
 Karbopros Trometamin: injeksi 250 μg/mL. Diberikan

setelah preparat lain gagal menghentikan perdarahan,

kendati carboprost dapat dijadikan obat pilihan jika

pasien menderita hipertensi.

 Gemeprost, digunakan untuk melunakkan rahim dan

mendilatasi serviks sebelum tindakan bedah untuk

terminasi kehamilan. Dosis 1 mg diberikan 3 jam sebelum

tindakan.
Dinoproston (PGE2) dapat menginduksi kontraksi uterus

pada setiap kehamilan. Obat ini dipilih bila induksi partus

diperlukan sedangkan serviks belum terbuka, misalnya pada

kematian janin atau ketuban pecah dini. Juga digunakan

untuk menangani missed abortion serta mola hidatiform

benigna. Tersedia dalam bentuk supositoria vaginal 20 mg.

Sulproston, digunakan untuk indikasi oksitosik. Diberikan

IM, IV atau lokal.


Indikasi Oksitosik
1. Induksi Partus Aterm.
 Oksitosin merupakan obat terpilih.

 10 unit oksitosin dilarutkan dalam 1 L dekstrosa 5% sehingga

diperoleh larutan dengan kekuatan 10 miliunit/mL.

 Cara pemberiannya ialah secara infus. Infus dimulai dengan lambat,

yaitu 0,1 mL/menit setara dengan 1 mU/menit. Jika tidak ada respons

selama 15 menit, tetesan dapat ditingkatkan tiap 15-30 menit

perlahan 0,1-0,2 mL/menit sampai maksimum 2 mL/menit. Dosis

total yang diperlukan untuk induksi partus berkisar antara 600-

12.000 miliunit dengan rata-rata 4.000 miliunit.


 Oksitosin tidak boleh digunakan selama stadium I dan
II bila persalinan dapat berlangsung meskipun lambat.
Jika diberikan, kontraksi uterus akan bertambah kuat
dan lama, sehingga dapat mengganggu keselamatan
ibu dan anak.
 Pada stadium I pembukaan serviks, jika diberikan
oksitosin akan terjadi hal-hal berikut:
• Bahaya laserasi serviks dan trauma terhadap bayi
• Dapat terjadi ruptura uteri
• Kontraksi tetanik yang terlalu kuat menyebabkan
asfiksi bayi.
 PG merupakan pilihan alternatif, juga diindikasikan
sebagai terapi tambahan utnuk mematangkan serviks.
2. Mengontrol Perdarahan Pascapersalinan
 Obat yang digunakan adalah ergonovin atau metilergonovin,
karena toksisitasnya rendah, mula kerjanya cepat dan masa
kerjanya lama. Dosisnya 0,2-0,3 mg IM, atau 0,2 IV untuk efek
yang lebih cepat.
 Pilihan lain yaitu oksitosin 10-40 U dilarutkan dalam 1L dekstrosa

5% atau 10 U IM, setelah plasenta lahir.

 Bila ergonovin atau oksitosin gagal, dapat digunakan PGF 2α 250

μg IM. Bila diperlukan, dosis dapat ditambah 15-90 menit, sampai


dosis total tidak melebihi 2 mg.
 Pada involusi normal (8-10 minggu), ergonovin per
oral diberikan 0,2 mg 3 kali sehari selama 7 hari,
untuk mengurangi kemungkinan perdarahan
pascapersalinan dan infeksi.
 Pada involusi lambat, yang biasanya karena atoni
uteri, ergonovin diberikan 0,2-0,4 mg 3 kali sehari per
oral atau sublingual.

3. Merangsang Kontraksi Uterus Setelah Operasi


Caesar Maupun Operasi Uterus Lain
4. Abortus Terapeutik
 Oksitosin 20-30 unit tidak efektif untuk terminasi kehamilan
muda.
 Prostaglandin cukup efektif pada trimester II. Dosis 15 metil

PGF2α 250 μg IM, dapat diulang tiap 1,5-3,5 jam dengan dosis
250-500 μg setiap pengulangan, dosis total maksimum 12 mg.

 Pemberian PGE2 20 mg dalam bentuk supositoria vaginal juga

efektif. Pemberian diulang setiap 3-5 jam hingga terjadi


abortus.
5. Uji Oksitosin (Challenge Test)
 Oksitosin digunakan untuk menentukan ada tidaknya
insufisiensi uteroplasenta.
 Dilakukan terutama pada kehamilan dengan risiko tinggi

misalnya diabetes dan pre-eklampsia; dan biasanya


dilaksanakan pada minggu terakhir sebelum persalinan dan
pasien harus dirawat.
 Diberikan per infus dengan kecepatan mula-mula 0,5
miliunit/menit. Kemudian ditingkatkan perlahan-lahan hingga
tercapai kontraksi uterus tiap 3-4 menit.
6. Menghilangkan Pembengkakan Payudara
 Pada gangguan ejeksi susu, oksitosin dapat menolong.

 Diberikan intranasal 2-3 menit sebelum anak menyusu.

 Hasil pada tiap pasien tidak sama. Bila efektif, rasa nyeri
akan hilang,
 Oksitosin tidak efektif pada galaktopoetik, oleh karena
itu tidak berguna bagi pasien yang produksi air susunya
kurang.
II. ANTI PERDARAHAN
Hemostasis merupakan proses penghentian perdarahan secara
spontan pada pembuluh darah yang cedera. Dalam proses tersebut
berperan faktor-faktor pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan
darah.

Dalam garis besar, proses pembekuan darah berjalan melalui tiga


tahap:
• Aktivasi tromboplastin

• Pembentukan trombin dari protrombin

• Pembentukan fibrin dari fibrinogen


Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan
untuk menghentikan perdarahan.

Perdarahan disebabkan oleh defisiensi satu faktor


pembekuan darah. Defisiensi satu faktor pembekuan darah
dapat diatasi dengan memberikan faktor yang kurang
berupa konsentrat darah manusia, dan dapat pula
dihentikan dengan memberikan obat yang dapat
meningkatkan pembentukan faktor-faktor pembekuan
darah.
FAKTOR-FAKTOR UNTUK PEMBEKUAN DARAH
I Fibrinogen
II Protrombin
III Tromboplastin jaringan
IV Ca++
V Faktor labil, Proakselerin, Ac-globulin
VII Faktor stabil, Prokonvertin, Akselerator konversi protrombin serum (SPCA)
VIII Globulin antihemofilik (AHG), faktor A antihemofilik
IX Faktor Christmas, Komponen tromboplastin plasma (PTC), faktor B
antihemofilik
X Faktor Stuart-Prower
XI Anteseden tromboplastin plasma (PTA), faktor C antihemofilik
XII Faktor Hageman
XIII Faktor penstabil fibrin
HMW-K Faktor Fitzgerald, Kininogen dengan berat molekul tinggi
Pre-K Prekalikrein, Faktor Fletcher
vWf Faktor von Willebrand
Rangkuman 3 stadium hemostasis
Stadium Persyaratan Obat-obat yang Antidot obat
mempengaruhi

1. Sumbat temporer trombosit Aspirin, mungkin Tidak ada


heparin

2. Bekuan fibrin Faktor-faktor Warfarin, Koumarin Vitamin K


pembekuan vitamin
K

Faktor-faktor anti Heparin Protamin sulfat


pembekuan

3. Fibrinolisis Plasmin, sistem Streptokinase, Asam aminokaproat


fibrinolitik tissue plasminogen Aprotinin
activator (tPA)
Sediaan Anti Perdarahan
Desmopresin
 dapat meningkatkan kadar faktor VIII dan vWf untuk
sementara.
 Diindikasikan untuk hemostatik jangka pendek pada pasien
dengan defisiensi faktor VIII yang ringan sampai sedang dan
pada pasien penyakit von Willebrand tipe 1.
 ES : sakit kepala, mual, flushing, sakit dan pembengkakan pada
tempat suntikan, peningkatan tekanan darah yang ringan.

 Dosis 0,3 μg IV secara infus dalam waktu 15-30 menit.


Vitamin K
 Berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa
faktor pembekuan darah yaitu protrombin, faktor VII,
faktor IX dan faktor X yang berlangsung di hati.
 Pada bayi baru lahir, filokuinon (kurang toksik) segera
diberikan 0,5-1 mg IM atau IV. Dosis ini dapat ditambah
atau diulangi setelah 1 minggu bila si ibu mendapat
pengobatan antikoagulan atau antikonvulsi, atau bila
terdapat kecenderungan timbulnya perdarahan.
 Tindakan pencegahan ini juga dilakukan pada bayi
prematur atau bayi aterm yang dilahirkan dengan
bantuan forseps atau ekstrasi vakum, dan diberikan
dengan dosis 2,5 mg untuk 3 hari berturut-turut.
 Untuk pengobatan perdarahan pada bayi, dapat
diberikan 1 mg IM atau IV dan bila perlu diulangi
setelah 8 jam.
Asam Aminokaproat
 Dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis
yang berlebihan.
 ES: pruritus, eritema, ruam kulit, hipotensi, dispepsia, mual,
diare, hambatan ejakulasi, eritema konjungtiva, dan hidung
tersumbat.
 Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 g per oral atau infus IV secara

lambat, lalu 1 g tiap jam atau 6 g tiap 6 jam bila fungsi ginjal
normal.
 Dosis anak-anak, 100 mg/kg/BB tiap 6 jam utnuk 6 hari.
Asam Traneksamat
 Indikasi dan mekanisme kerja sama dengan asam
aminokaproat tetapi 10 kali lebih potent dengan ES
yang lebih ringan.
 Dosis 0,5-1 g, 2-3 x sehari IV lambat sekurang-
kurangnya dalam waktu 5 menit. Dosis per oral, 15
mg/kgBB diikuti dengan 30 mg/kgBB tiap 6 jam.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai