Anda di halaman 1dari 72

FARMAKOLOGI

PADA
KEHAMILAN
dr. Hetti Rusmini, M.Biomed
2021
PEMAKAIAN OBAT PADA KEHAMILAN

 Harus ekstra Hati-hati


 Menembus Placenta
 Memberikan efek ke Janin
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
OBAT MELEWATI PLASENTA
1. Sifat fisikokimia obat
2. Kecepatan obat msk ke plasenta  ditentukan BM
3. Lamanya pemaparan terhadap obat
4. Bagaimana obat didistribusikan ke jaringan yg berbeda pada janin
5. Periode perkembangan janin
6. Efek obat jika diberikan dalam bentuk kombinasi
Farmakokinetik Kehamilan
1. Absorbsi
 Penurunan sekresi asam lambung 30-40% pd awal kehamilan (pH lambung meningkat) 
obat asam lemah mengalami penurunan absorbsi
 Penurunan motilitas GI: absorbsi obat yg sukar larut akan meningkat, sedangkan absorbsi
obat yg mengalami metabolisme di dinding usus akan menurun

2. Distribusi
Volume plasma dan cairan ekstraseluler akan meningkat, sehingga obat yg volume
distribusinya kecil akan ditemukan dalam kadar yg rendah dalam darah, meskipun diberikan
dalam dosis yg lazim
3. ELIMINASI
• Peningkatan aliran darah ginjal 2x pd akhir kehamilan 
peningkatan eliminasi obat, teutama yg di ekresi di ginjal
• Meningkatnya enzim yg berperan dalam metabolisme obat
• Pada keadaan tertentu mungkin diperlukan menaikkan dosis
agar diperoleh efek yg diharapkan
PENGARUH OBAT PADA JANIN

 Toksik bila obat yg diminum selama kehamilan


menyebabkan ggn fisiologik atau biokimia janin  gejala
muncul beberapa saat setelah kelahiran
 Teratogenik, bila terjadi malformasi anatomik
 Letal bila menyebabkan kematian janin dlm kandungan
PENGARUH BURUK OBAT PADA JANIN
SESUAI FASE KEHAMILAN
1. Fase inflamasi (<3 mg), kematian embrio
2. Fase embrional (3-8 mg)
 Hormon dietilstilbesterol pada trimester I  adenomakarsinoma
vagina saat dewasa
 Pengaruh letal, kematian atau abortus
 Pengaruh sub letal, malformasi anatomis  Fokomelia krn
thalidomide
PENGARUH BURUK OBAT PADA JANIN
SESUAI FASE KEHAMILAN
3. Fase fetal (trimester II dan III), fase maturasi dan
pertumbuhan lanjutan.
Gangguan fisiologik atau biokimia organ.

Depresi pernapasan neonatus krn ibu mengkonsumsi


obat analgetik-narkotik
KATEGORI OBAT YG DIGUNAKAN
DALAM KEHAMILAN
BERDASAR FDA-USA
1. Kategori A
Obat yg telah banyak digunakan oleh wanita hamil
tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau
pengaruh buruk lainnya. PCT, penisilin, eritromisin,
glikosida jantung, isoniazid, Fe dan asam folat.
KATEGORI OBAT YG DIGUNAKAN
DALAM KEHAMILAN
2. Kategori B
Obat yg pengalaman pemakaiannya pd wanita hamil masih terbatas, tetapi tdk
terbukti meningkatkan frek. Malformasi atau pengaruh buruk lainnya pd janin.
B1 Pada hewan tdk terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin : simetidin,
dipiridamol, spektinomisin
B2 Data penelitian hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tdk meningkatnya
kejadian kerusakan janin : tikarsilin, amfoterisin, dopamin, asetilkistein dan
alkaloid beladona
B3 penilitian pada hewan menunjukkan kerusakan pd janin ttp belum tentu
bermakna pd manusia : karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimetropim,
mebendazol
KATEGORI OBAT YG DIGUNAKAN
DALAM KEHAMILAN
3. Kategori C
Obat yg dpt memberi pengaruh buruk pd janin tanpa
disertai malformasi anatomik semata-mata krn efek
farmakologiknya. Umumnya bersifat reversibel :
analgetik narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, AINS,
dan diuretik
KATEGORI OBAT YG DIGUNAKAN
DALAM KEHAMILAN
4. Kategori D
Obat yg terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian
malformasi janin pd mns yg bersifat irreversibel :
androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbital, kinin,
klonazepam, valproat, steroid anabolik dan
antikoagulansia
KATEGORI OBAT YG DIGUNAKAN
DALAM KEHAMILAN
5. Kategori X
Obat yg telah terbukti mempunyai resiko tinggi
terjadinya pengaruh buruk yg menetap pd janin jika
diminum pd masa kehamilan (kontraindikasi mutlak) :
isotretinoin dan dietilstilbestrol
HORMON
KEHAMILAH
HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN(HCG)
 hCGmulai dapat dideteksi 1 hari setelahimplantasi.
 Fungsi hCG:
Memperpanjang hidup korpus luteum dan menstimulasi produksi progesterone
merangsang proses diferensiasi sitotrofoblas & stimulus produksi testosteron janin
 Secara klinik, pengukuran kadar hCG digunakan untuk menunjang diagnosis
kehamilan, evaluasi setelah penyakit trofoblas, dan evaluasi abnormalitas kehamilan
 Kadar hCG yang lebih tinggi daripada kadar normal pada trimester keduaseringkali
dihubungkan dengan sindrom Down, sindrom Patau, sindroma Turner dan
kleinefelter
 kadar yang lebih rendah sering ditemukan pada janin dengan sindrom edward
PROGESTERON
 Progesteron merupakan hormon dari golongan steroid yang berpengaruh pada siklus
menstruasi perempuan, kehamilan dan embriogenesis. 
 Progesteron diproduksi dan disekresi di ovarium, terutama dari korpus luteum pada fase luteal
atau sekretoris siklus haid.
 Pada usia kehamilan 2-5 minggu, progesteron diperlukan untuk mempertahankan kehamilan.
 Fungsi utama dari progesteron yaitu mempersiapkan endometrium untuk implantasi dan
mempertahankan kehamilan.
 Progesteron dibagi menjadi dua, yaitu:

·         Progesteron alami : Homon steroid 21-karbon yang diproduksi oleh korpus luteum dan
plasenta. Menyebabkan perubahan sekresi pada fase poliferatif endometrium. Perubahan ini
sangat penting pada awal kehamilan.
·         Progesteron sintetis : Efek hormon sintetis mirip dengan progesteron alami. Sebagaian
besar efek biologisnya bergantung pada interaksi dengan estrogen
ESTROGEN
 Estrogen berfungsi meningkatkan sintesis progesteron, meningkatkan kontraktilitas uterus dan
mempunyai efek mitogenik terhadap pertumbuhan dan perkembangan glandula mammae.
 Farmakodinamik: Estrogen memasuki sirkulasi sistemik dalam bentuk hormon bebas atau
terikat protein, baik sex hormone-binding globulin (SHBG) atau albumin.
 Estrogen dibagi menjadi dua, yaitu:

·         Estrogen Alami : Estrogen diproduksi oleh folikel ovarium, dan juga adrenal dan testis.
Merupakan hormon steroid yang memiliki 18 atom kabon dengan cincin-A (aromatik) tidak
tersaturasi.
·         Estrogen Sintetis : Senyawa sintetis (buatan) yang mempunyai efek estrogenik kuat bila
diberikan secara oral.
TOKOLITIK
• Tokolitik digunakan dalam terapi utama dalam
pencegahan persalinan prematur.
• Tokolisis berguna sebelum usia kehamilan 32
minggu. Efektivitas tokolisis tergantung dari
kematangan dan dilatasi serviks. Bila serviks
belum matang, tokolisis lebih mungkin untuk
berhasil.
PERSYARATAN PEMBERIAN
TOKOLITIK
1. Kontraksi teratur
2. Interval kontraksi <10 menit
3. Lama kontraksi 30-60 menit  Cukup kuat mendilatasi servik
Mekanisme kerja Nifedipin sebagai
tokolitik
Nifedipin merupakan golongan ca lcium antagonis
.
Bekerja dengan cara masuknya
menghambat
mencega
calcium ke dalam membrane sel, h
lepasnya calcium dari reticulum sarkoplasma dan
mengurangi efek enzim calcium intrasel terhadap
interaksi aktin myosin sehingga menimbulkan
relakssasi otot polos termasuk myometrium, serta
vasodilatasi yang potensial.
• Pada pemberian per oral nifedipin 90 %
akan diabsorpsi traktus gastrointestinal.
Pemberian bersama simetidin atau ranitidin
meningkatkan bioavaibilitas nifedipin.
• Metabolisme hampir seluruhnya dihepar dan
eksresi melalui ginjal. Onset tercapai kurang dari
20 menit pada pemeberian per oral. Waktu paruh
tercapai dalam 2 – 3 jam dan lama kerjanya
sekali pemberian 6 jam.
Dosis Nifedipin : 4 x 10 – 30 mg per oral (Short acting)
1x 20 – 30 mg per oral (long acting)
TOKOLITIK LAINNYA
 Β2 adrenergik : Pitodrin, terbutalin, isoksuprin, Mg sulfat
 Pitodrin : merangsang reseptor β2 pada otot polos uterus
 sediaan : tablet 10 -20 mg
 Pemberian oral dilakukan 30 menit sebelum menghentikan
pemberian intra vena
UTEROTONIKA
OBAT-OBAT UTEROTONIKA
 Uterotonika/oksiktoksik adalah :

1. Obat yang merangsang kontraksi uterus.


2. Meningkatkan motilitas uterus dg merangsang kontraksi otot polos uterus

 Oksitosik yang efektif:

1. Alkaloid ergot dan derivatnya


2. Oksitosin dan derivatnya
3. Prostaglandin semisintetik
1. ALKALOID ERGOT
 Sumber : jamur gandum clavikus purpurea
 Berdasarkan efek dan struktur kimia alkaloid ergot dibagi menjadi 3 :

a. Alkaloid asam amino (ergotamin) Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok alkaloid
asam amino
b. Derivat dihidro alkaloid asam amino (dihiro ergotamin)
c. Alkaloid amin
FARMAKOKINETIK
 • Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna
 • Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam
 • Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma → 2 kali lipat
 • Dosis ergotamin IM → 1/10 dosis oral → absorbsi di tempat suntikan lambat →reaksi perlu
waktu 20 menit
 • Dosis ergotamin IV → ½ dosis IM → efek perangsangan uterus setelah 5 menit
 • Ekskresi ergotamin melalui: empedu → sedikit yang melalui urine
 • Pada pemberian oral → bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd ergotamin, dan dieliminasi
lebih lambat
 • Ekskresi 90% melalui empedu
FARMAKODINAMIK
 • Efeknya sebanding dengan dosis yang diberikan.
 • Kepekaan uterus terhadap alkaloid ergot bervariasi tergantung maturitas dan umur
kehamilan.
 • Ergotamin dan alkaloid sejenis menimbulkan vasokonstriksi dan merusak endotel kapiler.
 • Ergotamine efektif mengurangi gejala migren melalui pengurangan amplitude pulsasi arteri
karotis eksterna terjadi penguranan aliran darah arteri basiler.
 Efek pada uterus :

1. Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani


2. Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan
3. Semua alkaloid ergot → meningkatkan kontraksi uterus secara nyata

 Efek pada kardiovaskuler :

1. Menyebabkan vasokontriksi perifer


2. Pembendungan dan trombosis pada gangren dapat terjadi akibat vasokontriksi
3. Efek paling kuat: ergotamin, sedang (dihidroergotamin), tidak berefek (dihidroergotoksin)
EFEK SAMPING
1. Ergotamine merupakan alkaloid yang paling toksik.
2. Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan
cepat, bingung dan tidak sadar
3. Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg
parenteral
4. Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan dan
tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi,
penurunan atau kenaikan tekanan darah
5. Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas
INDIKASI ALKALOID ERGOT
1. Indikasi oksitoksik :
Induksi partus aterm
Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus lainnya
Induksi abortus terapeutik
Uji oksitoksin

2. Uterotonika dan pengobatan Migren


3. Dosis: 0,25-0,5 mg SK atau IM
KONTRA INDIKASI
1. Dapat menyebabkan gangren → tidak boleh diberikan pada penderita Sepsis.
2. Penyakit pembuluh darah (arterosklerosis).
3. Penyakit pembuluh darah koroner.
4. Tromboflebitis
5. Penyakit hati dan ginjal
SEDIAAN ERGOT
 Ergotamin tatrat: • Tablet oral 1 mg • Tablet sublingual 2 mg • Injeksi 0,5 mg/ml ampul 1ml
 Ergonovin maleat: • tablet oral 0,2 mg • Injeksi 0,2 mg/ml
 Metilergonovin maleat (Methergin) • Tablet oral 0,2 mg • Injeksi 0,2 mg/ml
 Metisergid maleat • Tablet oral 2 mg
 Ergotarmin tartrat • Supositoria 1-2mg dengan kofein 100mg
2. OKSITOSIN
 Oksitosin merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus dan kelenjar mamae.
 Efek ini tergabtung dari kadar estrogen.
 Reseptor oksitosin terletak pada mimometrium dalam membrane plasma sel otot polos.
 Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior
melepaskan oksitosin
 Efek pada Uterus:

1. Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus


2. Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun
3. Uterus imatur kurang peka thd oksitosin
4. Infus oksitoksin perlu diamati → menghindari tetani → respon uterus meningkat 8 x lipat
pada usia kehamilan 39 minggu

 Efek pada mamae:

1. Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel → susu mengalir (ejeksi susu)


2. Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta mengurangi
pembengkakan payudara pasca persalinan

 Efek Kardiovaskuler:

1. Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)


2. Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke ekstremitas menurun,
takikardi dan curah jantung menurun
FARMAKOKINETIK
 Hasil baik pada pemakaian parenteral
 Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut → Efektif untuk pemberian tablet isap
 Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil aminopeptidase → berfungsi
mengaktifkan oksitoksin → enzim tersebut berkurang setelah melahirkan, diduga dibuat oleh
plasenta
 Absorpsi: baik lewat mukosa hidung
 Distribusi: PP rendah • Metabolisme: t ½ 1 – 9 menit
 Eliminasi: ginjal
EFEK
 Efek terapeutik: induksi persalianan, mengeluarkan ASI
 Efek samping: hipo/hipertensi, mual, muntah, konstipasi, berkurangnya aliran darah uterus,
ruam kulit, anoreksia
 Reaksi merugikan: kejang, intoksikasi air, perdarahan intrakranial, disritmia, asfiksia, janin:
ikterus, hipoksia
KONTRADIKSI
 • Kontraindikasi: toksemia, disproporsi sefalofelfik, distres janin, hipersensitivitas, persalianan
non vaginal yg telah diantisipasi, kehamilan (intranasal)
 • Interaksi: vasopresor, anestetik siklopropan Sediaan Oksitosin
 • Injeksi Oksitosin (Pitosin) 10 unit USP/ml IM atau IV
 • Semua sediaan sintetis, yang alam mahal
 • Semprot hidung: 40 unit USP/ml
 • Tablet sublingual: 200 unit USP
INDIKASI
 • Induksi partus aterm
 • Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
 • Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
 • Uji oksitoksik
 • Menghilangkan pembengkakan payudara
3. PROSTAGLANDIN
 Ditemukan dalam ovarium, miometrium, darah menstruasi
 • Post coitus juga ditemukan prostaglandin di vagina • Jenis prostaglandin adalah: PGE dan
PGF
 • PGF → merangsang uterus hamil dan tidak hamil
 • PGE → merelaksasi uterus tidak hamil, dan merangsang kontraksi uterus hamil
 Sediaan Prostaglandin :

1. Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml


2. Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg

3. Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)


4. Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV

 Indikasi Prostaglandin :

1. Induksi partus aterm


2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan

3. Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya


4. Induksi abortus terapeutik

5. Uji oksitosin
6. Menghilangkan pembengkakan mamae
ANTI EMESIS
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
• Perasaan mual dan muntah disebabkan oleh
karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum.
• Penatalaksanaan :
 Isolasi : kamar yang tenang
 Terapi psikologik
 Cairan parenteral
ANTI EMETIK
 Obat – obatan : tidak memberikan obat yang teratogen.
 Sedativa : phenobarbital.
 Vitamin : B1 dan B6.
 Antihistamin : dimenhidrinate 50 mg.
 Preparat lain : pyrathiazine.
 Antivomitas : metoclopramid 10 mg, ondancetron 4 mg.
Anvomer B6 tab No.
X
S 1 dd 1 prn

ATAU

R/ tfit amin B6 10mg tab No.


XX S 3 dd 1 prn
Ondancetron 4mg amp No.
Ringer lactate inf I
flab Spuit disposible No.
3cc Abbocath no. 20 I
Cum infus set No.
I
S imm No.
I
No. I
VITAMIN & MINERAL
DALAM KEHAMILAN
IRON AND
FOLIC ACID
THERAPY IN
PREGNANCY
IRON REPLACEMENT THERAPY

• Ferrous iron is best absorbed from the small


intestine.
• Iron deficiency is the most common cause
of anaemia (e.g. malabsorption, menstrual,
occult or gastrointestinal blood loss – always
determine the cause).
• For iron deficiency, 100–200 mg of
elemental iron are given orally per day
and continued until iron stores are replete,
usually within three to six months.
FOLIC ACID
• Folic acid is given to correct or prevent
deficiency states and prophylactically during
pregnancy.
• Folate deficiency may be due to : poor
nutrition – in children, the elderly or those with
alcoholism; malabsorption; excessive
utilization
– in pregnancy, chronic haemolytic anaemias
(e.g. sickle cell disease) and leukaemias;
anti- epileptic drugs (e.g. phenytoin).
• The normal requirement for folic acid is about
200 μg daily.
VITAMIN B12
• Vitamin B12 is needed for normal erythropoiesis and
for neuronal integrity. Vitamin B12 is also involved in
the control of folate metabolism, and B12 and folate
are required for intracellular nucleoside synthesis.
• Deficiency of vitamin B12 ‘traps’ folate as methylene
tetrahydrofolate, yielding a macrocytic anaemia with
megaloblastic erythropoiesis in the bone marrow,
and possible neurological dysfunction, i.e. peripheral
neuropathy, subacute combined degeneration of
the spinal cord, dementia and optic neuritis.
VITAMIN B12 AND
FOLATE
THERAPY
• Healthy subjects require 3–5 μg of vitamin B12 and 200
μg of folate daily.
• Vitamin B12 and folate are absorbed from the small
intestine, and vitamin B12 is specifically absorbed from
the terminal ileum.
• The most common cause of B12 or folate deficiency is
dietary or malabsorption, or due to gastric surgery.
• Drugs may cause vitamin B12 (e.g. metformin) or
folate (e.g. phenytoin, other anti-epileptic drugs)
deficiency.
Folic acid 400µg No. XItf
tab S 1 dd 1

R/ tfitamin B12 1000 mcg tab No.


XItf S 1 dd 1

R/ Sulfas ferosus 300mg tab No.


XLtf S 3 dd 1
ANTI
HIPERTENSI
GESTASIONAL
ANTIHIPERTEN
SI (1)
• Obat antihipertensi yang relatif aman :
o Golongan Beta Bloker : atenolol, oksprenolol

o Golongan simpatolitik sentral : metildopa, klonidin

o Vasodilator : diazoksid, hidralazin


• Metildopa
Obat ini termasuk golongan α2-agonis
sentral yang mempunyai mekanisme kerja
dengan menstimulasi reseptor α2-
otak. Stimulasi
adrenergik di ini mengurangi aliran
akan simpatik dari vasomotor di
pusat
Pengurangan otak.
simpatik
aktivitas
perubahan denganakan
parasimpatik
menurunkan denyut c ardiac
jantung,resistensi perifer,
output, renin
aktivitas dan refleks
plasma,
baroreseptor.
ANTIHIPERTEN
• SItidak(2)
Obat yang dianjurkan :
– Antagonis Kalsium : verapamil, diltiazem,
menyebabkan hipoksia fetal
– Diuretik : furosemid, HCT, Spironolakton 
menyebabkan volume plasma berkurang & perfusi
utero plasenta berkurang
– Reserpin  menyebabkan hilangnya termoregulasi
– Penyekat neuroadrenergik : guanetidin, debrisokuin
 menyebabkan penurunan perfusi uteroplasental
– ACE Inhibitor : kaptopril, enalapril  meningkatkan
angka mortalitas janin.
• penggunaan ACE inhibitor pada trimester
pertama akan meningkatkan risiko malformasi
sistem saraf pusat dan kardiovaskuler pada janin.
• obat antihipertensi golongan diuretika seperti
HCT tidak menyebabkan malformasi janin akan
tetapi dapat menghalangi ekspansi volume
fisiologis normal sehingga tidak
direkomendasikan untuk digunakan pada
kehamilan.
MAGNESIUM
SULFAT
• MgSO4 dipakai sebagai anti kejang pada penderita
preeklamsia yang juga bersifat sebagai tokolitik
• MgSO4 mempunyai mekanisme kerja

• MgSO4 berperan sebagai antagonis kalsium dengan


cara menutup ion kanal kalsium atau mencegah
masuknya ion kalsium sehingga mencegah
eksositosis asetilkolin sehingga tidak berikatan
dengan reseptor asetilkolin pada neuromuscular
junction
• Peningkatan kadar magnesium
menyebabkanhipokalsemia melalui penekanan
sekresi hormon paratiroid dan melalui
peningkatan pembuangan kalsium oleh ginjal.
• Magnesium sulfat juga dapat mencegah kejang
pada pre-eklampsi dan eklampsi melalui
blockade reseptor N-methyl- D-aspartate
(NMDA)
MgSO4 40% vial No.
I Aquabidestilata steril 25cc
No. I disposible 25cc
Spuit No.
Needle disposible I
23G S imm No. I

Anda mungkin juga menyukai