Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN
FAKTOR LEGISLASI (HUKUM)

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Konsep Dasar Keperawatan

Dosen :
Dewi Kartika Wulandari, Ns.,M.Kep

Oleh:
Kelompok 4

Putri Rizky Febrina 2214201110082


Juliana Sabilla 2214201110046
Rahma Try Cahyani 2214201110084
Rahma Gita 2214201110083
Marisa 2214201110054
Marisa 2214201110055
Penti nuri 2214201110080
Meilinda Medika Putri 2214201110059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIH
TAHUN AJAR 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah,SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini mempunyai judul "KODE ETIK ORGANISASI PROFESI


KEPERAWATAN", yang di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Etika dan Hukum Keperawatan.

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas ini.

Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan
karena mash banyak terdapat kekurangan - kekurangan yang kami lakukan. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari pihak
Dosen maupun teman-teman lainnya demi kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas
ini dapat dijadikan pedoman untuk penyusunan tugas dimasa yang akan datang.

Banjarmasin, 2 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Kode Etik ........................................................................................... 3
2.2 Kode Etik Keperawatan ..................................................................... 3
2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pengambilan Keputusan
Etik dalam Praktek Keperawatan ....................................................... 7
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 11
3.2 Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai & juga aturan profesional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar & baik & apa yang tidak benar &
tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa saja yang
benar/salah, perbuatan apa yang harus dilakukan & perbuatan apa yang harus
dihindari. Atau secara singkatnya definisi kode etik yaitu suatu pola aturan, tata
cara, tanda, pedoman etis ketika melakukan suatu kegiatan suatu pekerjaan. Kode
etik merupakan pola aturan/tata cara sebagai pedoman berperilaku.
Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman
bagi perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional.
Standar tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat
dapat bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga
dapat membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode
etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku yang menjadi kerangka kerja dalam membuat keputusan. Kode Etik juga
memberikan pemahaman kepada perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika
dan moral serta akan menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan
menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.
Berbagai factor mempunyai pengaruh terhadap seseorang dalam membuat
keputusan etis. Factor ini antara lain factor agama, sosial, ilmu pengetahuan atau
teknologi, legislasi atau keputusan yuridis, dana atau keuangan, pekerjaan atau
posisi klien maupun perawat, kode etik keperawatan, dan hak klien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kode etik?
2. Apa yang dimaksud kode etik dalam keperawatan?

1
3. Apa saja faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan etik dalam
praktek keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar dapat mengetahui penegertian kode etik.
2. Agar dapat mengetahui kode etik dalam keperawatan.
3. Agar dapat mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan etik dalam keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KODE ETIK


Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan
penentuan dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode
etik menunjukan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat
telah diterima oleh profesi(Kelly, 1987). Jika anggota profesi melakukan
suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi
berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari
organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai
penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga
kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.

2.2 KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN


Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu baku yg akan menjadi
pedoman bagi perawat pada melakukan tindakan atau praktik keperawatan
profesional. baku tadi merupakan kode etik keperawatan. dengan kode etik
tadi, perawat dapat bertindak sesuai aturan atau aspek sah perawat. Selain
itu, kode etik juga dapat membantu perawat waktu mengalami problem yang
tidak adil. sebab kode etik ialah pernyataan baku profesional yang
dipergunakan menjadi panduan sikap yg menjadi kerangka kerja pada
menghasilkan keputusan. Kode Etik juga menyampaikan pemahaman
kepada perawat buat melakukan tindakan sinkron etika serta moral dan akan
menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tak
nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.

2.1.1 Fungsi Kode Etik Perawat


Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai
landasan atau panduan bagi status perawat profesional yaitu
menggunakan cara:
3
1. memberikan pada rakyat bahwa perawat diharuskan memahami
serta menerima kepercayaan serta tanggungjawab yg diberikan pada
perawat ole masyarakat
2. sebagai pedoman bagi perawat dalam berperilaku serta menjalin
korelasi keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek
etikal
3. memutuskan hubungan-korelasi profesional yg harus dipatuhi yaitu
korelasi perawat menggunakan pasien/klien menjadi advokator,
perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain menjadi sahabat
sejawat, menggunakan profesi keperawatan menjadi seseorang
kontributor dan dengan warga menjadi perwakilan dari asuhan
kesehatan.
4. menyampaikan sarana pengaturan diri menjadi profesi.

2.1.2 Kode Etik Keperawatan Indonesia


Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu tahu
serta menerapkan berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka
bertindak khususnya dalam tindakan asuhan keperawtan. Beberapa
kode etik yg ada pada Indonesia yang harus di miliki sang seorang
perawat professional yaitu:
1) Tanggung jawab Perawat terhadap Individu, famili, dan warga.
a. Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari kebutuhan akan
keperawatan individu, famili dan rakyat.
b. Perawat memelihara suasana lingkungan yg menghormati nilai-
nilai budaya, istiadat-tata cara, serta kelangsungan hidup
beragama berasal individu, famili, serta warga .
c. Perawat senantiasa dilandasi menggunakan rasa lapang dada
ikhlas sinkron dengan prestise serta tradisi luhur keperawatan.
d. Menjalin hubungan kerja sama menggunakan individu, keluarga,
serta masyarakat dalam mengambil prakarsa serta mengadakan
upaya kesehatan.
4
2) Tanggungjawab terhadap Tugas
a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional pada menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan keperawatan sinkron dengan kebutuhan individu,
famili serta rakyat.
b. Perawat harus merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
Jika dibutuhkan sang yang berwenang sinkron menggunakan
ketentuan aturan yg berlaku.
c. Perawat tak akan memakai pengetahuan dan keterampilan
keperawatan buat tujuan yg bertentangan dengan adat-istiadat
kemanusiaan
d. Perawat dalam menunaikan tugas serta kewajibannya senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, rona kulit, umur, jenis
kelamin, sirkulasi politik, dan agama yg dianut dan kedudukan
sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan proteksi dan keselamatan
klien dalam melaksanakan tugas keperawatan dan matang
dalam mempertimbangkan kemampuan Bila menerima atau
mengalihtugaskan tanggungjawab yg ada hubungannya
menggunakan keperawatan.

3) Tanggungjawab terhadap Sesama Perawat serta Profesi


Kesehatan Lainnya
a. Perawat senantiasa memelihara korelasi baik antara sesama
perawat dan dengan energi kesehatan lainnya, baik pada
memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja juga pada
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

5
b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan,
keterampilan, serta pengalamannya kepada sesama perawat dan
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman asal profesi lain
pada rangka mempertinggi kemampuannya.

4) Tanggungjawab terhadap Profesi Keperawatan


a. Perawat senantiasa berupaya meninqkatkan kemampuan
profesional secara berdikari dan bersama-sama menggunakan
jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, serta
pengalaman yg bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan menunjukkan perilaku serta sifat pribadi
yg luhur.
c. Perawat senantiasa berperan dalam memilih pembakuan
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan pada
aktivitas serta pendidikan keperawatan.
d. Perawat secara beserta-sama membina serta memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan menjadi sarana pengabdiannya.

5) Tanggungjawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara


a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan menjadi
kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah pada bidang
kesehatan serta keperawatan.
b. Perawat senantiasa berperan secara aktif menyumbangkan
pikiran pada pemerintah
c. dalam pada menaikkan pelayanan kesehatan dan keperawatan
pada masyarakat. Secara umum , tujuan kode etik keperawatan
merupakan menjadi berikut(kozier, Erb. 1990):
a) menjadi aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan
perawat, pasien, dan anggota tenaga kesehatan lainnya

6
b) menjadi standar dasar buat mengeluarkan perawat Bila ada
perawat yg melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan
buat membantu perawat yg tertuduh suatu permasalahan
secara tidak adil.
c) sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan
keperawatan dan buat mengorientasikan lulusan
keperawatan pada memasuki jajaran praktik keperawatan
profesional.
d) Membantu rakyat dalam memahami sikap keperawatan
profesional.

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA


PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
 Taraf Pendidikan
Rhodes (1985) berependapat bahwa semakin tinggi latar
belakang pendidikan perawat akan membantu perawat buat membuat
suatu keputusan etis. keliru satu tujuan serta acara pendidikan tinggi bagi
perawat artinya menaikkan keahlian kognitif serta kemampuan
membentuk keputusan. (Pardue, 1987).
Penelitian oleh Hoffman, Donoghue dan Duffield (2004)
memberikan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman tak terkait secara
signifikan menggunakan pembuatan keputusan etis pada keperawatan
klinis. Faktor yang bertanggung jawab terhadap variabilitas yang akbar
dalam pembuatan keputusan etis dalam keperawatan klinis ialah nilai
kiprah.

 Pengalaman
Pengalaman sering kali dianggap menjadi faktor krusial yg
mensugesti pembuatan keputusan serta hal ini perlu diperhatikan secara
lebih jauh. Yung (1997) mengusulkan pengalaman yg kemudian pada
menangani masalah etik mensugesti mahasiswa keperawatan pada
7
menyebarkan pembuatan keputusan etis. hasil temuan dari sebuah
penelitian yang yg dilaksanakan Cassels dan Redman ( 1989) perihal
perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana membagikan bahwa
pengalaman yg lalu pada menangani masalah-problem etika atau masalah
etik pada asuhan keperawatan dapat membantu proses pembuatan
keputusan yang beretika. oleh karena itu, ekskavasi pengalaman lalu
yang lain asal pengalaman keperawatan secara umum memungkinkan
pendekatan yang lebih relevan.

 Faktor agama serta adat istiadat


Agama dan latar belakang adat tata cara ialah faktor utama dalam
menghasilkan keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai
yg diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya. buat tahu ini
diperlukan proses.
Semakin tua seseorang akan semakin poly pengalaman serta
belajar, mereka akan lebih mengennal siapa dirinya serta nilai yang
dimilikinya. (Suhaemi, 2003)
Selain faktor kepercayaan , faktor adat norma pula berpengaruh
pada seorang dalam pembuatan keputusan etik. Kaitan tata cara adat serta
akibat pada keperawatan sampai saat ini belum tergali kentara di
Indonesia. Faktor istiadat norma yang dimiliki perawat atau pasien sangat
berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etik. misalnya, setiap rumah
sakit pada memiliki hukum menunggu serta persyaratan pasien yg boleh
ditunggu. namun hal ini acapkali tidak dihiraukan sang famili pasien
dengan alasan rumah jauh atau pasien tidak tenang Bila tidak dinantikan
keluargannya, serta lain-lain. Ini sering menimbulkan duduk perkara etik
bagi perawat antara membolehkan dan tak membolehkan famili
menemani pasien di tempat tinggal sakit. (Suhaemi, 2003)

 Komisi Etik

8
Komisi etik merupakan suatu faktor yang menghipnotis
pembuatan keputusan etis yang didesain sang perawat pada praktiknya
(Ellis dan Hartley, 2001). Sedangkan Ramsey (1999) menjelaskan bahwa
Komisi Etik Keperawatan memberi forum bagi perawat untuk
mengembangkan perhatian serta mencari so lusi di saat mereka
mengalami duduk perkara etik yg tidak dijelaskan oleh dewan etik
kelembagaan. Komisi etik tak hanya memberi pendidikan serta
menawarkan nasehat melainkan juga mendukung rekan-rekan perawat
pada mengatasi persoalan etik yang ditemukkan pada praktik schari-hari.
menggunakan adanya komisi etik, perawat mempunyai kesempatan yang
lebih akbar buat semakin terlibat secara formal dalam pengambilan
keputusan yg etis pada organisasi perawat kesehatan. (Hadad,1998)

 Faktor Ilmu Pengetahuan serta Teknologi


Di abad ke-20 ini, insan sudah berhasil mencapai tingkatan
pengetahuan dan teknologi yang mencakup banyak sekali bidang. insan
telah menjelajahi ruang angkasa dan mendarat pada beberapa planet
selain bumi. Sistem komunikasi anatara negara dapat dilaksanakan
secara pribadi dan kawasan yang jaraknya ribuan kilometer. (Suhaemi,
2003)
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu menaikkan kualitas
hidup serta bisa memperpanjang usia insan menggunakan
ditemukkannya aneka macam mesin mekanik kesehatan, cara
mekanisme baru, dan bahan/obat baru. contohnya klien dengan gangguan
ginjal yang dapat diperpanjang usiannya berkat adanya mesin
hemodialisis. wanita yang mengalami kesulitan hamil bisa dibantu
dengan inseminasi. Kemajuan in menimbulkan pertanyaan yang
bekerjasama menggunakan etika. (Suhaemi, 2003)

 Faktor Legislasi serta Keputusan Yiidis

9
Ketika ini, aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis wacana
duduk perkara etik keschatan sedang sebagai topik yg poly dibicarakan.
aturan keschatan telah meniadi suatu bidang ilmu dan perundang-
undangan baru yg banyak disusun buat menyempurnakan perundang-
undangan usang atau buat mengantisipasi perkembangan dilema hukum
keschatan. sang sebab itu, diharapkan undang-undang praktik
keperawatan dan keputusan menteri kesehatan yg mengatur registrasi
serta praktik perawat. (Suhaemi, 2003)
Perubahan sosial serta legislasi secara konstan saling berkaitan.
Setiap perubahan sosial atau legislasi mengakibatkan timbulnya suatu
tindakan yg merupakan reaksi perubahan tadi. Legislasi adalah jaminan
tindakan menuntut aturan schingga orang yg bertindak tidak sinkron
aturan dapat menimbulkan suatu perseteruan. (Ellis, Hartley, 1990 dalam
Suhaemi, 2003)

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai & juga
aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar & baik
& apa yang tidak benar & tidak baik bagi profesional. Dalam ilmu keperawatan
terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi perawat dalam
melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar tersebut
adalah kode etik keperawatan. Berbagai factor mempunyai pengaruh terhadap
seseorang dalam membuat keputusan etis. Factor ini antara lain factor agama,
sosial, ilmu pengetahuan atau teknologi, legislasi atau keputusan yuridis, dana
atau keuangan, pekerjaan atau posisi klien maupun perawat, kode etik
keperawatan, dan hak klien.

3.2 Saran
Di Indonesia sudah ada tapi perlu didukung dengan adanya perangkat-perangkat
dan aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik. Perlunya ada
sosialisasi yang luas tentang kode etik profesi dan diadakannya pelatihan yang
bersifat review tentang etika profesi secara periodik dan tidak terbatas. Dalam
hukum kesehatan terkait bagaimana suatu keputusan etis dibuat apakah
keputusan yang diambil efektif dan tidak merugikan pasien perlu
dipertimbangkan. Standar etik yang tinggi dapat ditegaskan dan
dikomunikasikan melalui penghargaan publik atau upacara resmi agar menjadi
suatu kebudayaan dalam ruang lingkup kehidupan. Dengan melalui pemahaman
yang benar diharapkan para tenaga kesehatan dapat menjalankan profesinya
berdasarkan apa yang dia pelajari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hegner, B. R. (2003). Nursing Assistant: a Nursing Proces Approach. Jakarta:


EGC.
Suhaemi, M. E., Hajjah, & Ester, M. (2002). Etika Keperawatan. Jakarta: EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai