Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROFESI BIMBINGAN KONSELING

“PROBLEM PELAKSANAAN KODE ETIK PROFESI BK”

Makalah Ini Disusun untuk memenuhi Tugas Semester 2

Dosen Pengampu :

Dr. YUNITA DWI SETYONINGSIH, S. Psi, M. Pd

Disusun Oleh :
1. Siti Aminah (210801003)
2. Marlia Pujiati (210801084)
3. Siti zuniatul khosyi ah (210801006)

BK A SEMESTER 2
PRODI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGIIIURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahiorabil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT telah


memberikan kita semua rahmat taufiq serta hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa
sampai kepada pembaca sekalipun tanpa kendala apapun. Tak luput dari ajaran Nabi
Muhammad SAW sehingga kita senantiasa berada di jalan yang di ridhoi Allah
SWT., beliau yang memperjuangkan ajaran islam hingga akhir hayat beliau.
Allahmma Sholliala Sayyidina Muhammad. Penulisan makalah “Problem
Pelaksanaan Kode Etik Profesi Bk” ini membutuhkan cukup banyak waktu agar
teman –teman sekalian, mahasiswa Prodi BK dan Ibu Dosen pengampu mata kuliah
Profesi Bimbingan Konseling Ibu Dr. Yunita Dwi Setyoningsih, S. Psi, M,Pd dari
Universitas Nahdhatul Ulama Sunan giri dapat membaca makalah ini secara
bersama –sama dengan tujuan yang sama pula tentumya.

Penulisan makalah ini pum masih belum sempurna. Karena kesempurnaan


hanya mlik Allah SWT semata dan yang menulis hanyalah manusia biasa. Jika
terdapat beberapa kata dan kalimat yang kurang tepat, kami sebagai penulis mohon
maaf yang sebesar besarmya. Terima kasih atas parsitipasinya. Semoga makalah ini
bisa menjadi manfaat bagi kita semua. Amin.

Bojonegoro, 23 Mei 2022

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 1
C. TUJUAN ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. BENTUK PELANGGARAN KODE ETIK ............................................ 2
B. SEBAB PELANGGARAN KODE ETIK ................................................ 3
C. BENTUK SANKSI BAGI PELANGGAR KODE ETIK.........................
D. UPAYA PENEGAKAN KODE ETIK..................................................... 4
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 5
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 5
B. SARAN ................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kode etik profesi bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan dan pekerjaan guru bimbingan dan konseling (konselor).
Setiap konselor sejak di bangku kuliah sudah dibekali kode etik profesi konselor
baik secara teoretik dan praktik. Ketika calon konselor praktik di kelas, di
laboratorium, di sekolah, di luar sekolah; mereka harus melaksanakan kode etik
tersebut sehingga terinternalisasikan dalam setiap kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling.

Suatu profesi, di dalamnya mengandung makna khusus, yaitu adanya suatu


kompetensi tertentu yang dapat membedakannya dengan orang lain, profesi lain,
atau pun masyarakat umum. Seorang yang profesional harus memiliki keahlian
khusus yang didukung oleh pendidikan, keterampilan dan kemampuan khusus yang
terencana. Keahlian dan kemampuan khusus itu harus ada bukti formalnya yang
diberikan oleh lembaga atau organisasi profesi, dan diakui, diterima serta dihormati
oleh profesiprofesi lain. Di sini diperlukan program pengembangan sekaligus
pengawasan dari organisasi profesi terhadap praktik-praktik profesional yang
dilakukan oleh anggota profesi. Untuk itu diperlukan sertifikasi ijin praktik yang
mengesahkan seorang anggota profesi telah memenuhi segala persyaratan untuk
menjalankan praktik profesional.

Munculnya kekurangpercayaan masyarakat terhadap suatu profesi adalah


karena dilakukannya praktik-praktik profesional yang menyimpang dari kaidah dan
misi profesi. Akibatnya dalam pelaksanaan praktik pemberian layanan terjadi
persaingan yang tidak sehat antarprofesi dan/atau interprofesi, dan mengabaikan
kode etik profesional. Hal ini menjadi suatu tantangan untuk profesi bimbingan dan

2
konseling, karena masyarakat pada dasarnya mengharapkan agar para konselor
bersikap profesional, jujur, dan terus berlatih untuk mengembangkan diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk pelanggaran kode etik?
2. Apa sebab pelanggaran kode etik?
3. Apa bentuk sanksi bagi pelanggaran kode etik?
4. Bagaimana upacaya penegakan kode etik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahi bentuk pelanggaran kode etik.
2. Untuk mengetahui sebab pelanggaran kode etik.
3. Untuk mengetahui bentuk sanksi bagi pelanggaran kode etik.
4. Untuk mengetahui upaya penegakan kode etik.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. BENTUK PELANGGARAN KODE ETIK
Kasus Pelanggaran Etika Profesi BK
Abkin (2006:94) mengemukakan bahwa penegasan identitas profesi
Bimbingan dan Konseling harus diwujudkan dalam implementasi kode etik dan
supervisinya. terkait dengan implementasi kode etik profesi bimbingan dan
konseling, ditemukan bahwa guru BK atau konselor sekolah memiliki
pemahaman yang relatif rendah terkait dengan kode etik profesi bimbingan dan
konseling, oleh karena itu terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap kode etik
profesi bimbingan dan konseling, diantara sebagai berikut:

1. Terhadap Konseling

a. Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak


terkait dengan kepentingan konseli.
b. Melakukan perbuatan asusila (pelecehan seksual, penistaan
agama, rasialis).
c. Melakukan tindak kekerasan (fisik dan psikologis) terhadap konseli.
d. Kesalahan dalam melakukan pratik profesional (prosedur, teknik,
evaluasi, dan tindak lanjut).
2. Terhadap Organisasi Profesi

a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh


organisasi profesi.
b. Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi untuk
kepentingan pribadi dan atau kelompok).
3. Terhadap Rekan Sejawat dan Profesi

Lain Yang Terkait

a. Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik (penghinaan, menolak


untuk bekerja sama, sikap arogan).
b. Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai
dengan masalah konseli.

4
B. PENYEBAB PELANGGARAN KODE ETIKA PROFESI BK

Pelanggaran kode etik ini umumnya terjadi disebabkan oleh: 1) Tidak


adanya mekanisme atau prosedur yang jelas untuk menyampaikan keluhan
terkait pelanggaran kode etik. Hal ini mengakibatkan kontrol atau
pengawasan dari masyarakat tidak berjalan dengan baik; 2) Pengetahuan
masyarakat yang minim tentang substansi kode etik profesi konselor; 3)
Belum adanya kesadaran etis dari konselor untuk menjaga harkat dan
martabat profesinya; 4) Adanya hubungan kekerabatan antara pelanggar kode
etik dengan pihak yang berwenang menegakkan kode etik; 5) Lemahnya
penegakan hukum di Indonesia sehingga pelaku pelanggaran kode etik
profesi tidak bisa dijerat hukum (Hunainah, 2016). Jadi secara umum semua
terjadi karena kurangnya tanggung jawab profesional dari pelanggar kode
etik (oknum konselor).

C. Bentuk Sanksi Bagi Pelanggar Kode Etik

Seorang konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan


Konseling. Apabila terjadi suatu pelanggaran terhadap kode etik profesi
Bimbingan dan Konseling maka kepada pelaku akan diberikan sanksi sebagai
berikut:

1. Diberikan teguran secara lisan dan tertulis


2. Diberikan peringatan keras secara tertulis.
3. Pencabutan keanggotaan ABKIN (Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia)
4. Pencabutan lisensi
5. Apabila terkait dengan permasalahan hukum/kriminal maka diserahkan kepada
pihak yang berwenang.

5
Apabila terjadi suatu pelanggaran pada kode etik bimbingan dan
konseling makan mekanisme penerapan sanksi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

1. Mendapatkan aduan dari konseli dan atau masyarakat.


2. Pengaduan disampaikan kepada dewan kode etik tingkat daerah.
3. Apabila pelanggaran yang dilakukan masih relative ringan maka
menyelesaiannya dapat dilakukan oleh dewan kode etik daerah.
4. Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk memverifikasi data yang
disampaikan oleh pengadu.
5. Apabila hasil verifikasi oleh dewan kode etik daerah terbukti kebenarannya
maka diterapkan sanksi yang sesuai dengan permasalahannya.

D. Upaya Penegakan Kode Etik

Pada hakikatnya agar profesi Bimbingan dan Konseling menjadi lebih


bermartabat, dimana kode etik ditegakkan harus dimulai dari kesadaran pada diri
konselor sendiri. Guru BK/konselor haruslah memiliki sikap idealis dengan
melaksanakan tugas pokok dan fungssinya secara benar.mereka hendaknya
menumbuhkan perilaku altruistic, yakni keinginan membantu orang lain untuk
menjadi yang lebih baik dibandingkan menuntut haknya.

Untuk menegakkan kode etik profesi Bimbingan dan Konseling dapat


dilakukan hal hal berikut:

1. Konselor hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas kepribadian yang


seharusnya dimiliki oleh konselor. Menurut Sukartini (2011:17) antara lain:
1) Beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa
2) Berpandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk
spiritual, bermoral, individual, dan sosial.
3) Menghargai harkat dan martabat manusia dan hak asasinya.
4) Menampilkan nilai, norma, dan moral yang bberlaku dan berakhlak mulia.
5) Menampilkan integritas dan stabilitas kepribadian.
6) Cerdas, kreatif, mandiri dan berpenampilan menarik.

6
2. Instansi terkait juga dapat menyediakan sarana bagi pengembangan
kompetensi guru BK/konselor, seperti mengadakan workshop/seminar/diklat
dan sejenisnya yang mewajibkan setiap guru BK/konselor untuk mengikuti
kegiatan tersebut.
3. Menyusun regulasi mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di satuan
Pendidikan, dimana regulasi tersebut bertujuan untuk adalah untuk
memperkuat keberadaan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling itu
sendiri.

Agar kebijakan ynag dibuat dapat terlaksana dengan baik maka harus
disertai pengawasan terhadap kebijakan tersebut beserta sanksi tegas bagi para
pelanggarnya.

memiliki profesi pasti dituntut akan tanggung jawabnya, namun tidak banyak
yang memiliki profesii tertentu seringkali melakukan hal yang tidak sesuai etika.
Etika sangat penting bagi seoranf yang memiliki profesi, karena untuk
memaksimalkan profesi itu harus memperhatika etika sebagai pedoman dalam
menjalankan profesi. Etika sangat diperlukan dalam profesi konselor, karena
konselor sangat diperhatikan dalam penyelesaian masalah, dan sering kali
berhubungan dengan hal- hal yang menyangkut moral. Dengan demikian profesi
kode etik diterapkan pada konselor.

Penerapan kode etik konseling akan berjalan ketika dalam menjalankan


profesinya seorang konselor selalu berpedoman dan melihat kembali ke dalam
dasar- dasar kode etik merupakan suatu acuan penting dalam menjalankan
profesi sebagai konselor.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik bimbingan dan konseling adalah aturan-aturan yang harus
di taati oleh siapa saja yang berkecimpung dalam bidang bimbingan dan
konseling. Namun kode etik bimbingan dan konseling belum sepenuhnya
terealisasikan dengan baik, masih banyak kekeliruan atau pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan guru BK/konselor. Adanya pelanggaran-
pelanggaran tersebut terjadi karena kurangnya tangung jawab professional
seorang konselor. Ada 3 jenis pelanggran yang dilakukan seorang konselor
yaitu: pelanggaran terhadap konseli, terhadap organisasi profesi, dan terhadap
teman sejawat atau profesi lain. Untuk menegakkan kode etik bimbingan dan
konseling harus dilakukan upaya-upaya yang dapat membantu menegakkan
kode etik bimbingan konseling seperti melaporkan pelanggar kode etik agar
diberikan sanksi yang sesuai, seorang guru BK/Konselor harus memiliki
kesadaran dan tanggung jawab penuh akan tugas-tugasnya.

B. SARAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah kode etik
konseling, materi ini berisi tentang bagaimana cara menegakkan kode etik
konseling. Jika dalam makalah ini terdapat materi yang belum sempurna kami
atas nama kelompok 10, memohon maaf sebesar- besarnya dan mengharapkan
untuk pembaca memberikan koreksi terhadap kelengkapan serta kebenaran dari
isi makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Eko Sujadi. (2018). Kode Etik Profesi Konseling Serta Permasalahan Dalam Penerapannya.
Tarbawi: Jurnal ilmu pendidikan, vol 14 (2), hal 69-77

Franz Mgnis-Suseno. (1987). Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.


Yogyakarta: Kanisius.

Gladding. (2012). Counseling: a Comprehensive Profession, alih bahasa: Winarno

& Lilian Yuwono, Jakarta: PT. Indeks,

Hunainah. (2016). Etika Profesi Bimbingan Konseling. Bandung: Risqi Press

John Mcleod. (2003). An Introduction to Counselling. Great Britain: Bell & Bain Ltd.,
Glasgow

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). https://kbbi.web.id

Maftu Holik. (2016). Review buku: Ethical Reasoing In The Mental Health Profesions.
Insight: Jurnal bimbingan konseling, Vol 5 (2), hal 204-2015.

Masruri. (2016). Etika Konseling Dalam Kontek Lintas Budaya dan Agama. AlTazkiah, vol 5
(2), hal 139-150.

Mestika Zed. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia

9
10

Anda mungkin juga menyukai