Anda di halaman 1dari 17

Dosen Pengampuh:

Muhammad Yusran, S.Pd., M.Ak

AKUNTANSI SEBAGAI PROFESI, ETIKA DALAM PROFESI AKUNTANSI,


LAHIRNYA PROFESI AKUNTANSI, PROFESI AKUNTANSI DI MASYARAKAT,
DAN PROFESI AKUNTANSI DI INDONESIA

OLEH:

NAMA : IKA JUSNIAR


NIM : C0219327
KELAS : AKUNTANSI B 2019

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaitan yang selalu menghembuskan kebatilan pada
diri kita.
Alhamdulillah dengan rahmat dan pertolongan-Nya, makalah ini dapat di selesaikan
dengan baik. Makalah ini saya susun dengan tujuan sebagai salah satu sumber referensi.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini. Terlebih saya ucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Yusran, S.PD., M.Ak selaku dosen pengampuh mata kuliah Etika Profesi dan
Tata Kelola Korporat.
2. Teman-teman yang selalu memberikan masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
Selama Pembuatan makalah ini saya sudah berusaha dengan maksimal, namun saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saya mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk
kedepannya.

Majene, 26 Februari
2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
D. Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Akuntansi Sebagai Profesi.........................................................................3
B. Etika Dalam Profesi Akuntan....................................................................5
C. Lahirnya Profesi Akuntan..........................................................................7
D. Profesi Akuntan Di Masyarakat................................................................10
E. Profesi Akuntan Di Indonesia...................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi akuntansi adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan
keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan
intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang
bekerja di pemerintah dan akuntan sebagai pendidik (International Federation of
Accountants, Regar, 2003). Seorang mahasiswa akuntansi harus lebih dulu memiliki
kepercayaan diri untuk memiliki niat mengejar karir akuntansi dalam profesi
akuntasi. Sikap kepercayaan diri ini muncul dari tingginya ilmu pengetahuan yang
tinggi, dan pada akhirnya akan menjadi sebuah keahlian yang dimiliki oleh
mahasiswa akuntansi. Subramaniam and Freudenberg, B. (2007) meneliti bahwa
kepercayaan diri dapat meningkatkan tingkat kesuksesan dalam karir profesi
akuntansi, dan terdapat kesimpulan bahwa hal yang harus dipersiapkan oleh
mahasiswa untuk mengejar niat kesuksesannya dalam lingkungan profesionalisme
adalah dapat mengembangkan kepercayaan diri mahasiswa melalui program
pembelajaran terpadu.
Program pembelajaran tersebut dapat diterima mahasiswa melalui pengajaran
yang diberikan oleh pendidik, dimana para pendidik akan memberikan pengetahuan
dan kemampuan untuk berasumsi, berpikir kreatif dan memahami 2 bisnis dalam
konteks luas kepada mahasiswa. Namun, menurut Colby, Ehrlich, Sullivan, & Dolle
(2011) dalam Joseph dan Simon (2014), pendidik dipandang gagal untuk membuat
mahasiswa akuntansi gemar berasumsi, berpikir kreatif dan memahami dalam
konteks luas. Sehingga hal itu dapat mempengaruhi besarnya kepercayaan diri
mahasiswa akuntansi untuk memiliki niat dalam mengejar kesuksesannya di
lingkungan profesionalisme akuntansi.
Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Joseph dan Simon (2014) yang telah
meneliti hubungan antara niat untuk memilih karir akuntansi dan perilaku siswa
akuntansi terhadap profesi akuntansi. Dalam penelitian Joseph dan Simon (2014),
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara niat untuk memilih
karir akuntansi dan perilaku siswa akuntansi terhadap profesi akuntansi, yaitu
pendapat terhadap profesi akuntansi, reputasi akuntan, persyaratan pekerjaan, hasil
pekerjaan dan kepercayaan diri, perilaku etik akuntan dan pengetahuan mengenai
profesi akuntansi. Faktor-faktor tersebut berdasarkan Teori Perilaku Berencana
(TPB), dimana dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia, yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan perilaku kontrol. Teori
ini memberikan dasar kerangka kerja untuk mempelajari niat ke arah perilaku pada
umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Akuntansi Sebagai Profesi ?
2. Bagaimana Etika Dalam Profesi Akuntan ?
3. Kapan Lahirnya Profesi Akuntan ?
4. Bagaimana Profesi Akuntan di Masyarakat ?
5. Bagaimana Profesi Akuntan di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Akuntansi Sebagai Profesi
2. Untuk Mengetahui Etika Dalam Profesi Akuntan
3. Untuk Mengetahui Lahirnya Profesi Akuntan
4. Untuk Mengetahui Profesi Akuntan di Masyarakat
5. Untuk Mengetahui Profesi Akuntan di Indonesia

1
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan yang lebih tentang bagaimana itu Akuntansi Sebagai
Profesi, Etika Dalam Profesi Akuntan, Lahirnya Profesi Akuntan, Profesi Akuntan
di Masyarakat dan Profesi Akuntan di Indonesia.

BAB II

2
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Sebagai Profesi
Pada pertengahan abad ke-20 di Amerika Serikat, ketika disiplin
akuntansi sedang mencari status profesi, Komisi os Standars Pendidikan dan
Pengalaman untuk Akuntan Publik mengeluarkan laporan yang terdaftar tujuh
karakteristik profesi:
1. Sebuah badan khusus pengetahuan.
2. Sebuah mengakui proses pendidikan formal untuk memperoleh pengetahuan
khusus yang diperlukan.
3. Sebuah standar kualifikasi profesional yang mengatur masuk ke profesi.
4. Sebuah standar perilaku yang mengatur relatiomship dari praktisi dengan klien,
kolega, dan masyarakat.
5. Pengakuan status.
6. Penerimaan intherent tanggung jawab sosial dalam pekerjaan diberkahi dengan
kepentingan publik.
7. Sebuah organisasi yang ditujukan untuk kemajuan kewajiban sosial kelompok.
Akuntansi yang memenuhi dua karakteristik polos. Akuntansi adalah
suatu disiplin yang rumit yang memerlukan pendidikan formal untuk menjadi
seorang ahli yang kompeten. Untuk menjadi Akuntan Publik Bersertifikat
(BPA) biasanya membutuhkan gelar sarjana di bidang akuntansi serta lulus
ujian CPA ketat. Menjaga status seseorang sebagai CPA membutuhkan tetap
mengikuti perkembangan terbaru dengan melanjutkan pendidikan. Dalam
memenuhi standart ketiga, profesi akuntansi adalah seperti sejumlah
kelompok yang bersatu untuk memberikan servive kepada masyarakat umum
dari posisi keahlian. Dokter, pengacara, guru, insinyur, dan lain-lain setiap
bentuk kelompok dan melihat diri mereka sebagai professionnals
didedikasikan untuk melayani klien atau pasien.
Kelompok profesional seperti umumnya menentukan siapa yang akan dapat
memperoleh keanggotaan dalam kelompok, dan mereka melakukannya
dengan memenuhi kualifikasi profesional.keanggotaan dalam kelompok juga
memerlukan mematuhi standar perilaku kelompok. Standar tersebut umumnya
termasuk kebutuhan untuk melihat keluar untuk kepentingan terbaik klien.
Hanya mereka yang memenuhi kualifikasi akan diterima ke dalam profesi,
dan individu dapat dikeluarkan dari profesi jika mereka tidak memenuhi
standar tersebut.
Dengan demikian, standar empat atau enam dan cukup menarik.
Empat menunjukkan tha profesi membutuhkan “standar perilaku yang
mengatur hubungan antara praktisi dengan klien, kolega, dan masyarakat” dan
enam menunjukkan perlunya “dan penerimaan tanggung jawab sosial yang
melekat dalam pekerjaan diberkahi dengan kepentingan publik.” Tapi apa
yang harus disertakan dalam standar perilaku yang mengatur hubungan
praktisi dengan klien, kolega, dan masyarakat? Apa yang harus ia
meresepkan? Apa yang profesional berutang kepada masing-masing
konstituen? Salah satu analisis terbaik dari apa yang standar etika
profesionalisme harus dikembangkan oleh Salomo Huebner, pendiri dari
American College. Huebner mendirikan perguruan tinggi untuk memberikan
pendidikan lanjutan untuk penjual asuransi. Dia khawatir tentang mengubah
salesman asuransi menjadi agen profesional. Pada tahun 1915, tujuh tahun
sebelum ia mendirikan perguruan tinggi, Huebner menyampaikan pidato pada
pertemuan tahunan Baltimore Hidup dan New York Life Underwriters, di
mana ia meletakkan visinya tentang apa yang dia pikir itu dimaksudkan untuk
menjadi seorang profesional bisa dibilang sebagai denda Pernyataan tentang
apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang profesional seperti yang ada.
Huebner dikutip empat characterisistics dari professional.

3
1. Profesional yang terlibat dalam panggilan yang berguna dan cukup mulia untuk
menginspirasi cinta dan antusiasme pada bagian dari praktisi.
2. Panggilan profesional dalam prakteknya membutuhkan pengetahuan seorang
pakar.
3. Dalam menerapkan pengetahuan bahwa praktisi harus meninggalkan pandangan
komersial ketat egois dan selalu diingat keuntungan dari klien.
4. Praktisi harus prosses semangat kesetiaan kepada sesama praktisi, dari menolong
untuk umum penyebab mereka semua mengakui, dan tidak harus memungkinkan
setiap tindakan tidak profesional untuk membawa malu pada seluruh profesi.
Tetapi karakteristik yang paling menarik dari profesional dicatat oleh
Huebner adalah thrid tersebut, untuk itu menawarkan resep yang harus diikuti
dalam menentukan apa standar etik harus mengatur seorang akuntan dan apa
tanggung jawab sosial yang melekat dalam pendudukan akuntansi.
Karakteristik Huebner ini membutuhkan profesional untuk “abondon
pandangan komersial ketat egois dan selalu diingat keuntungan dari klien.”
Persyaratan seperti ini penting karena, seperti telah kita lihat, gagasan
profesionalisme telah digunakan oleh banyak kelompok untuk membawa etika
kekhawatiran untuk menanggung dalam dunia bisnis. Dalam menarik untuk
profesi seseorang, dan komitmen onr membuat profesi itu, orang mengambil
responsibilites etis. Sebagai Komisi Standar Pendidikan dan Pengalaman
untuk CPA menunjukkan, menjadi anggota profesi melibatkan satu dalam
standar perilaku yang mengatur hubungan praktisi dengan klien, kolega, dan
masyarakat, serta penerimaan tanggung jawab sosial melekat dalam pekerjaan
diberkahi dengan kepentingan publik. Singkatnya, untuk menjadi profesional
adalah untuk mengambil tanggung jawab etika yang memerlukan
meninggalkan pandangan komersial ketat egois.
Tapi apa pandangan komersial ketat egois? Itu adalah pandangan
mereka yang satu-satunya kepedulian bisnis adalah membuat uang atau
meningkatkan keuntungan. Ini adalah pandangan disuarakan oleh pendukung
ekstrim dari sistem pasar bebas, menggemakan ekonom milton Friedman dan
lain-lain yang bersikeras bahwa “bertanggungjawab primer dan hanya bisnis
adalah untuk meningkatkan keuntungan.” Pandangan seperti mendistorsi
posisi Adam Smith, ayah dari ekonomi pasar bebas kapitalistik. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, Smith, Wealth of Nations, yakin economicts
yang banyak baik berasal dari sistem yang memungkinkan orang untuk
mengejar intersts mereka sendiri. Ini menjadi landasan teoritis dan justifikasi
dari sistem ekonomi pasar kapitalis bebas. Tapi, Smith tidak mengadopsi
“titik stictly komersial pandang,” karena ia bersikeras bahwa mengejar
kepentingan diri sendiri akan contrained dengan pertimbangan etika keadilan
dan kewajaran. “Setiap orang yang tersisa percetly bebas mengejar interst
sendiri, persaingan dengan orang-orang dari laki-laki lain, atau perintah laki-
laki, selama dia tidak melanggar hukum keadilan.” Ada kalanya keadilan
menuntut ketika etis tequired mengorbankan kepentingan sendiri demi orang
lain. Kepala di antara waktu tersebut, tentu cohurse, ketika seseorang
memenuhi obligstions profesi untuk melihat keluar untuk kepentingan terbaik
klien. “pandangan komersial stictly egois” mendorong mengejar kepentingan
diri sendiri tanpa batas – mengejar yang pasti akan mengarah pada keegoisan.
Seperti kita lihat dalam Pembahasan kami egoisme dalam cheapter terakhir,
bahasa inggris menggunakan dua kata yang berbeda, kepentingan diri sendiri
dan selfisness, untuk membedakan antara perilaku yang perfecly diterima
(perilaku mementingkan diri sendiri) dan perilaku yang etis tidak pantas
(perilaku diri ) The bukti baru bijak menentukan. bahwa kita mengasihi diri
kita sendiri neighboras kami, sehingga mengingatkan kita bahwa jika kita
tidak memiliki kepentingan cinta-diri yang sehat dan, kami melakukan

4
keduanya tetangga kita dan diri kita sendiri merugikan. Namun demikian, jika
kita mengejar kepentingan diri dengan mengorbankan orang lain, kita
bertindak tidak etis. Dalam dunia etika, ada kali orang harus mengorbankan
kepentingan mereka sendiri untuk orang lain atau kepentingan umum – yang
harus meninggalkan “pandangan komersial ketat egois”.
Kompetensi berasal dari sintesis pendidikan dan pengalaman. Ini
dimulai dengan penguasaan seperangkat pengetahuan yang diperlukan untuk
penunjukan sebagai akuntan publik bersertifikat. Dalam semua perjanjian dan
dalam semua tanggung jawab, setiap anggota harus berusaha untuk mencapai
tingkat kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa anggota ini
memenuhi tingkat profesionalisme yang tinggi terutama dalam bidang
akuntansi. Kewajiban kedua yang dimiliki akuntan dan yang menjadi
kewajiban semua profesi adalah kewajiban untuk melihat kepentingan terbaik
untuk klien. Ketika seorang akuntan berhadapan dengan klien, setidaknya ada
pemahaman tersirat bahwa akuntan akan melihat kepentingan klien. Akuntan
sebagai profesi karena memiliki tanggung jawab sosial yang melekat dalam
pekerjaan mereka. Penting untuk dicatat bahwa tanggung jawab ini muncul
karena tujuan akuntan, “untuk mempertahankan kesejahteraan publik.”
AICPA diamanatkan untuk menegaskan kewajiban perusahaan akuntansi
untuk masyarakat umum. Jika melakukan audit dan jasa konsultasi untuk
perusahaan yang sama, maka AICPA memiliki tanggung jawab untuk
menegaskan cara-cara yang mungkin bagi seorang akuntan untuk memenuhi
kewajibannya.
Tapi apa prinsip-prinsip yang disebutkan oleh kode etik profesi? Kita
akan beralih ke pemeriksaan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang berasal
dari dalam bab-bab berikutnya. Namun, pertanyaan yang menarik tetap, jika
menjadi profesional membutuhkan membership dalam organisasi, dan kita
tahu semua akuntan tidak CPA dan tidak semua milik AICPA, profesional
dengan? Apakah semua accountants professional? Jika tidak, apakah mereka
terikat oleh kewajiban etik yang sama? Tampak jelas bahwa semua CPA
memenuhi kriteria sebagai profesional. Mereka mengakui ke fraterbity BPA
dengan memenuhi standrads kualifikasi profesional. Mereka telah lulus ujian
CPA ketat untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki keahlian requirsite.
The axam bertindak sebagai perangkat pemantauan untuk melihat siapa yang
memiliki kompetensi untuk dapat diterima dalam dan tetap dalam profesi
CPA.
Kami akan berpendapat bahwa mereka pasti harus tunduk pada
beberapa standrads lainnya. Hanya karena seorang individu tidak CPA atau
anggota AICPA atau kelompok profesional akun lainnya, adalah bahwa tidak
mengikuti individu tidak berkewajiban untuk hidup dengan ketentuan kode
etik. Kode etik dari berbagai contituancies akuntansi, setelah pemeriksaan,
membuat sebagian besar pembacaan commonsencial dari apa yang akan
menjadi responsibilitiesof etis setiap orang dalam situasi penasihat advisee
atau penyedia untuk tergantung atau profeesional terhadap klien rentan, dan
masyarakat umum.
B. Etika Dalam Profesi Akuntan
Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Etika (Yunani Kuno:
“ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah sesuatu dimana dan
bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis

5
dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika
memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Kode Etik Teknisi Akuntansi Indonesia dimaksudkan sebagai panduan
dan aturan bagi seluruh anggota yang bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
instansi pemerintah maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam
pemenuhan tanggungjawab profesionalnya. Tujuan profesi teknisi akuntansi
adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme
tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi pada
kepentingan public. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi:
1. Profesionalisme. Diperlakukan individu yang dengan jelas
dapat identifikasikan oleh pemakai jasa teknisi akuntansi sebagai professional di
bidang akuntansi.
2. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari
teknisi akuntansiikan pada standar kinerja tertinggi.
3. Kepercayaan. Pemakai jasa teknisi akuntansi harus dapat merasa yakin
bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh
teknisi akuntansi.
Kode Etik Teknisi Akuntansi terdiri dari tiga bagian:
a) Prinsip Etika. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang
mengatur pelaksanaan pemberi jasa pofesional oleh anggota. Prinsip Etika
disahkan dan berlaku bagi seluruh anggota.
b) Aturan Etika.  Aturan Etika disahkan dan hanya mengikat anggota Himpunan
yang bersangkutan.
c) Interpretasi Aturan Etika. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang
dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan
setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya, sebagai panduan dalam menerapkan Aturan Etiks, tanpa dimaksudkan
untuk membatasi lingkup dan penerapannya. 
Pernyataan etika profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interprestasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interprestasi
baru untuk menggantikannya. Kepatuhan terhadap kode etik, seperti juga dengan
semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada
pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga
ditentukan oleh adannya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan
pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemerosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak mentaatinya. Jika perlu,
anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan
pemerintah yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporan
untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Adapun prinsip-prinsip etika dalam profesi akuntansi meliputi :
1. Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk

6
bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara
dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik
Dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak
lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Kepentingan utama profesi akuntan adalah
untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan
tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk
mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk
menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik
kepadanya, anggota harus menunjukkan dedikasi untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
3. Integritas
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota dalam praktek
publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota
yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa
audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri,
pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang
ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus
melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan
seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam
hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota
wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih
kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing
masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan
memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Setiap Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan
informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional
yang diberikannya, anggota bisa saja mengungkapkan kerahasiaan bila ada hak atau
kewajiban professional atau hukum yang mengungkapkannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi
jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh

7
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota
adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional
Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan
yang relevan.
C. Lahirnya Profesi Akuntansi
Akuntansi telah ada sejak jaman berabad- abad yang dimulai pada
abad ke-15. Walaupun sebenarnya masih dipertentangkan para ahli mengenai
kapan sebenarnya profesi ini dimulai. Pada abad ke-15 di Inggris pihak yang
bukan pemilik dan bukan pengelola yang sekarang disebut auditor diminta
untuk memeriksa apakah ada kecurangan yang terdapat di pembukuan atau di
laporan keuangan yang disampaikan oleh pengelola kekayaan pemilik harta.
Modern akuntansi, atau metode akuntansi double-entry, pertama kali
didokumentasikan pada awal 1300-an. Double-entry akuntansi pertama kali
didokumentasikan oleh sebuah perusahaan bernama Giovanni Farolfi & Co
sekitar 1300. Luca Pacioli, ayah dari akuntansi, menulis buku pertama tentang
akuntansi double-entry pada tahun 1494.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada sejak masa era
penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso
1995). Perjalanan yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia
dapat di temui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan
Amphioen Socitey yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era
ini Belanda memakai sistem pembukuan berpasangan (Double-entry
bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan ole H luca Pacioli.
Perusahaan VOC milik Belanda yang merupakan organisasi komersial utama
selama masa penjajahan memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di
Indonesia selam era ini (Diga dan Yunus 1997). Akuntan – akuntan Belanda
itu kemudian mendominasi akuntan di perusahaan – perusahaan yang juga di
monopoli penjajahan hingga abad 19. Kesempatan bagi akuntan lokal
(Indoenesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya
Belanda dari Indonesia. Sampai tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan
yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soemarso 1995). Praktik
akuntansi model Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan
(1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem
akuntansi model Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan akuntansi hanya
diselenggarakan oleh Departemen Keuangan berupa kursus ajun akuntansi di
Jakarta. Persertanya saat itu 30 orang termasuk Prof.Sumardjo dan
Prof.Hadibroto. Bersama 4 akuntan lulusan pertama FEUI dan 6 lulusan
Belanda, Prof.Sumardjo merintis pendirian Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
tanggal 23 Desember 1957. Pada tahun yang sama pemerintah melakukan
nasionalisasi terhadap perusahaan – perusahaan milik Belanda. Hal ini
menyebabkan akuntan – akuntan Belanda kembali ke negrinya dan pada saat
itu akuntan Indonesia semakin berkembang. Perkembangan itu semakin pesat
setelah Presiden meresmikan kegiatan pasar modal 10 Agustus 1977 yang
membuat peranan akuntansi dan laporan keuangan menjadi penting. Bulan
Januari 1977 Mentri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor

8
43/1977 Tentang Jas Akuntan menggantikan Kepmenkeu 763/1968. Selain
mewajibkan akuntan publik memiliki sertifikat akuntan publik, juga akuntan
publik asing diperbolehkan praktik di Indonesia sepanjang memenuhi syarat.
Melihat kondisi profesi akuntansi dan peranannya di Indonesia sampai
saat ini, maka profesi akuntan memiliki beberapa keunggulan :
1. Kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja
2. Kesempatan untuk meningkatkan kualitas profesi melalui jenjang pendidikan S2
dan S3 serta pendidikan profesi berkelanjutan
3. Keleluasan dalam menentukan pilihan profesi (akuntan publik, akuntan
manajemen, akuntan pemerintah, akuntan pendidik)
Sejarah Profesi Akuntan terbagi menjadi 3 periode, yaitu :
1) Orde Lama
Indonesia Merdeka. Namun profesional akuntansi di tanah air saat itu masih
sangat minim. Hal itu terjadi karena minimnya perhatian dari pemerintah terhadap
Akuntansi mengingat Indonesia saat itu ditimpa segudang masalah politik- ekonomi
pasca menyatakan dirinya merdeka. Presiden Ir. Soekarno yang anti-kapitalis
membuat pelaku bisnis hengkang dari Indonesia yang juga berdampak ikut
hengkangnya para profesional akuntansi asing. Puncak masalahnya adalah saat
Indonesia mengalami inflasi 650% menjelang akhir masa pimpinan Presiden Ir.
Soekarno yang juga adalah sang proklamator RI. Sejarah mencatat, setidaknya pada
masa orde lama ada beberapa hal penting mengenai perubahan dalam bidang
pendidikan akuntansi seperti pemakaian istilah Accounting (Amerika) dan
Accountancy (Inggris) menggantikan istilah Bookkeeper (yang diajarkan Belanda)
dan juga persyaratan menjadi akuntan yang semula harus menyelesaikan doktorandus
ekonomi perusahaan kemudian diharuskan mengambil mata kuliah tambahan seperti
auditing, akunting sistem, dan hokum perpajakan.
Kemudian sejarah lahirnya Profesi Akuntan asli Indonesia juga dimulai pada
orde lama ini dengan membentuk Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Awalnya, pada 17
Oktober 1957,  Prof R Soemardjo bersama 4 alumnus pertama FEUI yaitu Drs.
Basuki Siddharta, Drs Hendra Darmawan, Drs Tan Tong Joe, dan Drs Go Tie Siem
memprakarsai dibentuknya suatu organisasi akuntan Indonesia. Akhirnya suatu
organisasi tersebut diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia yang secara resmi dibentuk
pada 23 Desember 1957 beranggotakan 11 akuntan yang ada saat itu, dan kemudian
disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada 24 Maret 1959.  Dimana setelah hampir 1
dasawarsa berdirinya IAI, Indonesia memiliki 12 Kantor Akuntan pada awal
tahun 1967. Selanjutnya di organisasi akuntan Indonesia inilah Etika Profesi
Akuntansi dan Kode Etiknya dibuat bekerja sama dengan pemerintah. Kesempatan
bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan
mundurnya Belanda dari Indonesia. Sampai tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan
yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari. Praktik akuntansi model Belanda
masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan
akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda.  Nasionalisasi atas
perusahaan yagn dimiliki Belanda dan pindahnya orang-orang Belanda dari Indonesia
pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli.
2) Orde Baru
Indonesia pada masa dibawah pimpinan presiden Soeharto menganut sistem
perekonomian terbuka. Terbitnya Undang-Undang tentang Penanaman Modal Asing
(PMA) dan  Penanaman Modal Dalam Negeri  (PMDN) menandai era baru
pembangunan ekonomi bangsa Indonesia dimulai. Sebagai konsekuensi dari
perekonomian terbuka, Indonesia banyak kedatangan investasi asing/pendanaan yang
masuk dari  dunia Internasional. Hal ini tentu saja berdampak pada kebutuhan akan
jasa profesional Akuntansi. Dan Indonesia kembali kedatangan banyak Akuntan
Asing. Untuk mengatasinya dibuatlah skema joint partnership oleh pemerintah antara
profesional akuntansi asing dengan profesional akuntansi Indonesia untuk mendirikan

9
Kantor Akuntan Gabungan. Pada November 1967 berdirilah Joint Partnership
pertama di Indonesia dengan nama Kantor Akuntan Arthur Young (Amerika) &
Santoso Hartokusumo. Joint Partnership berikutnya pada Mei 1968 dengan nama
Kantor Akuntan Velayo (Filipina) & Utomo. Pada tahun 1970 semua lembaga harus
mengadopsi system akuntasi model Amerika. Pada pertengahan tahun 1980an,
sekelompok teknokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi
dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih
kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar dengan dukungan praktik akuntansi yang
lebih baik.
3) Orde reformasi
Dalam periode ini profesi akuntan publik terus berkembang seiring dengan
berkembangnya dunia usaha dan pasar modal di Indonesia. Walaupun demikian,
masih banyak kritikan-kritikan yang dilontarkan oleh para usahawan dan akademisi.
Namun keberadaan profesi akuntan tetap diakui oleh pemerintaha sebagai sebuah
profesi kepercayaan masyarakat. Di samping adanya dukungan dari pemerintah,
perkembangan profesi akuntan publik juga sangat ditentukan oleh perkembangan
ekonomi dan kesadaran masyarakat akan manfaat jasa akuntan publik. Beberapa
faktor yang dinilai banyak mendorong berkembangnya profesi adalah : Tumbuhnya
pasar modal,
1. Pesatnya pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun non-bank.
2. Adanya kerjasama IAI dengan Dirjen Pajak dalam rangka menegaskan peran
akuntan publik dalam rangka pelaksanaan peraturan perpajakan di Indonesia.
3. Berkembangnya penanaman modal asing dan globalisasi kegiatan perekonomian.
Pada awal 1992 profesi akuntan publik kembali diberi kepercayaan oleh
pemerintah (Dirjen Pajak) untuk melakukan verifikasi pembayaran PPN dan PPN
BM  yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Sejalan dengan perkembangan dunia
usaha tersebut, Olson pada tahun 7979 di dalam Journal Accountanty mengemukakan
empat perkembangan yang harus diperhatikan oleh profesi akuntansi yaitu :
1. Makin banyaknya jenis dan jumlah informasi yang tersedia bagi masyarakat.
2. Makin banyaknya transportasi komunikasi.
3. Makin disadarinya kebutuhan akan kualitas hidup yang lebih baik.
4. Tumbuhnya perusahaan multinasional sebagai akibat dari fenomena pertama dan
kedua.
Konsekuensi perkembangan tersebut akan mempunyai dampak terhadap
perkembangan akuntansi dan menimbulkan :
 Kebutuhan upaya memperluas peranan akuntan, ruang lingkup pekerjaan akuntan
publi semakin luas sehingga tidak hanya meliputi pemerikasaan akuntan dan
penyusunan laporan keuangan.
 Kebutuhan akan tenaga kerja dalam profesi, makin besar tanggungjawab dan
ruang lingkup kegiatan klien, mengharuskan akuntan publik untuk selalu
menambah pengetahuan. Kebutuhan akan standar teknis yang makin tinggi dan
rumit, dengan berkembangnya teknologi informasi, laporan keuangan akan
menjadi makin beragam dan rumit.
Pendapat yang dikemukakan Olson tersebut cukup sesuai dan relevan dengan
fungsi akuntan yang pada dasarnya berhubungan dengan sistem informasi akuntansi.
Dari pemaparan tersebut dikemukakan bahwa profesi akuntan diharapakan dapat
mengantisipasi keadaan untuk pengembangan profesi akuntan di masa datang.
D. Profesi Akuntan di Masyarakat
Secara keseluruhan informan memahami profesi mereka dengan baik. Di sini
informan benar-benar memahami bahwa segala sesuatu yang mereka kerjakan akan
sangat berdampak luas terhadap masyarakat, kepercayaan masyarakat akan semakin
kuat bilamana independensi dapat terus ditegakkan. Selain itu informan juga
memahami bahwa profesi mereka adalah bagian dari bisnis. Secara umum masyarakat
memahami bahwa bisnis merupakan kegiatan untuk mendapatkan keuntungan semata
akan tetapi informan dapat membatasi sejauh mana bisnis dan profesi dapat

10
diselaraskan dan diseimbangkan. Seperti yang diungkapkan oleh Ratno. “Ya mungkin
kedua-duanya, sekarang kita ga usah munafik ya. Yang namanya kita auditor kan kita
juga sebagai profesi dan juga sebagai bisnis. Namun kita di dalam operasi auditee ini
harus balance. Dalam artian kita juga ada moral yang harus kita junjung tinggi yaitu
tentang etikanya.” Hal ini juga didukung dari motivasi para informan dimana mereka
memilih profesi sebagai auditor maupun akuntan publik tidak terobsesi untuk
memperoleh keuntungan semata, para informan memilih profesi auditor maupun
akuntan publik karena ketertarikan mereka akan tantangan pekerjaan yang ada,
pekerjaan yang sangat independen, pengakuan professional dari masyarakat, nilai
sosial yang diberikan, dan terjaminnya pasar kerja.
E. Profesi Akuntan di Indonesia
Dalam pelaksanaan yang dilakukan, seseorang yang memiliki profesi sebagai
akuntan disesuaikan dengan bidang akuntansi yang ada. Disebut akuntan jika
seseorang tersebut berkeahlian di bidang akuntansi dan bekerja di sektor akuntansi
pula. Inilah penjelasan beberapa akuntansi yang ada di Indonesia
1. Akuntansi Publik
Dalam menjalani profesi yang ada kaitannya dengan akuntansi publik disebut
juga dengan akuntan publik. Yang dilakukan seorang akuntan publik yaitu melakukan
pemeriksaan keuangan atau auditing. Seorang akuntan publik bisa menjalankan
profesinya berdasarkan izin yang didapatkan dari Menteri Keuangan. Serta wajib
berstatus anggota dari Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI. Profesi dari
akuntan publik ini sifatnya independen tidak terikat oleh perusahaan manapun.
Sebagai pemeriksa keuangan atau jasa, contohnya perhitungan pajak, konsultasi
keuangan, membuat laporan secara mandiri inilah tugas utama akuntan publik. Pada
saat akuntan publik melakukan pemeriksaan keuangan maka dilakukan penulisan
secara wajar disesuaikan dengan standar akuntansi keuangan. Yaitu yang sudah
disusun oleh bagian manajemen perusahaan untuk investor, kreditur dan pihak
eksternal perusahaan.
2. Akuntansi Internal Pada Perusahaan Atau Lembaga
Seorang akuntan internal merupakan akuntan manajemen atau akuntan
perusahaan. Dalam ruang lingkup kerja dari akuntan internal yaitu pada sebuah
perusahaan atau lembaga. Tugas dari akuntan intern melakukan pencatatan tiap-tiap
transaksi keuangan yang ada. Kemudian melakukan penyusunan laporan
keuangan bagi perusahaan atau lembaga. Akuntan internal juga membawahi
kepengurusan masalah pencatatan pajak perusahaan dan melaksanakan pemeriksaan
internal atau auditing di dalam lembaga tersebut. Serta memberikan manfaat pada
tingkat perbaikan dan efisiensi operasi seluruh komponen perusahaan. Dalam
menjalankan peran akuntan internal ini, maka berkaitan dengan konsep dasar
akuntansi yaitu menghasilkan basic data untuk ruang lingkup akuntansi. Dengan
melakukan analisis biaya perusahaan dan membantu manajemen melakukan
pengawasan biaya untuk menekan biaya pemasaran.
3. Akuntan Pemerintah
Sesuai dengan namanya, yaitu akuntan pemerintah tentu bekerja di lembaga
pemerintah. Maka ruang lingkup kerjanya tentu berada pada lembaga-lembaga
pemerintah. Contohnya akuntan bekerja di BPK atau disebut juga Badan Pengawas
Keuangan. Akuntan pemerintah bekerja juga di kantor BPKP atau disebut juga Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Di kantor perpajakan hingga KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). Seorang akuntan pemerintah memiliki tugas utama dalam
melakukan penyusunan laporan keuangan pemerintah. Bahkan melakukan audit pada
setiap institusi pemerintah di berbagai tingkat lembaga. Selain itu para akuntan harus
mengikuti tata cara dan aturan kerja yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga
pemerintah.
4. Akuntan Pendidik
Akuntan Pendidik bisa disebut juga sebagai dosen atau guru. Yang tugasnya
memberikan pengajaran tentang akuntansi pada mata kuliah maupun pelajaran tingkat

11
menengah. Dengan memberikan pendidikan di bidang akuntansi kepada peserta
didiknya. Melaksanakan penelitian serta pengembangan pada bidang akuntansi
hingga menyusun kurikulum pada tingkatan satuan pendidikan, inilah inti dari
akuntan pendidik. Berdasarkan jam kerja dan kinerja yang dilakukan akuntan
pendidikan. Dan rutinitas profesi mengajar sangat fleksibel, maka akuntan pendidik
pun mengambil peran untuk merangkap pekerjaan sebagai pelayan masyarakat.
Dengan membuka praktik secara independen bagi masyarakat atau berbagai pihak
yang membutuhkan keahlian dari akuntan pendidik tersebut. Dengan memahami jenis
akuntan berdasarkan spesifikasinya. maka seorang akuntan melakukan pekerjaannya
dibatasi dengan ruang lingkup dan keahlian di masing-masing bidang. Dalam hal ini
perlu diketahui bahwa ada profesi akuntan berlabel nama profesi yang ada di
Indonesia.
Ada beberapa nama profesi dalam bidang akuntansi yang ada di Indonesia.
Tentunya profesi ini didasarkan pada spesifikasi pekerjaan yang dilakukan. Hal ini
juga akan menambah referensi karir yang ada dan meningkatkan jenjang karir bagi
para profesional.
1. Perencana Keuangan Atau Financial Planner
Seorang financial planner harus memiliki kemampuan yang memadai dan
menekuni profesi tersebut. Salah satu jalan menjadi financial planner yang harus
dilakukan yaitu dengan cara magang pada sebuah perusahaan. Yang mana perusahaan
tersebut bergerak di bidang perencanaan keuangan. Kemudian bisa mengambil
sertifikasi sebagai perencana keuangan yang akan diberikan oleh lembaga terkait.
2. Credit Analyst
Perusahaan yang bergerak dibidang keuangan seperti bank, lembaga
pembiayaan atau leasing, merupakan tempat dimana seorang credit analyst
dibutuhkan. Tugas utama yang dilakukan yaitu melakukan analisis kemampuan calon
pencari kredit. Dalam hal ini untuk melakukan pembayaran kembali pinjaman, yaitu
biaya pokok pinjaman beserta bunga yang ada. Dibutuhkan keahlian yang sangat vital
bagi seorang credit analyst. Dan Perusahaan sangat membutuhkan seorang credit
analyst tersebut.
3. Financial Analyst
Financial analyst dalam melaksanakan pekerjaannya membutuhkan laporan
keuangan. Yang kemudian laporan tersebut dianalisis secara kondisi dan dinilai
berdasarkan kemampuan dari perusahaan di masa yang akan datang. Inti dari analisa
finansial ini menang melakukan identifikasi, memberikan prediksi dalam bisnis.
Kemudian seorang analisa finansial akan memberikan jalan keluar untuk
meminimalisir resiko pada bisnis.
4. Business Analyst
Profesi business analyst ini memberikan pemahaman dalam melakukan
analisa bagi kebutuhan bisnis yang dilakukan, baik perorangan atau perusahaan. Dan
memberikan solusi praktis dengan skill kemampuan mendengarkan yang dimiliki
seorang analis bisnis. Business analyst yang sudah bersertifikasi akan memproduksi
dan mengenali kelainan pada perusahaan. Dan memastikan sebuah perusahaan
berjalan dengan baik secara keseluruhan sesuai dengan visi bisnisnya.
5. Akuntan Profesional
Seorang akuntan profesional bekerja di bidang industri tertentu seperti
industri baja, tambang, kesehatan dan distribusi. Bagi perusahaan besar, seorang
akuntan profesional merupakan seseorang yang sudah memiliki pengalaman. Dan
berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan yang ada pada perusahaan tempat
akuntan profesional bekerja.
6. Auditor Profesional
Ada dua macam profesi auditor yaitu internal auditor dan eksternal auditor.
Pada auditor internal maka seorang auditor bekerja pada perusahaan secara spesifik.
Sementara auditor eksternal bekerja pada sebuah perusahaan yang memang
menyediakan jasa audit secara independen. Dalam melakukan pekerjaan sebagai

12
auditor harus memperhatikan tentang laporan keuangan sebuah perusahaan. Apakah
laporan perusahaan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan atau belum.
7. Konsultan software akuntansi
Tugas dari konsultan software akuntansi yaitu fokus dengan proses bisnis dan
implementasinya. Dengan cara melakukan pengumpulan user requirement, mendesain
jalannya proses bisnis, melakukan analisis perusahaan serta menerapkan
pada software akuntansi seperti Accurate Online. Seorang software konsultan ini
harus memiliki kemampuan dalam mengenali proses bisnis pada suatu industri atau
perusahaan dan menjadikan software akuntansi yang dikenalkan sebisa mungkin
sebagai solusi kebutuhan perusahaan. Dengan adanya penjelasan dari jenis analisis
perusahaan maka akan dipahami lebih mendalam lagi dan menggali kebutuhan
perusahaan, pada akhirnya Anda bisa mengimplemantasikan dan memilihkan
software akuntansi yang kiranya cocok untuk bisnis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Profesi Akuntansi adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan
keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan
intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang
bekerja di pemerintah dan akuntan sebagai pendidik
B. Saran
Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membanguan terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA
Duska Ronald dan Shay DuskaBrenda. Accounting Ethics. Victoria: Black Well
Qalby Dian Nurul. 2015. Akuntansi Sebagai Profesi. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai