Dosen Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “MORALITAS DAN ETIKA BISNIS” dengan baik.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Bisnis. Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
semua pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu penyelesaian
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Segala pendapat,
kritik, dan saran untuk memperbaiki makalah ini akan kami terima dengan senang
hati. Atas perhatian para pembaca semuanya kami ucapkan banyak terima kasih.
Waalaikumsalam Wr.Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.................................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
BAB IV....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era sekarang ini dimana penegakan hukum menjadi jauh lebih kuat, serta
keinginan membentuk masyarakat Madani (cicil society) terus didorong. Maka setiap
perusahaan yang menjalankan bisnisnya diharapkan mampu menjadi salah satu driven
force dalam memujudkan semua itu.kalangan pebisnis adalah mereka yang selama ini
dianggap memiliki peran besar dalam mempertemukan keinginan pemerintah
(government) dan masyarakat (public). Jika diibaratkan sebuah Piramida maka posisi
pemerintah adalah diatas dan masyarakat adalah dibawah, dengan begitu pebisnis
dengan perusahaan yang dimilikinya adalah menempati posisi di tengah.
Karena posisi itu tugas dan tanggungjawab pebisnis menjadi lebih kompleks
terutama harus menjadi agent of development (agen pembangunan). Artinya pebisnis
memiliki fungsi dalam mengubah dan membangun tatanan masyarakat dari yang
kehidupan tradisional ke kehidupan modern, dari pemikiran sederhana ke pemikiran
yang lebih kompleks, terutama merasakan fardah pembangunan tersebut. Termasuk
tanggungjawab para pembisnis mampu menciptakan iklim bisnis yang memiliki nilai-
nilai etika dan bertanggungjawab. Dan tentunya pebisnis diharapkan lebih jauh
mampu mengiring terwujudnya masyarakat Madani.
Moralitas dianggap sebagai salah satu alasan yang mendasari dan mendorong
seseorang bertindak secara beretika. Moral bagian dari jiwa manusia yang tumbuh dan
berdiam dalam diri secara kuat, karena setiap orang bisa mengerti akan makna
kehidupan, serta bagaimana memperlakukan hidup secara lebih bermakna.
1
dan aturan-aturan yang tertulis maupun tidak tertulis. Dimana semua itu dijadikan
sebagai pandangan dalam memahami lebih dalam tentang etika.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman Pengertian dari moralitas dan etika bisnis?
2. Bagaimana hubungan moralitas dan etika bisnis?
3. Bagaimana penyebab moralitas di masyarakat?
4. Bagaimana moralitas dan keputusan bisnis?
5. Bagaimana contoh studi kasus dalam moralitas dan etika bisnis?
C. Tujuan
1. Untuk dapat memahami pengertian moralitas dan etika bisnis.
2. Untuk dapat memahami hubungan moralitas dan etika bisnis.
3. Untuk dapat memahami penyebab moralitas di masyarakat.
4. Untuk dapat memahami moralitas dan keputusan bisnis.
5. Untuk dapat memberikan solusi dalam kasus moralitas dan etika bisnis.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Istilah moral berasal dari kata latin MOS (Moris) yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, tata cara kehidupan. Seseorang yang bermoral tercermin dari perbuatan
yang dilakukan , karena perbuatan adalah bagian dari tindakan moralitas seseorang.
Jadi, tingkah laku dikatakan bermoral apabila tingkah laku itu sesuai dengan nilai-
nilai moral yang berlaku dalam kelompok sosial dimana anak itu hidup.
Menurut KBBI, moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etika atau adat sopan santun. Moralitas adalah istilah yang
dipakai untuk mencakup praktik dan kegiatan yang membedakan apa yang baik dan
apa ynag buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang
tersimbol didalamnya yang dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan dan praktik
tersebut.
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha)
berart “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Perpanjangan dari ada adat membangun suatu
aturan kuat di masyarakat yaitu bagaimana setiap tindak dan tanduk mengikuti aturan-
aturan, dan aturan-aturan tersebut ternyata telah membantuk moral dalam berbisnis
dalam menghargai adat istiadat yang berlaku.
Etika bisnis merupakan pedoman dalam melakukan kegiatan berbisnis dan
meliputi seluruh aspek mulai dari individu, perusahaan sampai masyarakat. Etika
bisnis dalam sebuah perusahaan dapat membentuk suatu norma dan perilaku dalam
membina hubungan yang sehat di dalam lingkungan kerja dan juga hubungan sehat
antara pedagang dan mitra kerjanya. Etika bisnis dianggap mampu menjadi standar
kerja dan pedoman mulai dari pimpinan sampai karyawan untuk menjalankan
pekerjaan sehari-hari, karena dalam berbisnis tidak cukup hanya mengandalkan
kecerdasan, keterampilan atau kepiawaian teknis saja. Prioritas yang mendasar adalah
membangun moral terlebih dahulu.
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
sering terjadi pada saat ini. Cyber crime ini sendiri dilakukan dengan memanfaatkan
sarana dunia maya yangmana digunakan untuk meraup keuntungan.
Didalam konsep moralitas ini sendiri dipaparkan bahwa pada saat seseorang
melaksanakan suatu pekerjaan maka akan sangat memperhatikan paraturan-peraturan
yang sedang berlaku serta juga akan menghindari setiap perilaku yang dilarang untuk
dilakukan dengan alasan melanggar prinsip moralitas. Dimana prinsip moralitas ini
akan terus dimiliki oleh seseorang, sehingga sudah kodratnya untuk selalu diterapkan.
Hal ini kemudian membuat banyak orang bertanya pada diri sendiri: haruskah
mereka selalu mengikuti aturan masyarakat atau melawan jika tidak sesuai dengan
prinsip? Jawabannya adalah semua tergantung situasi dan kondisi. Misalnya, seorang
pengacara diharuskan untuk menemani pencuri ke pengadilan. Pengacara sadar bahwa
tindakan pencuri itu salah, tetapi dia harus membela kliennya dengan cara terbaik.
Tindakan ini mungkin membuat para pengacara tampak tidak bermoral, tetapi mereka
menghormati kode etik kerja mereka.Contoh lain, dalam dunia kedokteran, euthanasia
sering menimbulkan perdebatan. Ketika ada permintaan euthanasia, ia dapat
menerima secara moral karena ia tidak ingin pasiennya terus menderita penyakitnya.
Namun, banyak dokter tidak melakukan ini karena etika kedokteran tidak
mengizinkan tindakan ini. Jadi pasien akan melakukan yang terbaik untuk membantu
pasien agar dia bisa melanjutkan hidupnya.
5
C. Penyebab Pergeseran Moralitas Di Masyarakat
Kondisi masyarakat yang heterogen telah menyebabkan pandangan dan
pemikiran terjadi dalam berbagai segi. Pandangan pro dan kontra pada saat ini
dianggap adalah hal bisa, alam demokrasi telah dirasakan manfaatnya. Sesuatu yang
tabu untuk diucapkan menjadi hal biasa untuk didiskusikan. Di satu sisi masyarakat
menganggap ini sebagai kemajuan, namun di sisi lain masyarakat menganggap ini
sebagai demokrasi yang tidak terkontrol atau melewati batas-batas aturan.
Perubahan hingga membentuknya dinamika kehidupan yang begitu dinamis
pada saat ini tidak terlepas dari peran masuknya berbagai informasi dari luar. Dan
sangat tidak memungkinkan pada saat ini jika sebuah negara bertindak dan bersikap
menghindari dari dunia luar, terutama bagi negara yang sedang melakukan
pembangunan. Aksi atau tindakan yang sifatnya memisahkan diri dari persoalan
internasional dan mengambil sikap sendiri dalam melaksanakan pembangunan (self-
reliant), ini semua merupakan bentuk awal dari percobaan untuk memisahkan diri atau
delinking, atau aksi yang lebih keras dengan sikap yang jauh lebih radikal ini seperti
memisahkan diri dengan sistem dunia ini yang biasa disebut dengan radical delinking.
Kondisi ini memiliki juga terjadi pada dunia bisnis. Bahwa setiap perusahaan
yang memiliki produk dan berkeinginan untuk meriah keuntungan yang semakin
tinggi harus siap menerima berbagai informasi. Berbagai informasi yang diterima
tersebut selanjutnya harus difilter untuk dilakukan pemilihan dan pengalokasian
sesuai dengan tempatnya dengan tujuan dapat diketahui mana informasi yang layak
untuk diterapkan dan yang mana yang tidak layak untuk diterapkan.
Pemilahan informasi berdasarkan porsinya masing-masing telah menempatkan
informasi tersebut memiliki arti penting. Sebuah institusi bisnis yang berkualitas
harus mampu memilah informasi berdasarkan posisinya masing-masing, dan
pemilahan setiap informasi tersebut harus didukung oleh kualitas pihak yang
melakukannya. Jika kemampuan yang memilah adalah rendah maka informasi
tersebut tidak akan mampu untuk dipilah secara baik.
Salah satu persoalan yang akan timbul dari proses pemilahan tersebut pada
saat kepemilikan moralitas sang pemilah adalah rendah. Sehingga pemilahan yang
diharapkan tidak terjadi seperti yang diharapkan, dan itu terlihat pada saat hasil yang
telah dipilah tersebut diaplikasi secara realita. Sehingga salah satu cara untuk
menghindari terjadi atau masuknya informasi yang tidak sesuai dengan konsep
moralitas adalah melakukan pemilihan dan penetapan siapa yang layak untuk duduk
6
sebagai pemilah. Artinya kredibilitas si pemilahharus didasarkan pada kualitas
moralitas yang tinggi. Dengan kepemilikan moralitas yang tinggi tersebutlah nantinya
hasil pemilahan akan memiliki nilai moralitas yang diinginkan.
Pada perusahaan yang bergerak di bisnis infotainment dianggap memiliki
tingkat serius dalam mempengaruhi dan mendorong terbentuknya moralitas di
masyarakat. Masyarakat saat ini begitu menggemari setiap informasi yang disajikan
oleh media dengan konsep infotainment. Konsep media infotainment bersifat
menghibur dan memposisikan masyarakat sebagai pihak yang menikmati informasi
dan turut membayar informasi tersebut dalam bentuk membeli produk seperti yang
didengar dari infotainment tersebut.
Contoh ini terlihat disaat media infotainment baik media cetak atau elektronik
menjelaskan tentang kehidupan malam di kota besar yang penuh dengan
kegermelapan, seperti pub, clubbing, permainan judi, kawasan prostitusi dan
sebagainya. Masyarakat melihat informasi ini dari dua sisi, ada yang melihatnya
sebagai informasi semata, namun ada yang melihat ini lebih dari sekedar informasi
saja. Bagi mereka yang melihat ini lebih dari sekedar informasi berarti ia
berkeinginan untuk mempraktikkan informasi tersebut dengan melakukan peninjauan
langsung danmenikmatitempat-tempatyangdisebutkan tersebut.
Oleh karena itu, informasi yang ditampilkan oleh sebuah media infotainment
harus dikemas dalam bentuk yang bersifat mengedepankan prinsip-prinsip moralitas
yang berlaku di negara tersebut. Bagi negara dengan paham kapitalis mungkin
menganggap jika tempat-tempat yang disebutkan dan diinformasikan di infotainment
tersebut diakui sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi sektor kiri. Sementara di
Negara Indonesia tempat seperti itu tidak dianggap sebagai bagian dari pertumbuhan
ekonomi sektorkiri,bahkan masyarakat menganggap itu sebagai salah satu tempat
yang menyebabkan turunnya moralitas di masyarakat. Ini terlihat dari tingginya angka
protes masyarakat terhadap tempat-tempat yang dianggap melanggar moralitas terjadi
dalam jumlah yang tinggi. Sikap protes tersebut semakin terjadi pada saat menjelang
hari-hari keagamaan, seperti menjelang bulan Ramadhan.
Sehingga dalam konteks moral dan etika, sebuah bisnis yang baik adalah yang
mengedepankan etika dan menjunjung nilai-nilai moral. Sangat berbahaya jika bisnis
dijalankan hanya berlandaskan keinginan untuk meraih keuntungan semata, dan
menghiraukan moral serta etika. Jika itu dilakukan artinya bisnis yang dilakukan
hanya mengejar keuntungan semata, tanpa memikirkan posisinya sebagai agent of
7
development (agen pembangunan). Padahal yang dimaksud dengan pembangunan
adalah termasuk pembangunan dalam arti yang luas yaitu termasuk pembangunan
dalam membentuk manusia yang beretika dan bermoral tinggi, atau lebih jauh
membentuk manusia yang seutuhnya.
Karena harus diakui jika moral dan etika telah bergeser dari koridornya maka
kondisi dan struktur masyarakat juga akan kehilangan arah, mengambang bagaikan
pohon yang telah tercabut dari akarnya. Suatu masyarakat yang bermoralitas dan
beretika tinggi akan mendukung pembentukan national building yang diharapkan.
Selain hal-hal tersebut, masih banyak lagi alasan tentang perusahaan yang
harus ikut serta bertanggungjawab didalam kehidupan masyarakat sekitar. Salah satu
alasanya yaitu perusahaan harus berterima kasih pada masyarakat sekitar. Dimana
salah satu cara untuk mengungkapkan rasa terima aksih itu dengan melaksanakan
pemberdayaan masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam membangun perusahaan.
contoh dari pemberdayaan masyarakat tersebut yaitu dengan pemberian beasiswa,
bantuan pendirian puskemas, pemberian pengobatan gratis, dll. Dengan adanya
bantuan tersebut diharapkan masyarakat sekitar dapat melihat sisi moralitas dari
sebuah perusahaan terhadap masyarakat sekitar.
Didalam sudut pandang manajemen, hal ini disebut dengan CSR (Corporate
Social Responsibility) atau dalam arti lain yaitu tanggung jawab sosial perusahaan.
dengan meluasnya CSR ini maka setiap perusahaan dituntut untuk dapat memiliki
moralitas yang tinnggi pada masyarakat sekitar.
8
Didalam sebuah bisnis pasti berfokus untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal serta juga untuk memberikan kepuasan kepada para pemegang saham. Hal
ini dikarenakan para pemegang saham disebut juga sebagai pemilik dari perusahaan
tersebut, sedangkan untuk manajemen perusahaan disebut sebagai orang – orang yang
bekerja untuk memberikan kepuasan kepada para pemegang saham. Atau dengan arti
lain berarti manajemen perusahaan memiliki tugas untuk dapat mencapai target yang
diinginkan. Salah satu target yang diinginkan yaitu meningkatkan keuntungan yang
diwujudkan dengan penerimaan deviden yang diterima stabil dan diharakan untuk
terus meningkat. Dengan adanya hal ini, maka perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk melaksanakan moralitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan jika moralitas
diabaikan maka akan berdampak pada kerusakan lingkungan meskipun banyak pula
perusahaan yang mendapatkan keuntungan.
Sebuah bisnis memiliki hubungan yang erat dengan masalah keuangan, hal ini
dikarenakaan memang tujuan awal dari sebuaah bisnis yaitu untuk memperoleh
keuntungan dalam bentuk financial. Sehingga dengan adanya hal ini aktivitas bisnis
seringkali memunculkan pelanggaran didalam nilai moralitas. Hal ini dikarenakan
adanya keinginan untuk meraih keuntungan yang lebih banyak dalam waktu yang
cepat.
9
E. Kasus Dan Solusi
10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktik dan kegiatan
yang membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan - aturan yang
mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang tersimbol di dalamnya yang
dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan dan praktik tersebut. Seseorang yang
bermoral tercermin dari perbuatan yang dilakukan , karena perbuatan adalah bagian
dari tindakan moralitas seseorang. Jadi, tingkah laku dikatakan bermoral apabila
tingkah laku itu sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam kelompok sosial
dimana anak itu hidup.
11
B. Saran
Untuk membuat moralitas tetap hidup dalam dunia bisnis, maka disahkannya
beberapa aturan ynag membahas tentang etika bisnis. Etika bisnis berisi pandangan-
pandangan yang dalam nafasnya mengandung muatan moralitas. Pelanggaran dari
peraturan tersebut perlu adanya sangsi, dan salah satu tujuan sangsi agar para
pembisnis menghargai posisi pekerjaannya sebagai sebuah profesi yang harus
ditekuni dengan professional. Karena pekerjaan yang bertentangan dengan moralitas
dan yang melibatkan praktik-praktik yang curang tidak bisa dianggap sebagai sebuah
profesi dalam pengertian yang sebenarnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Irham Fahmi, Etika Bisnis Teori Kasus dan Solusi, Alfabeta, Bandung, 2017.
13