Anda di halaman 1dari 28

RINGKASAN MATERI KULIAH

MANAJEMEN STRATEGIK DAN KEPEMIMPINAN

“Etika, Tanggung Jawab Sosial Korporat, Keberlanjutan Lingkungan dan Strategi”

(Kasus: Model CSR Perusahaan Tambang Batubara Di Kabupaten Lahat Terhadap


Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal)

SAP 9

OLEH: KELOMPOK 1

A.A. Ngurah Bagus Dwiprayuda (1807612002) / 02

Ni Made Sri Lestari (1807612006) / 06

Ida Bagus Gede Waisaka Putra (1807612011) / 11

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Ringkasan Materi Kuliah
Manajemen Strategik Dan Kepemimpinan dengan materi Etika, Tanggung Jawab Sosial
Korporat, Keberlanjutan Lingkungan dan Strategi (Kasus: Model CSR Perusahaan Tambang
Batubara Di Kabupaten Lahat Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan
Lokal) dengan tepat waktu. Kami harapkan ringkasan materi kuliah ini dapat memberikan
manfaat dan wawasan dalam kegiatan proses belajar mengajar

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan ringkasan materi kuliah ini. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari
semua pihak kami harapkan untuk peningkatan kualitas tugas kuliah kami selanjutnya. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Denpasar, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

ETIKA, TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT, KEBERLANJUTAN


LINGKUNGAN DAN STRATEGI

A. Pengertian Etika Bisnis .................................................................................................. 1

B. Asal Muasal Standar Etika ............................................................................................. 3

C. Standar Etika .................................................................................................................. 5

D. Strategi Perusahaan dan Etika ........................................................................................ 5

E. Fungsi Etika Bisnis Terhadap Perusahaan ..................................................................... 7

F. Pemicu Dari Strategi Dan Perilaku Bisnis Yang Tidak Etis .......................................... 9

G. Alasan Strategi Perusahaan Harus Beretika ................................................................. 10

H. Strategi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Serta Kelanggengan

Lingkungan Sekitar ...................................................................................................... 11

STUDI KASUS: MODEL CSR PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DI


KABUPATEN LAHAT TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS
KEARIFAN LOKAL

A. Deskripsi Kasus ............................................................................................................ 12

B. Identifikasi Permasalahan............................................................................................. 18

C. Kerangka Teori ............................................................................................................. 18

D. Pembahasan Analisa Kasus .......................................................................................... 20

E. Kesimpulan Dan Rekomendasi .................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 25

iii
ETIKA, TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT, KEBERLANJUTAN
LINGKUNGAN DAN STRATEGI

A. Pengertian Etika Bisnis

Etika berasal dari kata Yunani, yaitu ethos. yang berarti adat istiadat atau kebiasaan
hidup yang baik; baik pada diri seseorang maupun pada kelompok masyarakat. Etika
berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara atau aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang
baik. Etika sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma
yang diberikan oleh moralitas dan etika. Oleh karena itu, yang menjadi standar baik dan
buruk adalah akal atau rasio, rasa atau qolbu dan agama. Etika adalah suatu komitmen untuk
melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar.

Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis
dari bahasa Inggris business, dari kata dasar “busy” yang berarti “sibuk” dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang
sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki
tiga penggunaan, tergantung skupnya-penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada
badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
laba atau keuntungan.

Etika bersifat umum dan teori, sedangkan moral bersifat khusus dan praktis.
Dengan demikian etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-
nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan
masalah yang dihadapi. Pengertian Etika Bisnis menurut beberapa ahli:

1. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis (Velasques, 2002)
2. Menurut Hill dan Jones (1998): Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan
antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin
perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait
dengan masalah moral yang kompleks. Lebih jauh ia mengatakan, “Most of us already

1
have a good sense of what is right and what is wrong. We already know that is wrong to
take action that put the lives other risk” (“Sebagian besar dari kita sudah memiliki rasa
yang baik dari apa yang benar dan apa yang salah. Kita sudah tahu bahwa salah satu untuk
mengambil tindakan yang menempatkan risiko kehidupan yang lain”).
3. Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat
keputusan (Steade)
4. Menurut Business & Society-Ethics and Stakeholder Management, etika bisnis adalah
perilaku yang baik dan buruk atau benar dan salah yang terjadi dalam konteks bisnis.

Jadi etika bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal
dan secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas menunjang maksud dan
tujuan kegiatan bisnis. Ukuran yang sering digunakan adalah norma, agama, nilai positif
dan universalitas. Oleh karena itu istilah etika sering dikonotasikan dengan istilah-istilah tata
krama, sopansantun, pedoman moral, norma susila dan lain-lain yang berpijak pada norma-
norma tata hubungan antar unsur atau antar elemen di dalam masyarakat dan lingkungannya.

Etika bisnis menurut istilah, sering digunakan untuk menunjukkan perilaku etika
seorang manajer atau sumberdaya manusia dalam organisasi bisnis serta stakeholders. Etika
bisnis penting untuk memperhatikan loyalitas para stakeholders dalam membuat keputusan
dan memecahkan masalah perusahaan. Stakeholder adalah semua individu atau kelompok
yang berkepentingan dan berpengaruh pada keputusan perusahaan, yaitu investor, tenaga
kerja, manajemen danpimpinan perusahaan (stakeholders internal), sedangkan pelanggan,
asosiasi dagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat dan konsumen termasuk
stakeholders eksternal.

Tujuan Etika Bisnis antara lain:

1. Menanamkan dan meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.
Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan, jika kesadaran itu
sudah ada, tapi masih lemah dan ragu. Orang yang mendalami etika bisnis diharapkan
memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan ekonomis yang
perlu diberikan perhatian serius Hal ini disebabkan dalam berbisnis perlu memiliki etika
guna memberi kenyamanan berbisinis terhadap partner sehingga partner nyaman
berbisnis dengan kita dan tidak merasakan kekecewaan.
2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta
membantu pembisnis karena moral tidak kalah penting dalam pembentukan sebuah

2
bisnis. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akansanggup menemukan
fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.
3. Membantu pembisnis untuk menentukan sikap moral yang tepat di dalam profesinya agar
perkembangan bisnis selalu dalam kondisi yang sehat.

B. Asal Muasal Standar Etika

Terdapat 3 (tiga) pendekatan tentang bagaimana standar etika bergerak dari satu
bangsa ke bangsa yang lain serta untuk menilai kemampuan perusahaan-perusahaan
multinasional dalam menerapkan paket standar etika yang sama dimanapun perusahaan
tersebut beroperasi.

1. Teori Etika Universal


Teori Etika Universal adalah posisi meta-etika bahwa beberapa sistem etika, atau
sebuah etika universal, berlaku secara universal, tanpa memandang budaya,
ras, seks, agama, kebangsaan, orientasi seks, atau faktor pembeda lainnya. Universalisme
moral merupakan lawan dari nihilisme moral dan relativisme moral. Berbagai pemikir
telah mendukung suatu bentuk universalisme moral, dari zaman Platohingga para
pemikir modern. Sikap manusia yang satu terhadap manusia yang lain bermacam-
macam. Ada yang indiferentistis alias acuh tak acuh. Ada yang diskriminatif, membeda-
bedakan orang atas dasar status dan jabatan sosial, kekayaan, warna kulit, ras, dan agama.
Ada yang partikularistis, memandang diri istimewa, khusus, dibanding dengan manusia
lain, cenderung superioristis, menganggap diri lebih tinggi dari manusia lain. Namun, ada
juga yang universalistis, memandang semua orang sama martabat dan kedudukannya.
Dari sinilah lahir paham universalistis, universalisme.
Penganut universalisme moral akan menganggap bahwa setiap manusia memilki
tugas dan kewajiban yang sama di manapun ia berada. Karena itu, sebagai manusia, setiap
orang dituntut untuk hidup berperilaku dan bertindak sebagai manusia, sehingga ia dapat
dianggap hidup baik secara moral. Sebagai paham etis, universalisme mengakui dan
menjunjung tinggi kemanusiaan. Meskipun sebagai sebuah konsep bernada abstrak, bagi
mereka yang menganut paham universalisme kemanusiaan merupakan hal nyata.
Kemanusiaan pantas dijaga, dilindungi terhadap serangan, dibela terhadap pemerkosaan,
dan dikembangkan agar mencapai kesempurnaan dan pemenuhannya. Atas dasar
kemanusiaan itu, para penganut universalisme mengakui persamaan kedudukan dan hak-
hak manusia.

3
Kerangka berpikir etis manusia universalis melewati prinsip hadiah dan hukuman.
Dalam berbuat, ia bukan melulu berdasarkan pertimbangan untuk mendapat hadiah atau
menghindari hukuman, tetapi demi kepentingan dan pekara nilai etis yang ada. Dia juga
meninggalkan prinsip resiprositas: berbuat baik agar orang lain balik berbuat baik
kepadanya. Dia berbuat baik kepada orang lain memang karena mau berbuat baik dan hal
itu baik untuk dijalankan. Begitupun dalam hidupnya di masyarakat, dia sudah tak
berpegang pada prinsip penyesuaian diri. Dia bergabung dan aktif dalam masyarakatnya,
bukan agar diterima dan dapat memenuhi harapan kelompok masyarakatnya, melainkan
memang mau berperan dan dapat ikut mengembangkannya. Untuk dapat bersikap dalam
berpikir dan bertindak seperti manusia universal ini, diperlukan disiplin dan latihan yang
makan usaha dan waktu.
Walaupun banyak sisi positif yang tampak pada universalisme moral, tidak
menutup kemungkinan juga ada sisi negatif yang ada di dalamnya. Pandangan universalis
amat luas, seluas alam raya. Penglihatan universalis amat jauh, sejauh segala persoalan
dan permasalahan yang dihadapi manusia. Cita-cita universalis amat tinggi, setinggi
pikiran dan impian manusia. Karena itu, orang universalis dapat tergoda untuk lebih sibuk
memikirkan yang jauh-jauh, pemikiran besar dan cita-cita yang tinggi, tetapi lupa berbuat
nyata. Orang universalis penuh dengan gagasan yang muluk-muluk, tetapi lupa
memikirkan realisasi nyatanya. Orang universalis terpancang pada cita-cita luhur, tetapi
lupa mencari cara bagaimana mencapainya. Dengan gaya hidup seperti itu, orang
universalis cenderung menjadi pengamat dan bukan pelaku kehidupan. Pemberi saran
namun tidak menindaklanjuti, dan penanam cita-cita, tetapi tidak mengusahakan
realisasinya.
2. Teori Etika Relatif
Relativisme berasal dari kata Latin “relativus” yang berarti “nisbi atau relative”.
Sejalan dengan arti katanya, secara umum relativisme berpendapat bahwa
perbedaan manusia, budaya, etika, moral, agama, bukanlah perbedaan dalam hakikat,
melainkan perbedaan karena faktor-faktor di luarnya. Sebagai paham dan pandangan etis,
relativisme berpendapat bahwa yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah
tergantung pada masing-masing orang dan budaya masyarakatnya. Relativisme etis yang
berpendapat bahwa penilaian baik-buruk dan benar-salah tergantung pada masing-masing
orang disebut relativisme etis subjektif atau analitis. Adapun relativisme etis yang
berpendapat bahwa penilaian etis tidak sama, karena tidak ada kesamaan masyarakat
dan budaya disebut relativisme etis kultural.
4
Relativisme itu sendiri berarti paham yang percaya bahwa segala sesuatu itu bersifat
tidak mutlak, mulai dari pengetahuan mau pun prinsip. Terkait dengan istilah relativisme
etika, definisi yang cukup mudah dipahami yaitu “relativisme etika adalah pandangan
bahwa tidak ada prinsip moral yang benar secara universal; kebenaran semua prinsip
moral bersifat relatif terhadap budaya atau pilihan individu”.
3. Teori Etika dan Kontrak Sosial Integratif
Teori kontrak sosial integratif memberikan posisi tengah antara pandangan menentang
universalisme etis dan relativisme etis. Menunjukkan bahwa pandangan secara kolektif
beberapa masyarakat membentuk prinsip etika yang universal (first order). Dalam
kontrak, budaya atau kelompok dapat menentukan tindakan etis (urutan kedua) secara
lokal.

C. Standar Etika

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang professional. Terdapat
tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:

1. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh


karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
member manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
3. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.

D. Strategi Perusahaan dan Etika

Strategi merupakan pilihan pola tindakan atau rencana tentang apa yang ingin
dicapai perusahaan dan hendak menjadi apa suatu organisasi di masa yang akan datang
dengan mengintegrasikan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan serta bagaimana cara
mencapai keadaan yang diinginkan tersebut dengan mengalokasikan sumber daya yang

5
dirancang untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi merupakan suatu kegiatan komprehensif
yang menentukan petunjuk dan pengarahan yang kritis terhadap pengalokasian sumber daya
untuk mencapai sasaran jangka panjang organisasi. Dalam prakteknya pilihan strategi
merupakan sesuatu yang kompleks dan tugas yang berisiko. Beberapa strategi organisasi
diharapkan dapat menghadapi lingkungan yang kompetitif. Disini manajer merencanakan
buaran kekuatan dan kelemahan organisasi dengan kesempatan dan ancaman di
lingkungnya.
Strategi Dalam Organisasi seharusnya dapat mendukung pencapaian misi dan
tujuan organisasi. Dalam pelaksanaannya mereka harus mengaplikasikannya pada berbagai
tingkatan dalam organisasi dan memilih variasi strategi dengan baik. Berikut ini tiga
tingkatan strategi yang dapat ditemukan dalam organisasi: strategi korporasi, strategi bisnis
dan strategi fungsional.
1. Strategi Korporasi
Strategi korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak untuk mengendalikan
kepentingan dan operasi perusahaan yang memiliki lebih dari satu lini usaha. Tujuan
strategi korporasi mengarahkan pengalokasian sumber daya untuk perusahaan secara
total. Keputusan strategi berhubungan dengan penggunaan sumber daya untuk melakukan
akuisisi, pengembangan bisnis baru, kemitraan, operasi global atau pelepasan.
2. Strategi unit bisnis
Strategi unit menyangkut kepentingan dan operasi bisnis unit tertentu. Secara khusus
keputusan strategi unit bisnis meliputi pemilihan bauran produk, fasilitas lokasi atau
teknologi baru dan sebagainya. Strategi ini berupaya menentukan pendekatan apa yang
sebaiknya diambil unit bisnis itu untuk pasarnya dan bagaimana seebaiknya bisnis
dilakukan dengan sumber daya dan kondisi pasarnya.
3. Strategi tingkat fungsional
Strategi tingkat fungsional mengarahkan kegiatan dalam bidang fungsional (keuangan,
pemasaran, penelitian dan pengembangan, SDM, produksi) untuk beroperasi yang
mendukung setiap unit bisnis.
Dari beberapa strategi di atas, etika bisnis yang dapat diterapkan dalam organisasi
bisnis yaitu etika individu pemimpin, etika para pegawai, dan etika organisasi. Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan yang meliputi:
1. Etika organisasi bisnis terhadap konsumen, seperti promosi harus jujur, produk yang
dijual sesuai dengan kemasan yang tertulis.

6
2. Etika organisasi bisnis dengan karyawan, seperti penggajian dilakukan secara transparan,
promosi karyawan dilakukan secara terbuka dan saat dilakukan PHK harus diberi
pesangon.
3. Etika antar organisasi bisnis (pesaing), seperti tidak melakukan penyerobotan tenaga
kerja, melakukan persaingan secara sehat dan promosi tidak saling menjatuhkan.
4. Etika organisasi bisnis dengan investor, seperti tidak menerbitkan saham atau obligasi
fiktif.
5. Etika organisasi bisnis dengan lembaga-lembaga, seperti tidak menghindari pembayaran
pajak, dan tidak menyalahgunakan ijin yang telah diberikan lembaga.

E. Fungsi Etika Bisnis Terhadap Perusahaan

Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan bervariasi antara fungsi


perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan lainnya. Hal ini terjadi karena operasi
perusahaan sangat terspesialisasi dalam berbagai bidang profesi, sehingga setiap fungsi
perusahaan cenderung memiliki masalah etika tersendiri. Berikut ini akan dibahas berbagai
permasalahan etika bisnis yang terjadi di beberapa bidang fungsi perusahaan, yaitu: etika
bisnis di bidang akuntansi (accounting ethics), keuangan (finance ethics), produksi dan
pemasaran (production and marketing ethics), sumber daya manusia (human resources
ethics), dan teknologi informasi (information technology ethics) yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Etika bisnis di Bidang Akuntansi (Accounting Ethics)


Fungsi akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan
demikian kejujuran, integritas, dan akurasi dalam melakukan kegiatan akuntansi
merupakan syarat mutlak yang harus diterapkan oleh fungsi akuntansi. Salah satu praktik
akuntansi yang dianggap tidak etis misalnya penyusunan laporan keuangan yang berbeda
untuk berbagai pihak yang berbeda dengan tujuan memperoleh keuntungan dari
penyusunan laporan keuangan seperti itu. Dalam realita kegiatan bisnis sering kali
ditemukan perusahaan yang menyusun laporan keuangan yang berbeda untuk pihak-
pihak yang berbeda. Ada laporan keuangan internal perusahaan, laporan keuangan untuk
bank, dan laporan keuangan untuk kantor pajak. Dengan melakukan praktik ini, bagian
akuntansi perusahaan secara sengaja memanipulasi data dengan tujuan memperoleh
keuntungan dari penyusunan laporan palsu tersebut.

7
2. Etika bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics)
Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang dijalankan secara
tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor. Pelanggaran etika
bisnis dalam bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui praktik window dressing
terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan mengajukan pinjaman ke bank. Melalui
praktik ini seolah-olah perusahaan memiliki rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga
layak untuk mendapatkan kredit. Padahal sebenarnya kondisi keuangan keuangan
perusahaan tidak sesehat seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang telah
dipercantik. Contoh lain pelanggaran etika keuangan misalnya melalui penggelembungan
nilai agunan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperoleh kredit melebihi nilai
agunan kredit yang sesungguhnya.
3. Etika bisnis di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing Ethics)
Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat menimbulkan
berbagai permasalahan etika bisnis di bidang produksi dan pemasaran. Untuk melindungi
konsumen dari perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan oleh perusahaan,
pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dijelaskan berbagai perbuatan yang
dilarang dilakukan oleh pelaku usaha. Antara lain, pelaku usaha dilarang memproduksi
dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyarakatkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan menurut ukuran
yang sebenarnya.
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
4. Etika Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (Information Technology Ethics)
Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika bisnis paling besar di era 1990-
an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal yang dapat
memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi: serangan terhadap wilayah
privasi seseorang, pengumpulan, penyimpanan, dan akses terhadap informasi usaha
terutama melalui transaksi e-commerce, perlindungan hak cipta yang menyangkut
pembuatan software, musik, dan hak kekayaan intelektual.
8
F. Pemicu Dari Strategi Dan Perilaku Bisnis Yang Tidak Etis

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh berbagai


hal. Salah satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya,
tanpa memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya. Faktor lain yang membuat
pebisnis melakukan pelanggaran antara lain:

1. Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik


2. Mengejar Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain and Selfish Interest)
3. Ingin menambah pangsa pasar
4. Ingin menguasai pasar.
5. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals versus
Personal Values).

Dari faktor-faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh paling
kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama, dibuatlah iklan
dengan sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk mengunggulkann
produk sendiri, tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya bertujuan untuk
menjelek-jelekkan produk iklan lain.

Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari
konsumen dan masyarakat akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai
penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-
nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yag tinggi
pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis. Karyawan yang
berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal
mungkin harus tetap dipertahankan. Berikut ini, ada tiga pemicu utama dari perilaku bisnis
yang tidak etis ditunjukkan sebagai berikut :

1. Pengawasan rusak, memungkinkan mengejar oknum keuntungan pribadi dan kepentingan


(Faulty oversight, enabling the unscrupulous pursuit of personal gain and self-interest)
2. Tekanan berat pada manajer perusahaan untuk memenuhi atau mengalahkan target
kinerja jangka pendek (Heavy pressures on company managers to meet or beat short-
term performance targets)

9
3. Suatu budaya perusahaan yang menempatkan profitabilitas dan kinerja bisnis menjelang
perilaku etis (A company culture that puts profitability and business performance ahead
of ethical behavior)

G. Alasan Strategi Perusahaan Harus Beretika

Ada dua alasan mengapa strategi perusahaan harus etis: (1) karena strategi yang
tidak etis secara moral salah dan mencerminkan keburukan pada karakter personil
perusahaan dan (2) karena strategi etika bisa menjadi bisnis yang baik dan melayani
kepentingan pribadi pemegang saham.
1. Kasus Moral Strategi Etis
Manajer tidak tanpa perasaan menilai apa saja yang strategis untuk mengendalikan.
Pembuatan strategi etis biasanya dimulai dengan manajer sendiri yang memiliki karakter
moral yang kuat (misalnya, yang dipercaya, memiliki integritas, dan benar-benar peduli
tentang melakukan bisnis perusahaan secara terhormat). Manajer dengan prinsip-prinsip
etika yang tinggi biasanya mendukung kode etik perusahaan dan kepatuhan etika yang
kuat, dan mereka benar-benar berkomitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai
perusahaan dan prinsip-prinsip bisnis yang etis.
2. Kasus Bisnis Strategi Etis
Selain alasan moral karena mengadopsi strategi etika, mungkin ada alasan bisnis yang
kuat. Mengejar strategi tidak etis dan toleransi perilaku tidak etis tidak hanya merusak
reputasi perusahaan, tetapi juga dapat mengakibatkan serangkaian luas dari konsekuensi
mahal lainnya
Dampak dari kesalahan etis dari pihak perusahaan melampaui biaya mati untuk
membuat kesalahan untuk kejahatan. Rehabilitasi reputasi perusahaan hancur cukup
memakan waktu dan memakan biaya. Pelanggan menghindari perusahaan yang dikenal
untuk perilaku mereka teduh. Perusahaan diketahui telah terlibat dalam perilaku tidak etis
mengalami kesulitan dalam merekrut dan mempertahankan karyawan berbakat. Kebanyakan
etis masyarakat terhormat tidak ingin mendapatkan terjebak dalam situasi kompromi, juga
tidak ingin reputasi pribadi mereka ternoda oleh tindakan majikan buruk. Kreditur juga akan
terpengaruh oleh tindakan tidak etis dari debitur karena jatuhnya bisnis potensial dan
berisiko pada pinjaman.

10
H. Strategi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Serta Kelanggengan Lingkungan
Sekitar

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)


merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat,
partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya. Program
tanggung jawab perusahaan biasanya meliputi unsur-unsur berikut:
1. Berusaha menerapkan strategi etis dan mengamati prinsip-prinsip etika dalam operasi
bisnis.
2. Memberikan kontribusi amal, mendukung usaha pelayanan masyarakat, Terlibat dalam
inisiatif filantropi yang lebih luas, dan menjangkau untuk membuat perbedaan Dalam
kehidupan yang dirugikan.
3. Mengambil tindakan untuk melindungi lingkungan dan, khususnya, untuk meminimalkan
atau menghilangkan dampak buruk terhadap lingkungan yang berasal dari perusahaan itu
sendiri (aktivitas bisnis).
4. Menciptakan lingkungan kerja yang meningkatkan kualitas hidup bagi karyawan. Banyak
perusahaan mengerahkan usaha ekstra untuk meningkatkan kualitas hidup Karyawan di
tempat kerja dan di rumah.
5. Membangun beragam tenaga kerja berkenaan dengan jenis kelamin, ras, asal negara, dan
Aspek lain yang dibawa orang yang berbeda ke tempat kerja.
Istilah keberlanjutan digunakan dalam berbagai cara. Di banyak perusahaan, hal ini
identik dengan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sebagai tanggapan, sebagian besar
perusahaan besar sudah mulai mengubah cara mereka berbisnis dengan menekankan
penggunaan praktik bisnis yang berkelanjutan. Praktik bisnis yang berkelanjutan
didefinisikan sebagai mereka yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengorbankan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masa depan.

11
STUDI KASUS:

MODEL CSR PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA


DI KABUPATEN LAHAT TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BERBASIS KEARIFAN LOKAL

A. DESKRIPSI KASUS
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah sebuah kewajiban yang dapat merubah pandangan maupun
peri- laku dari pelaku usaha, sehingga CSR dimaknai bukan sekedar tuntutan moral, tetapi
sebagai suatu kewajiban perusahaan yang harus dilaksa- nakan. Sebagaimana diatur dalam
Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas bahwa setiap perseroan yang
menjalankan ke- giatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika CSR tidak dilakukan, maka
perseroan tersebut dike- nakan sanksi sesuai dengan ketentuan perun- dang-undangan.
Dalam Peraturan Menteri Nega- ra BUMN No. PER-08/MBU/2013 Tentang Peru- bahan
ke-4 atas Peraturan Menteri Negara Ba- dan Usaha Milik Negara No. Per 05/MBU/2007
Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan dan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 15 huruf b.
Kewajiban untuk memenuhi CSR oleh perusahaan pengelola sumber daya alam
dalam tataran operasional, belum dapat diimplementasikan, karena kebanyakan pelaku
usaha memandang CSR hanya sebagai sukarela dan bukan kewajiban. Bagi perusahaan CSR
dilandasi oleh nilai moral bukan perintah hukum (paksaan). Dalam kaitan ini, pembangunan
suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap warga negara berperan
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Pada
dasarnya, terdapat 3 (tiga) golongan yang berperan penting dalam pembangunan sebuah
negara. Pertama, pemerintah (government); kedua, masyarakat (community); dan ketiga,
dunia usaha (corporate). Dunia usaha harus berperan mendorong pertumbuhan ekonomi
yang sehat dengan mempertimbangkan pula masyarakat dan lingkungan hidup. Dunia usaha
sekarang tidak hanya memikirkan kegiatan usahanya semata melainkan meliputi aspek
keuangan, sosial dan sector publik.
Ketiga aspek ini merupakan elemen merupakan kunci dari konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Perusahaan dalam hal ini dibebani tanggung jawab
sosial untuk ikut mensejahterakan masyarakat sekitar perusahaan. CSR secara umum

12
diartikan sebagai upaya dari perusahaan untuk menaikkan citranya di mata publik dengan
membuat prog- ram-program amal, baik yang bersifat eksternal maupun internal. Program
eksternal dengan menjalankan kemitraan (patnership) dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder) untuk menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat
dan lingkungan sekitarnya. Secara internal mampu berpoduksi dengan baik, mencapai profit
yang maksimal dan mensejahterakan karyawan. Disimpulkan bahwa CSR atau tanggung
jawab sosial perusahaan adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi berke- lanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan,
dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Isu Strategis di Kabupaten Lahat adalah salah satu daerah yang mempunyai
kandungan batubara sangat tinggi, namun potensi kerusakan lingkungan dan kemiskinan
masyarakat sebagai akibat kegiatan pertambangan belum mendapat perhatian yang serius.
Adapun CSR yang diterapkan belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Terdapat catatan utama terhadap cara
menangapi permasalah ini yakni bahwa keduanya dimulai dari manusianya (people) baik
hasil produksi (output) yang diharapkan maupun sumberdaya (resources) yang menjadi
bahan untuk berproduksi (input). Manusia harus menempati posisi pertama karena untuk
manusialah semua hasil alam ini. Adapun perusahaan harus menempatkan keuntungan
(profit) pada urutan berikutnya dengan cara merubah paradigmanya. Perlu digarisbawahi
bahwa keuntungan yang berlimpah tanpa memberi manfaat (benefit) pada masyarakat
sekitarnya adalah sia-sia, yang pada akhirnya akan terjerumus kedalam kerugian (karena
konflik dengan masyarakat yang berkepanjangan, perusakan asset perusahaan, dan lain-
lain).
Akhir-akhir ini CSR sering mendapatkan sorotan tajam dari berbagai pihak karena
dinilai gagal. Konflik antara masyarakat dengan perusahaan, antara masyarakat dengan
pemerintah yang bersumber dari penguasaan sumber daya alam justru terus terjadi.
Penyebab utamanya adalah program tanggung jawab sosial perusahaan tidak memberikan
pengaruh positif secara berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai makhluk
sosial, setiap ma- syarakat atau komunitas seharusnya memiliki modal sosial, tentu dengan
derajat sosial yang berbeda antara satu masyarakat (komunitas) dan masyarakat lainnya.
Modal sosial itu berupa komunitas sosial meliputi elemen-elemen modal sosial antara lain:
hubungan saling percaya (trust), jaringan sosial (social networks), pranata (institutions) dan
resipositas (pertukaran timbal balik). Kearifan lokal dalam pelaksanaan CSR adalah
perusahaan tetap melakukan kegiatan perusahaannya dengan tetap mengijinkan dan
13
mengembangkan budaya, adat istiadat serta kebiasaan masyarakat setempat. Sebagai bentuk
komunitas lokal yaitu upaya untuk menciptakan social value yang bermakna bagi
masyarakat dan perusahaan demi tercapainya pelaksanaan CSR.
Berikut ini profil mengenai perusahaan pertambangan tersebut beserta CSR yang
dilaksanakan.
1. PT. Batubara Bukit Asam (BA)
PT BA didirikan pada 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42
Tahun 1980. Perseroan terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI),
dengan nama tagline PTBA, pada 23 Desember 2002. Perseroan tergabung dalam Asosiasi
Produsen Batubara Indonesia (APBI) dan Indonesian Mining Asociation (IMA) serta
tergabung ke dalam kelompok badan usaha milik negara (BUMN). Sumber daya dan
cadangan batubara pada PT BA bahwa perseroan memiliki dan mengoperasikan wilayah
IUP (Izin Usaha Pertambangan) operasi produksi di Tanjung Enim seluas 66, 414 hektar,
meliputi Kabupaten Muara enim dan Lahat Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri atas :
1) Air Laya, seluas 7.621 Ha
2) Muara Tiga Besar,
3) Banko Barat, seluas 4.500 Ha
4) Banko Tengah Blok Barat seluas 2.433 Ha
5) Banko Tengah Blok Timur seluas 22.937
6) Bukit Kendi seluas 822 Ha
7) Tambang batubara Ombilin seluas 2.950 Ha
PT. BA secara konsisten terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan
kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dengan menjalankan berbagai program
yang berfokus pada peningkatan taraf hidup masyarakat maupun upaya pelestarian
lingkungan. Untuk itu Perseroan menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan,
berpedoman pada Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-08/MBU/2013 tentang
Perubahan ke-4 atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-
05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil
dan Program Bina Lingkungan. Selain Program PKBL Perseroan menjalankan program Bina
Wilayah sebagai perwujudan Penerapan Pasal 74 Undang-undang No.40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Perseroan telah merumuskan pola kebijakan jangka panjang
yang terintegrasi dalam bentuk “Pedoman CSR PTBA”, yang telah disahkan oleh Direktur
Utama PTBA pada akhir 2011 yang mencakup enam fokus kegiatan:

14
1) Ekonomi
2) Lingkungan
3) Hak azasi manusia
4) Praktik ketenagakerjaan dan kelaikan kerja
5) Tanggung jawab produk
6) Kemasyarakatan
Keenam fokus kegiatan tersebut mengacu kepada kaidah internasional mengenai
keberhasilan implementasi CSR yang ditetapkan oleh Global Reporting Initiatives (GRI),
yang dirumuskan dalam strategi implementasi yang dilandasi oleh etika/norma bisnis yang
berlaku. Perseroan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan pihak lain yang
berkompeten dalam perencanaan dan pelaksanaan program, serta melibatkan masyarakat
secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring program, serta
melaksanakan program yang berdampak langsung terhadap upaya pemberdayaan sosial
ekonomi masyarakat di lingkat tambang. Tujuannya adalah memberi kejelasan mengenai
arah dan pedoman pelaksanaan kegiatan CSR, optimalisasi kinerja, kesesuaian dengan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat, serta peningkatan keberdayaan dan kemandirian
masyarakat melalui peningkatan kualitas pelaksanaan CSR ini diharapkan masyarakat
semakin merasa ikut memiliki dan menjaga keberadaan Perseroan seluruh program
perusahaan berjalan dengan baik memberi manfaat timbal balik dengan masyarakat disertai
terjaganya lingkungan sekitaar. Pelaksanaan CSR pada PT BA dikelompokan kedalam tiga
program yaitu:
1) Kemitraan
PT. BA menargetkan peningkatan kemandirian mitra binaan seraya membantu perluasan
produk mitra binaan di berbagai wilayah. Seiring dengan peningkatan dana kelolaan,
perseroan pelaksanaan tiga pola penyaluran untuk memperluas cakupan, meningkatkan
serapan anggaran dan memperbaki tingkat kolektabilitas. Ketiga pola penyaluran tersebut
adalah penyaluran langsung, penyaluran langsung dalam rangka pembentukan cluster
usaha dan kerjasama penyaluran dengan mitra yang kompeten. Dalam tahun 2012
realisasi penyaluran dana CSR sebesar Rp.125,79 miliar.
2) Bina Lingkungan
PT. BA semakin aktif mengajak dan melibatkan peranan serta masyarakat secara
langsung dalam proses perencanaa, pelaksanaan, maupun monitoring proram
pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat di lingkar tambang, melalui program
“Musrenbang”. Guna mempercepat kemandirian masyarakat, PT. BA menjadikan bidang
15
kegiatan pendidikan menjadi prioritas bersama-sama dengan pelaksanaan pembangunan
sarana dan prasarana yang diperlukan. PT. BA menginisiasi program “Ayo Sekolah”,
yakni program pemberian beasiswa pendidikan tingkat SD, SMP dan SLTA bagi suswa
kurang mampu dengan syarat dan ketentuan berlaku. PT. BA juga berpartisipasi dalam
pelaksanaan program BUMN Peduli yang dikoordinasikan oleh instansi terkait. Dalam
tahun 2012 realisasi penyaluran dana bina lingkungan seberar Rp.64,71 miliar.
3) Bina Wilayah
PT. BA semakin meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan fisik sarana maupun
prasarana secara langsung maupun tidak langsung, selain meningkatkan perannya dalam
kegiatan kemasyarakatan. Dalam tahun 2012 realisasi penyaluran dana bina wilayah
sebesar Rp. 83,25 miliar.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sasaran yang dituju dari pelaksanaan
Program Kemitraan PT. BA adalah peningkatan kemampuan usaha kecil dan koperasi di
sekitar wilayah operasi PT. BA agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba Perseroan. Sedangkan sasaran dan kegiatan Bina Lingkungan adalah
tumbuhnya kehidupan masyarakat yang sejahtera melalui pemberian bantuan bagi tumbuh
dan berkembangnya kesadaran akan perlunya pendidikan, interaksi sosial dan keselarasan
dengan kelestarian lingkungan. Melalui kedua program PKBL tersebut, PT. BA meyakini
akan terjadinya eskalasi pertumbuhan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar
menjadi lebih berdaya dan mandiri serta terpeliharanya hubungan yang harmonis dan
berkesinambungan antara perusahaan dengan masyarakat.
2. PT. Bara Alam Utama (BAU)
PT. Bara Alam Utama dengan lokasi di Kecamatan Merapi Timur dengan lokasi di
Kecamatan Merapi Timur dengan luas lahan 800 Ha, dengan Izin Usaha Pertambangan dari
Bupati Kepala Daerah setempat. PT BAU dengan izin eksporasi tahun 2004 dan sekarang
sudah mulai dengan eksploitasi. Dengan luas wilayah lahan pertambangan 796 Ha. Dengan
penghasilan 1000 ton/tahun. PT. BAU untuk 2012 semua bidang sebesar Rp.
1.845.077.480,-, tahun 2013 sampai bulan Agustus sebesar Rp. 423.149.000,- meliputi
program kemitraan, bina lingkungan dan bina wilayah.
PT BAU sudah melaksanakan program CSR sesuai pedoman yang dicantumkan dalam
RKAB (Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya) yang telah disepakati antara perusaahaan
dan Pemda setempat dan masyarakat. Oleh karena pedoman CSR yang baik sesuai dengan
kepentingan masyarakat sekitar. Berdasar pendapat dari beberapa orang informan, yang

16
diambil dari masyarakat ring 1 sekitar perusahaan, bahwa program CSR yang telah
dilaksanakan meliputi:
1. Program Kemitraan berupa :
1) Penyaluran dana kemitraan ada UKM dan Koperasi dalam bentuk pinjaman lunak
2) Pembinaan usaha kecil dan koperasi melalui program pelatihan dan penyelenggaraan
kewirausahaan
3) Mengikutsertakan mitra binaan pada berbagai pameran berskala nasional untuk
menunjang promosi dan kampanye peasaran produk mitra binaan
4) Meningkatkan kemandirian dan kedisiplinan melalui rekonsiliasi pituang modal
bergulir
Prioritas program kemitraan:
a. Komoditas yang menjadi andalan daerah
b. Komoditas tradisional yang potensial untuk dikembangkan
c. Komoditas yang berpeluang ekspor atau berorientasi ekspor
d. Komoditas yang dapat menyerap tenaga kerja/padat karya
2. Program Bina Lingkungan meliputi:
1) Program bantuan bencana alam
2) Pendidikan dan peningkatan kesehatan masyarakat
3) Pembangunan sarana umum, pengembangan sarana ibadah dan pelestarian alam
Program ini dilaksanakan dalam berbagai pola yang mencakup penyaluran biaya untuk
penyelenggaraan pelatihan, pengadaan modal kerja, sarana dan prasarana untuk
kelompok usaha bersama, penyaluran bantuan dana untuk program peningkatan gizi
balita, pengadaan bibit dan benih ikan, dan pembinaan kelompok usaha bersama (KUB).
3. Program Bina Wilayah
Program ini bertujuan untuk memberdayakan potensi ekonomi masyarakat sekaligus
mewujudkan komitmen PT. BAU untuk bersama-sama menciptakan kualitas hidup yang
lebih baik bagi masyarakat. Program ini berupa pemberian bantuan fisik maupun non-
fisik dengan jangkauan wilayah yang lebih luas. Pada tahun 2012 PT. BAU dalam
pelaksanaan Program Bina Wilayan banyak menyentuh kepentingan masyarakat baik
dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pendidikan, prestasi keolahragaan
maupun partisipasi langsung pada pembangunan daerah sekitar aktivitas operasional yang
disalurkan melalui pemerintah daerah.

17
B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Berdasarkan deskripsi kasus tersebut, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut:
1. Isu Strategis di Kabupaten Lahat adalah salah satu daerah yang mempunyai kandungan
batubara sangat tinggi, namun potensi kerusakan lingkungan dan kemiskinan
masyarakat sebagai akibat kegiatan pertambangan belum mendapat perhatian yang
serius. Adapun CSR yang diterapkan belum memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
2. CSR sering mendapatkan sorotan tajam dari berbagai pihak karena dinilai gagal.
Konflik antara masyarakat dengan perusahaan, antara masyarakat dengan pemerintah
yang bersumber dari penguasaan sumber daya alam justru terus terjadi. Penyebab
utamanya adalah program tanggung jawab sosial perusahaan tidak memberikan
pengaruh positif secara berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. CSR harus memperhatikan kearifan lokal dalam pelaksanaan CSR, yaitu perusahaan
tetap melakukan kegiatan perusahaannya dengan tetap mengijinkan dan
mengembangkan budaya, adat istiadat serta kebiasaan masyarakat setempat. Sebagai
bentuk komunitas lokal yaitu upaya untuk menciptakan social value yang bermakna bagi
masyarakat dan perusahaan demi tercapainya pelaksanaan CSR.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi Perusahaan Tambang Batubara Di
Kabupaten Lahat tersebut, maka perlu dilakukannya analisa terhadap strategi CSR
Perusahaan Tambang Batubara Di Kabupaten Lahat Terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Kearifan Lokal dan memberikan sebuah alternatif tindakan strategis dalam
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi.

C. KERANGKA TEORI
Teori-teori yang akan digunakan sebagai alat analisa untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan dalam menganalisa permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Commission of The European Communities, 2001, mendefinisikan CSR
sebagai aktifitas yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan untuk
mengintegrasikan penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis
mereka dan interaksi dengan stakeholder. CSR dapat berupa bentuk kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang

18
dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi
pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya. Selain itu, CSR
juga merupakan komitmen perusahaan dalam pengembangan ekonomi yang
berkesinambungan dalam kaitannya dengan karyawan beserta keluarganya, masyarakat
sekitar dan masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan peningkatan kualitas hidup
mereka. Dari sudut pandang strategis, suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan
tanggung jawab sosialnya bagi masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika
bisnis mulai mengabaikan tanggung jawabnya, masyarakat cenderung menanggapi
melalui pemerintah untuk membatasi otonomi bisnis.
Terdapat beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk
menerapkan CSR sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni:
a. Moralitas: Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang
berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang
dianggap baik oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.
b. Pemurnian Kepentingan Sendiri: Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan karena pertimbangan kompensasi. Perusahaan
berharap akan dihargai karena tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
c. Teori Investasi: Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena
tindakan yang dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
d. Mempertahankan otonomi: Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
stakeholder untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada
didalam lingkungan kerja dalam pengambilan keputusan manajemen.
Adapun manfaat dari tanggung jawab sosial perusahaan, ialah:
a. Manfaat bagi Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan tentunya akan menimbulkan citra positif
perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah.
b. Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan
perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution.
c. Manfaat bagi Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah merasa memiliki partner dalam menjalankan misi sosial
dari pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial.

19
2. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
a. Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial
cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial.
b. Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan
terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan
diri atau menolak tanggung jawab sosial .
c. Strategi Akomodatif
Strategi Akomodatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan
dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal
tersebut
d. Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung
jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra
positif terhadap perusahaan akan terbangun.
3. Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal (local wisdom) biasanya
diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut
ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan
rakyat. Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal
tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan
pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat

D. PEMBAHASAN KASUS
Kearifan lokal jika dikaitkan dengan pelaksanaan CSR adalah perusahaan tetap
melakukan kegiatan perusahaannya dengan tetap mengijinkan dan mengembangkan budaya,
adat istiadat serta kebiasaan masyarakat setempat. Sebagai bentuk komunitas lokal yaitu
upaya untuk menciptakan social value yang bermakna bagi masyarakat dan perusahaan demi
tercapainya pelaksanaan CSR. Melalui interaksi tersebut kemudian dapat tercipta hubungan
timbal balik yang saling pengertian dan memberikan keuntungan bagi keduanya. CSR
perusahaan banyak dilakukan dengan pola Community Development. Implementasi CSR

20
pada Perusahaan Tambang Batubara Di Kabupaten Lahat Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal adalah sebagai berikut:
1. PT. Batubara Bukit Asam (BA)
PT. BA secara konsisten terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan kegiatan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dengan menjalankan berbagai program yang
berfokus pada peningkatan taraf hidup ma- syarakat maupun upaya pelestarian
lingkungan. Perseroan telah merumuskan pola kebijakan jangka panjang yang terintegrasi
dalam bentuk “Pedoman CSR PTBA”, yang telah disahkan oleh Direktur Utama PTBA
pada akhir 2011 yang mencakup enam fokus kegiatan, yaitu: ekonomi, lingkungan, hak
azasi manusia, praktik ketenagakerjaan dan kelaikan kerja, tanggung jawab produk, dan
kemasyarakatan. Perseroan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan pihak lain
yang berkompeten dalam perencanaan dan pelaksanaan program, serta melibatkan
masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring
program, serta melaksanakan program yang berdampak langsung terhadap upaya
pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat di lingkar tambang. Tujuannya adalah
memberi kejelasan mengenai arah dan pedoman pelaksanaan kegiatan CSR, optimalisasi
kinerja, kesesuaian dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, serta peningkatan
keberdayaan dan kemandirian masyarak. Melalui peningkatan kualitas pelaksanaan CSR
ini diharapkan masyarakat semakin merasa ikut memiliki dan menjaga keberadaan
Perseroan seluruh program perusahaan berjalan dengan baik memberi manfaat timbal
balik dengan masya- rakat disertai terjaganya lingkungan sekitar.
2. PT. Bara Alam Utama (BAU)
PT BAU memiliki pedoman CSR yang dicantumkan di RKAB dengan persetujuan dan
kesepakatan antara perusahaana yang bersangkutan dan Pemerintah Daerah setempat.
Pelaksaan program CSR disampaikan ke Pemerintah Daerah setempat khususnya kepada
Dinas Pertambangan Kabupaten Lahat. Seiring meningkatnya kesadaran dan munculnya
berbagai tuntutan terhadap perusahaan terutama yang mengelola sumber daya alam dan
lingkungan, maka konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengana kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan
datang. CSR harus menjadi bagian dari kewajiban perusahaan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan alam. Realisasi penyaluran dana CSR pada PT
BA untuk tahun 2012 semua bidang sebesar Rp. 1.845.077480,-, tahun 2013 sampai bulan
Agustus sebesar Rp.423.149.000,- meliputi program kemitraan, bina lingkungan dan bina
wilayah.
21
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas dapat dilihat bahwa strategi Pengelolaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang dilakukan oleh PT BA dan PT BAU adalah strategi
proaktif, yaitu adalah perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah berbagi
dari tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan maka
citra positif terhadap perusahaan akan terbangun. CSR merupakan salah satu cara PT. BA
dan PT. BAU untuk menjalankan etika bisnis, yaitu berbisnis secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat.
Dalam menghadapi isu strategis PT. BA dan PT BAU melakukan CSR pemberdayaan
masyarakat berbasis pada kearifan lokal. Dimana model CSR yang digunakan adalah
community development dimana kegiatan pengembangan masyarakat diarahkan untuk
memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi, budaya yang lebih
baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan. Community development
mempunyai 3 karakter yaitu berbasis masyarakat, berbasis sumber daya setempat dan
berkelanjutan. Dengan demikian masyarakat mendapatkan keuntungan dan tetap dapat
melestarikan budaya setempat, tanpa terganggu oleh aktivitas perusahaan disekitarnya. Dan
pihak perusahaan juga dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik tanpa ada konfllik dari
masyarakat setempat.
Beberapa tanggung jawab yang dilakukan PT BA dan PT BAU dalam menggandeng
stakeholders nya yaitu:
1. Tanggung Jawab Ekonomi
PT BA, melalui program Kemitraan dan Bina Lingkungan, PT. BA melaksanakan
program dengan sasasran mampu meningkatkan kemampuan usaha kecil dan koperasi di
sekitar wilayah operasi perseroan agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dana dari bagian laba perseroan. PT BAU dalam hal ini memprioritaskan beberapa hal
dalam Program Kemitraannya yaitu meningkatkan komoditas yang menjadi andalan
daerah dan potensial untuk dikembangkan serta berorientasi ekspor dan dapat menyerap
tenaga kerja yang dapat membantu perekonomian warga sekitar perseroan melalui
Program Pelatihan dan Penyelenggaraan Kewirausahaan.
2. Tanggung Jawab Hukum
PT BA, Perseroan menjalankan program Kemitraan dan Bina Lingkungan berpedoman
dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-08/MBU/2013 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Selain itu,
perseroan juga menjalankan program Bina Wilayah sebagai perwujudan Penerapan Pasal
22
74 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. PT BAU, Perseroan
memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari Bupati Kepala Daerah setempat dan juga
PT BAU sudah memiliki pedoman CSR yang dicantumkan di Rencana Kerja Anggaran
dan Biaya (RKAB) dengan persetujuan dan kesepakatan antara perusahaan yang
bersangkutan dengan pemerintah daerah setempat.
3. Tanggung Jawab Etika
PT BA, Perseroan telah merumuskan pola kebijakan jangka panjang yang terintegrasi
dalam bentuk “Pedoman CSR PTBA” yang mencakup enam fokus kegiatan yang
mengacu kepada kaidah internasional mengenai keberhasilan implementasi CSR yang
ditetapkan oleh GRI, yang dirumuskan dalam strategi implementasi yang dilandasi oleh
etika/norma bisnis yang berlaku, meliputi:
a. Pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan untuk
meingkatkan kesejahteraan komunitas lokal serta masyarakat secara luas
b. Peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup termasuk restorasi lahan pasca tambang
c. Jaminan pelaksanaan non diskriminasi dan penghargaan hak azasi manusia
d. Penerapan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja serta upaya peningkatan
kesejahteraan karyawan
e. Penerapan jaminan keamanan penggunaan produk dengan kepuasan pelanggan
f. Menjalin hubungan harmonis dengan masyarakat yang dilandasi dengan prinsip tata
kelola yang baik
PT BAU juga menunjukan pertanggungjawaban etikanya dengan merumuskan pedoman
CSR.

4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Berdasarkan hasil pemabahasan di atas dapat disimpulkan bahwa realisasi
pelaksanaan CSR pada perusahaan tambang batubara di Kabupaten Lahat dijalankan
sebagaimana dalam aturan perundang-undangan baik yang ada pada PT BA Bukit Asam dan
PT BAU. Pelaksanaan CSR meliputi bidang kemitraan, Bina Lingkungan dan Bina Wilayah.
Adapun peran Pemerintah daerah, tokoh ma- syarakat setempat dalam mewujudkan program
CSR Perusahaan tambang batubara berupa pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan
lokal. Pedoman CSR disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat sekitar
perusa- haan yang dicantumkan dalam RKAB. Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat
ikut memantau, mengawasi, memberikan evaluasi terhadap pelaksanaan CSR
perusahaan.Dalam hal ada perusahaan yang tidak melaksanakan program CSR sesuai dengan
23
pedoman yang tercantum RKAB, maka pemerintah daerah setempat memberikan teguran,
bahkan sanksi atau di- tutupnya/dihentikannya IUP.
Model CSR yang berbasis pada kearfian lokal pada perusahaan tambang batubara
di Kabupaten Lahat merupakan model yang paling sesuai, dikarenakan konsep community
development mempunyai pengertian bahwa masya- rakat setempat yaitu, sekelompok
masyarakat yang hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok
tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Community
development mempunyai tiga karakter yaitu berbasis masyarakat, berbasis sumber daya
setempat dan berkelanjutan. Dengan demikian masyarakat mendapatkan keuntungan dan
tetap dapat melestarikan budaya setempat, tanpa terganggung oleh aktifitas perusahaan di
sekitarnya. Pihak perusahaan juga dapat menjalankan aktifitas dengan baik tanpa ada protes,
konflik dari masyarakat setempat. Dengan demikian perusahaan dengan tujuan utama
memperoleh keuntungan (profit) dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masya- rakat
(people), dan tetap menjaga lingkungan sekitarnya (planet).
Model CSR yang tepat adalah “model kerja kolaborasi” karena tanpa dukungan
masyarakat, pemerintah daerah setempat dan perusahaan mustahil memiliki pelang- gan,
pegawai dan sumber-sumber produksi lainnya yang bermanfaat bagi perusahaan. Agar
program CSR dapat berjalan sesuai dengan aturan dan tujuan, dan tepat sasaran maka sebaik-
nya program CSR diajukan oleh masyarakat sekitar perusahaan sesuai dengan
kebutuhannya. Program CSR tidak boleh overlaping dengan program Pemda setempat.
Sebelum RKAB ditandatangani harus ada persetujuan terlebih dahulu dari pihak perusahaan,
Pemda setempat dan masyarakat.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka rekomendasi kami adalah agar perusahaan
tambang batubara di Kabupaten Lahat tetap dijalankan sebagaimana dalam aturan
perundang-undangan baik yang ada pada PT BA Bukit Asam dan PT BAU dan menerapkan
model CSR dengan model kolaborasi dengan Pemda yang berbasis kearifan lokal sehingga
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan.

24
DAFTAR PUSTAKA

IAI. 2015. Modul Chartered Accountant: Manajemen Strategik dan Kepemimpinan. Jakarta.
Penerbit: IAI.

Suhadi, Antonius, dkk. 2014. “Model Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan
Tambang Batubara di Kabupaten Lahat Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Kearifan Lokal”: Jurnal Dinamika Hukum Volume 14 Nomor 1. Palembang: Universitas
Sriwijaya Palembang.

Thompson, J. A., Strickland, A. J. And Gamble, E.J., 2010. Crafting and Executing Strategy,
Seventeenth Edition. Mc Graw- Hill/Irwin, Inc., New.

25

Anda mungkin juga menyukai