Anda di halaman 1dari 14

PROBLEM SAAT PELAKSANAAN

KODE ETIK

KELOMPOK 6

CHAIRUNNISA AMALIA ISMAIL

(21145005)

Dosen Pengampuh Dra. Suryani Hi. Umar, M.Pd

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Problem Pelaksanaan Kode Etik”.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Saya berharap semoga karya ilmiah yang saya susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Ternate, 24 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan kode etik untuk
konselor di lapangan............................................................................................
B. Dampak pelanggaran kode etik dalam praktik konseli terhadap klien
dan profesi konselor itu sendiri...........................................................................
C. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan
kepatuhan konselor terhadap kode etik.............................................................
D. Perkembangan teknologi dan media sosial mempengaruhi
pelaksanaan kode etik untuk konselor, dan langkah-langkah yang diambil
untuk menghadapi tantangan ini........................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kode etik merupakan seperangkat prinsip atau aturan perilaku yang


dirancang untuk memandu individu atau kelompok dalam sebuah profesi atau
organisasi. Kode etik ini bertujuan untuk memastikan bahwa individu atau
anggota organisasi berperilaku dengan integritas, etika, dan tanggung jawab
sosial. Meskipun kode etik memiliki potensi besar untuk membentuk perilaku
yang baik dan moral, pelaksanaannya sering kali menghadapi berbagai
masalah.

Masalah pelaksanaan kode etik adalah isu yang terus-menerus


menghantui berbagai sektor dan profesi. Dalam era globalisasi dan perubahan
sosial yang cepat, munculnya berbagai dilema etika, konflik kepentingan, dan
ketidakpatuhan terhadap kode etik telah menimbulkan pertanyaan serius
tentang efektivitas dan relevansi kode etik dalam berbagai bidang kehidupan.
Latar belakang masalah ini melibatkan beberapa faktor yang mungkin
termasuk:
1. Ketidakjelasan dalam Kode Etik: Beberapa kode etik mungkin terlalu
abstrak atau ambigu dalam penyusunan, sehingga sulit bagi individu
atau organisasi untuk memahaminya dengan jelas. Hal ini bisa
mengarah pada interpretasi yang bervariasi dan mengurangi kepatuhan.
2. Kurangnya Penegakan: Terdapat kasus di mana kode etik ada, tetapi
tidak ada mekanisme yang efektif untuk menegakkan kode etik
tersebut. Tanpa konsekuensi yang jelas bagi pelanggaran kode etik,
individu cenderung mengabaikannya.
3. Perubahan Nilai dan Norma Sosial: Perubahan dalam nilai dan norma
sosial dapat membuat kode etik yang sudah ada tidak lagi relevan.
Individu atau organisasi mungkin menghadapi tekanan untuk
menyesuaikan kode etik dengan perubahan ini.
4. Konflik Kepentingan: Di banyak kasus, individu atau organisasi
dihadapkan pada konflik antara kepentingan pribadi atau keuntungan
ekonomi dengan kode etik yang harus diikuti. Hal ini dapat
memengaruhi implementasi kode etik.
5. Teknologi dan Komunikasi: Perkembangan teknologi dan media sosial
telah memungkinkan cepatnya penyebaran informasi dan pembeberan
pelanggaran etika. Ini bisa membuat pelaksanaan kode etik lebih rumit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan kode
etik untuk konselor di lapangan?
2. Bagaimana dampak pelanggaran kode etik dalam praktik konseli
terhadap klien dan profesi konselor itu sendiri?
3. Apa saja strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran
dan kepatuhan konselor terhadap kode etik?
4. Bagaimana perkembangan teknologi dan media sosial mempengaruhi
pelaksanaan kode etik untuk konselor, dan apa langkah-langkah yang
diambil untuk menghadapi tantangan ini?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui saja permasalahan yang sering muncul dalam
pelaksanaan kode etik untuk konselor di lapangan.
2. Untuk mengetahui dampak pelanggaran kode etik dalam praktik
konseli terhadap klien dan profesi konselor itu sendiri.
3. Untuk mengetahui strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan konselor terhadap kode etik.
4. Untuk mengetahui perkembangan teknologi dan media sosial
mempengaruhi pelaksanaan kode etik untuk konselor, dan langkah-
langkah yang diambil untuk menghadapi tantangan tersebut.
BAB II PEMBAHASAN
A. Permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan kode etik
untuk konselor di lapangan.
Dalam pelaksanaan kode etik untuk konselor di lapangan, terdapat
beberapa permasalahan yang sering muncul. Permasalahan ini bisa berkaitan
dengan etika profesional, privasi klien, dan hubungan antara konselor dan
klien. Beberapa permasalahan yang sering muncul meliputi:
1. Konflik Kode Etik: Konselor seringkali dihadapkan pada situasi di
mana mereka harus memutuskan antara mematuhi kode etik mereka
dan menghormati hak privasi klien, sementara juga mencoba untuk
memberikan bantuan yang efektif. Ini bisa menjadi konflik etis yang
sulit.
2. Privasi dan Kerahasiaan: Memastikan privasi dan kerahasiaan klien
adalah aspek utama dari etika konselor. Namun, dalam situasi tertentu,
seperti ancaman terhadap keselamatan seseorang atau kewajiban
hukum, konselor mungkin harus mempertimbangkan untuk melanggar
kerahasiaan klien.
3. Dual Relationships: Terkadang, konselor dapat terlibat dalam
hubungan ganda dengan klien, seperti menjadi teman atau anggota
keluarga mereka. Ini bisa menyebabkan konflik kepentingan dan
mengancam profesionalisme konselor.
4. Konflik Nilai: Konselor mungkin memiliki nilai pribadi yang berbeda
dengan klien mereka. Menavigasi konflik nilai ini dapat menjadi tugas
yang sulit, terutama jika nilai-nilai ini bertentangan dengan kode etik
profesi.
5. Batasan Kompetensi: Konselor harus bekerja dalam batasan
kompetensinya. Terkadang, konselor mungkin dihadapkan pada
masalah yang berada di luar bidang keahliannya. Hal ini dapat
menimbulkan risiko untuk klien dan melanggar kode etik.
6. Diskriminasi: Mencegah diskriminasi dan menghormati keragaman
klien adalah prinsip etika utama. Namun, konselor mungkin
dihadapkan pada situasi di mana mereka harus menangani masalah
diskriminasi dan prasangka.
7. Konseling dengan Anak atau Klien Vulnerabel: Konseling dengan
anak-anak atau klien yang rentan dapat memunculkan tantangan
tambahan dalam menjaga etika dan kerahasiaan.
8. Transparansi dan Informed Consent: Memastikan bahwa klien
memahami proses konseling, tujuan, dan risiko yang terlibat adalah
bagian penting dari etika konselor. Terkadang, permasalahan dapat
muncul dalam hal ini.
9. Supervisi dan Dukungan Profesional: Konselor perlu menjalani
supervisi reguler dan mencari dukungan dari rekan seprofesinya. Tapi,
dalam beberapa kasus, konselor mungkin merasa kesulitan dalam
mengejar supervisi atau dukungan yang diperlukan.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini, konselor harus


memiliki pemahaman mendalam tentang kode etik mereka, memiliki
kepekaan terhadap situasi yang memunculkan masalah etika, dan selalu
mencari panduan dari supervisor atau rekan seprofesinya. Selain itu,
komunikasi terbuka dengan klien untuk menjelaskan kode etik dan prosedur
etis juga penting untuk menjaga integritas profesional.

B. Dampak pelanggaran kode etik dalam praktik konseli terhadap klien


dan profesi konselor itu sendiri
Pelanggaran kode etik dalam praktik konseling dapat memiliki dampak
yang serius, baik terhadap klien maupun profesi konselor itu sendiri. Kode etik
adalah seperangkat pedoman dan prinsip yang mengatur perilaku profesional
konselor dan menetapkan standar tinggi untuk menjaga integritas dan
keamanan klien. Beberapa dampak pelanggaran kode etik dalam praktik
konseli termasuk:
1. Dampak Terhadap Klien
a. Kerugian Emosional: Klien mungkin mengalami kerugian
emosional jika mereka mengalami pelanggaran kode etik, seperti
pelanggaran kerahasiaan atau kepercayaan. Ini bisa mengakibatkan
hilangnya kepercayaan dan perasaan terluka.
b. Perasaan Tidak Aman: Pelanggaran kode etik dapat menyebabkan
klien merasa tidak aman dan meragukan integritas konselor. Ini
dapat menghambat proses penyembuhan dan pertumbuhan klien.
c. Kerugian Privasi: Jika konselor tidak menjaga kerahasiaan
informasi klien, hal ini dapat mengancam privasi klien dan bahkan
dapat berdampak buruk pada hubungan dengan orang-orang
terdekat klien.
2. Dampak Terhadap Profesi Konselor
a. Kerusakan Reputasi Profesi: Pelanggaran kode etik oleh seorang
konselor dapat merusak reputasi profesi konselor secara
keseluruhan. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan
masyarakat dan pemangkasan hak untuk berpraktik.
b. Pengawasan Lebih Ketat: Pelanggaran kode etik dapat
menyebabkan pemerintah atau badan pengawas profesi
memberlakukan regulasi yang lebih ketat terhadap profesi konselor,
seperti pengawasan yang lebih intensif atau peraturan tambahan.
c. Sanksi Profesional: Konselor yang melanggar kode etik dapat
dikenai sanksi profesional, seperti pencabutan lisensi atau
penghentian keanggotaan dalam asosiasi profesional.
d. Hilangnya Peluang Karier: Seorang konselor yang terkena sanksi
berat karena pelanggaran kode etik mungkin menghadapi kesulitan
dalam mencari pekerjaan atau membangun karier yang sukses di
masa depan.
Oleh karena itu, penting bagi konselor untuk mematuhi kode etik
mereka dengan cermat dan berusaha menjaga integritas profesional. Konselor
juga harus terus melakukan pendidikan dan pelatihan untuk memahami
perubahan dalam etika dan praktik konseling serta memastikan bahwa mereka
selalu memberikan pelayanan terbaik kepada klien mereka.

C. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan


kepatuhan konselor terhadap kode etik
Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan konselor terhadap kode etik
adalah aspek penting dalam menjaga etika dan profesionalisme dalam
pekerjaan konseling. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan ini:
1. Pelatihan Kode Etik: Memberikan pelatihan berkala tentang kode etik
konseling kepada konselor, baik saat mereka baru mulai bekerja
maupun dalam bentuk pelatihan berkelanjutan. Pelatihan ini harus
mencakup pemahaman mendalam tentang kode etik, implikasinya,
serta studi kasus yang relevan.
2. Diskusi Etika Berkala: Mengadakan pertemuan rutin atau diskusi
kelompok yang fokus pada masalah etika dalam praktik konseling. Ini
membantu konselor memahami dan menerapkan kode etik dalam
situasi praktis.
3. Supervisi Klinis: Memberikan supervisi klinis yang ketat, di mana
seorang konselor berkonsultasi dengan rekan atau supervisor tentang
kasus yang rumit atau etika. Hal ini dapat membantu dalam
pemahaman kode etik dan mendapatkan pandangan dari perspektif
yang berbeda.
4. Peninjauan Kasus Etika: Secara rutin melakukan peninjauan kasus
etika dengan tim konseling. Ini membantu dalam mengidentifikasi isu-
isu etika dalam praktik konseling dan mencari solusi yang sesuai
dengan kode etik.
5. Rujukan ke Sumber Kode Etik: Memastikan konselor memiliki akses
mudah ke sumber-sumber kode etik terbaru, seperti kode etik dari
asosiasi profesional konseling yang relevan. Ini membantu mereka
dalam merujuk dan memahami ketentuan etika saat menghadapi situasi
yang kompleks.
6. Menegakkan Konsekuensi: Memiliki prosedur yang jelas untuk
menegakkan konsekuensi jika kode etik dilanggar. Ini termasuk dalam
situasi di mana pelanggaran etika terjadi. Dengan demikian, konselor
akan lebih mungkin mematuhi kode etik karena mereka menyadari ada
konsekuensi nyata.
7. Pengembangan Budaya Etika: Membangun budaya etika dalam
organisasi konseling. Ini melibatkan penggunaan komunikasi terbuka,
transparansi, dan penekanan pada pentingnya etika dalam praktik
konseling.
8. Sumber Daya Dukungan: Memberikan sumber daya dan dukungan
yang memadai bagi konselor untuk mengatasi stres dan dilema etika.
Dalam beberapa situasi, konflik etika dapat menguji konselor, dan
mereka memerlukan dukungan untuk membuat keputusan yang benar.
9. Evaluasi Kinerja Etika: Melibatkan kinerja etika dalam proses evaluasi
kinerja konselor. Ini memberikan insentif untuk mematuhi kode etik
dan menjaga praktik konseling yang etis.
10. Evaluasi Kendala Etika: Memungkinkan konselor untuk dengan aman
dan anonim melaporkan masalah etika atau kendala yang mereka
hadapi dalam praktik konseling. Ini memungkinkan manajemen untuk
menangani masalah etika secara efektif.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi konseling dapat


meningkatkan kesadaran dan kepatuhan konselor terhadap kode etik, yang
pada gilirannya akan memastikan praktik konseling yang etis dan
professional.

D. Perkembangan teknologi dan media sosial mempengaruhi


pelaksanaan kode etik untuk konselor, dan langkah-langkah yang
diambil untuk menghadapi tantangan ini
Perkembangan teknologi dan media sosial telah memberikan dampak
signifikan pada pelaksanaan kode etik untuk konselor. Konselor memiliki
tanggung jawab etis dalam menjaga kerahasiaan, privasi, dan keamanan klien
mereka, dan perkembangan teknologi baru memunculkan tantangan dalam
menjalankan tugas ini. Berikut adalah beberapa dampak utama dari
perkembangan teknologi dan media sosial pada kode etik konselor dan
langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghadapinya:
1. Privasi dan Keamanan Klien:
 Tantangan: Konselor harus memastikan bahwa informasi klien
tetap aman dan terlindungi dari akses yang tidak sah.
 Langkah-langkah: a. Konselor harus memahami dan
menerapkan teknologi keamanan seperti enkripsi data dan
akses terbatas. b. Memeriksa kebijakan privasi platform online
yang mereka gunakan dan memastikan bahwa mereka
mematuhi peraturan GDPR (General Data Protection
Regulation) atau undang-undang privasi data setempat. c.
Menghindari berbagi informasi klien melalui media sosial atau
email yang tidak aman.
2. Etika dalam Terapi Jarak Jauh:
 Tantangan: Terapi jarak jauh melalui video call atau pesan teks
memunculkan pertanyaan tentang etika dalam menjaga
hubungan terapeutik.
 Langkah-langkah: a. Konselor harus menerima pelatihan
khusus untuk terapi jarak jauh dan mematuhi pedoman etis
yang relevan. b. Pastikan penggunaan platform yang aman dan
terenkripsi untuk terapi jarak jauh.
3. Batasan Komunikasi:
 Tantangan: Komunikasi melalui pesan teks atau email dapat
membatasi pemahaman dan respon konselor terhadap klien.
 Langkah-langkah: a. Mendorong komunikasi langsung atau
video call ketika memungkinkan untuk memahami ekspresi
non-verbal dan nada suara klien. b. Memastikan batasan dan
ekspektasi komunikasi dalam terapi secara tertulis.
4. Pemanfaatan Media Sosial:
 Tantangan: Konselor harus mempertimbangkan bagaimana
penggunaan media sosial pribadi mereka dapat memengaruhi
hubungan dengan klien.
 Langkah-langkah: a. Memisahkan akun media sosial pribadi
dengan akun profesional dan menghindari konten yang dapat
mengganggu hubungan terapeutik. b. Berbicara dengan klien
tentang batasan dalam interaksi di media sosial dan privasi.
5. Etika Penelitian dan Publikasi Online:
 Tantangan: Penelitian dan publikasi online memerlukan
pemahaman yang mendalam tentang etika penelitian dan hak
privasi klien.
 Langkah-langkah: a. Mematuhi pedoman etis dalam penelitian
dan publikasi, termasuk mendapatkan izin tertulis dari klien
jika diperlukan. b. Menggunakan sumber daya sumber terbuka
dan jurnal terkemuka untuk publikasi online.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi dan media sosial,


konselor harus tetap memprioritaskan etika dan keamanan klien di atas
segalanya. Selalu penting untuk terus memperbarui pengetahuan mereka
tentang perubahan dalam teknologi dan melibatkan diri dalam pelatihan etika
yang relevan. Dengan langkah-langkah yang sesuai, konselor dapat menjaga
integritas dan profesionalisme dalam pekerjaan mereka, sambil tetap
memenuhi kode etik profesi konseling.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini, konselor harus
memiliki pemahaman mendalam tentang kode etik mereka, memiliki
kepekaan terhadap situasi yang memunculkan masalah etika, dan selalu
mencari panduan dari supervisor atau rekan seprofesinya. Selain itu,
komunikasi terbuka dengan klien untuk menjelaskan kode etik dan prosedur
etis juga penting untuk menjaga integritas profesional.
Oleh karena itu, penting bagi konselor untuk mematuhi kode etik
mereka dengan cermat dan berusaha menjaga integritas profesional. Konselor
juga harus terus melakukan pendidikan dan pelatihan untuk memahami
perubahan dalam etika dan praktik konseling serta memastikan bahwa mereka
selalu memberikan pelayanan terbaik kepada klien mereka.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi konseling dapat
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan konselor terhadap kode etik, yang
pada gilirannya akan memastikan praktik konseling yang etis dan
professional.
Dalam menghadapi perkembangan teknologi dan media sosial,
konselor harus tetap memprioritaskan etika dan keamanan klien di atas
segalanya. Selalu penting untuk terus memperbarui pengetahuan mereka
tentang perubahan dalam teknologi dan melibatkan diri dalam pelatihan etika
yang relevan. Dengan langkah-langkah yang sesuai, konselor dapat menjaga
integritas dan profesionalisme dalam pekerjaan mereka, sambil tetap
memenuhi kode etik profesi konseling.
DAFTAR PUSTAKA
onesia. Yogyakarta.
Kanisius Medika.
dan Konseling Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai