Pertemuan Ke-14
“KODE ETIK PROFESI INSINYUR”
Disusun Oleh :
RULI ALAUDIN D.
[19 630 045]
Ruli Alaudin. D.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Dibandingkan dengan profesi-profesi yang lain seperti dokter ataupun
pengacara, maka profesi keinsinyuran mungkin termasuk yang paling ketinggalan
didalam membicarakan maupun merumuskan etika profesi-nya dalam sebuah
kode etik insinyur (the code of ethics of engineers). Ada berbagai macam kode
etik yang dibuat oleh berbagai-macam asosiasi profesi keinsinyuran yang ada,
meskipun secara prinsipiil tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan dari kode
etik yang satu dibandingkan dengan yang lainnya.
Struktur dari kode etik profesi tersebut umumnya diawali dengan hal-hal
yang bersifat umum seperti yang tercantum di bagian pendahuluan, mukadimah
atau “general introductory”; dan selanjutnya diikuti dengan serangkaian
pernyataan dasar atau “canon” (dari bahasa latin yang berarti aturan). Canon ini
kemudian dijabarkan secara lebih luas lagi dengan memberikan uraian penjelasan
untuk hal-hal yang bersifat khusus dan/atau spesifik. Kode etik insinyur yang
dipublikasikan oleh ABET ( 1985 ) memulainya dengan dengan introduksi umum
yang berisikan pernyataan tentang 4 (empat) prinsip etika dasar profesi
keinsinyuran sebagai berikut :
Engineer uphold and advance the integrity, honor and dignity of the
engineering profession by (a) using their knowledge and skill for the enhancement
of human welfare; (b) being honest and impartial, and serving with fidelity the
public, their employers and clients; (c) striving to increase the competence and
prestige of the engineering profession; and (d) supporting the professional and
technical societies of their disciplines.
Selanjutnya kode etik versi ABET tersebut diakhiri dengan 7 (tujuh)
fundamental canon yang kemudian dilengkapi lagi dengan uraian penjelasan yang
termuat dalam “Suggested Guidelines for Use with the Fundamental Cannons of
Ethics”. Kode etik yang sama secara substansial tidak ada perbedaan yang terlalu
signifikan dengan versi ABET juga dibuat oleh National Society of Professional
Engineers (1998) yang strukturnya terdiri dari pembukaan (preamble), 5 (lima)
fundamental canons, aturan praktis untuk mendukung dan menjelaskan canon
tersebut, dan satu set yang berisikan 11 (sebelas) “professional obligations”, dan
beberapa keterangan penutup.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan cakupan hak dan kewajiban insinyur!
2. Jelaskan kode etik profesi insinyur!
3. Bagaimana menjadi insinyur kreatif dan profesional?
4. Jelaskan mengenai insinyur dan Masyarakat Ekonomi ASEAN !
5. Jelaskan peluang dan tantangan insinyur!
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan cakupan hak dan kewajiban insinyur
2. Dapat menjelaskan apa itu kode etik profesi insinyur
3. Dapat memahami cara menjadi insinyur kreatif dan profesional
4. Dapat menjelaskan mengenai insinyur dan Masyarakat Ekonomi ASEAN
5. Dapat memahami peluang dan tantangan insinyur
BAB II
PEMBAHASAN
Profesi Insinyur adalah salah satu dari 8 profesi yang terkena dampak dari
dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di awal tahun 2016 ini. Tujuan
dari MRA sektor jasa keinsinyuran adalah pertama, memfasilitasi pergerakan jasa
keinsinyuran profesional serta sebagai sarana bertukar informasi dalam rangka
mengupayakan adopsi pelaksanaan praktik terbaik pada standar dan kualifikasi
keinsinyuran. Kedua, di dalam MRA ini, terdapat pendefinisian tentang apa saja
yang diatur di dalam sektor jasa keinsinyuran sehingga diperlukan untuk
menyeragamkan standar, ukuran, dan regulasi yang berbeda-beda di negara-
negara ASEAN agar mempunyai satu ukuran yang konsisten, metode dan
spesialisasi yang secara bersama diterima dan bisa diterapkan oleh negara-negara
ASEAN.
Salah satu produk MRA untuk sektor jasa keinsinyuran ini adalah Sertifikasi
ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE). Sertifikasi ACPE ini
memberikan mobilitas yang lebih tinggi kepada para Insinyur di negara ASEAN
untuk bisa bekerja di negara tetangga dengan mendapatkan pengakuan berupa
kesamaan standarisasi kompensasi dan benefit. Menurut ACPE-Coordinating
Committee, mereka para ACPEs sudah bisa memimpin tim proyek lintas negara
ASEAN baik sebagai Project Manager bahkan sampai level Project Director.
Syarat-syarat yang wajib dipenuhi oleh Insinyur Indonesia dan Insinyur di
negara-negara ASEAN untuk bisa memperoleh sertifikasi ACPE ini antara lain:
Insinyur harus mendapatkan sertifikasi Insinyur Profesional setara Madya (IPM)
dari institusi profesi keinsinyuran yang diakui oleh ASEAN dalam hal ini di
bawah payung ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO). Syarat
kedua yakni mengisi Formulir Aplikasi ACPE yang isiannya terdiri dari surat
pernyataan bahwa Insinyur tersebut memiliki pengalaman minimum 7 tahun di
bidang keinsinyuran dan di dalamnya termasuk pengalaman ekstensif minimum 2
tahun mengelola suatu proyek di mana dia memegang peranan penting seperti
project manager atau pun project director.
Era Masyarakat Ekonomi ASEAN ini membutuhkan perhatian besar dari
pemerintah kepada pada Insinyur Indonesia untuk mempersiapkan diri
menghadapi liberalisasi keinsinyuran ini. Upaya-upaya yang harus terus dilakukan
oleh Pemerintah antara lain:
1) Menambah jumlah Perguruan Tinggi berbasis Keteknikan seperti Institut
Teknologi. Sebaran perguruan tinggi berbasis keinsinyuran dan teknologi ini
diharapkan tidak tersentralisasi lagi di Pulau Jawa. Sisi pembangunan timur
Indonesia diharapkan mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi sehingga
terjadi distribusi merata Insinyur yang bekerja di seluruh Indonesia
2) Sosialisasi UU No. 11 Tahun 2014 tentang Profesi Keinsinyuran harus terus
dilanjutkan dan segera mengesahkan turunannya antara lain keputusan presiden
dan peraturan pemerintah untuk bisa lebih memperkuat posisi dari Insinyur
Indonesia.
3) Kebijakan pemerintah untuk tidak berorientasi pada penjualan hasil mentah
atas sumber daya alam yang diperoleh dari bumi Indonesia dengan tujuan
menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar bagi para Insinyur. Insinyur
Indonesia diharapkan menjadi pelaku utama pada pengembangan industri hulu,
menengah dan hilir sehingga mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang mumpuni dan diharapkan mereka bisa lebih terberdayakan di negaranya
sendiri.
4) Profesi keinsinyuran ini memerlukan insentif dari pemerintah terutama kepada
para insinyur yang telah memperoleh sertifikat ASEAN sebab jika tidak ada
penghargaan lebih atau insentif dari pemerintah, maka dorongan bagi insinyur
untuk mengambil sertifikasi ASEAN tidak akan terwujud.
Pertanyaan besar buat kita para Insinyur Indonesia, akankah mereka para
Insinyur dari negara tetangga berbondong-bondong masuk ke tanah air atau justru
Insinyur kita yang sudah tersertifikasi ASEAN ini yang akan mengisi posisi-posisi
strategis untuk proyek-proyek infrastruktur publik, pembangkit listrik, minyak dan
gas di Asia Tenggara? Sebutlah, Myanmar saat ini lagi haus akan tenaga ahli
professional termasuk Insinyur untuk bisa membangun negeri mereka yang kaya
akan sumber alam mulai dari minyak dan gas alam, komoditas tambang dan
sumber alam lainnya
E. Peluang dan Tantangan Insinyur
Pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, kita menyaksikan begitu
banyak dicanangkan pembangunan infrastruktur yang cukup merata di wilayah
Indonesia, walaupun belum seluruhnya. Pemerintah seakan-akan telah mencetak
sebuah skema atau blueprint baru bagi keberlangsungan proyek infrastruktur yang
selama ini diam di tempat.
Sebut saja contoh di antaranya adalah megaproyek listrik 35.000 MW yang
sebelumnya “hanya” 20.000 MW, pembangunan jalur kereta api trans-Sulawesi,
pembangunan jalur kereta api trans-Kalimantan, ekspansi proyek jalan tol trans-
Jawa dan tol trans-Sumatra, dan masih banyak yang lain.
Meskipun milestone pengembangan proyek infrastruktur di Indonesia sudah
mulai terlihat, Indonesia masih kekurangan industri yang berkualitas dan sumber
daya manusia (SDM) yang memiliki kualitas tinggi sebagai insinyur profesional
dengan kualifikasi yang diakui secara internasional.
Hal ini tentu saja patut dicermati mengingat salah satu tujuan
diberlakukannya MEA adalah kebebasan arus jasa dan tenaga ahli serta terampil.
Artinya SDM dari negara lain bebas keluar masuk Indonesia untuk mencari
sesuap nasi.
Tidak hanya itu, selain skill yang mumpuni tentu saja
biaya cost per manpower atau cost per produksi patut menjadi pertimbangan. Di
situasi seperti sekarang ini, cost yang efisien disertai kualitas individu yang bagus
akan menjadi pertimbangan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi customer yang
ingin bermitra atau bekerja sama dengan kita. Ini yang harus menjadi refleksi bagi
kita semua.
Apakah organisasi dan SDM yang kita miliki sudah efisien dan efektif?
Jangan sampai hanya karena biaya yang tinggi kita gagal bersaing dengan
perusahaan atau individu dari negara anggota ASEAN yang lain dan itu semua
tidak lepas dari peran dan kualitas insinyur.
Pertanyaannya adalah bagaimana meningkatkan kualitas insinyur Indonesia?
Menurut infografis yang dikeluarkan Biro Persatuan Insinyur Indonesia pada
2015, Indonesia memiliki penduduk sekitar 252 juta jiwa dan dari jumlah itu
hanya sekitar 800.000 orang Indonesia menyandang gelar sarjana teknik.
Hanya 10.000 orang Indonesia menyandang gelar insinyur profesional. Ini
angka yang sangat sedikit untuk ukuran negara besar seperti Indonesia yang ingin
menjadi negara industri maju pada 2020.
Selama ini kita hanya mengenal istilah insinyur untuk mereka yang
menempuh pendidikan tinggi di bidang keteknikan sebelum era 1990-an. Pada era
tersebut seluruh lulusan fakultas teknik, fakultas kehutanan, hingga teknologi
pertanian menyandang gelar insinyur.
Memasuki era 1990-an diberlakukan regulasi baru di bidang pendidikan.
Seluruh lulusan jenjang S1 fakultas teknik dan pertanian tidak lagi menyandang
gelar insinyur, melainkan menyandang gelar sarjana teknik atau sarjana pertanian
dan sejenisnya.
Hal tersebut disebabkan gelar insinyur tidak lagi dipandang sebagai gelar
akademik melainkan gelar profesi yang secara kualitas masih diragukan
kompetensinya. Pemberlakuan UU No. 11/2014 tentang Keinsinyuran merupakan
validasi terhadap kompetensi penyandang gelar sarjana teknik untuk dapat
menjadi insinyur profesional melalui sertifikasi insinyur profesional dan
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.
Hal yang diatur dalam UU No. 11/2014 ini mencakup sistem pengembangan
kompetensi insinyur profesional, perizinan kerja bagi para pelaku profesi
keinsinyuran, termasuk insinyur asing, sistem penjaminan kualifikasi dasar untuk
memasuki profesi keinsinyuran, dan sistem penjaminan mutu akademis untuk
pendidikan tinggi teknik.
Dengan legalitas payung hukum profesi keinsinyuran yang sudah diterbitkan
ini seorang sarjana teknik dapat menjadi seorang insinyur sesuai ketentuan
Undang-undang Keinsinyuran dan harapannya melalui program sertifikasi
insinyur profesional dan pengembangan kompetensi berkelanjutan yang sudah
diberlakukan, insinyur Indonesia dapat bersaing dan setara dengan insinyur asing
dari negara-negara anggota ASEAN.
Dengan sertifikasi insinyur profesional banyak sekali manfaat yang dirasakan
baik bagi negara, perorangan (pemegang sertifikat), maupun organisasi atau
perusahaan. Pertama, adanya bentuk pertanggung-jawaban secara perdata atas
hasil karya, produk, maupun jasa keinsinyuran.
Kedua, terciptanya kesetaraan internasional bagi jenjang keprofesionalan
tenaga ahli teknik/insinyur nasional. Ketiga, adanya pengakuan resmi dan berlaku
secara nasional maupun internasional terhadap kompetensi, keahlian, dan
kemampuan keinsinyuran dari seseorang yang menyandang gelar hasil sertifikasi
insinyur profesional.
Keempat, tersedianya kesempatan peningkatan kompetensi, keahlian, dan
kemampuan melalui pembinaan keprofesian yang berkelanjutan. Kelima,
tersedianya kemudahan untuk ikut serta dalam proyek-proyek pembangunan
keinsinyuran bila persyaratan keprofesionalan kelak telah diberlakukan
pemerintah.
Keenam, terciptanya iklim keprofesionalan dalam organisasi/perusahaan yang
tentunya akan mendorong seorang insinyur untuk semakin meningkatkan
keahliannya. Dengan demikian semakin jelaslah bahwa peningkatan kompetensi
seorang insinyur atau sarjana teknik melalui sertifikasi mutlak diperlukan pada era
saat ini jika ingin bersaing dengan insinyur dari negara-negara anggota ASEAN.
Melalui wadah organisasi profesi Persatuan Insinyur Indonesia, seorang
penyandang gelar sarjana teknik akan diakui kompetensinya untuk menjadi
insinyur profesional yang digolongkan menurut kompetensi, jam terbang, dan
pengalaman yang dimiliki, yaitu insinyur profesional pratama (professional
engineer), insinyur profesional madya (senior professional engineer), dan insinyur
profesional utama (executive professional engineer).
Kemudian secara teknis kompetensi seorang insinyur profesional harus selalu
dikembangkan sebagai salah satu syarat untuk memperpanjang sertifikat yang
berlaku lima tahun dan seyogianya seorang insinyur juga harus membiasakan
budaya menulis pengalaman kerja (resume) melalui log book atau rekam kinerja
dan harus selalu dicatat dengan teratur. Ini hal yang sampai saat ini dirasa masih
belum membudaya di Indonesia.
Berbagai peluang proyek infrastruktur di Indonesia dan telah diberlakukannya
MEA adalah era para insinyur muda Indonesia untuk membangun infrastruktur di
negeri sendiri, bila perlu melakukan ekspansi ke negara lain dengan kualitas yang
dimiliki. Jangan sampai proyek dan pembangunan yang menjadi cetak biru
pemerintah dilahap habis oleh insinyur dari negara lain
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan bahwa kode etik
Engineering merupakan pedoman mutu moral Engineering didalam
bermasyarakat yang di atur sesuai dengan profesi masing-masing. Hanya kode
etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita di terima oleh Engineering itu sendiri
serta menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan dengan tekun dan konsekuen.
Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi
pemerintah karena tidak akan di jiwai oleh cita-cita dan nilai hidup dalam
kalangan Engineering itu sendiri.
Penerapan Etika Profesi memiliki peranan sangat penting dalam dunia teknik
sipil khususnya bagi seorang insinyur sipil atau sarjana teknik. Maka dari itu
sangat penting pendidikan yang mempelajari etika untuk mendukung profesi
sebagai seorang insinyur sipil agar dapat diterapkan di dunia kerja untuk
meminialisir berbagai penyimpangan etika yang terjadi.
B. Saran
Agar dapat memahami dan memperoleh pengetahuan baru maka usaha yang
dapat di lakukan adalah :
1. Memperbanyak pemahaman terhadap kode etik Engineering.
2. Mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan
yang di jalani.
3. Pembahasan makalah ini menjadikan individu yang tahu akan pentingnya
kode etik Engineering.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://istiqamahsyawal.blogspot.com/2012/05/hak-dan-kewajiban-
insinyur.html
https://jufriadiradityazulkarnain.blogspot.com/2019/11/kompetensi-dan-
integritas-insinyur.html
http://indykartika.blogspot.com/2019/10/kode-etik-profesi-insinyur.html
https://tenzaratwi.wordpress.com/2013/05/04/insinyur-sang-pemikir-
kreatif/
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/paduraksa/article/view/
249/176
http://habibierazak.com/2016/02/masyarakat-ekonomi-asean-di-mata-
insinyur-asean-kuncinya-adalah-sertifikasi-asean-chartered-professional-
engineer-acpe/
https://www.solopos.com/gagasan-tantangan-bagi-insinyur-indonesia-
686639