Anda di halaman 1dari 19

“ETIKA PROFESI”

Pertemuan Ke-11
“KEPENTINGAN PROFESIONAL DAN PUBLIK”

Disusun Oleh :

RULI ALAUDIN D.
[19 630 045]

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DAYANU IKSHANUDDIN
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR
                                                      
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
kurnia-Nyalah makalah yang berjudul “KEPENTINGAN PROFESIONAL
DAN PUBLIK” ini dapat penyusun selesaikan. Tak lupa juga selawat beriring
salam saya sampaikan pada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan
umatnya dari alam kebodohan ke alam ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran bersifat membangun dari pembaca
agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih bagus lagi. Atas perhatian dari
pembaca saya ucapkan terima kasih.

Baubau,16 Desember 2021


Penulis

Ruli Alaudin. D.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kepentingan Publik............................................................
B. Membangun Kerja Sama Tim..........................................................
C. Penyelesaian Masalah Keteknikan.................................................
D. Pengelolaan Konflik.......................................................................
E. Seni Negosiasi.................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita tahu bahwa profesional harus bertindak demi kepentingan klien.
Profesional memiliki tanggungjawab yang besar terhadap janji mereka kepada
para klien. Pertama, klien hanya perlu mempercayai profesional, artinya klien
hanya perlu percaya bahwa profesional itu sanggup dan mampu memberi bantuan
yang sesuai dengan harapan mereka. Namun hal tersebut mulai menghilang
karena kesanggupan profesional untuk meningkatkan kesejahteraan klien tidak
lagi menjadi motivasi utama profesional. Para profesional hanya mencari
keuntungan untuk diri mereka sendiri. Kedua, seorang klien berhak untuk
bertanya apakah setiap keputusan yang diambil oleh profesional bermanfaat dan
sesuai bagi klien atau tidak. Dua poin di atas cukup memberi alasan kepada kita
apakah motivasi lain bisa mendorong profesional tertentu, seperti keinginan untuk
mendapatkan uang banyak, cinta kasih terhadap umat manusia, dan keinginan
untuk memberi kegembiraan kepada orang lain sejalan dengan legitimasi
(pengesahan) profesional; dan jika tidak, apakah ada suatu motivasi profeional
yang pada dirinya sendiri sejalan dengan legitimasinya.
Seorang klien harus menginstrumentalkan praktek, berarti mengurangi status
klien sebagai pribadi yang dibantu agar mereka dapat membantu diri sendiri dan
menjadikan klien itu sebagai objek yang ditindaki. Bila motivasi profesional
merupakan hal yang ekstrinsik pada kegiatan yang dilakukan, maka legitimasi
profesional menjadi problematis, hakikat profesional dipersempit menjadi ahli
atau pemberi pelayanan berdasarkan kontrak. Bila praktek hanya merupakan
masalah sarana untuk sesuatu di luar praktek, maka orang yang menjalani praktek
tidak memusatkan perhatian kepada kepentingan klien yang sifatnya pribadi,
khusus, dan khas.
Kegiatan kaum profesional secara intrinsik memuaskan, secara perorangan
mereka mendapat bagian dalam kebaikan khusus yang sama, yang mereka
usahakan demi kebaikan klien. Keuntungan ini tidak seperti uang, kebaikan ini
bukan satu-satunya kebaikan yang diwujudkan oleh para professional yang
menjalankan praktek dengan berdasarkan janji. Disamping kebaikan ini, mereka
mendapatkan kebaikan secara formal.
Pertanggung jawaban dan pengawasan jelas merupakan pengertian yang
saling berhubungan. Kebaikan dalam kepentingan professional bersifat individual
dan tidak dapat dicapai tanpa kerja sama yang baik dengan klien. Namun
ketergantungan ini berarti bahwa profesional mempunyai cara untuk membatasi
keterlibatan dengan orang yang pasif dalam hubungan perkerjaan atau badan
usaha. Sebagai seorang ahli/professional biasanya menggunakan kecakapannya
menurut apa yang dilihatnya.
Tidak semua pemberi pelayanan berdasarkan keahlian atau kontrak telah
disumpah dapat dengan sah mengajukan tuntutan untuk bekerjasama dengan
klien. Membuat klien mengakui tanggungjawab merupakan setengah dari masalah
kepentingan professional. Tambahan pula kepercayaaan publik kepada kaum
profesional sebagian besar tergantung kepada kemampuan pada kaum profesi
tertentu menunjukkan keprofesionalannya. Profesional harus kuat teguh berdiri di
atas landasan dan berjalan dalam koridor pertanggungjawaban yang dituntut oleh
profesionalitasnya, tidak kurang dan tidak lebih.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep kepentingan publik!
2. Bagaimana membangun kerja sama tim yang efektif?
3. Jelaskan penyelesaian masalah keteknikan!
4. Jelaskan megenai pengelolaan konflik!
5. Jelaskan seni negosiasi yang baik!

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian konsep kepentingan publik
2. Mengetahui cara membangun kerja sama tim yang efektif
3. Dapat memahami penyelesaian masalah keteknikan
4. Dapat menjelaskan megenai pengelolaan konflik
5. Dapat memahami seni negosiasi yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kepentingan Publik


Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah
penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran
yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari
klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis
dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan
ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap
dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan
publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi
mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
1. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima
jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja
dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.
2. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya
adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam
berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka
dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa
atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit
internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri,
pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang
yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota
harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini
mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi
kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi
kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau
pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya
pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan
dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau
menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan
memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
4. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk
menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang
diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan
berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa
berakhir.
5. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
6. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional
yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur,
dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

B. Membangun Kerja Sama Tim


Mengulas mengenai topik “kerja tim”, kegiatan yang satu ini sangat dekat dan
dilakukan sehari-hari di lingkungan Internal Audit. Misal dalam kegiatan Audit,
kerja tim sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan audit yang direncanakan.
Membangun suatu tim yang mampu bersinergi menjalankan peran masing-masing
merupakan hal yang nampak sederhana namun sulit untuk diwujudkan apabila
setiap anggota tim tidak memiliki komitmen yang sama (Setiyanti, 2012). Kerja
tim atau yang sering kita kenal sebagai teamwork didefinisikan sebagai kegiatan
yang dikelola dan dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu organisasi
dengan kemampuan yang beragam namun memiliki komitmen yang sama
terhadap tujuan, ukuran kinerja tanggung jawab dan pendekatan yang sama (LIPI,
2019). Kemampuan seperti apakah yang dibutuhkan untuk mewujudkan kerja tim
yang efektif? Hal yang paling penting dalam strategi teamwork berdasarkan LIPI
(2019) ternyata adalah komunikasi dengan lima komponen penting sebagai
berikut:
1. Clear - Kalimat yang singkat, jelas dan umum sehingga mudah dipahami
oleh anggota tim.
2. Concise - Isi kalimat menyentuh maksud dari pesan yang ingin disampaikan
(tidak bertele-tele).
3. Complete - Memberikan seluruh fakta dengan lengkap, mencakup hal
penting yang kemungkinan akan menimbulkan pertanyaan dari anggota tim.
4. Courteous - Menggunakan kalimat yang positif dan sopan.
5. Correct - Membuktikan kebenaran seluruh fakta yang disampaikan termasuk
semua bilangan dan jumlah.
6. Concrete - Memberikan contoh detail yang konkrit dan dilengkapi dengan
ilustrasi yang mendukung penjelasan.
Selain proses komunikasi yang baik seperti tersebut diatas, perlu juga
diperhatikan karakter masing-masing personil dalam suatu tim atau organisasi.
Kerja tim yang efektif dapat terwujud dengan adanya pembinaan hubungan kerja,
baik hubungan kerja secara horizontal (antar pegawai) maupun vertikal (antara
pimpinan dengan bawahan) dengan memperhatikan keragaman karakter individu
(Sandra, 2007). Pembinaan hubungan kerja tersebut dapat dilakukan oleh pihak
manajemen organisasi melalui berbagai macam tools, salah satunya adalah Team
Management Index (TMI). Penggunaan TMI ini menghasilkan beberapa
gambaran yang mengarah pada empat langkah yang efektif dalam membangun
teamwork yaitu:
1. Membentuk tim yang tepat
Langkah pertama ini sangat krusial karena pemilihan personil yang tepat dalam
sebuah tim menentukan keberhasilan pelaksanaan kerja tim itu sendiri. Dalam
hal ini terkait dengan kepribadian, kompetensi masing-masing personil yang
akan disatukan dalam satu tim. Komposisi personil harus mempertimbangkan
tingkat kematangan emosional anggota tim agar konflik dapat teratasi secara
professional.
2. Menetapkan tujuan dengan tepat
Penetapan tujuan disini dilakukan mulai dari tahap pemberian arahan oleh
ketua tim atau leader kepada anggota tim dengan mempertimbangkan kekuatan
individu masing-masing dan latar belakang kinerjanya. Sebagai leader, arahan
yang diberikan harus jelas sehingga anggota tim dapat memahami tujuan
dengan baik sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan secara efektif dan
efisien.

3. Menerapkan akuntabilitas tim


Cara ini dinilai efektif dalam hal meningkatkan produktifitas suatu tim dengan
selalu membuat pertanggungjawaban atas setiap kegiatan individu dalam tim.
Penerapan prinsip akuntabilitas ini memastikan setiap anggota tim
mendapatkan tugas dan berkontribusi secara adil sesuai dengan beban kerja dan
tenggat waktu yang direncanakan.
4. Membina dukungan antar anggota tim
Dalam sebuah tim, peran leader diperlukan untuk menggerakkan dinamika tim
yang mengarah pada peningkatan produktifitas dan kualitas pekerjaan. Tidak
dapat dipungkiri akan adanya konflik dalam pelaksanaannya, namun dengan
kemampuan leader yang baik akan mampu mengendalikan situasi kerja yang
kondusif antar anggota demi tercapainya tujuan tim.

C. Penyelesaian Masalah Keteknikan


1. Pemecahan Masalah dan Pendekatan Engineering Masalah-masalah di
dunia nyata sering tidak terstruktur dan mengembang.Kadangkala tidak semua
data yang dibutuhkan tersedia, kadang kita harus memilah-milah sekian banyak
informasi dan mengidentifikasi bagian-bagian yang mana saya yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Sebuah masalah kadang
memiliki lebih dari satu solusi. Kajian lebih lanjut seringkali perlu dilakukan
untuk memilih suatu solusi diantara solusi-solusi yang ada. Kadang kita harus
menimbang dari beberapa konsekuensi tindakan engineering yang saling
bertentangan, kemudian memilih solusi yang paling memenuhi kebutuhan dan
keinginan dari konsumen/client.

2. Landasan Desain Engineering • Pekerjaan engineering sering melibatkan


perencanaan dan analisis, namun esensinya pemecahan masalah justru terletak
pada desain. • Desain engineering merupakan kegiatan-kegiatan memahami,
membayangkan, memikirkan, dan merencanakan suatu alat, suatu struktur, suatu
proses, atau suatu sistem yang dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. •
Sebuah kasus biasanya membutuhkan lebih dari satu orang, dan membutuhkan
lebih dari satu disiplin ilmu, untuk itu diperlukan tim/berkerja berkelompok untuk
memecahkan masalah engineering.
3. Metode Engineering • Engineer dilatih untuk berpikir dalam kerangka-
kerangka analitik dan objektif serta melakukan pendekatan masalah secara
metodologis dan sistematis. • Metode desain: – Pengidentifikasian masalah –
Pengumpulan informasi – Pencarian solusi – Penuangan ide menjadi desain awal
– Pengevaluasian dan pemiliah solusi terbaik – Penyiapan laporan, rencana kerja,
dan data teknis – Pengimplementasian desain

4. Pengidentifikasian masalah • Perlu diperhatikan kebutuhan yang real dari


konsumen, karena hal tersebut adalah penting, sering suatu produk, telah selesai
tidak laku sama sekali di dalam masyarakat karena tidak menyelesaikan masalah
yang ada di dalam masyarakat. • Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus
didefinisikan secara luas dan dikenali sebagai solusi-solusi yang mungkin
dilakukan. • “Suatu masalah yang didefinisikan secara benar adalah masalah yang
telah sebagian telah terselesaikan. Mengenali masalah secara tepat merupakan
langkah utama menuju suatu solusi” (pearson).

5. Pengumpulan informasi • Setiap informasi yang dikumpulkan tergantung


kepada sifat masalah yang akan dipecahkan. • Literatur merupakan hal yang
penting untuk mendapatkan informasi pendahuluan yang tepat untuk mengenal
apa yang akan telah dikerjakan oleh pihak-pihak lain sebelumnya. • Searching
informasi hak paten bisa jadi bermanfaat, banyak hasil desain dideskripsikan
secara detail dan di jelaskan di dalam daftar hak paten.

6. Pencarian solusi • Pengembangan ide, produk-produk, atau alat-alat baru


dapat dihasilkan melalui kreativitas; suatu usaha bawah sadar, atau melalui
inovasi. • Brainstorming:suatu teknik pengumpulan ide sekolompok orang melalui
sebuah diskusi. • Checklist:membuat daftar dari solusi-solusi yang mungkin untuk
ditelaah dikemudian hari. • Daftar attribut: membuat daftar karakteristik, attribut
utama dari hasil desain yang mungkin dikerjakan. • Teknik hubungan paksa (force
relation technique) memaksa hubungan dari dua atau lebih dari ide-ide yang
mungkin. • Analisis morfologi:pendefinisian masalah menurut kerangka-kerangka
dimensi atau parameter masalah dan membuat suatu model untuk
menvisualisasikan setiap kemungkinan solusi.
7. Penuangan ide menjadi desain awal • Ide-ide yang mungkin direalisasikan
dijadikan acuan dan dimodifikasi menjadi sebuah rencana dan desain yang akan
dikerjakan. Langkah ini butuh banayk pengambilan keputusan seputar rancangan-
rancangan, material, dimensi- dimensi, dan berbagai spesifikasi lainnya. •
Persiapan desain dapat dikembangkan menjadi analisis dan sintesis • Diperlukan
pengamatan yang cermat dari kemungkina-kemungkinan solusi.

8. Model • Model matematik. • Model simulasi • Model fisik

9. Evaluasi dan Pemilihan Solusi • Kita harus mengevaluasi dari setiap cara
pemecahan masalah, dan menyaring pilihan-pilihan sampai mendapatkan solusi
yang terbaik. • Analisis Ekonomi:diperlukan untuk mengambil keputusan. •
Teknik-teknik evaluasi lain

10. Penyiapan laporan • Laporan merupakan hal yang penting; alat


komunikasi dengan orang lain; penyandang danam pelaksana pekerjaan. •
Penyampaian informasi dapat berupa laporan teknis, rencana kerja, ataupun data-
data teknis. • Laporan teknis; biasanya ditujukan kepada pemakai jasa • Rencana
kerja dan data teknis merupak alat bantu untuk menjelaskan hasil desain terhadap
devisi manufaktur atau kontraktor/

11. Implemtasi desain • Proses memproduksi atau membangun secara fisik


alat, produk, atau sistem. – Hak paten – Computer Aided Design – Belajar dari
kesalahan.

D. Pengelolaan Konflik
Konflik dalam sebuah organisasi sangat rawan terjadi, proses organisasi
yang ketatmenjadikan konflik tak dapat dihindari.

Tapi, konflik dapat diatasi dengan baik jika ada yang mengelola. Dalam
dunia bisnis, proses ini sering disebut manajemen konflik.
Manajemen adalah pengelolaan sebuah organisasi atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan konflik adalah proses yang terjadi
antara dua orang atau lebih dengan tujuan menyingkirkan orang lain. Jadi,
manajemen konflik adalah sebuah pendekatan yang dilakukan untuk mengelola
konflik, berkomunikasi dengan pelaku konflik, dan menjaga kepentingan bersama
dalam suatu organisasi.
Menurut Howard Ross, seorang pakar, manajemen konflik adalah langkah
yang diambil pihak ketiga dengan tujuan mengarahkan konflik ke hasil tertentu
yang mungkin menghasilkan hasil akhir berupa penyelesaian konflik atau
menghasilkan ketenangan atau hasil mufakat. Jadi, konflik bisa jadi tidak hilang
dalam proses organisasi, namun tetap bisa dikelola agar proses organisasi tetap
mengarah ke hasil positif.
Manajemen konflik dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu:
 Mencegah kemungkinan terjadinya konflik.

 Menghindari dari adanya konflik yang terjadi.

 Mengurangi dampak risiko yang diakibatkan oleh adanya konflik.

 Menyelesaikan konflik dalam waktu sesingkat mungkin.

Untuk mengelolanya, hal pertama yang dilakukan adalah memahami


permasalahan. Mendeteksi masalah sangat penting. Saat kita salah mendeteksi
masalah, bisa jadi proses pengelolaan konflik yang dilakukan akan gagal total.
Selanjutnya, seperti seorang dokter, kita harus mendiagnosa dari mana
konflik ini timbul. Siapa saja yang terlibat, dimana konflik ini terjadi, dan
bagaimana cara yang terbaik untuk mengatasinya.
Saat dua hal di atas sudah dijalankan, yang terpenting adalah menyepakati
solusi yang tepat bagi konflik tersebut antara pihak yang berkonflik, serta
komitmen dalam melaksanakan solusi yang disepakati.

Selanjutnya, jangan lupakan untuk mengevaluasi berjalannya solusi. Saat


semua berkomitmen, konflik bisa dikelola dengan baik untuk kepentingan
bersama.
Proses mengelola konflik, adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang manajer. Selain itu, ada beberapa kompetensi lain yang berkaitan
dengan organisasi yang juga harus dimiliki.

E. Seni Negosiasi

Negosiasi adalah salah satu topik menarik yang disampaikan oleh


narasumber dalam kegiatan Rapat Kerja Duta Rumah Belajar Nasional tahun 2020
pada hari ke-3. Sebagai makhluk sosial kita tak mungkin luput dari kebiasaan
mempengaruhi orang lain melalui kegiatan berkumpul maupun berbagi bersama
orang lain.Negosiasi merupakan seni berkomunikasi dalam dua arah sehingga di
masa ini biasanya akan muncul konflik akibat dari gesekan kepentingan pekerjaan
maupun goal untuk tujuan bersama. Melalui kemampuan verbal, gaya bicara, cara
kita berkomunikasi maupun bahasa tubuh, sebenarnya kita sedang berusaha
untuk mempengaruhi orang lain agar mereka setuju dengan apa yang kita
pikirkan.

Negosiasi merupakan sebuah proses dimana dua pihak atau lebih yang
memiliki kepentingan yang sama atau bertentangan berkumpul dan berbicara
untuk menemukan kesepakatan bersama. Jadi konflik bisa jadi menjadi alasan
terjadinya negosiasi. langkah negosiasi dilakukan untuk mencari penyelesaian
dari masalah atau tujuan yang hendak dicapai oleh negosiator. Dalam pemaparan
materinya bu Nafisah Wulandari, (beliau bekerja di District Head of International
Partnership (East Asia, Singapore, Australia, and Aggregators) dari Traveloka)
menjelaskan tentang strategi negosiasi dan kerja sama yang efektif , menandai
bahwa negosiasi merupakan wadah atau media berunding atau tawar menawar
untuk mendapatkan kesepakatan bersama bagi pihak-pihak yang terlibat. Melalui
negosiasi akan ditemukan solusi menang bagi kedua belah pihak.

Dalam dunia pendidikan Negosiasi diperlukan untuk mendapat dukungan


bagi program yang ditawarkan maupun untuk mendapatkan manfaat tidak
langsung kepada pelaku pengguna program yang dinegosiasikan oleh kedua
pihak.

Untuk melakukan negosiasi maka seorang negosiator mesti melakukan


langkah-langkah strategis sebelum melakukan hal dimaksud. Ada tujuh langkah
strategis negosiasi menurut bu Nafisah yakni :

a. Menyusun argumen

dalam menyusun argumen maka negosiator perlu menyiapkan tentang


asumsi, ekspektasi, informasi, agenda, prioritas, dan kekhawatiran (jika gagal)
agar tujuan negosiasi dapat disiapkan dengan baik pada langkah awal persiapan
negosiasi.

b. Membaca Sinyal

Pada tahap ini seoarang negosiator perlu menguasai bahasa tubuh pihak
lawan negosiasi. Hal ini untuk menemukan apakah lawan bicara kita sudah
memberikan reaksi atau tanda setuju maupun sebaliknya .

c. Menyusun Proposal

Agar negosiasi dapat berjalan secara terencana,efektif dan sukses maka hal
penting yang harus disiapkan dengan baik adalah proposal program atau solusi
yang kita tawarkan kepada pihak lawan negosiasi untuk menyelesaikan masalah.
Di sini kita akan melakukan analisis tentang solusi atau program penting apa yang
kita tawarkan, mengembangkannya kemudian kita memilih media komunikasi
yang tepat agar maksud dan tujuan kita dapat tercapai secara baik dan efektif.

d. Mendesain Penawaran

Untuk menyusun solusi atau program yang menarik dan dapat diterima oleh
pihak lawan maka perlu disiapkan produk atau solusi yang dapat meningkatkan
kerja sama/koperatif namun tetap kompetitif. Hal yang diharapkan adalah kita
dapat memberikan apa yang pihak lawan inginkan.

e. Bargaining (tawar-menawar).
Pada tahap tawar menawar maka negosiator harus dapat memberikan win-
win solution kepada pihak lawan sehingga kesepatan dapat dicapai oleh kedua
belah pihak.

f. Kompromi atau Persuasi

Negosiasi akan menghasilkan kesepakatan atau pun upaya meyakinkan


orang lain untuk menerima apa yang kita sampaikan.

Dalam bernegosiasi hal penting yang kita lakukan agar negosiasi kita sukses
adalah seorang negosiator harus memiliki sikap empati, antusias, memberikan
manfaat dan teladan kepada orang lain dengan prinsip kebersamaan dan
komitmen. Seorang negosiator dapat menggunakan bahasa non verbal dalam
mengembangkan kerja sama tim secara maksimal.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan kaum profesional secara
intrinsik memuaskan, secara perorangan mereka mendapat bagian dalam kebaikan
khusus yang sama, yang mereka usahakan demi kebaikan klien. Keuntungan ini
tidak seperti uang, kebaikan ini bukan satu-satunya kebaikan yang diwujudkan
oleh para professional yang menjalankan praktek dengan berdasarkan janji.
Disamping kebaikan ini, mereka mendapatkan kebaikan secara formal.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah
penerimaan tanggung jawab kepada publik.

B. Saran
Dalam hal kepentingan profesional dan publik, semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan
publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi
mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
 http://momosorata.blogspot.com/2013/10/kepentingan-profesional-dan-
kepentingan.html
 http://lufi10.blogspot.com/2013/09/kepentingan-profesional-dan-
kepentingan.html
 https://itjen.pu.go.id/single_kolom/18
 https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/seputar-ppsdma/mengelola-konflik-
untuk-organisasi-yang-lebih-baik

Anda mungkin juga menyukai