Anda di halaman 1dari 19

PENGAUDITAN I

Kode Etik Akuntan Publik dan Organisasi Akuntan Publik di Indonesia

Dosen Pengampu :

Dra. Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, M.Si., Ak.

Oleh Kelompok 2:

1. Fitrah Faidza Amalia (2107531128 / 1)


2. I Kadek Yuki Darlena (2207531072 / 2)
3. Ni Kadek Cytra Prada Suary (2207531112 / 6)
4. Ni Komang Carolin Priska Agustina (2207531113 / 7)
5. Luh Putu Victoria Pricillia Jayanti (2207531116 / 8)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan paper yang berjudul “Kode
Etik Akuntan Publik dan Organisasi Akuntan Publik di Indonesia”. Kami mengucapkan terima
kasih kepada bantuan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan paper ini dengan
memberikan sumbangan pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga tugas yang telah kami selesaikan ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca dan sebagai penuntasan tugas mata kuliah
Pengauditan I.
Demikianlah penyusunan paper ini dibuat, kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan paper ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan paper ini.

Jimbaran, 18 September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggung Jawab ................................................................... 3

2.2 Prinsip-Prinsip Kode Etik Akuntansi Publik .................................................................... 5

2.3 Perkembangan Organisasi Akuntansi Publik ................................................................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesi akuntan publik memiliki peran penting dalam memastikan integritas dan
transparansi informasi keuangan, membantu perusahaan mematuhi peraturan yang berlaku, dan
memberikan keyakinan kepada pemangku kepentingan bahwa laporan keuangan mereka dapat
dipercaya. Kode etik akuntan publik di Indonesia memiliki akar sejarah yang kuat dalam upaya
untuk meningkatkan standar profesionalisme dan integritas dalam praktik akuntansi. Seiring
dengan pertumbuhan ekonomi dan kompleksitas bisnis di Indonesia, kebutuhan akan akuntan
publik yang terampil dan terpercaya semakin mendesak. Oleh karena itu, organisasi akuntan
publik di Indonesia telah berperan penting dalam mengembangkan kode etik yang menjadi
pedoman bagi para akuntan publik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Kode
Etik ini tidak hanya mencerminkan nilai-nilai moral dan etika, tetapi juga menciptakan landasan
yang kokoh untuk memastikan bahwa profesi akuntansi tetap memegang standar tertinggi
dalam kejujuran, objektivitas, dan profesionalisme dalam semua aspek praktiknya.
Seiring dengan munculnya organisasi akuntan publik di Indonesia, pengembangan,
implementasi, dan pemantauan kode etik ini telah menjadi lebih terstruktur dan efektif.
Organisasi-organisasi ini berfungsi sebagai lembaga pengawas yang memastikan bahwa
akuntan publik di Indonesia mematuhi kode etik yang telah ditetapkan, serta memberikan
bimbingan dan pelatihan tambahan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang etika
profesional. Dengan adanya organisasi akuntan publik yang aktif, profesi akuntansi di
Indonesia memiliki landasan yang kokoh untuk mempromosikan transparansi, akuntabilitas,
dan profesionalisme yang tinggi dalam setiap aspek praktik akuntansi. Sebagai hasilnya, bisnis
dan masyarakat Indonesia dapat memiliki kepercayaan yang lebih besar terhadap laporan
keuangan dan layanan akuntansi yang mereka terima.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah berikut ini :
1. Apa saja prinsip prinsip umum dan tanggung jawab akuntan publik?
2. Apa saja prinsip-prinsip kode etik akuntan publik?
3. Bagaimana perkembangan organisasi akuntan publik?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa tujuan penulisan makalah berikut ini :
1. Untuk mengetahui prinsip prinsip umum dan tanggung jawab akuntan publik
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kode etik akuntan publik
3. Untuk melihat bagaimana perkembangan organisasi akuntan publik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggung Jawab


2.1.1 Prinsip-Prinsip Umum Akuntan Publik
Ada beberapa prinsip-prinsip umum dari akuntan publik, akuntan publik tidak
diperbolehkan:
a. Menyatakan pendapat atau menegaskan bahwa laporan keuangan atau data-data
keuangan lain dari suatu entitas disajikan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku.
b. Menyatakan bahwa tidak memerlukan modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan keuangan atau data lainnya agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku, jika pada laporan tersebut terdapat penyimpangan yang berdampak
material terhadap keseluruhan laporan ataupun data dari prinsip-prinsip akuntansi
yang telah ditetapkan oleh badan pengatur standar yang telah ditetapkan IAI.

2.1.2 Tanggung Jawab Akuntan Publik


Akuntan publik memiliki tanggung jawab kepada rekan di sekitarnya yang berkaitan
dengan ranah profesionalnya, yaitu
1. Tanggung Jawab kepada Klien
- Informasi dari klien yang rahasia
Akuntan publik tidak diperkenankan untuk mengungkapkan informasi dari klien
yang rahasia dan tanpa persetujuan dari klien yang terkait.
- Fee profesional
Besar kecilnya fee dapat bermacam-macam tergantung dari resiko
penugasannya, kompleksitas jasa yang telah diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa, struktur dari biaya KAP yang bersangkutan, dan
juga pertimbangan profesional lainnya. Anggota dari KAP tidak diperbolehkan
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesinya.
- Fee kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesionalitas tanpa adanya fee yang akan dibebankan, terkecuali sedang ada hasil
tertentu ketika jumlah fee bergantung kepada temuan dan hasil tertentu. Fee tidak
dianggap sebagai fee kontinjen apabila ditetapkan oleh pengadilan maupun badan
pengatur dalam hal perpajakan.

3
Anggota KAP tidak diperbolehkan untuk memberikan fee kontinjen jika penetapannya
dapat mengurangi independensi.

2. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi


- Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Akuntan publik wajib memelihara citra profesinya, dengan tidak melakukan
perbuatan dan perkataan yang dapat merusak citra dirinya dan rekan seprofesinya.
- Komunikasi antar akuntan publik
Akuntan publik wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik yang
pendahulu apabila hendak mengadakan perikatan (engagement) audit untuk
menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama dipilih oleh
akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang sama.
- Perikatan Atestasi
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis
dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang terlebih dulu
ditunjuk oleh klien, kecuali jika perikatan tersebut dilakukan untuk memenuhi
ketentuan dari perundang-undangan yang telah dibuat oleh badan berwenang.

3. Tanggung Jawab dan Praktik Lain


- Akuntan publik tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan dan
mengucapkan perkataan yang dapat mendiskreditasi atau mencemari profesi.
- Dalam menjalankan praktiknya, akuntan publik diperbolehkan mencari klien
melalui pemasangan iklan, melakukan promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya
asalkan tidak merendahkan citra dari profesinya.
- Komisi dan fee reveral (rujukan)
Komisi merupakan imbalan dalam bentuk uang, barang, ataupun bentuk lainnya
yang diberikan oleh klien /pihak lain untuk mendapatkan perikatan dari klien/pihak lain.
Anggota KAP tidak diperbolehkan untuk memberikan atau menerima komisi jika
pemberian atau penerimaannya dapat mengurangi independensi. Fee reveral (rujukan)
yaitu imbalan yang dibayarkan dan diterima oleh sesama penyedia jasa profesional
akuntan publik.
- Akuntan publik hanya diperbolehkan praktik dalam bentuk organisasi yang
telah diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak
menyesatkan dan juga tidak merendahkan citra profesi.

4
2.2 Prinsip-Prinsip Kode Etik Akuntan Publik

2.2.1 Etika Profesi Akuntan Publik

Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan, profesional tertulis secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.

Etika profesi akuntansi, yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku atau perbuatan baik
dan buruk manusia sejauh yang dapat memahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai akuntan.
Beberapa fungsi etika profesi akuntansi adalah

- Memberikan laporan dan menyajikan data yang benar tentang perusahaan.

- Membantu penegak hukum.

- Mencegah adanya kecurangan akuntansi.

- Mengajarkan tentang tanggung jawab dan kewajiban moral kepada akuntan dan auditor.

- Mengenali masalah akuntansi yang berkaitan dengan etika.

2.2.2 Prinsip dasar etika untuk akuntan publik

Menurut IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia) terdapat lima prinsip dasar etika
untuk akuntan publik berdasarkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik Tahun 2021. adapun
kelima prinsip tersebut yakni:

A. Integritas

Akuntan harus mematuhi prinsip integritas, yang mensyaratkan akuntan untuk


bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis dalam
melaksanakan pekerjaannya. Integritas melibatkan keterusterangan, kejujuran, dan
kekuatan karakter untuk bertindak dengan tepat, bahkan ketika menghadapi tekanan
untuk melakukan hal yang tidak seharusnya atau ketika melakukan hal tersebut dapat
menimbulkan potensi konsekuensi yang merugikan bagi pribadi atau organisasi.

5
Seorang akuntan harus bertindak secara tepat dengan cara:

1. Mempertahankan pendirian ketika dihadapkan pada dilema dan situasi sulit atau
2. Mempertanyakan manakala terdapat keadaan yang mengharuskan demikian,
dengan cara yang sesuai dengan keadaan.

Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi atau informasi lainnya yang
diyakini terdapat:

- Kesalahan yang material dan pernyataan yang menyesatkan


- Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
- Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya diungkapkan

B. Objektifitas

Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subyektivitas, benturan kepentingan,


atau pengaruh yang tidak layak (undue influence), organisasi, teknologi atau faktor lain
dari pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan profesional. Setiap praktisi harus
menghindari setiap hubungan yang bersifat subyektif atau yang dapat mengakibatkan
pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan profesionalnya.

Akuntan harus memenuhi prinsip objektivitas yang mensyaratkan Akuntan


untuk menerapkan pertimbangan profesional atau bisnis tanpa dikompromikan oleh:

1. Bias
2. Benturan kepentingan; atau
3. Pengaruh atau ketergantungan yang tidak semestinya terhadap individu,
organisasi, teknologi, atau faktor lain.

C. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Akuntan harus patuh terhadap prinsip kompetensi dan kehati-hatian


profesional yang mensyaratkan Anggota untuk:

a. Memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya

6
Pada tingkat yang dipersyaratkan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat
menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode
pelaksanaan pekerjaan.

b. Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama

Sesuai dengan standar profesi dan kode etik yang berlaku. Sikap kecermatan
dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi bersikap dan
bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan
persyaratan penugasan.

Pemberian jasa kepada klien dan organisasi tempat akuntan bekerja dengan
kompetensi profesional mensyaratkan akuntan untuk menggunakan
pertimbangan yang baik dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian
profesional ketika melakukan aktivitas profesional.

D. Kerahasiaan

Menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan


profesional dan hubungan bisnis, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut
kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika
terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau
peraturan lainnya yang berlaku. Anggota harus mematuhi prinsip kerahasiaan, yang
mensyaratkan Anggota untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai
hasil dari hubungan profesional dan bisnis. Anggota harus:

- Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak


disengaja, termasuk dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada
rekan bisnis dekat, anggota keluarga inti, atau keluarga dekat;
- Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi
tempatnya bekerja
- Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau
organisasi tempatnya bekerja;
- Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja

7
tanpa kewenangan yang memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak
atau kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkannya;
- Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak
ketiga;
- Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apa pun,
baik yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan
profesional atau bisnis maupun setelah hubungan tersebut berakhir; dan
- Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa
personel yang berada di bawah pengawasannya, serta individu yang
memberi advis dan bantuan profesional, untuk menghormati kewajiban
Anggota guna menjaga kerahasiaan informasi.

Prinsip kerahasiaan merupakan bentuk perlindungan kepentingan publik karena


memfasilitasi aliran informasi yang bebas dari klien atau organisasi tempatnya bekerja
kepada Anggota dengan pemahaman bahwa informasi tersebut tidak akan diungkapkan
kepada pihak ketiga. Namun demikian, berikut ini adalah keadaan ketika Anggota harus
mengungkapkan atau mungkin disyaratkan untuk mengungkapkan informasi rahasia
atau ketika pengungkapan tersebut mungkin layak diungkap:

(a) Pengungkapan disyaratkan oleh hukum, misalnya:

(i) Pembuatan dokumen atau ketentuan lainnya atas bukti dalam proses
hukum; atau

(ii) Pengungkapan kepada otoritas publik yang berwenang atas terjadinya


indikasi pelanggaran hukum;

(b) Pengungkapan diizinkan oleh hukum dan diperkenankan oleh klien atau
organisasi tempatnya bekerja; dan

(c) Terdapat kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan, jika 43


tidak dilarang oleh hukum:

(i) Untuk mematuhi penelaahan mutu oleh asosiasi profesi;

(ii) Untuk merespons pertanyaan atau investigasi oleh asosiasi profesi atau

8
badan regulator;

(iii) Untuk melindungi kepentingan profesional Anggota dalam proses


hukum; atau

(iv) Untuk mematuhi standar profesional dan standar teknis, termasuk


persyaratan etika.

Dalam memutuskan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan


informasi rahasia, Anggota mempertimbangkan keadaan yang relevan termasuk:

• Apakah kepentingan semua pihak dirugikan, termasuk pihak ketiga yang


kepentingannya terpengaruh, jika klien atau organisasi tempatnya bekerja
menyetujui pengungkapan informasi tersebut.

• Apakah semua informasi yang relevan diketahui dan didukung bukti


yang kuat, sepanjang praktis. Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan
untuk mengungkapkan meliputi:

o Fakta tidak didukung bukti yang kuat.

o Informasi yang tidak lengkap.

o Kesimpulan yang tidak didukung bukti yang kuat.

• Komunikasi yang digunakan dan pihak yang dituju dalam komunikasi


tersebut.

• Apakah pihak-pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut merupakan


penerima yang tepat.

Anggota harus terus mematuhi prinsip kerahasiaan bahkan setelah berakhirnya


hubungan antara Anggota dan klien atau organisasi tempatnya bekerja. Ketika berganti
pekerjaan atau memperoleh klien baru, Anggota berhak menggunakan pengalaman
sebelumnya, tetapi tidak diperkenankan menggunakan atau mengungkapkan informasi
rahasia yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau
bisnis.

9
E. Perilaku Profesional

Wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari
semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan
yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan negatif oleh pihak ketiga yang
rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan yang dapat
menurunkan reputasi profesi.

- Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi


harus bersikap jujur dan tidak boleh (1) membuat pernyataan yang
berlebihan mengenai jasa profesional yang diberikan kualifikasi yang
dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; (2) membuat pernyataan
yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung bukti
terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.

- Anggota harus mematuhi prinsip perilaku profesional, yang mensyaratkan


Anggota untuk:

(a) Mematuhi peraturan perundang-undangan yang relevan;

(b) Berperilaku konsisten dengan tanggung jawab profesi untuk


bertindak alam kepentingan publik pada semua aktivitas profesional
dan hubungan bisnis; dan

(c) Menghindari perilaku apa pun yang diketahui atau seharusnya


diketahui yang dapat mendiskreditkan profesi.

Anggota tidak boleh terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas


apapun yang diketahui merusak atau mungkin merusak integritas, objektivitas,
atau reputasi baik dari profesi, dan hasilnya tidak sesuai dengan prinsip dasar
etika.

- Perilaku yang mungkin mendiskreditkan profesi termasuk perilaku yang


menurut pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang
memadai, sangat mungkin akan menyimpulkan bahwa perilaku tersebut
mengakibatkan pengaruh negatif terhadap reputasi baik profesi.
- Ketika melakukan aktivitas pemasaran atau promosi, Anggota dilarang

10
mencemarkan nama baik profesi. Anggota harus bersikap jujur dan
mengatakan yang sebenarnya, serta tidak:

(a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional


yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang
telah diperoleh; atau

(b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan


perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan pihak
lain

- Jika Anggota memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu bentuk iklan
atau pemasaran lainnya, maka Anggota didorong untuk berkonsultasi
dengan asosiasi profesi yang relevan.

2.2.3 Ancaman Kode Etik Profesi Akuntan Publik

a) Ancaman kepentingan pribadi

Akibatkan dari kepentingan keuangan maupun kepentingan lainnya dari praktisi


maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekat dari praktisi.

b) Ancaman telaah pribadi

Terjadi ketika pertimbangan yang diberikan sebelumnya harus dievalusi


kembali oleh praktisi yang bertanggung jawab atas pertimbangan tersebut.

c) Ancaman Advokasi

Terjadi ketika praktisi menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal yang
dapat mengurangi obyektivitas selanjutnya dari praktisi tersebut.

d) Ancaman Kedekatan

Terjadi ketika praktisi terlalu bersimpati terhadap kepentingan pihak lain


sebagai akibat dari kedekatan hubungannya.

e) Ancaman Intimidasi

11
Terjadi ketika praktisi dihalangi untuk bersikap obyektif.

2.2.4 Pencegahan Ancaman Terhadap Kode Etik

a. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan.

b. Pencegahan dalam lingkungan pekerjaan.

2.2.5 Penyelesaian Masalah yang Terkait dengan Etika Profesi

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika memulai proses penyelesaian


masalah yang terkait dengan etika profesi:

a. Fakta yang relevan;


b. Masalah etika profesi yang terkait
c. Prinsip dasar etika profesi yang terkait dengan masalah etika profesi yang
dihadapi
d. Prosedur internal yang berlaku
e. Tindakan alternatif

2.3 Perkembangan Organisasi Akuntansi Publik


2.3.1 Pembentukan Ikatan Akuntan Indonesia
Perkembangan organisasi akuntan publik di Indonesia yang saat ini disebut sebagai
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mempunyai sejarah yang cukup panjang.
Perkembangan IAPI diawali dengan pembentukan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal
23 Desember 1957 oleh Prof. R. Soemardjo Tjitrosidojo dan empat lulusan pertama FEUI yaitu
Drs. Basuki T.Siddharta, Drs. Hendra Darmawan, Drs. Tan Tong Joe dan Drs. Go
Tie Siem di Aula Universitas Indonesia. Pembentukan IAI terjadi karena pada masa itu
akuntan-akuntan Indonesia pertama lulusan periode sesudah kemerdekaan tidak dapat menjadi
anggota VAGA atau NIvA. Pada masa itu, menjadi anggota VAGA atau NIvA merupakan
persyaratan yang penting untuk mendapatkan pengakuan sebagai seorang akuntan yang sah.
VAGA dan NIvA merupakan organisasi profesi Belanda dimana VAGA (Vereniging van
Academisch Gevormde Accountans) merupakan ikatan akuntan lulusan perguruan tinggi dan
NIvA (Nederlands Instituut van Accountants) merupakan ikatan akuntan lulusan berbagai
program sertifikasi akuntan dan memiliki pengalaman kerja.

12
2.3.2 Pembentukan Ikatan Akuntan Indonesia - Seksi Akuntan Publik
Pada masa orde baru terjadi perubahan-perubahan pada perekonomian Indonesia
seperti terbitnya Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN). Perubahan ini menyebabkan kebutuhan akan profesi akuntan publik
meningkat karena pada masa itu telah berdiri banyak kantor akuntan Indonesia dan masuknya
kantor akuntan asing yang bekerja sama dengan kantor akuntan Indonesia. Menanggapi situasi
ini, pada tanggal 7 April 1977, Drs. Theodorus M. Tuanakotta membentuk Seksi Akuntan
Publik sebagai wadah para akuntan publik di Indonesia untuk melaksanakan program-program
pengembangan akuntan publik.

2.3.3 Pembentukan Ikatan Akuntansi Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik


Dalam waktu 17 tahun sejak Seksi Akuntan Publik dibentuk, profesi akuntan publik
telah mengalami perkembangan yang signifikan. Ini terjadi seiring dengan pertumbuhan pasar
modal dan perbankan di Indonesia, yang memerlukan penyesuaian standar akuntansi keuangan
dan standar profesional akuntan publik agar sejajar dengan standar internasional. Pada Kongres
IAI ke VII tahun 1994, anggota IAI sepakat untuk memberikan otonomi kepada akuntan publik
dengan mengubah Seksi Akuntan Publik menjadi Kompartemen Akuntan Publik.

2.3.4 Pembentukan Institut Akuntan Publik Indonesia


Hampir setengah abad sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia, tepatnya pada
tanggal 24 Mei 2007, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) didirikan sebagai organisasi
akuntan publik yang bersifat independen dan memiliki otonomi hukum. Keputusan ini diambil
dalam Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI - Kompartemen Akuntan Publik. Pendirian IAPI
merupakan respons terhadap dampak globalisasi, yang diusulkan oleh Drs. Ahmad Hadibroto,
Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, yang mengusulkan perluasan keanggotaan IAI di luar
individu, yang disetujui dalam Kongres IAI X pada tanggal 23 November 2006. Ini menjadi
dasar untuk mengubah IAI - Kompartemen Akuntan Publik menjadi asosiasi independen yang
dapat mengembangkan profesi akuntan publik secara mandiri.
IAPI memiliki tujuan untuk memenuhi semua persyaratan International Federation of
Accountants (IFAC) yang berkaitan dengan profesi dan etika akuntan publik, serta memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam Statement of Member Obligation (SMO) yang diminta oleh
IFAC.

13
Pada tanggal 4 Juni 2007, IAPI secara resmi diterima sebagai anggota asosiasi pertama
IAI. Kemudian, pada tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah Republik Indonesia mengakui IAPI
sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwenang untuk melaksanakan ujian sertifikasi
akuntan publik, menyusun dan menerbitkan standar profesional dan etika akuntan publik, serta
menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia
melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip-prinsip akuntan publik adalah menyatakan pendapat atau menegaskan bahwa
laporan keuangan atau data-data keuangan lain dari suatu entitas disajikan sesuai prinsip
akuntansi yang berlaku, serta menyatakan bahwa tidak memerlukan modifikasi material yang
harus dilakukan terhadap laporan keuangan atau data lainnya agar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku. Akuntan publik memiliki tanggung jawab terhadap klien (yang
mencakup informasi dari klien yang rahasia, fee profesional, dan fee kontinjen), rekan seprofesi
(sesama rekan kerja, komunikasi antar akuntan publik, dan perikatan atestasi), dan tanggung
jawab praktik lainnya.
Etika profesi akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku atau perbuatan baik
dan buruk manusia sejauh yang dapat memahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai akuntan.
Terdapat etika sebagai akuntan publik, yaitu integritas, objektifitas, kerahasiaan, kompetensi
dan kehati-hatian, serta perilaku profesional. Dalam pelaksanaanya berbagai ancaman dan kode
etik yang harus dihadapi yang dibarengi dengan solusi yang sudah dikukuhkan dengan
peraturan yang ada.
Perkembangan organisasi akuntan publik di Indonesia dimulai dengan pembentukan
IAI yang terjadi karena pada masa itu akuntan-akuntan Indonesia pertama lulusan periode
sesudah kemerdekaan tidak dapat menjadi anggota VAGA atau NIvA. Pada masa orde baru
terjadi perubahan-perubahan pada perekonomian Indonesia yang menyebabkan kebutuhan
akan profesi akuntan publik meningkat sehingga dibentuklah Seksi Akuntan Publik. Pada
tanggal 24 Mei 2007, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) didirikan sebagai organisasi
akuntan publik yang bersifat independen dan memiliki otonomi hukum. Pada tanggal 4 Juni
2007, IAPI secara resmi diterima sebagai anggota asosiasi pertama IAI. Kemudian, pada
tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah Republik Indonesia mengakui IAPI sebagai organisasi
profesi akuntan publik yang berwenang untuk melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik,
menyusun dan menerbitkan standar profesional dan etika akuntan publik, serta
menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia
melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008.

15
DAFTAR PUSTAKA

IAPI. (n.d.). Sejarah IAPI.


Institut Akuntan Publik Indonesia. (n.d.). Kode Etik Profesi Akuntan Publik 2021.
Payamta. (2009, Oktober). Sejarah Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Yunita, D. (n.d.). Auditing dan Profesi Akuntan Publik. Universitas Muhammadiyah
Makassar.

16

Anda mungkin juga menyukai