Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Pengelolaan Pembelajaran di Sekolah Inklusi


Memenuhi Tugas

Mata Kuliah “Pembelajaran Inklusi”

Dosen Pengampu:

Dr. Syarifan Nurjan, M. A.

Nama Kelompok:

1. Leyan Nayangga Crystal (21150446)


2. Eftiana Dwi Zhahrani (21150447)
3. Eva Aprilia Yustanti (21150448)
4. Cindy Radevi Fahmi Putri (21150457)
5. Wa Priti (21150454)

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Juni 2023
A. Pendahuluan

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat (2) yang berbunyi “Warga
Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Pendidikan inklusif adalah sistem
layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di
sekolah-sekolah terdekat, di dalam kelas umum bersama teman-teman seusianya.
Inklusi merupakan suatu proses merespon keragaman kebutuhan semua peserta
didik melalui peningkatan partisipasi pembelajaran, budaya, dan masyarakat,
serta mengurangi pengecualian dalam dan dari pendidikan. Hal ini melibatkan
perubahan dan modifikasi dalam isi, pendekatan, struktur, dan strategi, dengan
visi bersama yang mencakup semua anak dari rentang usia yang tepat dan
pentingnya tanggung jawab dan pengaturan untuk mendidik semua anak.
Penyelenggaraan pendidikan inklusif berarti menciptakan sebuah lingkungan agar
peserta didik berkebutuhan khusus dapat belajar, bermain dan berinteraksi dengan
semua anak. Setiap peserta didik berkebutuhan khusus memiliki program belajar
secara individu yang memungkinkan dia mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki sesuai dengan kemampuan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan membahas terkait
pengelolaan pembelajaran di sekolah inklusi secara lebih rinci, karena hal tersebut
menjadi hal yang perlu di peratikan di dalam pendidikan inklusi. Berdasarkan
uraian tersebut, maka kami penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Prinsip Pembelajaran di sekolah Inklusi
2. Manajemen waktu pada pembelajaran Inklusi
3. Pengelolalan kelas pada pembelajaran di sekolah Inklusi

B. Pembahasaan
1. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Di Sekolah Inkulusi
Prinsip dasar lahirnya pendidikan inklusif adalah semua siswa dilayani
secara baik dan adil dengan tidak melihat keterbatasan dan kondisi anak, baik
kondisi kebutuhan khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural maupun
bahasa Lebih lanjut, dasar dari pendidikan inklusi adalah bahwa semua anak
berkesempatan untuk bersama-sama belajar dan berinteraksi serta terakomodir
kebutuhan-kebutuhannya tanpa ada perbedaan-perbedaan yang membatasi.
Hal ini berarti sekolah regular/umum harus jeli untuk dapat melihat dan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa yang heterogen, termasuk mereka
yang secara tradisional telah tersingkirkan, baik dari akses sekolah maupun
peran serta yang ada di sekolah. Lebih lanjut, prinsip-prinsip dasar pendidikan
inklusif, antara lain:1

1
Daniar Asyari et al., “Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran Inklusi di Sekolah Dasar Non-SDLB,” Journal on
Education 5, no. 2 (2023): 3830–3839.
a. pendidikan inklusif memberi pelayanan kepada semua “jenis’ siswa:
pendidikan inklusif tidak saja menjadi konsep pendidikan yang
menekankan pada kesetaraan, tetapi juga memberikan perhatian penuh
pada semua kalangan anak yang mengalami keterbatasan fisik maupun
mental.
b. pendidikan inklusif menghindari semua aspek negative labeling:
prinsip dasar yang menjadi karakter pendidikan inklusif adalah
menghindari segala sesuatu yang berkaitan dengan pelabelan. Salah
satu dampak buruk dari labeling adalah munculnya inferioritas bagi
pihak yang diberi label negatif. Perasaan inferioritas akan mengganggu
setiapaspek kehidupan mereka.
c. pendidikan inklusif selalu melakukan checks dan balances: kehadiran
pendidikan inklusif tidak sekedar sebagai konsep percobaan yang
hanyamuncul dalam wacana belaka, melainkan bisa menjadi konsep ideal
yang berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis checks
dan balances. 2

2. Manajemen Waktu Pada Pembelajaran Di Sekolah Inklusi


Manajemen Waktu Belajar ABK Manajemen merupakan kebutuhan
yang niscaya untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam
organisasi, serta mengelola berbagai sumberdaya organisasi, seperti sarana
dan prsarana, waktu, SDM, metode dan lainnya secara efektif, inovatif, kreati,
solutif, dan efisien. Manajemen waktu adalah upaya yang dilakukan untuk
mengatur porsi yang digunakan terutama untuk belajar agar proses belajar
dapat efektif dan ilmu dapat terserap dengan mudah. Menurut idealnya
kegiatan pembelajaran untuk siswa pandai harus berbeda dengan siswa yang
memiliki kemampuan sedang atau kurang, walaupun untuk memahami 1 jenis
konsep yang sama. Dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran, teknik
bertanya, penyediaan umpan balik yang bermakna, penilaian yang mendorong
siswa berkinerja juga menentukan keberhasilan pembelajaran. Waktu
pembelajaran juga perlu dikelola, karena menurut pada rata-rata 10 menit
pertama (waktu prima-1) siswa cenderung dapat mengingat informasi yang
diterima. Demikian juga informasi yang diterima pada rata-rata 10 menit
terakhir dari suatu episode belajar (waktu prima-2), sedangkan informasi di
antara itu cenderung terlupakan. Oleh karena itu, pada magnet ditengah siswa
harus melakukan kegiatan langsung.
Modifikasi alokasi waktu di sesuaikan dengan mengacu ada kecepatan
belajar siswa. Misalnya materi pelajara (pokok bahasan) tertentu dalam
kurikulum reguler (kurikulum sekolah dasar) di perkirakan alokasi waktunya
selama 6 jam. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di
atas normal (anak berbakat) dapat di modifikasi menjadi 4 jam, untuk anak
bekebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal dapat di

2
Efrida Ita, “Konsep Sistem Layanan Penyelenggaraan Pendidikan Melalui Pendidikan Inklusif Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti 6, no. 2 (2019): 186–195.
modifikasikan menjadi sekitar 8 jam, untuk anak berkebutuhan khusus yang
memiliki intelegensi di bawah normal (anak lamban belajar) dapat di
modifikasikan menjadi 10 jam, atau lebih dan untuk anak tunagrahita menjadi
18 jam atau lebih.

3. Pengelolaan Kelas Pada Pembelajaran Di Sekolah Inklusi


Tim Penulis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Teknologi dan
Riset menambahkan bahwa pengelolaan kelas bagi sekolah yang memiliki
pendidikan inklusi harus memperhatikan lima aspek, yaitu:
a. Visibility adalah penempatan barang di dalam ruang kelas tidak
boleh menghalangi pandangan para murid. Seluruh barang yang ada
di ruang kelas harus tertata dengan rapi sehingga murid tidak
terganggu dengan barang yang ada di kelas dan dapat
memperhatikan guru ketikapembelajaran sedang berlangsung
b. Accessibility adalah barang yang sudah tertata rapi di dalam ruang
kelas harus dapat dijangkau oleh murid dengan mudah. Dengan
begitu, murid tidak akan kesulitan ketika hendak menggunakan
barang yang ada di dalam kelas. Selain itu, jarak antar tempat duduk
juga jangan terlalu renggang sehingga murid dapat berinteraksi satu
sama lain dengan mudah.
c. Flexibility yaitu dalam prinsip ini penataan barang dan tempat duduk
harus dapat dengan mudah untuk dipindah-pindahkan. Hal ini akan
melahirkan nuansa ruang kelas yang tidak membosankan dan dapat
dengan mudah untuk ditata ulang.
d. Kenyamanan berupa Ruang kelas harus memiliki akses masuk sinar
cahaya, tidak lembab, tidak bising, dan tidak padat sehingga
menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk ditinggali.
e. Keindahan merupakan Prinsip ini merupakan hasil kreativitas dari
para penghuni kelas sehingga kelas menjadi kreatif dan produktif.
Kelas dapat dihiasi dengan hasil dari pembelajaran murid atau
dihiasi dengan prakarya yang diciptakan oleh murid tersebut.
sekolah yang memiliki sistem pendidikan inklusif harus mampu
memanajemen sekolah sesuai dengan kebutuhan murid ABK.
Dalam pengelolaannya, sekolah inklusi menjelaskan beberapa jenis
pendidikan inklusif yang diimplementasikan di dalam sekolah di
Indonesia yaitu:
1) Kelas reguler. Kelas ini merupakan kelas inklusi penuh di mana
ABK akan belajar secara reguler bersama dengan anak normal
lainnya;
2) Kelas reguler cluster. Kelas ini merupakan kelas di mana ABK
dapat mengikuti kelas reguler dengan anak normal lainnya
dengan pengelompokkan anak yang berkebutuhan khusus;
3) Kelas reguler pull out. Kelas ini merupakan kelas di mana ABK
dapat belajar dengan anak normal lainnya. Tetapi, pada mata
pelajaran tertentu, ABK akan ditarik dari kelas untuk mendapatkan
pengajaran dari GPK;
4) Kelas reguler cluster dan pull out. Kelas ini merupakan gabungan
dari kedua kelas yang sudah disebutkan. ABK di dalam kelas
akan dikelompokkan secara khusus dan kemudian akan ditarik
pada waktu tertentu untuk mendapatkan pembelajaran dari
GPK;
5) Kelas khusus dengan pengintegrasian. Di dalam kelas ini ABK
akan belajar di dalam kelas khusus.Tetapi, pada mata pelajaran
tertentu, ABK dapat belajar di dalam kelas reguler bersama anak
normal lainnya;
6) Kelas khusus penuh. Kelas ini merupakan sekolah yang
melakukan pendidikan inklusi tetapi ABK akan berada di dalam
kelas khusus.

C. Penutup
Kesimpulan
Dalam makalah ini, dijelaskan bahwa Prinsip dasar lahirnya pendidikan
inklusif adalah semua siswa dilayani secara baik dan adil dengan tidak melihat
keterbatasan dan kondisi anak, baik kondisi kebutuhan khusus, perbedaan sosial,
emosional, kultural maupun bahasa Lebih lanjut, dasar dari pendidikan inklusi
adalah bahwa semua anak berkesempatan untuk bersama-sama belajar dan
berinteraksi serta terakomodir kebutuhan-kebutuhannya tanpa ada perbedaan-
perbedaan yang membatasi. Mampu memanajemen sekolah sesuai dengan
kebutuhan murid ABK sehingga para penghuni kelas menjadi kreatif dan
produktif.

Daftar Pustaka

Asyari, Daniar, Jennisa Tasya Kamila, Kaamilah Nurnanzhiifa, Linda Cibya Rahmawati, dan
Maharani Sartika Dewi. “Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran Inklusi di Sekolah Dasar
Non-SDLB.” Journal on Education 5, no. 2 (2023): 3830–3839.
Ita, Efrida. “Konsep Sistem Layanan Penyelenggaraan Pendidikan Melalui Pendidikan
Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti 6, no.
2 (2019): 186–195.
DAFTAR HADIR

No. Nama Mahasiswa Pembuatan Presentasi Revisi Tanda


Makalah Makalah Tangan
1. Leyan Nayangga Crystan   
2. Eftiana Dwi Z   
3. Eva Aprilia Yustanti   
4 Cindy Radevi Fahmi Putri   
5. Wa Priti   

Anda mungkin juga menyukai