Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Mekanisme Penyelenggaraan Sekolah Inkluisi di SD”

Dosen Pengampu:
Dewi, M.Pd

Oleh:
Hari Jamaludin
604031419046

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA MUTIARA SUKABUMI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak untuk semua manusia tanpa membeda-bedakan


status maupun kondisi apapun. Akan tetapi selama ini pendidikan reguler,
khususnya di tingkat Sekolah Dasar sebagian besar hanya diperuntukan untuk
anak-anak dengan keadaan normal. Hal ini menimbulkan suatu ketimpangan
sosial, banyak dari peserta didik yang tidak bisa berinteraksi secara baik dengan
anak yang memiliki kebutuhan khusus. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk
menanganinya. Selain itu, pendidikan kita masih tersandung masalah biaya.
Khususnya bagi masyarakat dengan kebutuhan khusus, mereka harus masuk ke
dalam sekolah luar biasa. Memang sebagian di daerah di perkotaan sudah terdapat
instansinya. Namun di daerah lain, khususnya di pedesaan masih jarang sekali
sekolah luar biasa. Sehingga harapan untuk sekolah dan mendapatkan pendidikan
sangat sulit sekali.

Salah satu upaya untuk menangani hal itu adalah dengan adanya program
pendidikan inklusif di sekolah. Mulai dari tingkat dasar sampai menengah.
Khususnya di jenjang Sekolah Dasar. Saat ini di Indonesia upaya tersebut sudah
tertuang dalam perundang-undangan dan peraturan lainnya. Berdasarkan Undang
Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang– Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa negara
memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ini menunjukkan bahwa anak
berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan
anak lainnya (reguler) dalam pendidikan.

Pendidikan inklusif, mendidik anak berkebutuhan khusus bersama– sama anak


lainnya (reguler) untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Hal ini dilandasi
oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak reguler dan anak
berkebutuhan khusus yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh
karena itu, anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan peluang yang
sama dengan anak reguler untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah
(SD) terdekat. Sudah barang tentu SD terdekat tersebut perlu disiapkan segala
sesuatunya.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah, yaitu :

1. Apa saja yang harus kriteria yang harus disiapkan oleh sekolah untuk
menyelenggarakan sekolah inklusif?
2. Bagaimana prosedur pengusulan dan penyelenggaraan sekolah inklusif ?
3. Bagaimana strategi implementasi dalam penyelenggaraan sekolah inklusif?
4. Apa pengertian pembinaan dan monitoring?
5. Apa tujuan pembinaan dan monitoring?
6. Apa saja jenis-jenis monitoring, penghargaan dan sanksi?
7. Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan dalam sekolah inklusif?
8. Bagaimana bentuk-bentuk monitoring dalam sekolah inklusif?
9. Apa yang dimaksud pelaporan?
10. Bagaimana pelaporan hasil belajar siswa disekolah inklusif?
11. Bagaimana penghargaan yang diberikan bagi siswa disekolah inklusif?
12. Bagaimana sanksi yang diberikan pada siswa disekolah inklusif?
13. Bagaimana peran orang tua dalam hal pelaporan, penghargaan, dan sanksi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk :

1. Mengetahui kriteria yang harus disiapkan oleh sekolah untuk


menyelenggarakan sekolah inklusif.
2. Mengetahui dan memahami prosedur pengusulan dan penyelenggaraan
sekolah inklusif.
3. mengetahui strategi implementasi dalam penyelenggaraan sekolah inklusif.
4. Mengetahui dan memahami pengertian pembinaan dan monitoring.
5. Mengetahui dan memahami tujuan pembinaan dan monitoring.
6. Mengetahui dan memahami jenis-jenis monitoring.
7. Mengetahui dan memahami bentuk-brntuk pembinaan dalam sekolah inklusif.
8. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk monitoring dalam sekolah inklusif.
9. Mengetahui yang dimaksud pelapora, penghargaan dan sanksi.
10. Mengetahui pelaporan hasil belajar siswa disekolah inklusif.
11. Mengetahui penghargaan yang diberikan bagi siswa disekolah inklusif.
12. Mengetahui sanksi yang diberikan pada siswa disekolah inklusif.
13. Mengetahui peran orang tua dalam hal pelaporan, penghargaan, dan sanksi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kriteria calon sekolah penyelenggara pendidikan Inklusif

Menurut Suparno dkk (2007:2-23) sekolah penyelenggara pendidikan inklusi


harus memenuhi beberapa persyaratan yang sudah ditentukan, antara lain :
keberadaan siswa berkebutuhan khusus, konsisten terhadap pendidikan inklus,
manajemen sekolah, sarana dan prasarana serta ketenagaan.

Adapun kriteria calon sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yaitu:

1. Kesiapan sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan inklusif


(kepala sekolah, komite sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua).
Untuk mendukung kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif,
setiap satuan pendidikan harus memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan
pendidikan inklusif. Kesiapan dimaksud meliputi :
a. Adanya persepsi dan sikap yang positif dari semua komponen sekolah,
termasuk orangtua anak pada umumnya, tentang pendidikan inklusif.
b. Adanya kemauan yang kuat dari sekolah untuk meningkatkan pemerataan
dan mutu pendidikan tanpa diskriminatif
c. Adanya peluang untuk meningkatkan aksesibilitas ABK dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif
2. Terdapat anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah.
3. Tersedia guru pendidikan khusus (GPK) dari PLB (guru tetap sekolah atau
guru yang diperbantukan dari lembaga lain).
4. Komitmen terhadap penuntasan wajib belajar.
5. Memiliki jaringan kerjasama dengan lembaga lain yang relevan.
6. Tersedia sarana penunjang yang mudah diakses oleh semua anak.
7. Pihak sekolah telah memperoleh sosialisasi tentang pendidikan inklusif.
8. Sekolah tersebut telah terakreditasi.
9. Memenuhi prosedur administrasi yang ditentukan.

B. Mekanisme Penyelenggaraan Sekolah Inklusif


Pendidikan Inklusif sangat diperlukan adanya di setiap wilayah di Indonesia.
Sesuai dengan Permendiknas RI No. 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif
Pasal 6, yaitu :

1. Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif


sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2. Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya sumber daya pendidikan
inklusif pada satuan pendidikan yang ditunjuk.
3. Pemerintah dan pemerintah provinsi membantu tersedianya sumber daya
pendidikan inklusif.

Dari peraturan di atas, pemerintah di seluruh daerah di Indonesia harus


menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif di daerahnya. Minimal terdapat
satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dalam satu kota. Hal ini
mengingat pendidikan sangat penting bagi semua kalangan. Untuk keperluan
administrasi dan pembinaan, serta kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif, sekolah perlu mengikuti prosedur sebagai berikut :

1. Sekolah yang akan menerima anak berkebutuhan khusus mengajukan


proposal penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota. Sedangkan sekolah yang telah memiliki peserta didik
berkebutuhan khusus melaporkan penyelenggaraan pendidikan inklusif
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menindaklanjuti proposal/laporan dari
sekolah yang bersangkutan kepada Dinas Pendidikan Provinsi.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi melakukan
visitasi ke sekolah yang bersangkutan.
4. Dinas Pendidikan Provinsi menetapkan sekolah yang bersangkutan sebagai
penyelenggara pendidikan inklusif dengan menerbitkan surat penetapannya,
dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Untuk lebih memperjelas, alur penyelenggaraan dari program inklusif dapat


dilihat pada bagan berikut ini.

Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu dialokasikan dana


khusus, yang antara lain untuk keperluan:

1. Kegiatan identifikasi input siswa


2. Modifikasi kurikulum
3. Insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat
4. Pengadaan sarana-prasarana
5. Pemberdayaan peranserta masyarakat, dan
6. Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.

Pada tahap perintisan sekolah inklusi, diperlukan dana bantuan sebagai stimulasi,
baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Namun untuk
penyelenggaraan program selanjutnya, diusahakan agar sekolah bersama-sama
orang tua siswa dan masyarakat (Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah), serta
pemerintah daerah dapat menanggulanginya.

C. Prosedur Pengusulan Sekolah Inklusif


1. Persiapan

Sekolah reguler, maupun lembaga swadaya masyararakat yang ingin


menyelenggarakan pendidikan inklusi perlu mempersiapkan diri sebaik-
baiknya. Kegiatan maupun hal-hal yang perlu dipersiapkan, antara lain:

a. Pembentukan tim, tujuan pembentukan tim adalah untuk


mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan penyelenggaraan
pendidikan inklusi;
b. Penyusunan proposal, proposal disusun oleh tim yang telah terbentuk.
Format dan isi proposal disusun secara singkat dan jelas;
c. Pengajuan perijinan, mekanisme pengajuan perijinan mengikuti
ketentuan yang berlaku dan ditetapkan Dinas Pendidikan Propinsi
setempat (rambu-rambu penulisan proposal terlampir).
2. Pelaksanaan
a. Sekolah membuat proposal penyelenggaraan pendidikan inklusi
b. Proposal diajukan kepada Dinas Pendidikan Propinsi setelah
memperoleh rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
c. Tim Verifikasi Dinas Pendidikan Propinsi mengkaji propsal yang
telah diajukan oleh fihak sekolah.
d. Tim Verifikasi Propinsi terdiri dari unsur, Dinas Pendidikan Propinsi,
Perguruan tinggi, Organisasi profesi.
e. Tim Verifikasi mengadakan studi kelayakan kepada sekolah yang
telah mengadakan permohonan,
f. Dinas Pendidikan Propinsi menerbitkan surat penetapan
penyelenggaraan pendidikan inklusi, bagi sekolah yang dinyatakan
memenuhi persyaratan yang telah ditatapkan oleh tim verifikasi.

D. Strategi Implementasi
1. Sosialisasi dan Koordinasi

Sosialisasi dan koordinasi program pendidikan inklusif dilakukan oleh


Direktorat PSLB kepada Dinas/instansi terkait, sekolah dan masyarakat.
Sedangkan koordinasi dilakukan antara Direktorat PSLB dengan perguruan
tinggi, Dinas/Instansi terkait dan sekolah.

2. Penerimaan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus dilakukan melalui sistem:

a. Penerimaan murid baru;


b. Rujukan dari tenaga ahli yang relevan;
c. Rujukan dari lembaga lain
d. Mutasi atau melanjutkan dari sekolah lain
e. Program retrievel (pengembalian anak ke sekolah karena drop out)
3. Rekrutmen Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan baru (negeri/swasta)
b. Mutasi pendidik dan tenaga kependidikan
c. Pemberdayaan masyarakat
d. Bantuan pendidik dan tenaga kependidikan dari sekolah/lembaga lain.
4. Pembelajaran
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
dan mengacu pada kurikulum yang berlaku.
PerencanaandisusunsesuaidenganbukuPedomanpembelajaran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan karakteristik belajar
peserta didik. Sistem pelaksanaannya mengacu pada buku Pedoman
pembelajaran.
c. Penilaian Hasil Pembelajaran
1) Memahami kompetensi dasar dan bentuk penilaian yang sesuai
untuk mengukur Kompetensi dasar tersebut
2) Menyusun kisi-kisi soal
3) Menyusun soal (bentuk penilaian) sesuai dengan kaidah
4) Menelaah dan merevisi soal
5) Melaksanakan penilaian dengan menggunakan soal yang telah
dikembangkan
6) Menggunakan hasil penilaian untuk umpan balik
7) Menggunakanhasilpenilaianuntukkeperluanadministrasi, dan
pelaporan

E. Pengertian Pembinaan dan Monitoring

Pembinaan berasal dari kata dasar bina yang berarti latihan, didikan.
Sedangkan pengertian pembinaan itu sendiri adalah usaha, tindakan, dan kegiatan
yang berupa pendidikan maupun pelatihan yang dilakukan secara efisien dan
efektif untuk memperoleh hasil yg lebih baik. Pembinaan dapat diartikan sebagai
upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau
menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan luar
sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang
sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal
yang telah direncanakan. pembinaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu
berasal dari sudut pembaharuan dan berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan
yang berasal dari sudut pembaharuan yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru
dan memiliki nilai-nilai lebih baik bagi kehidupan masa yang akan datang.
Sedangkan pembinaan yang berasal dari sudut pengawasan yaitu usaha untuk
membuat sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.

Monitoring merupakan pengawasan yang berarti proses pengamatan,


pemeriksaan, pengendalian dan pengoreksian dari seluruh kegiatan organisasi.
Monitoring adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi
tentang pelaksanaan manajemen sekolah. Fokus monitoring adalah pemantauaan
pada pelaksanaan manejemen sekolah, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus
monitoring adalah pada komponen proses menejemen sekolah, baik menyangkut
proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Monitoring melibatkan perhitungan
atas apa yang kita lakukan, Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari
layanan yang kita berikan. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi
masukan (umpan balik) bagi perbaikan pelaksanaan manejemen sekolah.

Pengertian monitoring (pengawasan) menurut para ahli:


1. George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan adalah
mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi
prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif
sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2. Tabrani Rusyani (1997) menyatakan pengawasan adalah pengendalian
yang dilakukan dengan melaksanakan pemeriksaan, penilaian
kemampuan, meningkatkan dan menyempurnakan, baik manajemen
maupun bidang operasionalnya.
3. Oxfam (1995) Monitoring adalah mekanisme yang sudah menyatu untuk
memeriksa yang sudah untuk memeriksan bahwa semua berjalan untuk
direncanakan dan memberi kesempatan agar penyesuaian dapat dilakukan
secara metodologis.

F. Tujuan Pembinaan dan Monitoring

Tujuan pembinaan secara umum adalah melatih atau mendidik individu maupun
kelompok, dengan tindakan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung tercapainya
tujuan yang diinginkan. Sedangkan tujuan monitoring sendiri adalah:

1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan


rencana.
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi.
3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan
sudah tepat untuk mencapai tujuan kegiatan.
4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh
ukuran kemajuan.
5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa
menyimpang dari tujuan.
G. Jenis-jenis Monitoring
1. Pengawasan Ekstern dan Intern
a. Pengawasan Ekstern
Pengawasan ektern atau pengawasan dari luar, yakni pengawasan yang
menjadi subyek pengawas adalah pihak luar dari organisasi obyek yang
diawasi.
b. Pengawasan Intern
Pengawasan intern merupakan pengawasan yang dilakukan dari dalam
organisasi yang bersangkutan.
2. Pengawasan Preventif, Represif dan Umum
a. Pengawasan Preventif
Pengawasan Preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan, yakni pengawasan yang dilakukan terhadap sesuatu yang
bersifat rencana.
b. Pengawasan Represif
Pengawasan Represif merupakan pengawasan yang dilakukan setelah
pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan.
c. Pengawasan Umum
Pengawasan umum adalah pengawasan terhadap seluruh aspek
pelaksanaan tugas pokok organisasi.
3. Pengawasan Langsung dan Pengawasan Tidak Langsung
a. Pengawasan Langsung
Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara
mendatangi dan melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap
obyek yang diawasi.
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan Tidak Langsung merupakan pengawasan yang dilakukan
tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi
atau pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh yaitu dari belakang meja.
4. Pengawasan Formal dan Informal
a. Pengawasan Formal
Pengawasan Formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
instansi/pejabat yang berwenang (resmi) baik yang berifat intern dan
ekstern.
b. Pengawasan Informal
Pengawasan Informal yakni pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
atau social control, misalnya surat pengaduan masyarakat melalui media
massa atau melalui badan perwakilan rakyat.

H. Bentuk-bentuk Pembinaan dalam Sekolah Inklusif


1. Pembinaan terhadap poendidik dan tenaga kependidikan

Dalam sekolah inklusif perlu adanya pembinaan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan yang dapat berupa:

a. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus maksudnya adalah pendidikan yang diperuntukan bagi
individu yang secara khusus dibina secara akademik dengan kurikulum
dan pembelajaran yang terfokus pada penanganan anak berkebutuhan
khusus. Contohnya adalah PLB (Pendidikan Luar Biasa) yaitu salah satu
program studi disebuah perguruan tinggi yang secara khusus mendalami
tentang ruang lingkup anak berkebutuhan khusus.
b. Mengadakan sosialisasi
Bentuk pembinaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan yakni melalui
perkumpulan, yang tujuannya untuk mengetahui lebih mendalam tentang
pendidikan inklusif. Diselenggarakan secara resmi oleh pemerintah dari
dalam maupun luar negeri, dari organisasi atau lembaga swasta yang
menyelenggarakan sosialisasi tentang pendidikan inklusif. Contohnya
pada tanggal 26-29 September 2005 diadakannya seminar di Bukit Tinggi
Sumatera Barat yang diikuti oleh 32 negara untuk mengikuti International
Symposium on Inclusion and The Removal of Barriers to Learning.
Dalam sosialisasi tersebut, para pakar inklusif berbagi pengalaman
mengenai sekolah inklusi di negara masing-masing negara.
c. Mengikuti organisasi atau asosiasi
Asosiasi ditunjukkan untuk membantu pendidik dalam memperoleh
informasi dan pengetahuan seputar pendidikan inklusif, dan memberikan
pendidikan yang sesuai dengan nilai kemanusiaan dan memberikan akses
yang seluas-luasnya bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Contohnya adalah POKJA
(kelompok kerja pendidikan inklusif) kabupaten kuningan, Jawa Barat
yang membuat website untuk memberikan informasi seputar pendidikan
inklusif khususnya di wilayah Kabupaten Kuningan. Email:
surat@pokjainklusif.com
d. Seminar
Seminar merupakan salah satu cara pembinaan bagi para pendidik agar
dapat mengetahui lebih jauh tentang pendidikan inklusif seperti dalam
seminar Agra pada tahun 1998 telah dirumuskan bahwa esensi pendidikan
inklusi hakikatnya:
1) Lebih luas daripada pendidikan formal mencakup pendidikan non
formal dan informal.
2) Mengakui bahwa semua anak dapat belajar.
3) Memungkinkan struktur, sistem dan metodologi pendidikan,
memenuhi kebutuhan semua anak.
4) Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak
berdasarkan usia, jender, etnik, bahasa, kecacatan, status, HIV/Aids.
5) Merupakan proses yang dinamis yang senantiasa berkembang
sesuai dengan budaya dan konteksnya.
6) Merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk
mempromosikan masyarakat yang inklusif.

e. Melakukan kerjasama dengan para ahli (Professional Collaboration)


Adanya kolaborasi yang dekat antara guru kelas dan para ahli dalam
bidangnya membantu terlaksananya pendidikan inklusif secara optimal.
Contohnya kolaborasi antara guru kelas dengan penerapi wicara sangat
penting bagi keberhasilan siswayang mengalami kelainan bahasa dan
bicara di kelas.

2. Pembinaan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif

Agar penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat berjalan dengan baik sesuai


dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pembinaan oleh yang
berwenang. Yang berwenang melakukan pembinaan adalah Dinas Pendidikan
Propinsi dan atau Kabupaten/Kota sesuai dengan mekanisme masing-masing
daerah. Secara teknis operasional pembinaan sekolah inklusif dilakukan oleh
Pengawas Sekolah masing-masing daerah. Pembinaan sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif dapat dilakukan secara berkala maupun insidental sesuai
kebutuhan.

Kegiatan yang perlu ditempuh dalam upaya mengimplementasikan pendidikan


inklusif di sekolah penyelenggara antara lain :

a. Workshop persiapan penyelenggaraan pendidikan inklusif di level


sekolah.
b. Pembentukan Tim Pendidikan Inklusif di level sekolah.
c. Rapat koordinasi (kepala sekolah, guru, tenaga lainnya, komite
sekolah/perwakilan orang tua siswa, unsur desa/kelurahan, unsur dinas
pendidikan kecamatan, tokok-tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
unsur pusat sumber/sistem dukungan).
d. Penyusunan program/kegiatan jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang
e. Sosialisasi pendidikan inklusif intern (di sekolah) dan ekstern (di
lingkungan sekitar sekolah/masyarakat)
f. Kerjasama dengan pusat sumber.
g. Pembentukan/penugasan tim pendataan PDBK dan ABK di masyarakat
h. Pelaksanaan pendataan/penjaringan
i. Mengadministrasikan hasil pendataan/penjaringan
j. Validasi data hasil pendataan/penjaringan
k. Pemetaan/penempatan/tindak lanjut hasil pendataan/penjaringan
ABK/PDBK.
l. Pemetaan/penentuan pusat sumber (resource center)
m. Pelatihan pendidikan inklusif di level sekolah (in house training)
kerjasama dengan Pokja Inklusif Kabupaten/Kota/Provinsi dan LPTK.
n. Pengembangan/peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan
antara lain melalui kegiatan :
1) Pendampingan pembelajaran dari narasumber (on the job training.
2) Pengkajian terhadap pembelajaran yang dilakukan guru (lesson
study).
3) Diskusi
4) Bedah buku
5) Seminar
6) Kunjungan ke sekolah yang lebih dulu mengimplementasikan
pendidikan inklusif dan ke sekolah khusus (Study banding).
o. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan inklusif (intern
dan ekstern).
p. Workshop hasil monitroring dan evaluasi
q. Rencana tindak lanjut
r. Laporan kegiatan penyelenggaraan pendidikan inklusif bulanan /
semester/ tahunan ke pihak-pihak yang terkait/berkepentingan (antara
lain kepada pihak Dinas Pendidikan Kecamatan/ Kabupaten/
Provinsi/Pusat).
s. Penyusunan program Penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk tahun
berikutnya.

3. Pembinaan terhadap anak berkebutuhan khusus


a. Menggunakan bimbingan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan anak
berkebutuhan khusus.
b. Bimbingan dilakukan secara berkala, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
c. Memberikan apresisasi terhadap anak berkebutuhan khusus, dengan
mengadakan suatu kegiatan atau acara yang memaksimalkan potensinya.
d. Melakukan kerjasama dengan teman sebaya, orangtua dan para ahli.

I. Bentuk-bentuk Monitoring dalam Sekolah Inklusif

Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengawal keterlaksanaan


penyelenggaraan program pendidikan inklusif. Materi monitoring meliputi aspek,
manajemen, proses pendidikan, dan pengembangan sekolah. Kegiatan monitoring
dilaksanakan secara berkala, minimal satu kali dalam satu tahun dan
dikoordinasikan dengan institusi terkait..

Monitoring dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa,


Dinas Pendidikan Daerah Tingkat I dan atau Dinas Pendidikan Daerah Tingkat
II/Kota. Dalam menjalankan monitoring Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa, Dinas Pendidikan Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota dapat bekerjasama
dengan LPTK PLB yang ada.

Aspek monitoring meliputi: persiapan penyelenggaraan, peserta didik,


ketenagaan, sarana-prasarana, pendanaan, manajemen, pemberdayaan
masyarakat, dan aspek lain yang relevan. Instrumen monitoring dan evaluasi
disiapkan oleh masing-masing institusi sesuai dengan kebutuhan.

Hasil monitoring dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam


peningkatan mutu layanan pendidikan inklusif, sebagai bahan untuk penyusunan
program, penyempurnaan strategi pelaksanaan program dan memformulasikan
kebijakan di masa yang akan datang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
inklusif.

Dengan adanya monitoring yang berkelanjutan tersebut, tentunya akan


ditemukan problem-problem apa yang muncul pada pelaksanaannya. Problem
tersebut yang menjadi bahan evaluasi dan pemecahan bersama. Monitoring secara
intensif dan berkelanjutan ini dirasa perlu mengingat pada kenyataannya tidak
semua sekolah inklusi mendapat perhatian ekstra dari pemerintah. Masih banyak
sekolah inklusi yang belum mendapatkan modul dan pedoman, seperti alat
identifikasi ABK, mengingat sekolah inklusi pun memiliki karakteristik khusus
dalam hal alat, pengembangan kurikulum, pengadaaan dan pengelolaan sarana
prasarana, pembinaan tenaga kependidikan, kegiatan belajar mengajar,
manajemen sekolah, dan pemberdayaan masyarakat. Tentunya, dalam hal ini
pemerintah bertanggung jawab pada pemerataan perhatian terhadap sekolah
inklusi.

J. Pengertian Pelaporan, Penghargaan, Sanksi


Laporan adalah suatu bentuk keterangan, pemberitahuan ataupun
pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan
kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab
(responsibility) yang ada antara mereka. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi
dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya. Laporan merupakan salah satu
alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun nonformal.
Penyampaian informasi dari petugas/ pejabat tertentu kepada petugas / pejabat
tertentu dalam suatu system administrasi.
Suatu laporan harus disampaikan secara benar dan tanggung jawab sesuai
dengan kenyataan yang ada dilapangan. Laporan merupakan suatu bentuk hasil
yang telah dilakukan sesorang untuk keperluan administrasi. Hasil dari suatu
laporan tersebut dijadikan acuan untuk kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan.
Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu
yang diberikan, baik oleh dan dari perorangan ataupun suatu lembaga yang
biasanya penghargaan ini dapat berupa simbul, seperti sertifikat, piagam, dan
dapat pula dalam bentuk lain, seperti promosi, dana pembinaan, pelatihan,
maupun dalam bentuk lain yang relevan. Dalam organisasi ada istilah insentif,
yang merupakan suatu penghargaan dalam bentuk material atau non material yang
diberikan oleh pihak pimpinan organisasi perusahaan kepada karyawan agar
mereka bekerja dengan menjadikan modal motivasi yang tinggi dan berprestasi
dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan atau organisasi. Dengan adanya
penghargaan ini dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan mutu layanan
pendidikan.
Adapun fungsi penting dari penghargaan yang berperan besar bagi
pembentukan tingkah laku yang diharapkan untuk :
1. Memperkuat motivasi untuk memacu diri agar mencapai prestasi
2. Memberikan tanda bagi seseorang yang memiliki kemampuan lebih
3. Bersifat Universal
Hukuman atau sanksi adalah perlakuan tertentu yang sifatnya tidak
mengenakkan atau menimbulkan penderitaan, yang diberikan kepada pihak
pelaku perilaku menyimpang. Hukuman semestinya diberikan sebanding dengan
kualitas penyimpangan yang dilakukan. Pemberian hukuman tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang. Biasanya pemberian hukuman dilakukan oleh
pihak-pihak yang berwenang. Siapakah yang dimaksud sebagai pihak yang
berwenang, sangat tergantung pada konteks persoalannya. Misalnya, dalam
konteks kehidupan di kantor, maka pihak berwenang adalah atasan. Dalam
konteks kehidupan sosial pihak yang berwenang memberikan hukuman misalnya
polisi atau pengadilan.
Demikian pula, pemberian hukuman tidak boleh dilakukan sembarangan atau
sesuka hati. Pada prinsipnya hukuman harus diberikan setimpal dengan kualitas
kesalahan. Lembaga peradilan biasanya telah mengatur mekanisme pemberian
hukuman. Fungsi dari hukuman, setidaknya ada dua, yaitu:
1. Menyadarkan pelaku perilaku meyimpang sehingga tidak melakukan
perilaku menyimpang lagi.
2. Memberikan contoh kepada pihak yang tidak melakukan perilaku
menyimpang, bahwa bila mereka melakukan perilaku menyimpang akan
mendapatkan hukuman.
K. Pelaporan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Inklusif

Laporan hasil belajar siswa disekolah inklusif pada dasarnya sama dengan
siswa reguler lainnya karena siswa yang ABK tersebut pada dasarnya sama-sama
bersekolah dengan siswa normal, namun pada siswa yang ABK adanya
penanganan khusus oleh gurunya di luar kelas sesuai dengan kebutuhanya.
Kemudian, pada sekolah inklusif diusahakan terdapat sarana dan prasarana yang
mendukung proses belajar mengajar. Staub dan Peck (1995) mengatakan bahwa
pendidikan inklusif adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang,
dan berat. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar
yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun
gradasinya.

Mengembangkan sekolah inklusif yang dapat melayani sejumlah siswa di


daerah perkotaan maupun pedesaan menuntut adanya penetapan kebijakan yang
jelas dan tegas mengenai inklusi disertai penyediaan dana yang memadai, upaya
penerangan masyarakat yang efektif untuk memerangi purbasangka dan
menciptakan pemahaman serta sikap positif, program orientasi dan pelatihan staf
yang ekstensif dan penyediaan berbagai layanan pendukung yang diperlukan.
Perubahan dalam semua aspek persekolahan berikut ini, maupun dalam banyak
aspek lainnya, diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan sekolah inklusif.
Kurikulum, bangunan, organisasi sekolah, pedagogi, asesmen, personalia, etos
sekolah, dan kegiatan ekstrakulikuler.

Penyiapan semua personalia kependidikan secara tepat merupakan faktor


kunci dalam mempercepat kemajuan ke arah terselenggaranya sekolah-sekolah
inklusif. Lebih jauh, penerimaan guru-guru yang menyandang kecacatan yang
dapat berfungsi sebagai model peran (role-models) bagi anak-anak penyandang
cacat semakin diakui pentingnya.

L. Penghargaan Bagi Siswa Di Sekolah Inklusif


Pemberian reward ini sangat diperlukan oleh semua anak untuk
mengembangkan harga dirinya (selfesteem) dan identitasnya. Khususnya buat
anak-anak yang lambat belajarnya, dengan memperoleh reward pada setiap
langkah selama menyelesaikan pekerjaan dan proses belajarnya, maka membuat
mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannnya.
Dengan kata lain, anak harus dihargai apa adanya. Mereka harus merasa aman,
bisa mengekspresikan pendapatnya dan sukses dalam belajarnya. Atmosfir belajar
seperti ini akan membantu anak menikmati belajar dan guru bisa memperkuat rasa
senang ini melalui penciptaan kelas yang lebih menyenangkan. Di kelas seperti
itu, harga diri anak ditingkatkan melalui reward (penghargaan/pujian); di dalam
kelompok ini anak yang kooperatif dan ramah didukung; sehingga anak merasa
sukses serta senang belajar sesuatu yang baru. Begitu juga bantuan dan bimbingan
pada anak yang cerdas pun, tetap perlu diberikan walaupun tidak sebanyak dan
seintensif yang diberikan pada anak-anak lain yang lebih lambat belajarnya.
Pada anak-anak lambat belajarnya membutuhkan bimbingan pada setiap
tahapan belajarnya. Namun pada dasarnya pemberian penghargaan antara siswa
yang ABK sama hal nya dengan siswa reguler lainnya. Maka, tidak salah bila
pujian yang merupakan penghargaan menjadi salah satu bentuk alat pendidikan
yang mampu memberikan motivasi belajar bagi siswa. Manakala seorang siswa
mendapatkan penghargaan karena dia berprestasi, tentu semangat belajarnya pun
akan meningkat, karena keinginan untuk mempertahankan dan menaikkan
prestasi belajarnya. Motivasi belajar siswa akan meningkat ketika prestasi dan
kerja keras untuk mencapai kesuksesan belajar itu diiringi penghargaan dan
apresiasi yang baik.

M. Sanksi Bagi Siswa Di Sekolah Inklusif


Siswa ABK yang sekolah disekolah reguler biasa dan sekolah tersebut
dinamakan sekolah inklusif yang setiap siswanya pasti pernah mengalami masa-
masa nakal anak kecil. Nakalnya anak kecil dikatakan wajar karena biasnya anak
kecil itu tidak mau diam atau cenderung hiperaktif. Anak-anak ABK juga tidak
menutup kemungkinan nakal seperti nakalnya anak normal lainnya. Untuk kita
sebagai calon guru hendaknya bisa menangani kenakalan murid kita nanti dan
cara bagaimana mengatasi anak tersebut kita harus tahu. Mngkin untuk nak yang
normal menghadapi kenkalannya sudah biasa dan bisa diatasi namun untuk anak
ABK ada kesulitan tersendidri jika kita tidak tahu karakteristik anak ABK.
Dibeberapa sekolah yang sudah melaukan program sekolah inklusif mungkin
sudah mengetahui cara menghadapi siswanya yang nakal. Cara mengatasi anak
ABK yang nakal harus dilihat dari bentuk kenakalan yang ia lakukan jika masih
dalam rentan normal namun jika sudah melebihi batas kenormalan bisa
berkonsultasi dengan guru lainnya, laku ke kepala sekolah, dan ke orang tuanya.
Salah satu contoh di SDN Sukamanah 4 anak ABK yang nakal diperlakukan
wajar seperti anak reguler lainnya yang nakal namun ada saat khusus anak ABK
yang memerlukan penanganan khusus agar tidak nakal contohnya.

N. Peran Orang Tua Dalam Hal Pelaporan, Penghargaan, dan Sanksi


Dari hasil pelaporan anaknya disekolah itu merupakan interaksi orang tua
dengan pihak sekolah. Hasil belajar siswa biasanya dalam bentuk raport dari hasil
inilah orang tua mengetahui perkembangan anaknya disekolah apakah mengalami
kemajuan. Orang tua hendaknya sering bertanya kepada guru anaknya disekoalh
bagaimana perkembangan anaknya disekolah sehingga kerjasama yang baik dan
perkembangan anak juga akan semakin pesat.
Selain dalam hal perkembnagan hasil belajarnya orang tua pun harus
mengetahui apakah anaknya termasuk anak yang aktif atau tidak dan tentunya
anak yang aktif akan diberikan penghargaan dari pihak sekolah hal itupun orang
tua harus tahu. Orang tua pasti bangga jika anaknya termasuk anak yang aktif dan
berprestasi. Jika anak sudah berprestasi hendaknya orang tua saat anaknya
dirumah tetap diberikan pembelajaran atau mengulang pembelajaran ketika
disekolah agar anak tidak mudah lupa.
Orang tua harus tahu dan sadar anaknya pasti mengalami masa-masa
kenakalan, hendaknya orang tua menasehati anaknya agar tidak melanggar norma
yang ada di sekolah. Namun pihak sekolah jika ada siswanya yang mengalami
kenakalan hendaknya jangan dahulu mengikutsertakan orang tuanya namun harus
bisa diatasi dahulu oleh pihak sekolahnya, setelah pihak sekolah tidak bisa
mengatasinya barulah mengikut sertakan orang tuanya.
Dalam segala hal orang tua dan guru harus bekerja sama dalam mendidik
siswa agar siswa dapat di didik sesuai dengan yang diharapkan dan pendidikan
akan berjalan dengan optimal
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sesuai dengan peraturan perundangan yang ada, pendidikan inklusi hanya


berlaku bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang kemampuan intelektualnya
tidak berada di bawah rata-rata. Dalam pelaksanaannya, sekolah yang akan
menyelenggarakan pendidikan inklusif harus mengikuti mekanisme yang telah
ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dengan persyaratan dan kriteria
tertentu yang harus di penuhi mulai dari adanya siswa berkebutuhan khusus,
tenaga pendidik, sarana dan prasarana, dan sebagainya. Untuk menciptakan
kondisi pendidikan inklusif yang baik, diperlukan upaya dan strategi
implementasi yang baik pula, agar dapat mencapai tujuan pendidikan.

Dalam pelaksanan pendidikan inklusi membutuhkan pembinaan dan monitoring


agar pelaksanaan pendidikan inklusif dapat berjalan secara optimal. Selain itu,
perlu adanya kerja sama dari semua pihak baik itu Pemerintah, masyarakat,
maupun pihak sekolah itu sendiri. Dalam penangannya saja yang berbeda dengan
anak lainnya yang normal. Anak ABK cenderung membutuhkan penanganan
khusus. Kerjasama orang tua, guru, dan semua pihak sekolah sangat penting
dalam proses pembelajaran anak baik bagi anak normal maupun anak
ABK.dengan lingkungan nyata atau lingkungan yang sebenarnya.

B. Saran
Dengan adanya pendidikan inklusif diharapkan dapat membantu anak
berkebutuhan khusus dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi.
Diharapkan semua pihak dapat membantu dan bekerja sama dalam
mengembangkan pendidikan inklusif ini

Dalam menyelenggarakan sekolah inklusif, kiranya pihak-pihak di setiap


sekolah, khususnya tingkat dasar disarankan untuk mengetahui prosedur/alur
penyelenggaraan sekolah inklusif. Agar dalam pelaksanaannya sekolah dapat
dibantu oleh pemerintah, karena sekolah tersebut sudah resmi dan terdaftar di
dinas setempat. Ini akan membantu terselenggaranya pendidikan inklusif yang
lebih baik, baik itu dari segi operasional/biaya maupun struktural.
DAFTAR PUSTAKA

----. (2007). Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusif. Jakarta :


Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dirjen Mandikdasmen, Depdiknas.

Smith, David D (Editor : Denis & Ny. Enrica). (2012). Sekolah Inklusif.
Bandung : Nuansa

Raye, Suci Ramadhani. (2012).Pedoman Umum Pendidikan Inklusif. [online]


sumber : Diakses 9 September 2014

Purnama, Anindya. (2014). Sekolah Inklusi dan ABK. [online] sumber :


diakses 9 September 2014

Wulandari, Asrul. (2013). Model Dan Kurikulum Pendidikan Inklusif [online]


sumber : diunduh 9 September 2014

Anonim. (2012). Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif. [online]


tersedia : SLB Permatahati Sumedang.com

Bachry, Zakia. 2014. Sekolah Inklusi Solusi Pendidikan Untuk Semua.


[Online]. Tersedia: http://forumdapodik.blogspot.com/2014/02/sekolah-inklusi-
solusi-pendidikan-untuk.html. [15 September 2014].

Zelth, Dede. 2013. Jenis-jenis Pengawasan. [Online]. Tersedia;


http://dedetzelth.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-pengawasan.html. [15
September 2014].

Yayasan Berlian. 2014. Model pembelajaran inklusif. [Online].

Tersedia di : http://yayasanberliancirebon.wordpress.com. [15 September


2014]

Yuswan. 2013. Materi Diklat Inklusi. [Online].

Tersedia di : https://yuswan62.files.wordpress.com. [15 September 2014]

Anda mungkin juga menyukai