PENDIDIKAN INKLUSI
Oleh :
Patriyeni, S.Pd
NIP. 198301112009012004
PENDIDIKAN INKLUSI
A. Latar Belakang
Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan Bimbingan tekhnik ini adalah sebaga usaha
pemenuhan guru pembimbing khusus di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
dan sekolah umum yang melayani peserta didik berkebutuhan khusus. Khususnya
dalam pengelolaan, pemetaan dan penetapan peserta, penyusunan perangkat
bimbingan teknis, rekruitmen narasumber dan administrator kelas berikut proses
pembekalannya, pelaksanaan pembimbingan, dan penetapan keberhasilan program
melalui sistem penjaminan mutu penyelenggaraan program.
B. Dasar Pelaksanaan
C. Penyelenggara
Kegiatan Bimbingan dan teknis ini diadakan lansung oleh Direktorat Guru Pendidikan
Menengah dan Pendidikan Khusus Direktorat Jenderal Guru Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
F. Hasil kegiatan/Luaran/output
Setelah saya mengikuti kegiatan Bimbingan dan Tekhnis ini, banyak pemahaman baru
dan lebih detail yang saya dapatkan tentang Sekolah dan Program Sekolah Inklusif.
Berikut ini penjabaran yang saya dapatkan:
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
Skema 1
1. Identifikasi
2. Asesmen
Asesmen adalah upaya untuk mengetahui kemampuan-kemampuan yang
dimiliki, hambatan/kesulitan yang dialami, mengetahui latar belakang mengapa
hambatan/kesulitan itu muncul dan untuk mengetahui bantuan apa yang dibutuhkan
oleh yang bersangkutan. Berdasarkan data hasil asesmen tersebut dapat dibuat
program pembelajaran yang tepat bagi anak itu.
1) Asesmen dalam pendidikan khusus dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:
asesmen berazaskan kurikulum (asesmen akademik), dan
2) Asesmen berazaskan perkembangan (asesmen nonakademik), dan
3) Asesmen kekhususan.
Teknik pelaksanaan asesmen meliputi tes, wawancara, observasi, dan analisis
pekerjaan anak. Dalam suatu proses asesmen, biasanya semua teknik itu dapat
digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan, tidak hanya berpatok pada satu
teknik saja.
Tim verifikasi Dinas Pendidikan Propinsi mengkaji propsal (surat) yang telah diajukan
Organisasi profesi.
Tim verifikasi mengadakan studi kelayakan kepada sekolah yang telah mengadakan
permohonan,
Dinas Pendidikan Propinsi menerbitkan surat penetapan penyelenggaraan pendidikan
inklusi, bagi sekolah yang dinyatakan memenuhi persyaratan yang telah ditatapkan
oleh tim verifikasi.
Intervensi
Sekolah Khusus
a. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal 6 tahun.
b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun.
c. Sekolah Menengah Luar Biasa (SMALB) minimal 3 tahun.
Adapun Kelemahan adalah (1) anak terpisah dari lingkungan anak lainnya
sehingga anak sulit bergaul dan menjalin komunikasi dengan anak-anak pada
umumnya, (2) anak merasa terpasung dan dibatasi pergaulanya dengan anak-anak
kebutuhan khusus saja sehingga pada giliranya dapat menghambat perkembangan
sosialisasinya di masyarakat, dan (3) anak merasakan ketidakadilan dalam kehidupan
di sekolah yang terbatas bagi mereka yang tergolong berkebutuhan khusus.
Kelas Khusus
ABK mengikuti pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh di
kelas khusus pada sekolah umum yang melaksanakan program pendidikan tepadu.
Keterpaduan ini disebut juga dengan keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan
yang bersifat sosialisasi.
Pada tingkat keterpaduan ini, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai
pelaksana program di kelas khusus. Pendekatan, metode, dan cara penilaian yang
digunakan adalah pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan di SLB.
Keterpaduan pada tingkat ini hanya bersifat fisik dan sosial, yang artinya anak
berkebutuhan khusus yang dipadukan untuk kegiatan yang bersifat non akademik,
seperti olah raga, ketrampilan, juga sosialisasi pada waktu jam-jam istirahat atau
acara lain yang diadakan oleh sekolah.
Pada kelas khusus, biasanya terdapat beberapa siswa yang memiliki derajat
kekhususan yang relatif sama. Untuk menanganinya digunakan pembelajaran
individual (individualized instruction) karena masing-masing anak memiliki
kekhususan. Tujuan pembentukan kelas khusus adalah untuk membantu anak-anak
agar tidak terjadi tinggal kelas/drop out atau untuk menemukan gejala keluarbiasaan
secara dini pada anak-anak SD. Dalam praktiknya kelas khusus bersifat fleksibel.
Kelebihan kelas khusus adalah sebagai berikut:
Siswa berkebutuhan khusus dapat bermain bersama-sama dengan siswa pada
umumnya. Ini berarti ada proses sosialisasi sedini mungkin, saling mengenal antara
siswa berkebutuhan khusus dengan anak-anak pada umumnya, begitu pula
sebaliknya. Ini akan berdampak baik pada pertumbuhan sikap siswa-siswa tersebut,
yang akan bermanfaat pula kelak jika mereka telah dewasa.
Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan suasana yang lebih positif, karena di
sekolah umum ada lebih banyak siswa dibanding SLB.
Siswa berkebutuhan khusus dapat membangun rasa percaya diri yang lebih baik.
Siswa berkebutuhan khusus dapat bersekolah di mana saja, bahkan sekolah yang
dekat dengan tempat tinggalnya; jadi tidak perlu terpisah dari keluarga mereka.
Dari sisi kurikulum, dengan menempuh pendidikan di sekolah umum, anak
berkebutuhan khusus akan mendapatkan materi pelajaran yang sama dengan siswa
pada umumnya.
Potensi anak dapat lebih cepat berkembang karena pembelajarannya menggunakan
pendekatan individual atau kelompok kecil
Di samping kelebihan terdapat juga kelemahannya, antara lain adalah sebagai
berikut:
Anak berkebutuhan khusus kadang-kadang masih mendapatkan stigma negatif dari
sebagian temannya sehingga dapat mengganggu perkembangan psikologisnya yang
berdampak pada perkembangan belajarnya.
Anak berkebutuhan khusus dalam bersosialisasi kadang-kadang masih enggan untuk
bergaul dengan mereka yang bukan kategori anak berkebutuhan khusus.
Sebahagian orangtua kadang-kadang tidak terima bila anaknya dicap sebagai anak
berkebutuhan khusus apalagi kalau dikelompokkan dengan sesama anak
berkebutuhan khusus dalam kelas khusus.
Siswa anak berkebutuhan khusus harus menyesuaikan diri dengan metode pengajaran
dan kurikulum yang ada.
G. Penutup
Laporan ini merupakan acuan umum yang mengingat dalam pelaksanaan Kegiatan
Bimbingan Teknis Pemenuhan Guru Pebimbing Khusus di sekolah penyelenggara
Pendidikan inklusif tahap pemahaman. Tingkat keberhasilan kegiatan ini sangat
bergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguh-sungguh
dari segenap unsur pelaksana proses kegiatan tersebut.
Patriyeni, S.Pd
NIP. 198301112009012004