PERGURUAN TINGGI
SUNARYO
Dasar pemikiran
Implementasi pendidikan inklusif membutuhkan perubahan
mindset warga sekolah
Semua calon guru perlu memiliki persepsi, pengetahuan,
sikap, dan perilaku yang sama dalam rangka mewujudkan
sekolah yang bermutu dan berperspektif inklusif
UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Pasal 44 menegaskan bahwa “ Perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan keguruan wajib memasukkan
mata kuliah tentang pendidikan inklusif dalam kurikulum”
Berdasarkan pemikiran tsb, di LPTK perlu mengembangkan
kurikulum pendidikan yang memberikan bobot kajian khusus
tentang pendidikan inklusif
Asumsi
Setiap Kampus atau Perguruan Tinggi memiliki kondisi atau tahapan yang
berbeda dalam mewujudkan kampus inklusif. Paling tidak ada tiga
tahapan proses menuju kepada terwujudnya kampus inklusif :
1. Tahap pengenalan : adalah suatu tahap atau kondisi dimana
masyarakat kampus baru mulai mengenal atau memahami konsep dan
filosofi pendidikan inklusif.
2. Tahap Pengembangan : Masyarakat kampus atau stake holders sudah
mulai melakukan aktivitas kongkrit untuk melaksanakan pendidikan
inklusif.
3. Tahap Pembudayaan : adalah suatu tahap dimana ide, ciri atau
karakteristik pendidikan inklusif sudah dijalankan secara sistemik,
konsisten dan melekat dalam kehidupan aktivitas kampus dan semua
elemen kampus memiliki cara pandang, sikap dan perilaku yang
inklusif
Perinsip