Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF TERHADAP PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SMP LABORATORIUM UM


KOTA MALANG

SKRIPSI

OLEH
DODDY ALFARIDZI
NIM 150611600264

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
OLAHRAGA
JANUARI 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Dengan pendidikan manusia dapat menjalani hidup dengan baik dan
berakal sehat. Pendidikan merupakan suatu hal yang sudah menjadi hak
semua orang, tidak terkecuali anak bekebutuhan kusus (ABK), seperti yang
tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan pasal 5 ayar 1 dan 2 yang berbunyi: (1) Setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada mulanya
bersifat segregasi atau terpisah dari masyarakat pada umumnya. Pelaksanaan
ABK mendapatkan layanan pendidikan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB)
dengan spesialisasi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan hambatannya
seperti SLB/A (untuk anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C
(untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak
tunalaras). Sementara itu, lembaga pendidikan terpadu adalah sekolah biasa
yang juga menampung anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum,
pendidik, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang sama. Akan
tetapi, jenis lembaga pendidikan ini biasanya hanya menampung anak
tunanetra saja, itu pun terkadang masih banyak sekolah yang berkeberatan.
Demi mensukseskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun dan mengembangkan kebijakkan nondiskriminatif dalam
reformasi bidang pendidikan serta menyadari akan pentingnya memberikan
layanan pendidikan bagi ABK secara maksimal, maka pendidikan inklusif
menjadi solusi yang tepat dan cerdas untuk mengatasi kesenjangan dan
permasalahan tersebut. Melalui pendidikan inklusif, anak berkebutuhan
khusus dididik bersama-sama anak normal lainnya untuk mengoptimalkan
potensi yang dimiliki anak melalui pendidikan di sekolah reguler.
Pendidikan inklusif merupakan suatu layanan yang digunakan untuk
anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memberikan mereka kesempatan atau
peluang untuk mendapatkan pendidikan dalam sekolah reguler atau umum.
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70
Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau Bakat Istimewa, disebutkan
bahwa: Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan
dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Sedangkan dalam pasal 2
peraturan tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan inklusif bertujuan: (1)
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; (2) mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak
diskriminatif bagi semua peserta didik.
Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa dengan adanya pendidikan
untuk anak berkebutuhan khusus (pendidikan inklusif), dapat memberikan
pendidikan layaknya anak normal lainnya sehingga bisa membantu mereka
dalam pembentukan manusia yang terdidik dan percaya diri. Tentuntnya
dengan adanya pendidikan inklusif ini penyetaraan pendidikan antara anak
berkebutuhan khusus dan anak normal dapat berlangsung. Hal lain yang harus
diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu manajemen
sekolah. Manajemen pendidikan inklusif menurut Ley Kekeh Marthan, (2007:
145) yaitu proses keseluruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan
inklusif yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan
evaluasi dengan menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia baik
personel, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi harus di
persiapkan secara matang sehingga tujuan pendidikan inklusif dapat
tercapai.Dalam sekolah penyelenggara prndidikan inklusif, kurikulum yang
diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak kepada semua siswa (termasuk
ABK) menjadi bagian yang sistemik dari sistem penyelenggaraan sekolah.
Semua siswa tanpa terkecuali memiliki hak yang sama dalam pembelajaran
maupun kegiatan lainnya, Dan pembelajaran yang ada dalam sekolah inklusif
juga merancang pembelajaran yang ramah (adaptif untuk semua anak). Oleh
karena itu pada penerapannya perlu di adakan berbagai adaptasi, diantaranya
adalah : peserta didik, kurikulum, tenaga pendidik, Pembelajaran, sarana dan
prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Adaptasi pembelajaran yang
dimaksud adalah mencakup semua mata pelajaran yang diajarkan, tidak
terkecuali dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada dasarnya adalah
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional.
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu
mata pelajaran yang disajikan di sekolah mulai dari sekolah dasar sampai
sekolah menengah atas. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan
untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak,
ketrampilan berfikir kritis,jiwa sosial, penalaran, stabilitas emosional,
tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktivitas jasmani terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana dijelaskan, betapa besar dan
strategisnya peran pendidikan jasmani dan kesehatan bagi ABK untuk
menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki, Untuk
memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam
sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat
rekreasi, Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian social dan
mengembangkan perasaan memiliki harga diri. Berkenaan dengan pernyataan
tersebut jelas bahwa semua guru dan guru mata pelajaran tidak terkecuali guru
mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, memiliki tanggung jawab
terhadap pembimbingan ABK untuk mencapai pembentukan watak dan
karakter sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum maupun sesuai dengan
tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan.
Di wilayah kota malang sudah banyak sekolah yang menerapkan
pendidikan inklusif mulai dari TK, SD, SMP/MI, SMK/SMA. Data sekolah
yang sudah menyelenggarakan pendidikan inklusif yaitu: TK 19 lembaga, SD
57 lembaga, SMP/MI 10 lembaga, SMA/SMK 7 lembaga. Total keseluruhan
sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif yaitu 83 lembaga, salah
satunya SMP LABORATORIUM UM. Pada tahun pembelajaran 2010/1011
SMP LABORATORIUM UM dipercaya oleh DIKNAS KOTA MALANG
sebagai sekolah swasta penyelenggara kelas inklusif.
Berdasarkan observasi awal pelaksanaan proses pembelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan di SMP LABORATORIUM UM bagi
anak berkebutuhan khusus dirasa belum optimal, pembelajaran pendidikan
jasmani belum optimal dikarenakan guru pendidikan jasmani dan kesehatan
masih menyamaratakan program pembelajaran bagi semua siswa dan tidak
melakukan modifikasi baik pemilihan materi, strategi maupun media yang di
pergunakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak berkebutuhan
khusus. Artinya dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Oleh
karena itu peneliti perlu melakukan penelitian terkait Implementasi
Pendidikan Inklusif Terhadap Mata prlajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan Olahraga di SMP LABORATORIUM UM. Penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan masukan kepada sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif maupun guru mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan di SMP LABORATORIUM UM Kota Malang.
B. Identifikasi Masalah
1. Fasilitas yang kurang memadai dalam penyelengggaraan pendidikan
inklusif terhadap mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan di SMP LABORATORIUM UM
2. Manajemen sekolah belum maksimal terkait penyelenggaraan pendidikan
inklusif di SMP LABORATORIUM UM
3. Belum diketahui secara rinci permasalahan dan solusi sekolah dalam
mengatasi permasalahan pengelolaan pendidikan inklusif pada mata
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP
LABORATORIUM UM
4. Semakin banyaknya beban guru khususnya guru mata pelajaran
pendidikan jasmani olhraga dan kesehatan yang merangkap sebagai GPK
C. Batasan Masalah
1.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Landasan Teori
G. Kegunaan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai