Anda di halaman 1dari 9

Pelaksanaan Pembelajaran Anak ....

(Annisatur Rochmah) 697


PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNALARAS KELAS III DI SD
NEGERI MARGOSARI
THE LEARNING IMPLEMENTATION OF EMOTIONAL AND BEHAVIORAL DISORDER AT
THIRD GRADE STUDENTS OF SDN MARGOSARI

Oleh: Annisatur Rochmah, PGSD/PSD


annisaturrochmah2202@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran anak tunalaras kelas III di
sekolah inklusi SD Negeri Margosari. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek
penelitiannya guru kelas III dan anak tunalaras. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran bagi anak tunalaras adalah sama dengan anak lainnya.
Pengelolaan kegiatan kelas guru menggunakan waktu secara efisien, guru menunjukkan sikap tanggap, guru
tidak mengatur tempat duduk dan tidak membuat jadwal kelompok belajar. Perencanaan pembelajaran yang
digunakan guru bagi anak tunalaras yaitu RPP reguler, tidak ada tujuan khusus pembelajaran bagi anak
tunalaras. Pelaksanaan pembelajaran mulai dari apersepsi, pemberian motivasi,kegiatan pembelajaran,
metode, media, teknik tanya jawab diberikan secara klasikal. Bentuk evaluasi yang digunakan anak tunalaras
sama dengan anak lainnya. tidak ada tindak lanjut berupa program remidial dan pengayaan, serta jam
tambahan bagi anak tunalaras. Interaksi antar pribadi dilakukan sekolah yang bekerjasama dengan orang tua
dan masyarakat.

Kata kunci: pelaksanaan pembelajaran, anak tunalaras, sekolah inklusi

Abstract
This research aims to describe the implementation of emotional and behavioral disorder (EBD) children
learning at third grade of SDN Margosari, Pengasih district, Kulon Progo Regency. This study used
qualitative approach and descriptive qualitative as the types of research. The subjects of this research were
teacher of the third grade and EBD students. The data collection techniques consist of interview, observation,
and documentation. The data analysis techniques consist of data reduction, data display, and conclusion. The
data validity used in the research were triangulation techniques and triangulation of sources. The results of
the study show that the learning implementation of EBD students and other students are equal It can be
seen from classroom activities management, the teacher did class management with using time efficiently
and reacting quickly in giving help, the teacher did not arrange students seat and did not arrange
students’ work group schedules. The teacher still used regular RPP in the lesson planning process. There
was no specific learning objectives for EBD students yet. The learning implementation classically started
from apperception, motivation, methods use, and media. The evaluation form that given to the students was
equal as well. There was no specific program for EBD students such as remedial program, enrichment, and
extra hours. Communication between individuals was done by collaborating the school, parents, and society.

Keywords: learning implementation, Emotional and Behavioral Disorder (EBD) Students, inclusive school

PENDAHULUAN diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi


Konsep pendidikan untuk semua manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan
(education for all) merupakan salah satu dasar kemajemukan bangsa”. Berdasarkan pernyataan
dari pelaksanaan pendidikan yang ada di tersebut secara jelas telah disebutkan bahwa
Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia pendidikan wajib diperoleh oleh setiap warga
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem negara Indonesia untuk mengenyam bangku
Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 1 disebutkan pendidikan tanpa terkecuali termasuk juga bagi
bahwa “Pendidikan diselenggarakan secara anak yang memilki kekurangan atau anak
demokratis dan berkeadilan serta tidak berkebutuhan khusus (ABK). Hak pendidikan
698 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-7 2018
yang diperoleh anak normal dan anak Ilahi (2013: 24) yang menjelalaskan bahwa
berkebutuhan khusus disamaratakan tanpa adanya pendidikan inklusif merupakan konsep
diskriminasi dikarenakan pendidikan telah pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan
dijamin oleh pemerintah sesuai dengan undang- aspek yang berkaitan dengan keterbukaan dalam
undang yang berlaku. menerima anak berkebutuhan khusus untuk
Pada umumnya ABK bersekolah di memperoleh hak dasar mereka sebagai warga
sekolah khusus dimana ABK akan mendapatkan negara. Pendidikan inklusif diterapkan dalam
pelayanan sesuai dengan keterbatasan yang sekolah umum yang memiliki anak normal dan
dimiliki yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun anak yang berkebutuhan khusus dengan sebutan
SLB pada setiap daerah belum tentu ada. sekolah inklusi. Sekolah inklusi memberikan
Terkadang jarak yang harus ditempuh juga sangat dampak positif sebagai hasil dari usaha untuk
jauh sehingga membuat orang tua ABK tidak menyatukan anak-anak yang berkebutuhan
menyekolahkan anaknya. Ditambah dengan khusus dengan cara-cara yang sama dengan
faktor ekonomi keluarga yang berada di bawah pengajaran yang diberikan kepada anak normal
rata-rata sehingga sebagian orang tua tidak lainnya namun disesuaikan pula dengan
memungkinkan membiayai anaknya bersekolah kebutuhan anak yang berkebutuhan khusus
di SLB. tersebut.
Berdasarkan keadaan tersebut Menteri Salah satu sekolah dasar inklusi yang
Pendidikan Nasional mengeluarkan kebijakan berada di Kecamatan Pengasih Kabupaten
dengan membuat Peraturan Menteri Pendidikan Kulon Progo yaitu SD Negeri Margosari yang
Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 ditetapkan sebagai sekolah inklusif sejak tahun
tentang Pendidikan inklusif pasal 1 yang 2012 berdasarkan surat keputusan kepala dinas
menjelaskan bahwa “Pendidikan inklusif adalah Kabupaten Kulon Progo Nomor
sistem penyelenggaraan pendidikan yang 420/300/KPTS/2012. Sekolah tersebut terdapat
memberikan kesempatan kepada semua peserta beberapa anak yang berkebutuhan khusus
didik yang memiliki kelainan dan memilki diantaranya anak berkebutuhan khusus
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa tunagrahita, anak berkebutuhan khusus
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran tunadaksa, anak berkebutuhan khusus tunalaras,
dalam satu lingkungan pendidikan secara serta slow learner. Pada tahun ajaran
bersama-sama dengan peserta didik pada 2016/2017, di SD Negeri Margosari terdapat
umumnya.” sebanyak 22 anak yang telah di assesment
Pendidikan inklusif merupakan salah satu sebagai ABK. Sebanyak 18 anak teridentifikasi
alternatif yang diberikan untuk mempermudah mengalami lamban belajar (slow learner), 2
ABK dalam mengenyam pendidikan di sekolah anak termasuk tunagrahita, 1 anak termasuk
baik dari jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK tunadaksa, dan 1 anak termasuk tunalaras.
yang didasarkan pada Surat Edaran Dirjen Meskipun SD Negeri Margosari merupakan
Dikdasmen Depdiknas No 380/C.C6/MN/2003 sekolah inklusi, namun belum ada guru
tanggal 20 Januari 2003. pembimbing khusus (GPK) yang mendampingi
Konsep pendidikan inklusif menurut proses belajar mengajar bagi ABK sehingga
Pelaksanaan Pembelajaran Anak .... (Annisatur Rochmah) 699
kegiatan pembelajaran sepenuhnya ditangani oleh Menurut Efendi (2009: 23-24) mengajar
guru kelas. Pembelajaran merupakan kegiatan anak dengan kebutuhan khusus tidak sama
utama dalam sekolah. Menurut Harmuni (2012: seperti mengajar anak normal. Hal ini
11) guru merupakan pelaku pembelajaran. Maka dimaksudkan bahwa setiap anak yang
dari itu, guru kelas haruslah menguasai berkebutuhan khusus mempunyai kemampuan
kompetensi dasar sebagai pendidik terutama pada yang berbeda-beda. Penanganan bagi ABK
sekolah inklusi. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam proses
harusnya disesuaikan dengan kurikulum sekolah
pembelajaran bagi anak tunadaksa berinisial
inklusi, sehingga pemberian layanan pendidikan
RB tidak terlalu mengalami kesulitan
bagi ABK dapat terlaksana dengan baik. Namun,
dikarenakan kemampuan RB dari segi
karena kurangnya pelatihan serta pemahaman guru
akademik memang sudah baik dan hasil
dalam menangani ABK, pelaksanaan
belajarnya sudah diatas rata-rata. Penanganan
pembelajaran di SD Negeri Margosari masih
bagi anak slow learner yaitu RP, EA, ATA, dan
disamakan dengan anak normal lainnya.
S, sudah dapat ditangani walaupun hasil belajar
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
anak slow learner masih belum maksimal.
yang dilakukan di kelas III, terdapat 6 anak yang
Sedangkan penanganan bagi anak tunalaras
berkebutuhan khusus diantaranya seorang anak
berkebutuhan khusus tunadaksa RB yang kesulitan berinisial MAW masih mengalami sedikit

menulis, empat anak slow learner RP, EA, ATA hambatan dikarenakan ketika pembelajaran

dan S yang lamban dalam membaca, MAW sulit untuk diatur, sering menolak
menghafal, dan menghitung, dan seorang anak perintah guru, tidak mau mengerjakan tugas,
berkebutuhan khusus tunalaras MAW yang dan lainnya, walaupun hasil belajarnya sudah
susah mengendalikan emosi. Observasi mengenai diatas rata- rata.
pelaksanaan pembelajaran dalam kelas inklusi di Menurut Kustawan (2013: 15), anak
kelas III mulai dari perencanaan pembelajaran, tunalaras adalah anak yang mengalami
pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi dan gangguan dalam mengendalikan emosi dan
tindak lanjut adalah sama bagi anak berkebutuhan perilaku atau kontrol sosial. Ketidakmampuan
khusus dan anak normal lainnya. anak tunalaras dalam mengendalikan emosi
Menurut penjelasan guru kelas III, MAW dapat berpengaruh terhadap perilaku anak
adalah anak yang mudah emosi. Selama proses tunalaras. Perilaku anak tunalaras yang tidak
pembelajaran MAW tidak pernah memperhatikan baik dan mengarah ke hal negatif, akan
guru, sering membuat kegaduhan di kelas, namun
mempengaruhi pola pikir anak yang mengarah
jika diminta untuk memperhatikan MAW
ke ketidakmampuan dalam belajar dan
langsung marah. MAW juga cenderung hanya
mengelola kecerdasan yang dimiliki anak
ingin mengerjakan tugas jika tugas tersebut
tunalaras. Hidayat dan Wawan (2013: 34)
berbentuk pilihan ganda, jika berbentuk isian
menjelaskan bahwa karakteristik anak tunalaras
singkat atau essai MAW tidak mau mengerjakan.
dari segi akademik dapat terlihat dari ciri-ciri
Namun hasil belajar MAW justru selalu baik dan
pencapaian hasil belajar yang jauh dibawah
selalu diatas rata-rata.
rata-rata, sering diberikan bimbingan, sering
700 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-7 2018
tidak naik kelas, atau bahkan keluar sekolah, Target/Subjek Penelitian
sering membolos sekolah, dan lebih sering Subjek dalam penelitian ini adalah guru
melakukan pelanggaran terhadap aturan yang kelas III dan anak berkebutuhan khusus tunalaras
ada. kelas III.

Namun pada kenyataannya ada


Teknik Pengumpulan Data
beberapa ciri-ciri anak tunalaras tersebut yang
Teknik pebumpulan data dalam penelitian
kurang sesuai pada MAW yaitu pencapaian ini menggunakan teknik observasi, wawancara,
hasil belajar MAW justru terlihat baik, dan dokumentasi.
bahkan selalu diatas rata-rata. Padahal menurut
guru kelas III, guru masih mengalami sedikit Teknik Analisis Data

kesulitan dalam mengajar MAW dikarenakan Teknik analisis data dalam penelitian ini
MAW susah untuk diberikan nasehat. Tidak melalui teknik reduksi data, penyajian data, dan
adanya pelatihan dalam menangani anak penarikan kesimpulan.

tunalaras serta belum adanya guru


Instrumen Penelitian
pembimbing khusus (GPK) yang membantu
Instrumen yang digunakan dalam
menangani anak tunalaras ini juga menjadi
penelitian ini terdiri dari pedoman observasi,
faktor yang menyebabkan guru kurang
pedoman wawancara yang berhubungan dengan
memahami karakteristik anak tunalaras.
pembelajaran anak tunalaras diantarannya adalah
Kurangnya informasi mengenai pelaksanaan pengelolaan kegiatan kelas, perencanaan
pembelajaran bagi anak tunalaras, menarik pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta
minat peneliti untuk mengetahui lebih dalam evaluasi dan tindak lanjut.
tentang pelaksanaan pembelajaran bagi anak
tunalaras dan melakukan penelitian dengan Pengujian Keabsahan Data

judul “Pelaksanaan Pembelajaran Anak Pengujian keabsahan data pada penelitian

Berkebutuhan Khusus Tunalaras Kelas III di ini menggunakan triangulasi yaitu triangulasi
teknik dan triangulasi sumber.
Sekolah Inklusi SD Negeri Margosari
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo”. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, pengelolaan
Jenis Penelitian
kelas yaitu menggunakan waktu secara efisien,
Penelitian ini merupakan penelitian
memberikan tanggapan terhadap anak
kualitatif. Jenis penelitian menggunakan
tunalaras, penempatan tempat duduk dan
pendekatan kualitatif deskriptif.
pembuatan jadwal kelompok belajar. Guru
Tempat dan Waktu Penelitian
menggunakan waktu secara efisien terlihat
Penelitian ini dilakukan di ruang kelas III ketika guru memulai dan mengakhiri
SD Negeri Margosari, Kecamatan Pengasih,
pembelajaran. Guru memulai pembelajaran
Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini
untuk menyiapkan anak dalam kondisi yang
dilaksanakan pada bulan Februari-Maret.
Pelaksanaan Pembelajaran Anak .... (Annisatur Rochmah) 701
siap untuk menerima materi pelajaran. Hal bangku belakang. Penempatan tempat duduk bagi
ini juga dilakukan untuk mempersiapkan ABK sangatlah berpengaruh terhadap partisipasi
kondisi kelas agar kondusif, tenang, dan tidak anak dalam mengikuti pembelajaran.
gaduh. Temuan ini mendukung pendapat Pembuatan jadwal kelompok belajar yang

Mujis dan David (2008: 117) yang ideal akan membantu anak tuanalaras dalam

menyatakan bahwa pengelolaan memahami materi melalui teman sebaya. Anak

kelas/manajemen kelas erat kaitannya dengan tunalaras juga akan belajar berinteraksi dengan
orang lain melalui kelompok belajar. Namun, di
cara mengatasi perilaku buruk siswa.
kelas III guru tidak membuat jadwal kelompok
Penggunaan waktu secara efisien juga
belajar secara ideal. Anak didik secara mandiri
dilakukan guru dengan menggunakan waktu
memilih temannya sebagai anggota kelompok
secara singkat ketika melakukan perpindahan
belajarnya.
jam pelajaran. Hal ini sesuai dengan
Sebelum melaksanakan pembelajaran guru
pendapat Mujis dan David (2008:123)
senantiasa membuat RPP. Menurut Suryosubroto
bahwa transisi atau peralihan perlu dilakukan
(2002: 27) pada hakikatnya bila suatu kegiatan
secepat dan selancar mungkin, guru dapat
direncanakan terlebih dahulu, maka tujuan dari
menetapkan prosedur untuk peralihan
kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih
pelajaran. berhasil. Rencana Perencanaan Pembelajaran
Kemis & Rosnawati (2013: 92) (RPP) yang dibuat oleh guru kelas III di SD
menyatakan bahwa guru bersikap tanggap Negeri Margosai berdasar atas tema, SK, KD,
dalam memberikan bantuan kepada siswa dapat namun tematik. Pelaksanaan RPP dalam mata
dilakukan dengan cara guru duduk di dekat pelajaran dibuat terpisah seperti pada KTSP.
siswa dan menunjukkan kesiapannya dalam Seluruh komponen pembelajaran yang tercantum
membantu siswa. Guru sudah menunjukkan dalam RPP (tujuan, bahan ajar, metode, materi,

dalam memberikan tanggapan kepada anak penilaian) untuk anak tunalaras sama dengan

tunalaras dengan menanyakan tugas dan anak lainnya. Tidak ada rumusan pembelajaran

pekerjaan rumah apakah sudah dikerjakan atau khusus bagi ABK dalam RPP yang dibuat oleh
guru.
belum oleh anak tunalaras.
Kemampuan ABK dalam segi akademik
Pada aspek penempatan tempat duduk
terutama bagi anak tunalaras tidak sama dengan
belum diatur oleh guru. Evertson & Emmer
anak normal. Menurut Deden & Wawan (2013:
(2011: 269), menegaskan bahwa para siswa
13) gangguan emosi pada anak tunalaras dalam
yang membutuhkan pengawasan yang lebih
kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi
dekat atau lebih dari pada jumlah penjelasan
dapat mempengaruhi prestasi belajar. Maka dari
yang biasanya sebaiknya didudukkan dibaris
itu perencanaan pembelajaran bagi ABK
depan ruangan. Penempatan tempat duduk bagi
terutama anak tunalaras dalam sekolah inklusi
ABK masih belum merata. Hanya anak tunalaras
sangatlah penting untuk dipersiapkan dengan
MAW dan anak tunagrahita RB yang
baik. Smart (Aziz, 2015: 132) menegaskan bahwa
ditempatkan dibangku depan. Sedangkan anak
guru harus merumuskan tujuan kegiatan
slow learner masih ada yang ditempatkan di
702 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-7 2018
pembelajaran secara matang agar anak mampu menimbulkan motivasi ketika pembelajaran
mengikuti kegiatan secara mendalam. berlangsung dapat dilakukan dengan cara
Perencanaan yang matang akan membantu guru bersemangat dan antusias yang tinggi,
dalam pemecahan masalah anak didik yang menimbulkan rasa ingin tau, mengemukakan ide
berkebutuhan terutama anak tunalaras supaya yang bertentangan, serta memperhatikan dan
perkembangan yang dicapai sesuai dengan memanfaatkan hal yang menjadi perhatian anak
potensi dan kemampuan yang dimiliki bahkan didik. Guru tidak menyampaikan tujuan
lebih. pembelajaran yang akan dipelajari oleh anak.
Sekolah inklusi SD Negeri Margosari Kegiatan inti dalam pelaksanaan
memang tidak terdapat tujuan pembelajaran pembelajaran bagi anak tunalaras dalam sekolah
khusus bagi ABK dikarenakan kurikulum inklusi SD Negeri Margosari pada intinya adalah
belum fleksibel masih menggunakan kurikulum sama dengan anak lainnya. Pembelajaran
biasa dimana semua kegiatan pembelajaran mulai dilaksanakan secara klasikal dan tidak ada
dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi perhatian khusus yang diberikan bagi anak
adalah sama antara anak ABK dan anak normal tunalaras. Kegiatan inti
lainnya. Menurut kepala sekolah dan guru, anak secara umum bagi anak tunalaras yaitu guru
tunalaras sebenarnya masih tergolong mampu menjelaskan materi yang ada dalam buku paket,
untuk mengikuti proses pembelajaran seperti guru bertanya jawab mengenai materi, anak
anak normal lainnya. diminta untuk meringkas materi, kemudian
Pelaksanaan pembelajaran bagi anak diberikan soal untuk dikerjakan. Guru juga
tunalaras terdapat tiga kegiatan yakni, kegiatan melakukan pembagian kelompok ketika
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. pembelajaran dilaksanakan. Pembagian kelompok
Kegiatan awal dalam pembelajaran terdapat tiga ini dimaksudkan untuk mendorong interaksi
kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan diantara anak didik terutama bagi anak tunalaras.
apersepsi, memberikan motivasi anak tunalaras, Ketika pelaksanaan pembelajaran guru tidak
dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada menggunakan metode khusus bagi anak tunalaras.
anak didik. Triani & Amir (2013: 27-28), cara Metode yang diguanakan biasanya ceramah, tanya
memulai pembelajaran pada anak berkebutuhan jawab, dan penugasan. Metode pembelajaran
khusus salah satunya selalu didahului dengan juga tercantum dalam RPP.
apersepsi atau mengkaitkan konsep yang sudah Guru menggunakan media pembelajaran
dipahami oleh anak sebelumnya. Guru biasanya berupa papan tulis, dan benda yang ada di
melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kelas. Penggunaan media pembelajaran secara
kepada anak didik secara lisan. Kegiatan klasikal, tidak ada media pembelajaran khusus
memberikan motivasi kepada anak didik anak tunalaras. Menurut Meimulyani & Caryoto
diberikan guru secara klasikal, tidak ada motivasi (2013: 85) media yang dapat digunakan anak
khusus bagi anak tunalaras. Motivasi yang tunalaras yaitu media yang digunakan untuk
diberikan ketika pembelajaran berupa bernyanyi permainan misalnya ular tangga, puzzle, sedangkan
bersama atau pemberian kata-kata semangat. media lain berupa dongeng. Guru juga
Menurut Marno & Idrus (2010: 83), mengajukan pertanyaan dan memberikan
Pelaksanaan Pembelajaran Anak .... (Annisatur Rochmah) 703
tanggapan ketika pembelajaran. Teknik pengajuan pujian atau tepuk tangan. Hidayat & Wawan
pertanyaan dilakukan secara klasikal bagi semua (2013: 90), memberikan suatu pujian terhadap
anak. Guru jarang memberikan tanggapan hasil karya anak juga akan membantu perasaan
dikarenakan anak tunalaras tidak aktif dalam kelas. anak menjadi bahagia sehingga mengurangi

Terdapat tiga kegiatan yang ada dibagian beban anak.

penutup dalam pelaksanaan pembelajaran bagi Guru belum sepenuhnya melakukan

anak tunalaras yaitu menyimpulkan materi, pendekatan kepada anak tunalaras. Marthan

evaluasi/penilaian, dan tindak lanjut. Guru (2007: 196-197) menyatakan bahwa kerjasama

terkadang menyimpulkan materi pembelajaran. antara guru dan orang tua sangatlah dibutuhkan

Penyimpulan materi dilakukan secara klasikal. dalam memantau kemajuan anak berkebutuhan

Evaluasi dia khir pembelajaran guru khusus. Sekolah mengadakan kerjasama dengan

memberikan penilaian dengan mengkoreksi hasil orang tua dan masyarakat dalam menangani anak

pekerjaan anak didik kemudian diberikan nilai. tunalaras.

Tindak lanjut setelah pembelajaran usai, guru Berdasarkan beberapa kegiatan pelaksanaan

memberikan PR kepada anak didik. pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus

Evaluasi dan tindak lanjut terdapat tiga tunalaras, peneliti menyimpulkan bahwa SD

aspek yaitu evaluasi/penilaian, tindak lanjut, Negeri Margosari menggunakan kerangka

melaksanakan program bimbingan khusus, dan sistem pendidikan inklusi tipe sekolah reguler

interaksi antar pribadi. Evaluasi anak dan kelas reguler dikarenakan ABK dalam

berkebutuhan khusus tunalaras adalah sama sekolah ini secara penuh berada dikelas reguler

dengan anak lainnya. Tidak ada tindak lanjut dengan seluruh kegiatan pembelajaran adalah

mengenai program remidial dan pengayaan sama dengan anak lainnya. Anak berkebutuhan

bagi anak tunalaras. Aziz (2015: 131) khusus termasuk anak tunalaras harus mengikuti

menyatakan bahwa salah satu strategi efektif standar kebutuhan bagi anak berkebutuhan

yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran dalam hal kurikulum, perencanaan pembelajaran,

ABK salah satunya adalah program remidial. pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi

Terganggunya konsentrasi akibat emosi yang pembelajaran. Namun pada kenyataannya seluruh

dialami anak tunalaras menyebabkan anak layanan pendidikan yang diberikan sama dengan

tunalaras kurang memahami materi yang anak.

diberikan. Maka dari itu adanya waktu tambahan


sangatlah penting bagi anak tunalaras. Sejalan KESIMPULAN DAN SARAN

dengan itu, Kustawan (2013: 151) menyatakan Kesimpulan


Berdasarkan hasil penelitian dan
bahwa anak didik berkebutuhan khusus
pembahasan dapat ditarik kesimpulan tentang
memerlukan tambahan waktu dalam mengerjakan
pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan
ulangan, ujian, tes, dan tugas lain. Program
khusus tunalaras di sekolah inklusi SD Negeri
bimbingan khusus atau jam tambahan juga belum
Margosari Kecamatan Pengasih Kabupaten
dilaksanakan bagi anak tunalaras. Interaksi antar
Kulon Progo sebagai berikut.
pribadi diberikan guru secara klasikal berupa
pemberian apresiasi. Apresiasi dapat berupa 1. Pengelolaan kegiatan kelas bagi anak
704 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke-7 2018
tunalaras, guru menggunakan waktu secara Tidak ada jam tambahan khusus bagi anak
efisien ketika memulai, mengakhiri, dan tunalaras. Interaksi antar pribadi bagi anak
perpindahan aktivitas dalam pembelajaran. tunalaras dilakukan dengan adanya
Guru juga telah menujukkan sikap tanggap kerjasama antar sekolah dengan orang tua,

kepada anak tunalaras. Guru sudah dan masyarakat.

menempatkan anak tunalaras di bangku Berdasarkan penjelasan beberapa aspek

depan, namun untuk kelompok belajar guru diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan
belum membagi kelompok belajar secara
khusus tunalaras adalah sama dengan anak
ideal.
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa SD
2. Perencanaan pembelajaran, guru masih
Negeri Margosari menggunakan kerangka
menggunakan RPP reguler dimana tidak ada
sistem pendidikan inklusi dengan tipe sekolah
rancangan pembelajaran khusus bagi anak
reguler dan kelas reguler.
tunalaras. Guru tidak membuat Program
Pembelajaran Individual (PPI). Seluruh Saran
komponen pembelajaran yang tercantum Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
dalam RPP (tujuan, bahan ajar, metode, peneliti memberikan beberapa saran sebagai
materi, penilaian) untuk anak tunalaras sama berikut.
dengan anak lainnya. 1. Bagi Guru
3. Pelaksanaan pembelajaran, guru memberikan Guru sebaiknya lebih memberikan
apersepsi kepada anak didik dengan cara perhatian khusus bagi anak tunalaras
tanya jawab. Guru memberikan motivasi khususnya dalam meningkatkan motivasi
diawal pembelajaran secara klasikal. Guru anak tunalaras dalam mengikuti
tidak menyampaikan materi yang akan pembelajaran, meningkatkan keaktivan, dan
dipelajari oleh siswa. Pelaksanaan kreativitas anak tunalaras. Interaksi antar
pembelajaran guru membentuk pola pribadi dari guru bagi anak tunalaras
rancangan seperti kegiatan guru dengan melakukan pendekatan
menyampaikan materi, kegiatan tanya secara intensif bagi anak tunalaras agar
jawab, anak didik meringkas, dan bisa memahami karakteristik anak
mengerjakan soal. Guru terkadang tunalaras, bekerjasama dengan orang tua
menyimpulkan materi pelajaran yang telah dengan memberikan laporan perkembangan
dipelajari. anak tunalaras.
4. Evaluasi dan tindak lanjut guru 2. Bagi Sekolah
memberikkan penilaian bagi anak tunalaras Pihak sekolah perlu meninjau dan
dilakukan dengan mengkoreksi hasil mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran
pekerjaan anak kemudian diberikan nilai. sehingga dapat meningkatkan kualitas
Tindak lanjut berupa pemberian PR untuk pembelajaran di sekolah inklusi SD Negeri
seluruh anak didik dengan soal yang sama. Margosari.
Tidak ada program remidial dan pengayaan.
Pelaksanaan Pembelajaran Anak .... (Annisatur Rochmah) 705
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, S. (2015). Pendidikan Seks Anak


Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gava
Media.

Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik


Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Evertson, C.M. & Emmer, E.T. (2011).


Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah
Dasar. (Terjemahan Arif Rahman).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Harmuni. (2012). Strategi pembelajaran.


Yogyakarta: Insan Madani.

Hidayat, D.S. & Wawan. (2013). Pendidikan


Anak Berkebutuhan Khusus Tunalaras.
Jakarta: PT. Luxima Metro Media.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan


tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(2006). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003
SISDIKNAS 2006. Bandung: Fokusmedia.

Ilahi, M.T. (2013). Pendidikan Inklusif: Konsep


dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media.

Kemis & Rosnawati, A. (2013). Pendidikan.


Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita. Jakarta: Luxima Metro
Media.

Kustawan, D. (2013). Manajemen Pendidikan


Inklusif. Jakarta: Luxima Metro Media.

Marthan, L.K. (2007). Manajemen Pendidikan


Inklusif. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Ketanagakerjaan.

Meimulyani, Y. & Caryoto. (2013). Media


Pembelajaran Adaptif Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Luxima.

Mujis, D. & David R. (2008). Effective


Teaching: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar


di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Triani, N. & Amir. (2013). Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar
Slow Learner. Jakarta: Luxima.

Anda mungkin juga menyukai