Abstrak
Dicanangkannya pendidikan inklusi di Indonesia dengan tujuan untuk memfasilitasi
kebutuhan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah banyak dijalankan
di seluruh Indonesia khususnya kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya,
Malang, tetapi dalam pelaksanannya menemukan banyak kendala-kendala atau
permasalahan di sekolah khususnya bagi guru. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan yang dialami guru dan sekolah dalam
penyelengaraan pendidikan inklusi pada tingkat SD di wilayah Kota Yogyakarta.
Subyek penelitian adalah guru yang mengajar di sekolah penyelenggara Pendidikan
Inklusi. Data diperoleh melalui open-ended questionnaire (pertanyaan terbuka). Metode
yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis menggunakan teknik koding. Desain
penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan indigenous psychology bagian dari
tradisi pendekatan ilmiah dimana aspek yang penting dalam pendekatan ini adalah
usaha untuk menemukan metode yang sesuai untuk mengungkap fenomena dalam suatu
investigasi. Hasil penelitian menunjukkan ada berbagai permasalahan yang ditemui
guru terkait kesiapan sekolah itu sendiri seperti kurangnya kompetensi guru dalam
menghadapi siswa ABK, permasalahan terkait kurangnya kepedulian orangtua terhadap
ABK, selain itu banyaknya siswa ABK dalam satu kelas, dan kurangnya kerjasama dari
berbagai pihak seperti masyarakat, ahli professional dan pemerintah.
Indigenous psychology adalah bagian dari (1989) adalah pertanyaan yang variasi
tradisi pendekatan ilmiah dimana aspek yang jawabannya belum ditentukan terlebih
penting dalam pendekatan ini adalah usaha dahulu sehingga responden mempunyai
untuk menemukan metode yang sesuai untuk kebebasan untuk menjawab pertanyaan
mengungkap fenomena dalam suatu yang diajukan.
investigasi. Indigenous psychology Data yang diperoleh dari pertanyaan
menggunakan analisis multi-methods (Kim & terbuka akan memunculkan tema-tema.
Berry, 1993). Indigenous tidak menghalangi Menurut Hayes (dalam Kurniastuti, 2010)
pada pemakaian metode tertentu. Indigenous langkah yang digunakan untuk menganalisis
psychology menganjurkan penggunaan tema-tema yang muncul itu adalah sebagai
berbagai metodologi seperti kualitatif, berikut: (a) menyiapkan data yang akan
kuantitatif, eksperimental, komparatif, dan dianalisis, (b) mengidentifikasi informasi
analisis filosofis. Hasil-hasil dari multiple aitem yang spesifik yang nampak relevan
methods seharusnya dintegrasikan untuk dengan topik yang sedang diteliti, (c)
memberikan pemahaman yang lebih memilah-milahkan data berdasar tema yang
komprehensif tentang fenomena psikologis muncul, (d) memeriksa tema-tema yang
((Kim & Berry, 1993). Dalam penelitian ini muncul dan membuat formula definisi, (e)
peneliti menggunakan metode kualitatif memberi perhatian pada masing-masing
dengan menggunakan analisis dengan teknik tema secara terpisah dan dengan hati-hati
koding. meninjau kembali masing-masing transkrif
Data penelitian diambil dari guru dengan material yang relevan dengan tema,
sekolah-sekolah yang terdaftar sebagai (f) menggunakan seluruh bahan yang
sekolah inklusi yang ada di kota Yogyakarta. berhubungan dengan masing-masing tema
Peneliti mengambil subyek dari semua guru untuk membuat konstruk, yang hasil
yang terlibat disekolah inklusi tingkat SD akhirnya nanti berisi nama kategori dan
yang ada di kota Yogyakarta. Dari 22 sekolah definisi dengan data yang mendukung, dan
yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan kota (g) memilih data yang relevan untuk
Yogya ada 4 sekolah yang tidak bersedia dijadikan ilustrasi dalam mendeskripsikan
untuk diambil datanya karena beberapa alasan masing-masing tema.
seperti: sudah terlibat MOU dengan lembaga Setelah data terkumpul dilakukan
lain, tidak merasa bahwa sekolah inklusi. Dari proses analisis data. Secara lebih rinci,
18 Sekolah Inklusi tingkat SD yang bersedia proses analisis data akan dijelaskan dalam
di jadikan tempat penelitian hanya terkumpul langkah-langkah berikut ini.
112 data dari guru. 1. Memasukkan data kualitatif
Metode pengumpulan data dalam Memasukkan data yang berupa respon
penelitian ini adalah dengan cara menyebar subyek ke progam computer yang
kuesioner berisi pertanyaan terbuka. dilakukan oleh asisten peneliti.
Kuesioner ini disusun berdasarkan dari 2. Kategorisasi Data Kualitatif
aspek apa yang diperlukan dalam suksesnya Kategorisasi dilakukan oleh peneliti
program pendidikan inklusi. Responden bersama asisten peneliti. Kategorisasi
yang terdiri dari guru Sekolah Inklusi dilakukan dengan cara semua respon
diminta untuk menjawab open-ended didiskusikan terlebih dahulu untuk
questionnaire (pertanyaan terbuka). memperjelas dari maksud responden
Pertanyaan terbuka menurut Tukiran dkk. kemudian dicetak. Tahap selanjutnya
55
selain itu guru juga dihadapkan pada berbagai sekolah inklusi yang sesuai dengan aturan
permasalahan ABK yang berbeda-beda dan yang ada. Hal ini dikarenakan Pemerintah
memerlukan penanganan yang berbeda serta dianggap kurang bisa mensosialisasikan
jumlah ABK yang melebihi kuota dalam tiap kebijaksanan yang terkait dengan
kelasnya sehingga berdampak pada kurang pelaksanaan sekolah inklusi atau
lancarnya proses KBM. kebijakan tentang sekolah inklusi sendiri
Beban guru semakin berat, pada saat belum jelas dan kurang nya pelatihan
menerima kenyataan dilapangan bahwa yang diadakan oleh Pemerintah yang bisa
banyak dari orangtua ABK tidak peduli meningkatkan kompetensi guru. Guru
terhadap perkembangan anak nya. Banyak menganggap bahwa perhatian dan
orangtua yang kemudian hanya pasrah kepedulian pemerintah terhadap sekolah
sepenuhnya tentang perkembangan anak nya inklusi kurang baik dari segi kesejahteraan
kepada sekolah. Hal ini juga bisa SDM maupun terkait kompetensi SDM.
disebabkan karena pemahaman orangtua Hasil penelitian juga menunjukkan
tentang ABK masih kurang. Permasalahan bahwa banyak berbagai masalah yang
lain yang muncul yaitu toleransi atau muncul terkait pelaksanaan sekolah
pengertian dari orangtua siswa regular inklusi dalam hal guru, siswa, orangtua,
terhadap kebutuhan ABK masih kurang sekolah, masyarakat, pemerintah, sarana
karena banyak dari masyarakat yang masih dan prasarana yang kurang, dan
memandang rendah ABK dan sekolah kurangnya kerjasama dari berbagai pihak
inklusi sehingga masyarakat kurang sehingga berdampak kurang maksimalnya
memberi dukungan terkait pelaksanaan pelaksanaan sekolah inklusi yang ada.
sekolah inklusi. Hal ini bisa disebabkan Berikut Dinamika Permasalahan yang
karena minimnya pengetahuan masyarakat dikeluhkan guru terkait pelaksanaan sekolah
yang terkait pendidikan inklusi dan ABK. inklusidapat dilihat pada gambar 1.
Hal tersebut membuat beban guru dan
sekolah semakin berat, dimana secara
umum, sekolah sendiri belum siap baik dari
segi administrasi maupun SDM dalam
pelaksanaan pendidikan inklusi
disekolahnya, ditambah dengan kurangnya
dukungan dan kerjasama dari semua pihak,
kurangnya sarana prasarana yang disediakan
pemerintah terkait pelaksanaan sekolah
inklusi sehingga pelaksanaan sekolah
inklusi tidak bisa berjalan maksimal.
Peneliti melihat bahwa permasalahan-
permasalahan yang muncul sebenarnya
dikarenakan baik sekolah, masyarakat dan
guru belum sepenuhnya memahami dan
mengetahui bagaimana cara menangani
ABK pada khususnya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa sekolah dan guru juga
belum mengetahui bagaimana pelaksanaan
Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi pada 58
Tingkat SD
(1)
Keterangan:
No 1, 5,8 : Menyebabkan
No 3,4,6,7 : Mengakibatkan
Pemerintah
- Kebijakan pemerintah
Ket.
- Pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi guru
: adanya hub - Sarana dan Prasarana pendukung sekolah inklusi
kerjasama antar
pihak - Aturan yang jelas tentang pelaksanaan sekolah inklusi
- Kurikulum untuk sekolah inklusi
Hal ini sesuai dengan yang Carington dan Robinson, 2004) bahwa guru
dikemukakan Sunaryo (2007) bahwa untuk adalah aktor yang penting dalam proses
keberhasilan sekolah inklusi perlu melibatkan reformasi sekolah. Harapannya jika guru
banyak pihak. Bines (dalam Carrington dan sudah memahami dan mampu melaksanakan
Robinson, 2004) mengemukakan bahwa pendidikan inklusi di sekolahnya, guru dapat
sekolah inklusi adalah suatu proses yang menyalurkan pengetahuannya ke masyarakat
melibatkan semua staf sekolah dan siswa melalui orangtua wali murid baik orangtua
untuk perkembangannya seperti bagaimana dari ABK maupun orangtua dari Non ABK.
pendekatan mengorganisasi siswa, peran Pemerintah memiliki tanggung
staf pengajar, pendekatan dalam mengajar jawab untuk pengembangan profesional/
dan kurikulum. Hal ini juga dikemukakan peningkatan kompetensi guru walaupun
oleh Giangreco (2013) sekolah juga terkadang sistem tangggung jawab itu
harus bekerjasama dengan komunitas sebagian diserahkan kepada organisasi
sekolah seperti guru, guru pendamping sekolah, karena sekolah juga memiliki peran
kelas, orangtua, siswa, tim administratif untuk melakukan perubahan disekolahnya
sekolah, dan komunitas sekolah untuk terutama kepala sekolah (Carrington dan
memaksimalkan kinerja guru. Robinson, 2004), tetapi tidak hanya berfokus
Harapan peneliti, bahwa kedepan kepada guru atapun karyawan dan orang-
peneliti lain maupun pemerintah bisa orang yang terlibat dalam pelaksanaan
berfokus pada penyelesaian permasalahan sekolah tetapi juga perlu meningkatkan
yang berkaitan dengan guru, seperti kepedulian sosial masyarakat terhadap
peningkatan pemahaman dan kompetensi adanya sekolah inklusi. Hal ini menunjukkan
guru karena guru adalah ujung tombak bahwa sebenarnya sekolah juga bisa
dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini mengembangakan peningkatan kualitas
juga dikemukakan oleh Hatam (dalam sekolah melalui guru dan pihak-pihak yang
Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi pada 60
Tingkat SD
terlibat didalamnya. Sekolah juga memiliki The International Journal of
kewajiban dalam peningkatan kepedulian Inclusive Education 8(2):141-153
masyarakat dengan dukungan dari berbagai
Deklarasi Bandung. (2004). www.idp-
pihak khusus nya pemerintah.
europe.org.
Depdiknas DIY. (2011). Monitoring
Simpulan
Pendidikan Inklusif, belum optimal.
Berdasarkan hasil penelitian dapat http://www.pendidikan-diy.go.id
disimpulkan permasalahan permasalahan yang
muncul terkait pelaksanaan inklusi adalah
Giangreco, M.F. (2013). Teacher Assistant
terkait dengan guru, siswa, orangtua, sekolah,
Supports in Inclusive Scholls:
masyarakat, pemerintah dan kurangnya sarana Research, Practices and
prasarana yang mendukung pelaksanaan Alternatives. Australasian Journal
sekolah inklusi. Hal ini juga dikarenakan of Special Education.Vol 37.Issue
kurang adanya kerjasama dari berbagai pihak. 2 : 93-106. Doi:10.1017/jse.2013.1
Guru merupakan faktor utama dalam proses Harian Yogya. (2013). Sekolah Inklusi di
pendidikan inklusi, tetapi tanpa adanya Yogya Belum Pro Anak Berkebutuhan
bantuan dari pihak lain pelaksanaan sekolah Khusus. http://www.harianjogya.com.
inklusi tidak bisa berjalan dengan maksimal,
Kim, U., Shu Yang, K dan Kuo Hwang, K.
sehingga selain guru yang ditangani, perlu
(2010). Indigenous and Cultural
juga menumbuhkan budaya sekolah inklusi
Psychology. Penterjemah: Soetjipto,
baik didalam sekolah itu sendiri ataupun
H.P dan Soetjipto, S.R. Yogyakarta:
komunitas diluar sekolah tersebut, selain itu
Pustaka Pelajar.
kebijakan pemerintah juga sangat menentukan
pelaksanaan sekolah inklusi. Penelitian awal Kurniaastuti, I. (2010). Dinamika Pencapaian
ini masih belum mendalam. Penelitian ini Prestasi Remaja Jawa. Skripsi. Tidak
mempunyai keterbasan dengan tidak adanya diterbitkan. Yogyakarta: Universitas
elaborasi data lebih lanjut. Untuk itu Gadjah Mada
penelitian selanjutnya sebaiknya: Melakukan Mikail, B (2012) Sekolah inklusi belum
wawancara mendalam atau FGD siap Menampung ABK.
komprehensif dengan guru, siswa, orangtua,
http://Edukasi. kompas.com.
masyarakat dan pemerintah yang terlibat
dalam pelaksanaan sekolah inklusi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 70 Tahun 2009
Poerwandari, E.K. (2007). Pendekatan
Daftar Pustaka Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta: Lembaga
Afifah, R (2012) .Manajemen Sekolah
Pengembangan Sarana Pengukuran
inklusi masih “Memble”.http://
dan Pendidikan Psikologi.
Edukasi.kompas.com
Republika. (2013). Jumlah Anak
Carrington, S., Robinson, R. (2004) A
Berkubutuhan Khusus di Indonesia
case study of inclusive school
http://m. republika.co.id/berita/
development: a journey of learning. nasional.. 17 Juli 2013
61
Rumah ADHD. (2013. Daftar Sekolah Smith, D.J. (2012). Inclusion, School for
Inklusi D.I Yogyakarta. http:// All Student. Penerjemah: Denis, E.
rumahadhd.blogspot.com. Bandung: Penerbit Nuansa
Sadioglu, O. Batu, S. Bilgin, A dan Oksal, Sunaryo. (2009). Manajemen Pendidikan
A. 2013. Problem, Expectations, and Inklusif. Manjpendinklusi.wordpres.
Suggestion of Elementary Teacher Surat Keputusan Diknas . (2012). Daftar
Regarding Inclusion. Educational
Sekolah Inklusi Di Kota Yogyakarta.
Science: Theory & Practice. DOI:
10.12738/estp.20133.1546 Tukiran., Handayani, T., & Hagul, P. (1989).
Mengkode Data. In, Singarimbun, M.,
Schmidt, S & Venet, M. (2012). Principals
& Effendi, S (Eds), Metode
Facing Inclusive Schooling or
Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Integration. Canadian Journal Of
Education 35, 1 :217-238.