Anda di halaman 1dari 10

Tantangan Pendidikan Inklusi Dalam Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus

Rizka Norsy Ramadhana


Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Lambung Mangkurat
Email : rizkanorsy@gmail.com

Abstrak :
Pendidikan Inklusi merupakan salah satu program pemerintah dalam mewujudkan keadilan di bidang
pendidikan. Pendidikan Inklusi menjadi salah satu bentuk perwujudan pemerataan pendidikan tanpa
diskriminasi. Dalam pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus (ABK) harus mendapatkan
layanan pendidikan yang sama dengan anak normal di sekolah reguler. Untuk memperoleh data yang
diperlukan, peneliti menggunakan studi literature. Metode penelitian ini menggunakan studi pustaka
yang bersumber dari buku, jurnal dan lainnya. Dalam pelaksanaannya terdapat bebagai tantangan
yang menjadi hambatan pendidikan inklusi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tantangan yang
dihadapi antara lain; kurangnya keterampilan dan sikap guru dalam menangani ABK, keterbatasan
sarana dan prasarana serta rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat terhadap hak anak
berkebutuhan khusus.
Kata Kunci : anak berkebutuhan khusus, pendidikan inklusi, tantangan penyelenggaraan pendidikan
inklusi

Abstract :
Inclusive education is one of the government programs in realizing justice in the field of education.
Inclusive education is a form of equal distribution of education without discrimination. In inclusive
education, children with special needs (ABK) must get the same educational services as normal
children in regular schools. To obtain the necessary data, researchers used literature studies. This
research method uses literature study sourced from books, journals and others. In its implementation,
there are various challenges that become obstacles to inclusive education. The purpose of this study
was to determine the challenges faced, among others; lack of skills and attitudes of teachers in
dealing with children with special needs, limited facilities and infrastructure and low awareness of
parents and the community towards the rights of children with special needs.
Keywords: children with special needs, inclusive education, challenges in implementing inclusive
education
PENDAHULUAN :
Berdasarkan UU No. 20 tahun memiliki tingkat kesulitan dalam
2003 Pasal 32 ayat 1 yang bunyinya mengikuti proses pembelajaran karena
“pendidikan khusus merupakan pendidikan kelainan fisik, emosional, mental, sosial
bagi peserta didik yang memiliki tingkat dan / atau memiliki potensi kecerdasan dan
kesulitan dalam mengikuti proses bakat istimewa. Dilanjutkan pada ayat 2,
pembelajaran karena kelainan fisik, pendidikan layanan khusus merupakan
emosional, mental, sosial dan / atau pendidikan bagi peserta didik di daerah
memiliki potensi kecerdasan dan bakat terpencil atau keterbelakang, masyarakat
istimewa”. Pendidikan merupakan salah adat yang terpencil, dan / atau yang
satu bentuk usaha untuk meningkatkan mengalami bencana alam, bencana sosial
mutu sumber daya manusia. Di Indonesia dan tidak mampu dari segi ekonomi.
sendiri praktik penyelenggaraan Dalam perwujudan dari pasal diatas
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus pemerintah telah membentuk Sekolah Luar
telah diselenggarakan oleh Lembaga- Biasa (SLB). Akan tetapi SLB dianggap
lembaga Sosial Masyarakat (LSM) sebagai tembok pemisah antara anak-anak
maupun kelompok-kelompok keagamaan pada umumnya dan anak yang
sejak 1901. Pendidikan sangat dibutuhkan berkebutuhan khusus. Dalam mengatasi
bagi anak-anak untuk mencapai masalah ini perlu disediakan berbagai
kesejahteraan sosial dan hidupnya. Semua layanan pendidikan yang sesuai dengan
anak berhak mendapatkan pendidikan tak anak berkebutuhan khusus, baik dari
terkecuali anak-anak yang segi fisik sarana dan prasarana, guru, serta
maupun mental nya kurang atau berbeda lingkungan. Bagi anak berkebutuhan
dari anak normal lainnya. Pemerintah khusus, pendidikan inklusi memiliki peran
telah bertindak menyediakan fasilitas memberi kesempatan mereka untuk belajar
pendidikan khusus bagi para anak bersama siswa-siswa lain seusianya yang
berkebutuhan khusus (ABK). Sesuai tidak berkebutuhan khusus. Sekolah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun inklusi merupakan sekolah yang dianggap
2003 pada Pasal 5 Ayat 1, bahwa setiap tepat bagi anak berkebutuhan khusus.
warga negara mempunyai hak yang sama Pratiwi dalam (Ilahi, 2013: 25),
untuk memperoleh pendidikan yang menjelaskan bahwa sekolah inklusi adalah
bermutu. Pasal 32 ayat 1 UU No. 20 tahun sekolah regular yang disesuaikan dengan
2003, pendidikan khusus merupakan kebutuhan anak yang memiliki kelainan
pendidikan bagi peserta didik yang dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa pada satu kesatuan yang Research). Sarwono (2006) menjelaskan
sistemik. Sekolah inklusi juga memberikan Studi kepustakaan juga bisa dilakukan
kesempatan bagi anak berkebutuhan dengan mempelajari beberbagai buku
khusus agar dapat mengenyam pendidikan referensi serta hasil penelitian sebelumnya
yang adil. yang sejenis yang berguna untuk
Agar terciptanya keberlangsungan mendapatkan landasan teori mengenai
pendidikan inklusi perlu adanya faktor masalah yang akan diteliti. Selain itu
pendukung yang paling penting yaitu menurut Nazir (2003 : 111), Studi
partisipasi dari semua komponen kepustakaan adalah teknik pengumpulan
didalamnya meliputi kepala sekolah, guru, data dengan mengadakan studi penelaahan
orang tua, masyarakat, bahkan sarana dan terhadap buku- buku, litertur-literatur,
prasarana yang ada di sekolah seperti catatan-catatan, dan laporan-laporan yang
ketersediaan petugas kesehatan dan ada hubungannya dengan masalah yang
lainnya. Kolaborasi antara sekolah dan dipecahkan. Peneliti melakukan penelitian
komunitas juga menjadi kunci teoritis terkait topik penelitian dan
keberhasilan pendidikan inklusif (Amka, mengumpulkan informasi sebanyak-
2019). Namun dalam pelaksanaannya, banyaknya dari literatur yang relevan. Jadi
pendidikan inklusi tidak berjalan lancar bisa disimpulkan bahwa penelitian
seperti yang di bayangkan. Terdapat menggunakan studi pustaka digunakan
berbagai tantangan dan hambatan yang untuk mengumpulkan data dan informasi
harus dihadapi baik dari dalam maupun yang bisa didapatkan dari buku, jurnal,
luar sekolah. Amka (dalam Ainscow dan karya tulis, website, berita, dan sumber
Haile-Giorgis (1999), menjelaskan bahwa lainnya.
ketika orang mendorong langkah menuju HASIL DAN PEMBAHASAN
praktik pendidikan yang lebih inklusif, 1. Latar Belakang Penyeleggaraan
mereka juga harus realistis dengan Sekolah Inklusi
hambatan yang akan dihadapi. Tantangan Sesuai dengan Pasal 31 ayat
dan hambatannya berasal dari siswa, guru, (1) Undang-Undang Dasar Negara
orang tua, masyarakat, sekolah, dll. Republik Indonesia Tahun 1945
menyebutkan bahwa setiap warga
METODE : Negara berhak mendapat
Pada penelitian ini peneliti pendidikan, dan ayat (3)
menggunakan pendekatan berupa menegaskan bahwa Pemerintah
penelitian Studi Kepustakaan (Library mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu system sama untuk memperoleh
pendidikan nasional yang pendidikan yang bermutu.
meningkatkan keimanan dan Berdasarkan UU No. 20 tahun
ketakwaan serta akhlak mulia 2003 Pasal 32 ayat 1, pendidikan
dalam rangka mencerdaskan khusus merupakan pendidikan bagi
kehidupan bangsa sesuai dengan peserta didik yang memiliki tingkat
undang-undang. Dalam pasal kesulitan dalam mengikuti proses
tersebut disebutkan “setiap warga pembelajaran karena kelainan fisik,
negara” berhak mendapatkan emosional, mental, sosial dan / atau
pendidikan, dengan kata lain anak memiliki potensi kecerdasan dan
berkebutuhan khusus termasuk bakat istimewa. Pada ayat 2,
didalamnya. Pendidikan juga dijelaskan bahwa pendidikan
merupakan kebutuhan bagi layanan khusus merupakan
manusia. Selain anak yang normal, pendidikan bagi peserta didik di
anak berkebutuhan khusus juga daerah terpencil atau
membutuhkan pendidikan yang keterbelakang, masyarakat adat
sama. Berdasarkan Karakter yang yang terpencil, dan / atau yang
berlandaskan falsafah Pancasila mengalami bencana alam, bencana
dikutip dari buku Filsafah sosial dan tidak mampu dari segi
Pendidikan (Amka, 2019), ekonomi.
karakter kemanusiaan seseorang Mengutip dari Pratiwi
tercermin antara lain dalam (2015), hak atas pendidikan juga
pengakuan atas persamaan derajat, termasuk dalam Deklarasi Umum
hak, dan kewajiban; saling Hak Asasi Manusia 1948 (The
mencintai; memiliki tenggang rasa; 1948 Universal Declaration of
tidak bertindak semena-mena Human Right), yang kemudian
terhadap orang lain; gemar diperbarui pada Konferensi Dunia
melakukan kegiatan kemanusiaan; 1990 tentang Pendidikan untuk
serta menjunjung tinggi nilai Semua (The 1990 World
kemanusiaan. Conference on Education for All),
Sesuai dengan Undang- tujuannya adalah untuk
Undang Nomor 20 Tahun 2003 memastikan bahwa hak-hak ini
pada Pasal 5 Ayat 1, bahwa setiap berlaku untuk semua orang,
warga negara mempunyai hak yang terlepas dari perbedaan individu.
Berdasarkan hak hak tersebut, anak pendidkan inklusi. Pendidikan
berkebutuhan khusus wajib inklusif yang terjadi di Indonesia
mendapatkan hak untuk masih mengalami hambatan,
mendapatkan pendidikan. Seperti hambatan yang terjadi selama ini
yang dijelaskan Amka (2017) adalah kurangnya pengetahuan
dengan menyatukan ke dalam guru tentang anak berkebutuhan
ruang kelas yang sama, akan khusus, minimnya keterampilan
memberikan pengertian kepada guru dalam menangani ABK dan
peserta didik bahwa dalam sikap guru terhadap ABK yang
kehidupan akan ditemuai banyak dilihat masih memandang sebelah
sekali perbedaan. Perbedaan- mata (Juwono & Kumara, 2011).
perbedaan itu diharapkan menjadi Sikap guru terhadap pendidikan
sebuah kenyataan yang harus inklusif didefinisikan sebagai
dihadapi dan dihormati, bukan kecenderungan untuk berespon
dijadikan sebagai hambatan. Anak secara kognitif, afektif, dan konatif
berkebutuhan kusus harus terhadap pendidikan inklusif
mendapatkan hak yang sama (Mahat, 2008). Winarti (2015)
dengan anak yang normal. Hal ini menyebutkan kondisi guru belum
sesuai dengan program pemerintah didukung dengan kualitas guru
yang bernama pendidikan inklusi. yang memadai. Keberadaan guru
2. Tantangan Penyelenggaraan khusus masih dinilai belum sensitif
Pendidikan Inklusi dan proaktif terhadap permasalahan
Dalam penyelenggaraan yang dihadapi ABK. Winarti juga
pendidikan inklusi tidak semudah menyebutkan bahwa guru belum
membalikan telapak tangan. didukung dengan kejelasan aturan
Terdapat banyak tantangan yang di tentang peran, tugas dan tanggung
hadapi baik dari dalam maupun jawab masing-masing guru.
luar sekolah. Tantangan ini akan Pelaksanaan tugas belum disertai
menjadi hambatan dalam dengan diskusi rutin, tersedianya
terciptanya pendidikan inklusi yang model kolaborasi sebagai panduan,
baik. Hambatan yang pertama serta dukungan anggaran yang
adalah dari tenaga pengajar atau memadai (Winarti, 2015).
guru. Guru memiliki peranan Selain guru, dalam
penting dalam mendidik di penyelenggaraan pendidikan
inklusi dibutuhkan sarana dan dapat memengaruhi secara negatif
prasarana yang bai. Tapi dalam pembentukan sikap dan perilaku
kenyataannya masih terbatasnya anak mereka (Amka, 2019).
sarana dan prasarana tersebut. Apabila orang tua mendukung
Memang dalam penyelenggaraan penuh anaknya yang berkebutuhan
pendidikan inklusi membutuhkan khusus, ini sangat memungkinkan
sarana dan prasarana yang banyak. anak tersebut mencapai potensi
Hal ini karena sekolah harus maksimalnya. Danielsen, Samdal,
menyesuaikan dengan berbagai Hetland dan Wold (2009)
jenis kebutuhan anak berkebutuhan menyatakan Dukungan dari ibu
khusus yang berbeda-beda seperti dapat memunculkan perasaan
alat bantu dengar, buku timbul, dan berharga pada anak, sementara
sebagainya yang harus disesuaikan dukungan dari ayah dapat
dengan kondisi ABK. Dengan mengembangkan kompetensi anak.
keterbatasaan ini mempengaruhi Selain orang tua, peranan
kurangnya sekolah dalam masyarakat juga penting dalam
pelayanan terhadap anak menangani anak berkebutuhan
berkebutuhan khusus. Masalah khusus. Orang tua dan masyarakat
utama minimnya sarana dan adalah lingkungan terdekat yang
prasarana yang dimiliki adalah memliki peranan penting. Sikap
faktor biaya (Pratiwi, 2015). menerima dan mendukung
Rendahnya kesadaran orang kekurangan anak dari orang tua dan
tua dan masyarakat terhadap hak masyarakat dapat mendorong anak
anak berkebutuhan khusus menjadi lebih dalam mengembangkan
tantangan yang harus dihadapi potensinya. Jika orang tua dan
dalam penyelenggaraan pendidikan masyarakat tidak menerima dan
inklusi. Amka (dalam Holden mendukung maka kemajuan anak
1995) menyebutkan Sikap dan berkebutuhan khusus akan semakin
perilaku orang tua memengaruhi terhambat. Anak berkebutuhan
perilaku anak-anak mereka, yang khusus akan cenderung malu dan
kemudian dibawa ke kehidupan cemas untuk memulai melakukan
selanjutnya. Teori ini menunjukkan sesuatu.
bahwa orang tua yang tidak Sayangnya dikeadaan nyata
mendukung pendidikan inklusif saat ini, orang tua masih ragu
bahkan takut untuk menyekolahkan dibandingkan guru yang tidak
anaknya ke sekolah reguler. mengikuti pelatihan.
Alasannya mulai dari takut anak Keterbatasan sarana dan
tidak mampu, takut ada prasarana yang dihadapi sekolah
diskriminasi, dan lainnya. Selain dalam mewujudkan pendidikan
itu masyarakat juga kurang peduli inklui yang baik. Hal ini
tentang keberadaan anak merupakan tantangan bagi
berkebutuhan khusus dan terkesan pemerintah untuk memberikan
membedakan antara anak normal bantuan berkaitan dengan fasilitas
dan ABK. untuk sekolah inklusi (Konza,
3. Sikap Terhadap Tantangan 2008). Pemerintah juga harus
Pendidikan Inklusi menyiapkan dana untuk sarana dan
Pengembangan kemampuan prasarana di sekolah reguler untuk
dan model mengajar guru anak berkebutuhan khusus. Pratiwi
diperlukan untuk mendukung (2015), menyatakan kepala sekolah
pendidikan inklusi. Pelatihan bisa membuat proposal pengajuan
mengenai pendidikan inklusif pada dana kepada pemerintah yang
guru-guru juga merupakan faktor terkait. Komunikasi yang baik
yang dapat memengaruhi sikap antara sekolah dan pemerintah ini
pada pendidikan inklusif. Hasil diharapkan berdampak positif bagi
penelitian ini adalah guru yang kemajuan penyelenggaraan sekolah
pernah mengikuti pelatihan inklusi. Sehingga anak
pendidikan inklusif memiliki sikap berkebutuhan khusus mendapatkan
positif yang tinggi dibandingkan pelayanan yang maksimal.
guru-guru yang tidak pernah Untuk menyadarkan orang
mengikuti pelatihan (Dewi, Tiatri tua dan masyarakat diperlukan
dan Mularsih, 2020). Dewi, Tiatri peranan sekolah dan lembaga
dan Mularsih (dalam Subban dan lembaga terkait. Orang tua dan
Sharma, 2006) melaporkan bahwa masyarakat pelu diberikan
guru yang pernah mengikuti wawasan tentang hak seriap anak
pelatihan tentang mengajar peserta dalam belajar, termasuk anak
didik berkebutuhan khusus berkebutuhan khusus. Amka
memiliki sikap yang lebih positif (2019) menyatakan bahwa sikap
para orang tua berubah setelah
mendapatkan sosialisasi dari pihak hambatan dalam pelaksanaannya.
sekolah tentang pendidikan inklusif Kurangnya keterampilan dan sikap guru
dan telah memahami prinsip dalam menangani ABK padahal guru
keragaman kebutuhan belajar anak. adalah elemen penting dalam pendidikan.
Hal ini diharapkan dapat merubah Selain itu minimnya biaya mengakibatkan
pandangan masyarakat terhadap keterbatasan sarana dan prasarana di
pendidikan yang adil untuk anak sekolah reguler. Rendahnya kesadaran
berkebutuhan khusus. orang tua dan masyarakat terhadap hak
anak berkebutuhan khusus mengakibatkan
KESIMPULAN rasa malu dan cemas ABK dalam
Anak berkebutuhan khusus juga mengembangkan potensinya.
memiliki hak yang sama dengan anak Pengembangan kemampuan dan
normal. Sesuai dengan Undang-Undang model mengajar guru diperlukan untuk
Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 5 Ayat mendukung pendidikan inklusi. Pelatihan
1, bahwa setiap warga negara mempunyai mengenai pendidikan inklusif pada guru-
hak yang sama untuk memperoleh guru juga merupakan faktor yang dapat
pendidikan yang bermutu. Anak memengaruhi sikap pada pendidikan
berkebutuhan khusus wajib mendapatkan inklusif. Dukungan dana dari pemerintah
hak untuk mendapatkan pendidikan yang sagatlah penting, sekolah harus aktif dalam
layak tanpa adanya diskriminasi. pengajuan proposal agar sarana dan
Pendidikan inklusi berperan sebagai prasarana untuk ABK bisa terpenuhi.
pembentuk persamaan hak memperoleh Peranan sekolah dan lembaga lembaga
pendidikan yang sama terhadap semua terkait untuk memberikan wawasan
warga negara. Anak berkebutuhan khusus terhadap orang tua dan masyarakat sangat
bisa sekolah bersama anak yang normal di dibutuhkan. Dengan melakukan sosialisasi,
sekolah reguler untuk mendapatkan diharapkan dapat merubah pandangan
penidikan yang berkualitas. masyarakat terhadap pendidikan yang adil
Dalam pendidikan inklusi terdapat untuk anak berkebutuhan khusus.
berbagai tantangan yang menjadi

REFERENSI Mengenai Sistem Pendidikan.


Amka, (2019), Buku Ajar Filsafat Nizamia Learning Center, Sidoarjo.
Pendidikan, Gagasan Konsep, Amka, A (2019). Sikap Orang Tua
Teori dan Analisis Filosofis Terhadap Pendidikan Inklusif,
Madrosatuna: Journal of Islamic Sosial, Humaniora, dan Seni, 4(2),
Elementary School, Vol. 1 (1). 15- 304-314.
27. doi: Juwono, I. D & Kumara, A. (2011).
10.21070/madrosatuna.v3i1.2068 Pelatihan Penyusunan Rancangan
Amka, A. (2019). Pendidikan Inklusif Bagi Pembelajaran pada Guru Sekolah
Siswa Berkebutuhan Khusus di Inklusi. Studi Kasus Pada SD “X”
Kalimantan Selatan. Jurnal di Yogyakarta.
Pendidikan Dan Kebudayaan, 4(1), Kementerian Pendidikan Nasional. (2003).
86 - 101. Undang-undang No. 20/2003
Amka, A. (2017). Implementasi tentang system pendidikan
Pendidikan Karakter Inklusi Bagi nasional. Jakarta: Kementrian
Anak Berkebutuhan Khusus Di Pendidikan Nasional
Sekolah Reguler, Madrosatuna: Konza, D. (2008). Inclusion of students
Journal of Islamic Elementary with disabilities in new times:
School, Vol. 1 (1). 1-12. doi: responding to the challenge.
10.21070/madrosatuna.v1i1.1206 Mahat, M. (2008). The Development Of A
Budianto, (2007). Pengantar Pendidikan Psychometrically-Sound
Inklusif. Prenadamedia Goup, Instrument To Measure Theacher’s
Jakarta. Multidimensional Attitudes
Danielsen, A. G., Samdal, O., Hetland, J., Toward Inclusive Education.
& Wold, B. (2009). School-related International Journal Of Special
social support and students' Education, 23(1)
perceived life satisfaction. The Palmer, D. S., K. Fuller, T. Arora, and M.
Journal of educational Nelson. 2001. “Taking Sides:
research, 102(4), 303-320. Parent Views on Inclusion for
Dewi, T. T. U., Tiatri, S., & Mularsih, H. Their Children with Severe
(2020). PERAN PENGETAHUAN Disabilities.” Exceptional Children
AWAL TENTANG ANAK 67: 467–484.
BERKEBUTUHAN KHUSUS Pratiwi, J. C. (2015, November). Sekolah
DAN EFIKASI GURU inklusi untuk anak berkebutuhan
TERHADAP SIKAP GURU khusus: tanggapan terhadap
PADA PENDIDIKAN tantangan kedepannya. In Seminar
INKLUSIF. Jurnal Muara Ilmu Nasional Ilmu Pendidikan UNS
2015. Sebelas Maret University.
Sari, M., & Asmendri, A. (2020).
Penelitian Kepustakaan (Library
Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA. NATURAL
SCIENCE: Jurnal Penelitian
Bidang IPA dan Pendidikan
IPA, 6(1), 41-53.

Anda mungkin juga menyukai