Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan

Volume 12 Nomor 2 Juni 2022


ISSN: 2087-9385 (print) dan 2528-696X (online)
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE

PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING DALAM SEKOLAH INKLUSI


DI SMP DIPONEGORO BATU

Aprilia Ema Wardhani, Asep Sunandar, Asim, Mohammad Efendi, Ahmad Samawi,
dan Ediyanto

Universitas Negeri Malang, Indonesia


Email: asep.sunandar.fip@um.ac.id

Info Artikel Abstract


The purpose of this study was to determine the implementation of collaborative learning
Sejarah Artikel: given by teachers to children with special needs in inclusive schools at the junior high
Diserahkan 20 Februari 2021 school level.
Direvisi 10 Juni 2022 The research method used is descriptive with a qualitative approach, while data collection
Disetujui 20 Juni 2022 uses observation, interviews, and documentation techniques for three teachers at SMP
Diponegoro Batu.
The results of the study indicate that the application of Collaborative learning given to
Keywords: children with special needs has been implemented quite well. This good implementation
collaborative learning, can be seen from the existence of special supervisor teachers from schools, the acceptance
inclusive education, of students from various disabilities, and cooperation between classroom teachers and
students with special needs special supervisors. This collaboration makes the achievement of learning objectives in a
class where there are normal students and students with special needs

Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan collaborative learning yang
diberikan oleh guru kepada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi pada jenjang
sekolah menengah pertama.
Metode penelitian yang digunakan yaitu naratif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap
tiga guru di SMP Diponegoro Batu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan collaborative learning yang diberikan
kepada anak berkebutuhan khusus sudah terlaksana dengan cukup baik. Keterlaksanaan
yang baik ini dapat di lihat dari adanya guru pembimbing khusus dari sekolah, adanya
penerimaan siswa dari berbagai ketunaan, dan kerjasama antara guru kelas dan guru
pembimbing khusus. Kerjasama tersebut membuat tercapainya tujuan pembelajaran di
kelas yang terdapat siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus.

© 2022 Universitas Muria Kudus


Aprilia Ema Wardhani, Asep Sunandar, Asim, Mohammad Efendi, Ahmad Samawi, dan Ediyanto
PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING DALAM SEKOLAH INKLUSI DI SMP DIPONEGORO BATU
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 12, Nomor 2, Juni 2022, hlm. 134-138

PENDAHULUAN merubah kondisi tereksklusikan menjadi


Pendidikan merupakan proses untuk terinklusi adalah dengan berupaya untuk
membantu manusia dalam mengembangkan diri, mengidentifikasi hambatan atau kesulitan yang
sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dihadapi peserta didik berkebutuhan khusus dan
yang terjadi dalam kehidupannya. Hal ini sesuai mengupayakan bersekolah di sekolah
dengan tujuan pendidikan nasional yang umum/inklusif untuk dapat meningkatkan
tercantum dalam Bab II pasal 3 Undang– kemampuannya dalam mengatasi hambatan-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem hambatan tersebut agar dapat memenuhi
Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan kebutuhan mereka. Hal ini sesuai dengan
kemampuan dan membentuk watak serta pendapat Murniarti & Anastasia (2016) bahwa
peradaban bangsa yang bermartabat dalam prinsip mendasar dari pendidikan inklusif adalah
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, selama memungkinkan, semua anak seyogyanya
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta belajar bersama-sama tanpa memandang
didik agar menjadi manusia yang beriman dan kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pada peserta didik.
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, Pendidikan inklusif adalah wujud
mandiri, dan menjadi warga negara yang komitmen pemerintah dalam penyediaan
demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, kesempatan belajar bagi semua individu, dengan
2008). fokus pada individu yang tergolong minoritas
Tujuan pendidikan tersebut belum dan tidak terperhatikan. Pendidikan inklusif juga
tercapai secara maksimal. Luddin (2016) menyediakan pendidikan bagi individu yang
mengatakan bahwa masalah pendidikan dalam memiliki kebutuhan khusus, seperti individu
perhatian pemerintah masih terasa minim, dengan hambatan psikofisik atau sosiokultural
gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah seperti anak terlantar atau anak yang berasal dari
pendidikan yang makin rumit, kualitas siswa populasi khusus. Sistem pendidikan ini dianggap
masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya sebagai transformasi pendidikan bertaraf
pendidikan yang mahal, aturan undang-undang internasional yang mengharuskan guru
yang kacau bahkan lemahnya proses menyelaraskan kompetensi sesuai dengan iklim
pembelajaran. Sekolah sebagai tempat untuk pendidikan masa kini. Sebagaimana tercantum
mendapatkan pendidikan dan menuntut ilmu dalam Undang-Undang Republik Indonesia
dilakukan guna mencapai tujuan pendidikan nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
nasional (Fatmala dkk, 2021). Menurut Pratiwi pasal 23 bahwa pengembangan kompetensi
(2016) sekolah inklusi sebagai layanan diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
pendidikan yang diberikan untuk anak pendidikan nasional, internasional dan
berkebutuhan khusus dalam memperoleh pendidikan berbasis keunggulan lokal.
pendidikan yang layak. Suhendri & Werdiningsih (2019)
Pada hakekatnya pendidikan inklusif menuliskan bahwa inklusi dibangun untuk
memberikan kesempatan dalam memahami menghilangkan hambatan belajar anak dan
segala kesulitan pendidikan yang dihadapi oleh membuat kekuatan terlihat. Guru inklusif
peserta didik berkebutuhan khusus (Arumsari, mengajar dengan intuitif, tidak hanya
2021). Mereka mendapat kesulitan untuk mengandalkan kemampuan berfikir dan belajar,
mengikuti beberapa kurikulum yang ada, atau melainkan juga melibatkan perasaan atau gerak
tidak mampu mengakses cara baca tulis secara hati. Nurdiansyah, dkk (2021) mengungkapkan
normal, atau kesulitan mengakses lokasi sekolah. bahwa salah satu metode pembelajaran yang
Pendekatan pendidikan inklusif dalam hal ini dapat diterapkan dalam sekolah inklusif adalah
tidak seharusnya melihat hambatan ini dari sisi metode collaborative learning.
peserta didik yang memiliki kelainan, melainkan Metode collaborative learning merupakan
harus melihat hambatan ini dari sistem suatu metode pembelajaran secara berkelompok
pendidikannya sendiri. dalam mengerjakan suatu hal. Metode ini
Kurikulum sebagai dasar dari sistem menjadi salah satu alternatif bagi pengajar yang
pendidikan memiliki peranan penting. digunakan dalam proses pembelajaran karena
Kurikulum yang belum sesuai untuk kebutuhan dirasa lebih efekif dan efisien dalam
peserta didik inklusi, sarana yang tersedia belum pelaksanaannya. Hal ini sejalan dengan pendapat
memadai, serta guru yang belum siap Roger dalam Slavin (2005) yang menyatakan
mendampingi juga kendalam yang perlu bahwa collaborative learning merupakan
diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, untuk aktivitas pembelajaran kelompok yang

135
Aprilia Ema Wardhani, Asep Sunandar, Asim, Mohammad Efendi, Ahmad Samawi, dan Ediyanto
PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING DALAM SEKOLAH INKLUSI DI SMP DIPONEGORO BATU
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 12, Nomor 2, Juni 2022, hlm. 134-138

diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran mengetahui pelaksanaan collaborative learning
harus didasarkan pada perubahan informasi yang diberikan oleh guru kepada anak
secara sosial diantara kelompok pembelajar. berkebutuhan khusus di sekolah inklusi pada
Menurut Suryani (2010) mengemukakan bahwa jenjang sekolah menengah pertama.
dalam pembelajaran dengan metode
collaborative learning setiap peserta didik METODE PENELITIAN
bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri Metode yang digunakan dalam penelitian
dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran ini adalah jenis penelitian naratif dengan
anggota yang lain. pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009)
Collaborative learning adalah suatu metode penelitian kualitatif adalah penelitian
metode pembelajaran yang saat ini banyak yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar objek alamiah, dimana peneliti merupakan
mengajar yang berpusat pada siswa (student instrumen kunci. Penelitian ini dilaksanakan di
oriented). Metode ini digunakan untuk mengatasi SMP Diponegoro Batu.
permasalahan yang ditemukan pengajar dalam Teknik pengumpulan data yang
mengaktifkan pembelajar yang tidak dapat digunakan yaitu dengan teknik observasi,
bekerja sama dengan orang lain, pembelajar yang wawancara, dan dokumentasi. Observasi
agresif dan tidak peduli pada yang lain (Isjoni, dilakukan saat kegiatan pembelajaran.
2010). Wawancara dilakukan kepada guru mengenai
Collaborative learning sendiri memiliki penerapan collaborative learning dalam sekolah
banyak jenis model yang dapat digunakan seperti inklusi. Teknik analisis data pada penelitian ini
Student Team Achievement Division (STAD), menggunakan analisis data model interaktif dari
Rountable, Think-Pair-Share (TPS), Generic Miles dan Huberman (2005) dengan langkah-
Questions Stems (GQS), Team Games langkah reduksi data, penyajian data, penarikan
Tournament (TGT), Team Assisted kesimpulan dan verifikasi.
Individualization (TAI), dan Jigsaw (Isjoni,
2010). Metode collaborative learning dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah Berdasarkan teknik pengumpulan data
inklusi. yang sudah dilakukan diketahui bahwa di SMP
Penggunaan metode kolaboratif telah Diponegoro Batu terdapat Guru Pembimbing
menarik beberapa peneliti untuk melakukan Khusus (GPK) dengan background pendidikan
kajian, antara lain riset Lasidos & Matondang sesuai dengan yang diperlukan sekolah inklusi
(2015) serta penelitian Rifani & Lobja (2020). yaitu Pendidikan Luar Biasa. Guru Pembimbing
Riset Lasidos & Matondang (2015) Khusus (GPK) di SMP Diponegoro Batu
menyimpulkan bahwa dengan menerapkan berperan dalam penyederhanaan materi
model pembelajaran kolaboratif dapat : 1) pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Hal
meningkatkan aktivitas belajar menyusun tersebut dilakukan karena materi yang diperlukan
rencana anggaran biaya siswa kels XI oleh siswa berkebutuhan khusus adalah materi
kompetensi keahlian teknik gambar bangunan yang sederhana sehingga mempermudah
SMKN 2 Siatas Barita, 2) meningkatkan hasil pemahaman siswa. Menurut Priyatmoko (2017)
belajar menyusun rencana anggaran biaya siswa menyatakan bahwa guru perlu memiliki
kelas XI kompetensi keahlian teknik gambar kemampuan dalam penyederhanaan materi untuk
bangunan SMKN 2 Siatas Barita. siswa berkebutuhan khusus dengan tujuan
Sementara itu penelitian Rifani & Lobja mempermudah pemahaman siswa. Strategi guru
(2020) menyimpulkan bahwa penerapan seperti tersebut dapat membantu meningkatkan
pembelajaran kolaboratif berpengaruh positif kualitas pendidikan di sekolah.
terhadap proses pembelajaran. Pemahaman Anak berkebutuhan di SMP Diponegoro
mahasiswa terhadap materi lebih mendalam. Batu cukup banyak yaitu 16 siswa. SMP
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep materi, Diponegoro Batu menerapkan pembagian kelas
dan mencontohkan implementasi di lapangan. bagi anak berkebutuhan khusus menjadi kelas
Interaksi dalam kelompok menunjukkan adanya reguler dan kelas khusus, untuk kelas reguler
motivasi dan sikap diri yang positif. Mereka adalah kelas reguler yang terdapat anak
sendiri mampu mengarahkan tujuan dan hasil berkebutuhan khusus mengikuti pembelajaran
proses diskusi. secara bersama-sama dengan anak reguler di
Berdasarkan latar belakang dan riset dalam kelas sesuai jenjang pendidikan yang
terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk ditempuh sedangkan untuk kelas khusus

136
Aprilia Ema Wardhani, Asep Sunandar, Asim, Mohammad Efendi, Ahmad Samawi, dan Ediyanto
PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING DALAM SEKOLAH INKLUSI DI SMP DIPONEGORO BATU
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 12, Nomor 2, Juni 2022, hlm. 134-138

merupakan kelas yang diisi dengan anak-anak berperan terhadap keberhasilan layanan
berkebutuhan khusus yang dianggap belum pendidikan anak berkebutuhan khusus.
mampu apabila dimasukkan ke dalam kelas
reguler. Kedua kelas tersebut dalam DAFTAR PUSTAKA
pembelajarannya menerapkan metode
collaborative learning. Anggriana, T. M., & Trisnani, R. P. (2016).
Metode ini dipilih karena metode tersebut Kompetensi guru pendamping siswa ABK
memberikan kesempatan kepada masing-masing di Sekolah Dasar. Jurnal Konseling
siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Gusjigang, 2(2). Doi:
Menurut Fitriasari, dkk (2020) metode https://doi.org/10.24176/jkg.v2i2.702
collaborative learning digunakan dalam
pembelajaran dengan kolaborasi antara dua siswa Arumsari, A. (2021). Strategi Belajar Membaca
atau lebih. Hal ini memungkinkan siswa dapat Untuk Anak Tunarungu. REFLEKSI
memberikan kesempatan kepada masing-maisng EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan Kependidikan, 12(1), 1-9. Doi:
pembelajaran. https://doi.org/10.24176/re.v12i1.7209
Pelaksanaan pembelajaran di SMP
Diponegoro Batu dilakukan oleh masing-masing Depdiknas. 2008. Undang - Undang Republik
guru mata pelajaran. Sedangkan Guru Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Pembimbing Khusus (GPK) akan membantu Sistem Pendidikan Nasional & Undang
dalam penyederhanaan materi hingga pembuatan Undang Republik Indonesia Nomor 14
soal-soal, dalam menyusun pembelajaran untuk Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.
anak berkebutuhan khusus didasarkan pada hasil Jakarta: visi media.
asesmen yang sudah dilakukan. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Fatmala, S., Bintoro, H. S., & Ardianti, S. D.
sekolah. (2021). Analisis Perhatian Orang Tua
Untuk mendukung pengembangan Selama Pembelajaran Daring Terhadap
pengetahuan guru reguler tentang pendidikan Kemampuan Pemahaman Matematis
inklusi biasa dilakukan workshop oleh Guru Siswa. Jurnal Ilmiah Bina Edukasi, 14(1),
Pembimbing Khusus (GPK) di sekolah. Program 01-10. Doi:
yang disediakan untuk anak berkebutuhan https://doi.org/10.33557/jedukasi.v14i1.1
khusus di SMP Diponegoro Batu terbagi menjadi 365
2 macam yaitu vokasional dan bina diri,
penerapan program disesuaikan dengan Fitriasari, N. S., Apriansyah, M. R., & Antika, R.
kebutuhan dan kemampuan anak berkebutuhan N. (2020). Pembelajaran Kolaboratif
khusus. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk Berbasis Online. Inspiration: Jurnal
memberikan fasilitas khususnya bagi siswa Teknologi Informasi dan Komunikasi,
berkebutuhan khusus. Selaras dengan pendapat 10(1), 77-86. Doi:
Anggriana & Trisnani (2016) kompetensi guru http://dx.doi.org/10.35585/inspir.v10i1.25
pendamping di kelas inklusi perlu selalu 64
ditingkatkan melalui pelatihan. Oleh karena itu,
guru reguler dibekali dengan kompetensi dalam Isjoni. (2007). Integrated Learning: Pendekatan
melakukan pembelajaran di kelas inklusi. Pembelajaran IPS di Pendidikan Dasar.
Bandung: Falah Production.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Lasidos, Pahala Arion., & Matondang, Zulkifli.
disimpulkan bahwa penerapan collaboratve (2015). Penerapan Model Pembelajaran
learning di SMP Diponegoro Batu sudah berjalan Kolaboratif Untuk Meningkatkan
dengan baik. Sekolah sebagai lingkungan yang Aktivitas Dan Hasil Belajar Rencana
mendukung pelaksanaan collaborative learning Anggaran Biaya Siswa Kelas XII
mampu menyediakan tenaga pendidik yang Kompetensi Keahlian Teknik Gambar
mendukung terlaksananya pembelajaran yang Bangunan SMKN 2 Siatas Barita –
optimal bagi anak berkebutuhan khusus di Tapanuli Utara. Jurnal Educational
lingkungan inklusi. Adanya tenaga pendidik Building Volume, 1(1), 13 – 22.
yang kompeten dalam sekolah inklusi sangat

137
Aprilia Ema Wardhani, Asep Sunandar, Asim, Mohammad Efendi, Ahmad Samawi, dan Ediyanto
PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING DALAM SEKOLAH INKLUSI DI SMP DIPONEGORO BATU
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 12, Nomor 2, Juni 2022, hlm. 134-138

Luddin, M. (2016). Isu-Isu Krisis Dalam Pratiwi, J. C. (2016). Sekolah Inklusi Untuk
Pendidikan Tinggi. Yogyakarta: Anak Berkebutuhan Khusus: Tanggapan
Deepublish. Terhadap Tantangan Kedepannya.
Prosiding Ilmu Pendidikan, 1(2). Diakses
Murniarti, E., & Anastasia, N. Z. (2016). dari
Pendidikan Inklusif Di Tingkat Sekolah https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/
Dasar. Jurnal Dinamika Pendidikan, 9(1), article/view/7725
9-18. Doi:
https://doi.org/10.51212/jdp.v9i1.134 Rifani, Irfan., & Lobja, Xaverius Erick. (2020).
Penerapan Pembelajaran Kolaboratif
Nurdiansyah, N. M., Arief, A., Hudriyah, H., & (Collaborative Learning) Di Jurusan
Hadawiyah, R. A. (2021). Model Pendidikan Geografi Universitas Negeri
Collaborative Learning Inklusif Gender. Manado. Jurnal Penelitian dan
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Pendidikan Geografi, 5(1), 45-49.
Jender, 20(2), 110-118. Doi:
http://dx.doi.org/10.24014/marwah.v20i2. Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning:
10685 theory, research, and practice
(terjemahan). London: Allymand Bacon.
Priatmoko, S. (2017). Strategi Guru Dalam
Peningkatan Mutu Pembelajaran Bagi Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif.
Siswa Berkebutuhan Khusus: Studi Alpabeta : Bandung.
Multisitus di Madrasah Ibtidaiyah
Terpadu Ar-Roihan Lawang dan Sekolah Suhendri, H., & Werdiningsih, C. E. (2019).
Dasar Muhammadiyah 9 “Panglima Peranan Metode Pembelajaran
Sudirman” Malang (Doctoral dissertation, Collaborative Learning Terhadap
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Pemecahan Masalah Matematika. JKPM
Ibrahim). Diakses dari http://etheses.uin- (Jurnal Kajian Pendidikan Matematika),
malang.ac.id/10017/ 4(2), 155-162. Doi:
http://dx.doi.org/10.30998/jkpm.v4i2.387
5

Suryani, N. (2010). Implementasi Model


Pembelajaran Kolaboratif Untuk
Meningkatkan Ketrampilan Sosial Siswa.
Majalah Ilmiah Pembelajaran, 8(2).
Diakses dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/mip/art
icle/view/3654

138

Anda mungkin juga menyukai