Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM ADAPTIF PADA


PENDIDIKAN KELAS KHUSUS

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kelas Khusus

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan untuk semua adalah satu konsep yang seharusnya diwujudkan
dalam kehidupan kita. Hal ini terkait dengan berbagai upaya untuk mencipatakan
kondisi kehidupan yang lebih baik dan kondusif. Pendidikan menjadi satu
jembatan untuk menciptakan kehidupan sebagai upaya mengubah kondisi sulit
menjadi kondisi yang mudah dijalani, Saroni (2012 : 19). Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuhkembngkan potensi-potensi
kemanusiaannya.Tirtarahardja & La Sulo (2005 : 1).
Dalam Kustawan D.(2012 : 1-2) Pendidikan inklusi diharapakan dapat
menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi anak bersekolah atau
dalam upaya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan dalam waktu
yang bersamaan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan inklusif juga
diharapkan dapat menjawab kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkaitan
dengan pemenuhan hak-hak semua warga negara dalam bidang pendidikan.
Menurut permendiknas Nomor 70 tahun 2009 pasal 1, pendidikan inklusif
adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Dengan
melihat penertian dari pendidikan inklsif tersebut, yakni anak ABK berhak
mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak regular, maka guru di sekolah
inklusi harus siap untuk bekerja lebih giat krena ABK yang menyenyam di
sekolah inklusif adalah yang terdiri dari beberapa ketunaan atau hambatan. Maka
agar pelayanan di sekolah inklusif menjadi pelayanan yang baik bagi individu
maka diperlukan pengadptasian kurikulum dalam beberapa materi yang
disesuaikian dengan kemampuan dan hambatan yang dimiliki ABK.
Moh. Takdir Ilahi, (2013 : 168), mengatakan bahwa kurikulum penting
untuk menata arah dan tujuan kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak
didik tanpa mengabaikan hak-haknya yang belum tercapai. Secara sederhana,
kurikulum merupakan bagian penting dari setiap perencanaan pendidikan yang
memengaruhi arah dan tujuan anak didik dalam lembaga pendidikan.
Dalam makalah yang dituliskan oleh Mumpuniarti, (2011 : 5), model
pembelajaran inklusi mengharuskan guru melayani siswa dengan berbagai
kebutuhan belajar. Adaptasi kurikulum bagi siswa ABK di sekolah inklusif
meruapakan suatu keharusan. Mengingat bervariasnya kemampuan dan hambatn
yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus. Untuk itu guru mempunyai peranan
penting dalam keberhasilanya anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif.

B. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini akan kami
bahas tentang Bagimana Pengembangan Kurikulum Adaptasi di Sekolah Inklusi,
Apa saja Prinsip dan Pengembangan Kurikulum Adaptif, dan Bagaimana
Penerapan Kurikulum Adaptif di MI Ma’arif Keji.

C. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan agar para pendidik terutama pendidik yang bergelut
langsung dengan ABK agar dapat memakani pelayananya dengan sungguh-
sungguh memeberikan perhatian kepada ABK terutama yang berkaitan dengan
tujuan pendidikan yang hendak atau yang akan didapatnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inklusif

Dalam permendiknas No 70 tahun 2009 menyebutkan bahwa, pendidikan


inklusif adalah system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta
didik pada umumnya (Suyanto & Mudjito, 2012 : 5).

Pendidikan inklusif adalah sebuah konsep atau pendekatan pendidikan


yang berusaha menjangkau semua individu tanpa kecuali atau dengan kata lain
pendidikan inklusif adalah : “Sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu
serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing
individu”. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang menghargai perbedaan
anak dan memberikan layanan kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhannya.
Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak diskriminatif. Pendidikan yang
memberiakan layanan terhadap semua anak tanpa memandang kondisi fisik,
mental, intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku, bidaya, tempat
tinggal, bahasa dan sebagainya. Semua anak belajar bersama, baik di
kelas/sekolah formal maupun nonformal yang berada di tempat tinggalnya yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing (Kustawan, D., 2012
:8).
B. Pengertian Anak Berkubutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan
khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan
yang lebih intens ( Moh. Takdir. Ilahi, 2013: 138).
Sedangkan Heward dalam Mudjito, Dkk (2014 : 25), Anak berkebutuhan
khusus adalah anak dengan karakteristik yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmamuan mental, emosi, dan
atau fisik. Yang termasuk ke dalam ABK antara lain : tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak
bebrakat, anak dengan gangguan kesehatan
Karakterstik dan hambatan yang dimiliki oleh ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka. Selama ini, pendidikan bagi anak berkelainan disediakan dalam tiga
macam lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Berkelainan (SLB), Sekolah Dasar
Luar Biasa, dan Pendidikan Terpadu. SLB sebagai lembaga pendidikan tertua
menampung anak dengan jenis kelaianan yang sama sehingga terdapat SLB
Tunanetra, SLB Tunarungu, SLB Tunagrahita, SLB Tunadaksa, SLB Tunalaras,
dan SLB Tunaganda. Sementara pendidikan terpadu adalah sekolah biasa yang
menampung anak berkelainan, dengan kurikulum, guru, sarana pengajaran, dan
kegiatan belajar mengajar yang sama. Namun kenyataannya selama ini bahwa
baru menampung anak tunanetra, itu pun perkembangannya kurang
menggembirakan karena banyak sekolah umum yang keberatan menerima anak
berkelainan ( Ilahi, 20103 : 18).

C. Pengertian Pembelajaran Adaptif


Irham Hosni, (2003) dalam artikel, E. S. Munir,
(2008), menuliskan bahwa pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa
yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari,
dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah
Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK
yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
Jadi pembelajaran adaptif pada intinya adalah modifikasi aktivitias,
metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan
peluang kepada anak dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran
dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Prinsip utama dalam modifikasi
aktivitas adalah pe-nyesuaian aktivitas pembelaja-ran yang disesuaikan dengan
potensi siswa dalam melakukan aktivitias tersebut.
D. Pengembangan Kurikulum Adaptif di sekolah Inklusi
Sari Rudiyati, (…), menuliskan bagaimana pengembangan kurikulum adaptif
untuk siswa berkebutuhan pendidikaan khusus yang mengikuti pendidikan di
sekolah inklusif? Ada empat model kemungkinan pengembangan kurikulum
adaptif bagi siswa yang berkebutuhan pendidikan khusus yang mengikuti
pendidikan di sekolah inklusif, yakni: (1) Model duplikasi; (2) Model modifikasi;
(3) Model subtitusi, dan (4) model omisi.
1. Model Duplikasi
Duplikasi artinya salinan yang serupa benar dengan aslinya. Menyalin berarti
membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam kaitannya dengan model
kuriukulum, duplikasi berarti mengembangkan dan atau memberlakukan
kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus secara sama atau serupa
dengan kurikulum yang digunakan untuk siswa pada umumnya (reguler). Jadi
model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum, dimana siswa-
siswa berkebutuhan pendidikan khusus menggunakan kurikulum yang sama
seperti yang dipakai oleh anak-anak pada umumnya. Model duplikasi dapat
diterapkan pada empat kmponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses dan
evaluasi.
a. Duplikasi Tujuan
Duplikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang diberlakukan
kepada anak-anak pada umumnya/reguler juga diberlakukan kepada siswa
berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan demikian standar komptensi lulusan
(SKL) yang diberlakukan untuk siswa reguler juga diberlakukan untuk siswa
berkebutuhan pendidikan khusus, Demikian juga Kompetensi inti (KI),
kompetensi dasar (KD) dan juga indikator keberhasilannya
b. Duplikasi Isi atau materi
Duplikasi isi/materi berarti materi-materi pembelajaran yang diberlakukan
kepada siswa pada umumnya/reguler juga diberlakukan sama kepada siswa-siswa
berkebutuhan pendidikan khusus. Siswa berkebutuhan pendidikan khusus
memperoleh informasi, konsep, teori, materi, pokok bahasan atau sub-sub pokok
bahasan yang sama seperti yang disajikan kepada siswa-siswa pada umumnya/
reguler.
c. Duplikasi proses
Duplikasi proses berarti siswa berkebutuhan pendidikan khusus menjalani
kegiatan atau pengalaman belajar mengajar yang sama seperti yang diberlakukan
kepada siswa-siswa pada umumnya/reguler. Duplikasi proses bisa berarti
kesamaan dalam metode mengajar, lingkung -an/setting belajar, waktu belajar
penggunaan media belajar dan atau sumber belajar.
d. Duplikasi Evaluasi
Duplikasi evaluasi berarti siswa berkebutuhan pendidikan khusus
menjalani evaluasi atau penilaian yang sama seperti yang diberlakukan kepada
siswa-siswa pada umumnya/reguler. Duplikasi evaluasi bisa berarti kesamaan
dalam soal-soal ujian, kesamaan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau
kesamaan dalam tempat atau lingkungan dimana evaluasi dilaksanakan.
2. Model Modifikasi
Modifikasi berarti merubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan dengan
model kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus, maka model
modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang
diberlakukan bagi siswa-siswa reguler dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan dan kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan khusus.
Dengan demikian, siswa berkebutuhan pendidikan khusus menjalani
kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan mereka.
Modifikasi dapat diberlakukan pada empat komponen utama, yaitu tujuan, materi,
proses, dan evaluasi.
a. Modifikasi Tujuan
Modifikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam
kurikulum umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi siswa berkebutuhan
pendidikan khusus. Sebagai konsekuensi dari modifikasi tujuan siswa
berkebutuhan pendidikan khusus, maka akan memiliki rumusan kompetensi
sendiri yang berbeda dengan siswa-siswa reguler, baik berkaitan dengan standar
kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (SI, kompetensi dasar (KD) maupun
indikator -nya.
b. Modifikasi Materi
Modifikasi ini berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk
siswa reguler dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan demikian, siswa
berkebutuhan pendidikan khusus mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan
kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi materi bisa berkaitan dengan
keleluasan, kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi
yang diberikan kepada siswa reguler.
c. Modifikasi Proses
Modifikasi proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran
yang dijalani oleh siswa berkebutuhan pendidikan khusus dengan yang dialami
oleh siswa pada umumnya. Metode atau strategi pembelajaran umum yang
diberlakukan untuk siswa-siswa reguler tidak diterapkan untuk siswa
berkebutuhan pendidikan khusus. Jadi, mereka memperoleh strategi pembelajaran
khusus yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi
proses atau kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan metode
mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu belajar, media belajar serta sumber
belajar.
d. Modifikasi Evaluasi
Modifikasi evaluasi, berarti ada perubahan dalam sistem penilaian hasil
belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa
berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan kata lain siswa berkebutuhan
pendidikan khusus menjalani sistem evaluasi yang berbeda dengan siswa-siswa
lainnya. Perubahan tersebut bisa berkaitan dengan perubahan dalam soal-soal
ujian, perubahan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau tempat evaluasi.
Termasuk juga bagian dari modifikasi evaluasi adalah perubahan dalam kriteria
kelulusan, sistem kenaikan kelas, bentuk rapor, ijasah . Dll.
3. Model Omisi
Omisi berarti menghapus/menghilangka. Dalam kaitan dengan model
kurikulum, omisi berarti upaya untuk menghapus/menghilangkan sesuatu, baik
sebagian atau keseluruhan dari kurikulum umum, karena hal tersebut tidak
mungkin diberikaan kepada siswa berkebutuhan pendidikan khusus.
Dengan kata lain, omisi berarti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum
tetapi tidak disampaikan atau tidak diberikan kepada siswa berkebutuhan
pendidikan khusus, karena sifatnya terlalu sulit atau mampu dilakukan oleh siswa
berkebutuhan pendidikan khusus. Bedanya dengan substitusi adalah jika dalam
substitusi ada materi pengganti yang sebobot, sedangkan dalam model omisi tidak
ada materi pengganti.

4. Model Adaptasi
Dalam artikal. Toto Yulianto, (2012 : ..), berdasarkan grand
design pendidikan inklusi nasional yang telah disepakati di Palembang tanggal
27-30 November 2007 bahwa yang menjadi substansi implementasi pendidikan
inklusi adalah adaptasi. Adapun adaptasi itu meliputi kurikulum, pembelajaran,
media dan alat pembelajaran, bahan ajar, penilaian serta pelaporan hasil belajar.
Dalam makalah ini pembahasan adaptasi pembelajaran, media/ alat, bahan
ajar, penilaian dan hasil belajar akan dikemas dalam satu bahasan yaitu adaptasi
pembelajaran sehingga secara substansional yang amat diperlukan dalam adaptasi
pada pendidikan inklusi adalah adaptasi kurikulum dan adaptasi pembelajaran.

1. Adaptasi Kurikulum

1) ABK (anak berkebutuhan khusus) dengan kecerdasan rata-rata dapat


menggunakan kurikulum reguler.

2) ABK dengan kecerdasan di atas rata-rata (amat cerdas/ IQ ≥ 125) dapat


diikutkan program akselerasi.
3) ABK dengan kecerdasan di bawah rata-rata (IQ ≤ 90) dapat menggunakan
mengadaptasi kurikum reguler sesuai dengan karakteristik ABK.
4) Jenis ABK tertentu memerlukan program kurikulum plus yaitu program
kurikulum tambahan yang bersifat rehabilitatif-kompensatif dan tidak ada di
sekolah reguler.
5) ABK yang tidak mampu mengikuti alternatif a), b), c) di atas dapat digunakan
program pembelajaran individual (PPI) dimana kurikulum disusun atas dasar
karakteristik ABK secara individual.
2. Adaptasi Pembelajaran
Variabel penting dalam pembelajaran, adalah: a) kondisi pembelajaran, b)
metode pembelajaran, dan c) hasil pembelajaran.
1) Kondisi pembelajaran berkaitan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik
mata pelajaran, kendala, dan karakteristik peserta didik. Adaptasi yang dapat
dilakuan adalah sebagai berikut:
a) mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sama dengan
kurikulum baku (reguler maupun PLB) namun menurunkan indikator
(mengambil sebagian indikator).
b) Mengambil standar kompetensi yang sama dengan kurikulum reguler dan
merumuskan sendiri standar kompetensinya.

3. Adaptasi Materi Pelajaran

Tidak semua mata pelajaran dan atau materi pelajaran membutuhkan


adaptasi. Hanya mata pelajaran dan atau meteri pelajaran yang menimbulkan
kesulitan sebagai akibat langsung dari kelainannya yang membutuhkan adaptasi.
Sebagai contoh dapat disajikan hal-hal sebagai berikut :
· Anak tunagrahita, (antara lain lamban belajar) kesulitan yang amat menonjol
adalah fungsi kognisi dan bahkan bila tingkat ketunagrahitaannya berat juga
fungsi aspek lain mengalami kelainan. Sebagai contoh bila anak itu mengalami
lamban belajar bila dibanding dengan teman rata-rata lain dapat hal-hal sebagai
berikut:
a) Materi disajikan dalam bobot yang berbeda dengan teman rata-rata lain.
Sekalipun dalam satu tujuan pembelajaran yang sama atau dengan kata lain
penyederhanaan materi pelajaran sehingga sesuai dengan tingkat kemampuan
anak.
b) Materi disajikan dengan pendekatan konseptual, maksudnya sebelum anak
dituntut untuk menguasai pengertian secara abstrak harus didahului dengan
penanaman konsep secara kongkrit dan berulang-ulang.
c) Adaptasi materi pelajaran hanya dilakukan terhadap materi-materi yang
menimbulkan kesulitan anak.
·
Penerapan Kurikulum Adaptif Pada Sekolah Inklusif MI Ma’arif Keji,
Ungaran

Profil sekolah

Nama Sekolah : MI Ma'arif Keji

Alamat :Jl. Bima Sakti Raya Desa Keji, Kec. Ungaran Barat,
Kab. Semarang

Kepala Madrasah : Supriyono, S.Pd, M.Pd

MI Ma'arif Keji adalah sekolah Islam formal yang didirikan pada tahun
1973. Berada di daerah pedesaan di gunung Ungaran, Jawa Tengah, Indonesia.
99% dari siswanya beragama muslim dan mayoritas berasal dari masyarakat tidak
mampu. Mengalami masa sulit pada tahun 2003-2005, sekolah terdiri dari 6
ruang kelas, masing-masing 5x6 meter. Ada juga ruang guru berukuran 3x4 meter.
Kamar yang retak dan bangunan tua. Karena sekolah hanya memiliki 58 siswa,
masyarakat tidak tertarik untuk mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar di
MI Keji. Karena itu, sekolah hampir ditutup. Berbekal semangat perjuangan dan
doa dari semua guru, manajemen dan tokoh masyarakat untuk menjaga sekolah
Islam ini, sekolah berangsur-angsur membaik dan direnovasi menjadi lebih baik.
Indikator dari improvments dapat dilihat di sekolah yang baru direnovasi itu
sendiri, prestasi siswa, baik di bidang akademik dan non akademik. Pada tahun
2010, MI Keji memperoleh Akreditasi A dengan nilai 89 dari Badan Akreditasi
Nasional (BAN-S / M).
VISI
Formation of generations taqwa to Allah SWT, excellence in science, creativity
and culture
MISSI
Make an effective Islamic school based on humanity
MOTTO
Thinking Globally - Islamic Salafy Morality
Prinsip dan Pengembangan Kurikulum Adaptif

Dalam Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif, Kurikulum umum yang


diberlakukan untuk siswa reguler perlu dirubah atau dimodifikasi sesuai dengan
kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan khusus.
Penyesuaian kurikulum dengan kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan
khusus. Penyesuaian kurikulum tidak harus sama pada masing-masing komponen,
artinya jika komponen tujuan dan materi harus dimodifikasi, mungkin demikian
juga proses dan evaluasinya.

Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Materi
tertentu perlu dimodifikasi, tetapi mungkin tidak perlu untuk materi yang lain.
Proses modifikasi juga tidak sama untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran
tertentu mungkin perlu banyak modifikasi tetapi tidak demikian untuk mata
pelajaran yang lain. Proses modifikasi juga tidak sama pada masing-masing jenis
kelainan. Siswa berkebutuhan pendidikan khusus yang tidak mengalami hambatan
kecerdasan, misalnya: anak tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa, mungkin sedikit
membutuhkan modifikasi kurikulum. Sedang siswa yang mengalami hambatan
kecerdasan (anak tunagrahita) membutuhkan modifikasi hampir pada pada semua
komponen pembelajaran (tujuan, isi, proses dan evaluasi).

Pelaksanaan Inklusivitas MI Maarif Keji

Pendidikan inklusif di MI Maarif Keji Ungaran cukup terkategori sebagai


sekolah yang ideal dilihat dari indeks inklusi. MI Maarif Keji berdiri pada tahun
1973, dan sejak tahun 2009 sekolah ini menerapkan sistem pendidikan inklusif
meskipun masih dengan prasarana yang terbatas dan belum memiliki izin resmi
dari pemerintah hingga selang 2 tahun telah resmi mendapat predikat sebagai
sekolah inklusif. Sekolah ini sudah terbuka untuk menerima semua anak termasuk
anak yang memiliki kebutuhan khusus menetap dengan catatan mereka sudah
memenuhi syarat usia yang telah ditentukan. Disini semua anak berasal dari latar
belakang keluarga yang berbeda. Sekolah ini ada untuk memenuhi kebutuhan
akan pendidikan bagi semua anak di wilayah Kabupaten Semarang.
Sekolah ini menerapkan sistem kurikulum adaptif dengan tujuan agar anak
dapat mengikuti pelajaran di kelas. Selain terapi di ruangan, anak mendapat materi
pelajaran seperti biasa sehingga timbul rasa aman dan dapat diterima. Materi
pelajaran disesuaikan dengan kondisi setiap anak yang memerlukan perhatian
khusus. Dengan adanya Guru Pembimbing Khusus(GPK) yang terdapat di setiap
kelas agar anak mendapat perhatian lebih sehingg tidak tertinggal dengan anak
yang normal. Karena sekolah ini berlatarbelakang sekolah madrasah maka
penanaman mengenai normatif diutamakan. Di sekolah ini terdapat pelajaran
khusus anak diajarkan mengaji hingga menghafal ayat Al-Qur’an dengan guru
ngaji khusus.

Fasilitas

a) Ruang kelas dan ruang guru serta fasilitas di dalamnya sudah cukup
menunjang.
b) Fasilitas untuk siswa mengembangkan bakat sudah cukup memadai.
c) Terdapat Koperasi yang dijalanankan oleh murid
d) Ruang terapi bagi anak berkebutuhan khusus lengkap dengan prasarananya

Tenaga Kependidikan
a) Pendidik dan tenaga kependidikan telah memahami bagaimana pendidikan
inklusif dilakukan
b) Jumlah siswa yang cukup banyak tidak membuat para pendidik
menemukan hambatan-hambatan karena selain guru kelas terdapat pula
Guru Pembimbing Khusus (GPK)
c) Pendidik mengetahui acuan dalam penempatan setiap kelas. Begitupun
memahami kriteria ABK disetiap kelas.
d) Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, pendidik memperhatikan
peserta didiknya.
Peserta Didik
a) Setiap anak dapat belajar dan siapapun dapat mengalami hambatan dalam
belajar.
b) Setiap anak memerlukan dukungan untuk belajar.
c) Sekolah berpusat berpusat pada anak
BAB III

KESIMPULAN

Adapatsi kurikulum juga merupakan salah satu cara untuk pemenuhan hak
bagi ABK yang berada di sekolah inkulisi. Karena setiap individu memiliki
keterbatasan maka pembelajaranpun disesuaikan dengan keberadaan siswa. Untuk
memperlancar proses KBM nya maka diperlukan rencana untuk membuat
adapatasi kurikulum agar semua ABK dapat terlayani dengan baik.
Adaptasi dalam model pembelajaran inklusi saat proses merupakan cara
penyesuaian aktivitas belajar yang sesuai dengan kondisi siswa berkebutuhan
khusus. Penyesuaian tersebut dilakukan pada tahapan belajar perolehan, tahap
ulangan, tahap kecakapan, tahap mempertahankan, tahap perluasan, tahap
penyesuaian, dan tahap penyesuaian.
Setelah menyusun dan mengamati permasalahan makalah ini, penyusun
menyimpulkan bahwa inklusivitas di SDN Griya Bandung Indah cukup ideal.
Dimana dalam hal ini terlihat dari indeks inklusi yang dijadikan acuan kelompok
kami untuk menilai inklusivitas disekolah ini. Adapun perbedaan indeks inklusi
dianalisis berdasarkan atas dasar jumlah ABK, jumlah siswa keseluruhan di kelas,
jumlah guru, dan pengalaman guru mengikuti pelatihan penanganan ABK.

DAFTAR PUSTAKA

David J,Smith (2009), Inklusif (Sekolah Ramah Untuk Semua). Bandung :


NUANSA

Sari Rudiyati, (…). Pengembangan Kurikulum Adaptif di Sekolah Inklusif.


Diakses dari pada tanggal 01 April 2017 dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-sari-rudiyati-
mpd/kurikulum-adaptif-di-sekolah- inklusif.pdf
Sugiarmin, Mohamad (2007) “Mengelola Kelas Inklusif Dengan Pembelajaran
yang Ramah”.

Rudiyati,Sari(2015)”Pengembangan Kurikulum Adaptif di Sekolah Inklusif”

Anda mungkin juga menyukai