Anda di halaman 1dari 9

URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSI

Lutfi Isni Badiah


Prodi Pendidikan Khusus Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
lutfiisnibadiah@gmail.com

Abstrak

Tujuan layanan dasar bimbingan dan konseling adalah membantu seluruh siswa
mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupan, termasuk siswa dengan
berkebutuhan khusus (ABK). Pengajaran dalam layanan dasar bimbingan dan
konseling ini diawali sejak pengalaman pertama siswa siswa ABK masuk sekolah,
dengan materi yang diselaraskan dengan usia dan tahapan perkembangan siswa
ABK tersebut. Anak berkebutuhan khusus seringkali mendapatkan hambatan dan
kesulitan sebagai dampak dari keluarbiasaannya, yakni berupa hambatan
melakukan aktivitas sehari-hari dan pembatasan beraktivitas dari lingkungannya.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah dipancang sebagai salah
satu cara untuk membantu ABK menghadapi kesulitannya. Pendidikan inklusi
merupakan perwujudan upaya memberikan layanan pendidikan kepada ABK
secara integral dan manusiawi. Dalam pendidikan inklusi, layanan pendidikan dan
layanan bimbingan konseling untuk ABK disesuaikan dengan kebutuhan-
kebutuhan khusus anak secara individual dalam konteks pembersamaan secara
klasikal. Bimbingan dan konseling untuk ABK di sekolah inklusi diarahkan pada
pengembangan kepribadian dan keterampilan hidup bagi ABK sehingga mampu
berpartisipasi dalam masyarakat dan tidak menjadi beban di keluarga maupun
masyarakat.

Kata Kunci: bimbingan konseling, berkebutuhan khusus, inklusi.

A. Pendahuluan for All) di Thailand. Hasil dari


Pendidikan inklusif pada konferensi ini adalah (1) membawa
hakekatnya adalah bagaimana semua anak masuk sekolah, dan (2)
memahami segala kesulitan memberikan semua anak pendidikan
pendidikan yang dihadapi oleh siswa yang sesuai.
termasuk anak berkebutuhan khusus Dalam pendidikan inklusif,
(ABK). Tujuan umum dari layanan pendidikan disesuaikan
pendidikan inklusif adalah agar ABK dengan kebutuhan-kebutuhan khusus
dapat mengakses pendidikan secara anak secara individual (Purwanta,
luas dan leluasa. Pendidikan inklusif 2005). Sekolah tidak melihat dari
ini sendiri bukan merupakan hal baru segi ketidakmampuan dan kecacatan
di dunia pendidikan, sejak tahun ana, namun justru melihat pada
1990 telah diselenggarakan kebutuhan khusus anak. Namun
konferensi dunia mengenai hingga saat ini ABK masih seringkali
Pendidikan untuk Semua (Education

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 123
Universitas Ahmad Dahlan 2017
mendapat kesulitan dalam B. Pembahasan
kegiatannya di sekolah, diantaranya Dalam Peraturan Menteri
adalah kesulitan mengikuti Pendidikan Nasional/Permendiknas
kurikulum sekolah yang ada, tidak Nomor 70, Pasal 1 menyebutkan
mampu mengakses cara baca tulis Pendidikan inklusif adalah sistem
secara normal dan juga kesulitan penyelenggaraan pendidikan yang
mengakses lokasi sekolah. Untuk memberikan kesempatan kepada
mengatasi hal ini diperlukan semua peserta didik yang memiliki
modifikasi kurikulum, sarana dan kelainan dan memiliki potensi
prasarana, guru dan konselor di kecerdasan dan/atau bakat istimewa
sekolah serta komponen lain yang untuk mengikuti pendidikan atau
mendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan. Dengan adanya pendidikan secara bersama-sama
modifikasi di berbagai aspek, dengan peserta didik pada umumnya.
diharapkan mampu mengatasi setiap Sedangkan menurut Sapon-Shevin
hambatan yang dihadapi oleh anak dalam Budiyanto (2009), pendidikan
berkebutuhan khusus. inklusif adalah sistem layanan
Pemenuhan kebutuhan ABK pendidikan luar biasa (PLB) di yang
tentunya memerlukan perubahan dari mempersyaratkan agar semua ABK
berbagai aspek baik sistem dilayani di sekolah-sekolah terdekat
pendidikan, metode, maupun di kelas biasa bersama teman-teman
lingkungan. Tujuannya adalah agar seusianya. Untuk itu, Sapon-Shevin
ABK mampu menyesuaikan diri. menekankan adanya restrukturisasi
Dalam rangka mengoptimalkan di sekolah sehingga menjadi
pendidikan untuk ABK, selain peran komunitas yang mendukung
sekolah sebagai satuan pemenuhan kebutuhan khusus setiap
penyelenggara pendidikan, guru, anak, artinya kaya dalam sumber dan
masyarakat, dan orangtua, dan dukungan dari semua guru dan
peranan bimbingan dan konseling murid.
(BK) juga sangatlah membantu Dari uraian di atas, dapat
dalam pencapain suatu tujuan disimpulkan bahwa pendidikan
pendidikan. Bimbingan konseling inklusif ini memberikan kesempatan
dinilai mempunyai nilai positif dan bagi semua ABK yang tersebar di
banyak memberi sumbangsih dalam daerah-daerah untuk mendapatkan
membantu pencapaian tujuan pelayanan pendidikan yang sesuai
pembelajaran bagi ABK. Dengan dengan karakteristik dan
kata lain bimbingan konseling kebutuhannya dan belajar di kelas
memiliki peran membantu siswa, reguler yang sama dengan teman-
khususnya ABK mampu mencari teman sebayanya yang normal.
jalan keluar siswa yang mengalami Pelaksanaan pendidikan inklusi juga
kesulitan proses pembelajaran. melibatkan berbagai pihak seperti
kesiapan pihak sekolah, kesadaran

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 124
Universitas Ahmad Dahlan 2017
masyarakat sekitar dan kesiapan guru masing-masing individu ABK.
pembimbing khusus. Menurut Sunardi (2005), secara
Salah satu karakteristik umum tujuan bimbingan dan
terpenting dari sekolah inklusif konseling pada hakekatnya harus
adalah satu komunitas yang kohesif, merujuk, bermuara, bernuansa, dan
menerima dan responsif terhadap seirama dengan tujuan pendidikan
kebutuhan individual setiap murid. nasional. Secara khusus tujuan
Menurut Purwanta (2005), ada bimbingan dan konseling anak
beberapa karakteristik pendidikan berkebutuhan khusus harus
inklusi yang dapat dijadikan dasar merefleksikan kebutuhan khususnya,
layanan pendidikan bagi ABK membantu individu
diantaranya: memperkembangkan diri secara
1. Pendidikan inklusi berusaha optimal sesuai dengan tahap
menempatkan anak dalam perkembangan dan predisposisi yang
keterbatasan lingkungan dimilikinya (kemampuan, bakat,
seminimal mungkin. Sehingga minat, permasalahan, dan
mereka mampu berinteraksi kebutuhannya), serta sesuai dengan
dengan lingkungan dan latar belakang sosial budaya dan
masyarakat sekitar. tuntutan positif lingkungan. Tujuan
2. Pendidikan inklusi memandang bimbingan bagi ABK secara umum
anak bukan pada kecacatannya, meliputi:
tetap melihat ABK sebagai anak 1. Membantu peserta didik agar
yang memiliki kebutuhan khusus dapat melewati setiap masa
untuk memperoleh perlakuan transisi perkembangan dengan
yang optimal sesuai dengan baik.
kemampuan yang dimiliki anak. 2. Membantu peserta didik dalam
3. Pendidikan inklusi lebih mengatasi hambatan belajar dan
mementingkan pembauran hambatan perkembangan atau
bersama anak lain seusianya permasalahan-permasalahan yang
dalam sekolah reguler dihadapinya melalui pemenuhan
4. Pendidikan inklusi menuntut kebutuhan khususnya.
pembelajaran secara individual 3. Membantu menyiapkan
meski pembelajarannya perkembangan mental anak-anak
dilaksanakan secara klasikal. untuk masuk ke jenjang
Proses belajar lebih bersifat pendidikan yang lebih tinggi.
kebersamaan daripada 4. Membantu peserta didik dalam
persaingan. mencapai taraf kemandirian dan
Selain modifikasi dalam segi kebahagiaan hidup.
pembelajaran dan sarana prasarana Menurut Sunardi (2005),
sekolah, ABK juga memerlukan layanan bimbingan bagi ABK harus
layanan bimbingan konseling yang didasarkan pada prinsip-prinsip
juga berorientasi pada kebutuhan tertentu. Prinsip tersebut secara garis

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 125
Universitas Ahmad Dahlan 2017
besar berkenaan dengan 4 sasaran c. Program bimbingan disusun dari
adalah: jenjang pendidikan yang
1. Sasaran layanan bimbingan terendah sampai yang tertinggi.
a. Bimbingan ditujukan kepada d. Terhadap isi dan pelaksanaan
semua individu yang berkelainan program bimbingan perlu ada
tanpa memandang umur, suku, kegiatan penilaian yang teratur
agama, dan status social dan terarah.
ekonomi. 4. Pelaksanaan Layanan
b. Bimbingan berurusan dengan Bimbingan
pribadi berkelainan dan unik. a. Bimbingan harus diarahkan
c. Bimbingan memperhatikan untuk pengembangan individu
sepenuhnya tahap dan berbagai yang akhirnya mampu
aspek perkembangan individu membimbing diri sendiri dalam
yang berkelainan. menghadapi permasalahan.
d. Bimbingan memberikan b. Dalam proses bimbingan
perhatian utama kepada keputusan diambil oleh individu
perbedaan individu yang hendaknya atas kemauan
berkelainan yang menjadi pokok individu itu sendiri, bukan atas
layanannya. kemauan atau desakan
2. Permasalahan Individu pembimbing.
Permasalahan yang dihadapi c. Kerjasama antar pembimbing,
oleh individu adalah kompleks, guru, orang tua, dan tim ahli
sedapat mungkin dikecilkan sangat menentukan hasil
artinya (dieliminir) oleh pelayanan bimbingan.
karenanya dalam pelayanan d. Pengembangan program
bimbingan perlu melibatkan pelayanan bimbingan ditempuh
orang tua, sekolah, dan melalui pemanfaatan secara
masyarakat. maksimal hasil asesmen.
3. Program Layanan Bimbingan e. Hasil pelaksanaan bimbingan
a. Layanan bimbingan merupakan hendaknya ditindaklanjuti
bagian integral dari pendidikan dengan kegiatan evaluasi dan
dan pengembangan individu, tindak lanjut.
oleh karena itu program Menurut Purwanta (2005),
bimbingan harus disesuaikan bimbingan konseling untuk anak
dan dipadukan dengan program berkebutuhan khusus (ABK) yang
pendidikan serta pengembangan utama adalah menumbuhkan rasa
siswa. tanggung jawab dan mendorong
b. Program bimbingan harus adanya perubahan tingkah laku yang
fleksibel, disesuaikan dengan spesifik. Mu‘arifah, Barida, &
kebutuhan individu, masyarakat Supriyanto (2016), menyatakan
dan kondisi lembaga. bahwa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan bagi anak

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 126
Universitas Ahmad Dahlan 2017
berkebutuhan khusus adalah 2. Pendekatan behavior
kemampuan anak Dalam Menurut Suhaeri dan
memberikan layanan program Purwanta (1996) mengemukakan
bimbingan dan konseling bagi ABK, bahwa kelompok pendekatan ini
terdapat beberapa pendekatan yang biasa juga disebut terapi behavior
bisa diterapkan untuk membantu dan modifikasi tingkah laku
ABK. Suhaeri dan Purwanta (1996) (behavior modification). Krumboltz
mengemukakan bahwa layanan dalam Surya (2003) mengemukakan
bimbingan dan konseling ABK bisa bahwa dalam pendekatan behavioral
dilakukan melalui pendekatan terdapat empat metode yang dapat
individual dan pendekatan digunakan untuk bimbingan
kelompok, disesuaikan dengan konseling ABK, yaitu:
tujuan dan masalah yang sedang a. Operant learning
dihadapi, lebih lanjut dijelaskan Metode ini berfokus pada
sebagai berikut. penguatan yang dapat menghasilkan
1. Pendekatan individual dan perilaku yang diharapkan. Serta
kelompok; pemanfaatan situasi di luar siswa
Dalam pendekatan individual, ABK yang dapat memperkuat
konselor berfokus pada seorang klien perilaku yang dikehendaki.
saja. Pendekatan individual ini dapat Penguatan hendaknya sesuai
dilakukan jika: klien dalam keadaan kebutuhan siswa ABK.
krisis; ada permintaan untuk menjaga b. Unitative learning atau social
keberhasilan klien; untuk modelling
menafsirkan hasil tes mengenai Metode ini berfokus pada
konsep diri; klien merasa takut untuk perlunya konselor merancang
bicara; hubungan interpersonal klien perilaku adaptif yang dapat dijadikan
sangat tidak efektif; kesadaran klien model bagi siswa ABK, baik dalam
atas perasaan, motivasi, dan tingkah bentuk rekaman, program
lakunya sangat terbatas; masalahnya pengajaran, video, film, dan
berupa penyimpangan tingkah laku biografi. Model yang dipilih
seks; kebutuhan klien atas perhatian hendaknya subyek yang kompeten,
konselor sangat besar. aktraktif (menarik), dan berpengaruh.
Berbeda dengan pendekatan c. Cognitive learning
individual, dalam pendekatan Metode ini menekankan pada
kelompok, konselor menghadapi pentingnya aspek perubahan kognitif
beberapa konseli sekaligus dalam siswa ABK. Dalam pelaksanaannya
waktu yang sama. Fokus konselor dapat dilakukan melalui pengajaran
adalah para siswa, informasi yang secara verbal, kontrak antara
diberikan, dan cara memecahkan konselor dengan siswa ABK, dan
masalah yang berhubungan dengan bermain peran.
tugas perkembangan dan tugas d. Emotional learning
sosial.

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 127
Universitas Ahmad Dahlan 2017
Metode ini cocok diterapkan konselor harus mempunyai
bagi individu yang mengalami kompetensi yang diperlukan untuk
kecemasan yang berlebihan. memberikan bantuan pada ABK.
3. Pendekatan reality Konselor dituntut untuk selalu
Pendekatan ini berfokus meningkatkan kompetensi yang
untuk membantu siswa ABK agar dimilikinya sebagai wujud
mempunyai emosi yang kuat dan profesionalitas seorang konselor.
rasional. Menurut Suhaeri dan Kompetensi dalam bahasa Indonesia
Purwanta (1996), konselor yang merupakan kata serapan dari bahasa
menggunakan pendekatan ini, Inggris yaitu competence yang
berperan untuk aktif berbicara berarti kecakapan dan kemampuan.
mengenai tingkah laku siswa ABK, Menurut Echols dan Shadily
mengarahkan perhatian siswa ABK (Musfah, 2011) bahwa kompetensi
tentang tingkah lakunya, mendorong adalah ―kumpulan pengetahuan,
memberikan penilaian atas tingkah perilaku dan keterampilan yang
lakunya, mendorong menemukan harus dimiliki konselor untuk
alternative, dan membantu mencapai tujuan pembelajaran dan
mengadakan perubahan tingkah laku pendidikan‖.
siswa ABK. Murdjito, dkk (2012),
Menurut Awwad (2015), mendefinisikan kompetensi sebagai
dalam pendidikan khusus, konselor pengetahuan, keterampilan, dan
telah mengetahui bahwa siswanya nilai-nilai dasar yang direfleksikan
mempunyai kekurangan, namun dalam kebiasaan berfikir dan
harus percaya bahwa siswa juga bertindak. Kompetensi konselor
mempunyai potensi yang masih merupakan kemampuan seseorang
dapat dikembangkan. Sehingga konselor dalam melaksanakan
konselor diharapkan dapat kewajiban-kewajiban secara
menciptakan lingkungan ideal yang bertanggung jawab dan layak.
memungkinkan siswa ABK Menurut Furqon dalam Murad
berkembang dengan maksimal. (2003), kompetensi yang harus
Lingkungan ideal ialah lingkungan dimiliki seorang konselor minimal
yang penuh kehangatan, sikap ada tiga sudut kajian, yaitu:
menerima kenyataan dan a. kompetensi pribadi (personal
memberikan kesempatan yang competencies)
seluas-luasnya kepada siswa untuk Kompetensi pribadi merujuk pada
melakukan eksplorasi terhadap diri kualitas pribadi konselor yang
dan lingkungan. berkenaan dengan kemampuan
Menurut Purwanta (2005), untuk membangun hubungan baik
dalam membantu ABK di sekolah secara sehat, etos kerja, komitmen
inklusi, konselor diharapkan untuk profesional, landasan etik dan
lebih bersikap profesional. Definisi moral dalam berperilaku,
bersikap profesional ini adalah dorongan dan semangat

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 128
Universitas Ahmad Dahlan 2017
untukmengembangkan diri, serta Sejalan dengan pendapat
kemampuan untuk melakukan Hermanto (2010), dalam
problem solving mendampingi siswa ABK, konselor
b. kompetensi inti (core di sekolah inklusi diharapkan
competencies) memiliki beberapa kompetensi yaitu:
Kompetensi inti merupakan a. Kompetensi melaksanakan
kemampuan langsung untuk penerimaan siswa baru yang
mengelola dan menyelenggarakan mengakomodasi semua anak,
pelayanan bimbingan mulai b. Kompetensi melaksanakan
dengan penguasaan landasan kurikulum yang fleksibel dan
konsep dan teori bimbingan dan akomodatif,
konseling, menyelenggarakan c. Kompetensi merancang bahan
berbagai macam layanan ajar, KBM dan menata kelas yang
bimbingan dalam berbagai setting ramah anak,
dan kemampuan manajerial. d. Kompetensi pengadaan
c. kompetensi pendukung pemanfaatan media adaptif, dan
(supporting competencies) melaksanakan evaluasi
Kompetensi pendukung pembelajaran dalam setting
merupakan kemampuan tambahan pendidikan inklusi.
yang diharapkan dapat
memperkuat atau memperkokoh C. Penutup
daya adaptasi konselor. Hasil pembahasan
Berdasarkan tiga kompetensi menunjukan pentingnya bimbingan
tersebut, minimal dapat konseling bagi ABK dan
dikembangkan dalam 9 aspek kinerja pengembangan kompetensi konselor
profesional konselor, yaitu: sebagai pendamping siswa ABK di
a. hubungan antar pribadi; sekolah. Pendidikan inklusi tidak
b. etos kerja dan komitmen memandang kecacatan dan
profesional; ketidakmampuan siswa ABK, namun
c. etika dan moral dalam justru fokus pada bagaimana
berperilaku; memenuhi kebutuhannya.
d. dorongan dan upaya Untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan diri; siswa ABK di sekolah inklusi, perlu
e. kemampuan pemecahan masalah dukungan dari berbagai pihak,
dan penyesuaian diri; diantaranya guru, keluarga,
f. upaya pemberian bantuan kepada masyarakat dan sekolah sebagai
siswa; satuan penyelenggara pendidikan.
g. manajemen bimbingan dan Pemberian layanan bimbingan dan
konseling di sekolah; konseling untuk siswa ABK
h. instrumentasi bimbingan; dan merupakan salah satu cara
i. penyelenggaraan layanan mengoptimalkan pendidikannya.
bimbingan. Tujuan umum dari bimbingan

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 129
Universitas Ahmad Dahlan 2017
konseling bagi ABK ini meliputi: Hermanto, S.P. 2010. Kemampuan
(1) membantu siswa ABK agar Guru Dalam Melakukan
mampu melewati tiap-tiap masa Identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus di
transisi perkembangan dengan baik,
Sekolah Dasar
(2) membantu siswa ABK mengatasi Penyelenggara Pendidikan
hambatan belajar dan hambatan Inklusi.
perkembangan atau permasalahan- http://staff.uny.ac.id/sites/def
permasalahan yang dihadapi dengan ault/files/penelitian/Hermanto
cara memenuhi kebutuhan ,%20S.Pd.,M.Pd./INKLUSI-
khususnya, (3) membantu DINAMIKA.pdf
menyiapkan perkembangan mental Murad, Abduk, 2003. ―Profil
ABK untuk masuk pada jenjang Konselor Standart‖
pendidikan yang lebih tinggi, serta (makalah) Konvensi Nasional
(4) membantu siswa ABK mencapai XIII Bimbingan dan
taraf kemandirian dan kebahagiaan Konseling tanggal 8 – 10
Desember 2003 di Bandung
hidup di masyarakat.
Konselor juga diharapkan Muarifah, A., Si, M., Muya Barida,
untuk selalu meningkatkan M. P., & Agus Supriyanto,
kompetensinya dalam melayani M. P. (2016, October). The
siswa ABK. Kompetensi yang harus Effort Of Early Detection For
Special Need Children In
dikuasai minimal ada 3 sudut kajian, Preparing Education For
yaitu: (1) kompetensi pribadi, (2) Children. In Proceeding 1 st
kompetensi inti, dan (3) kompetensi Semarang State University
pendukung. Dalam rangka International Conference on
mengoptimalkan pendidikan siswa Counseling and Educational
ABK di setting pendidikan inklusi, Psychology (SICCEP) (Vol.
1, No. 1, pp. 32-39).
maka standar kompetensi tersebut di
Department of Guidance and
atas seyogyanya lebih dikuasai oleh Counseling, Faculty of
konselor. Selain itu tambahan Education, Universitas
kompetensi yang berkaitan dengan Negeri Semarang.
pemahaman perilaku individu dalam
Murdjito. 2012. Pendidikan Inklusif.
konteks kebersamaan antara
Jakarta: Baduose Media
ABK dengan anak normal Jakarta.
merupakan tuntutan yang tidak dapat
dipungkiri. Murdjito, dkk. 2002. Pendidikan
Inklusif. Jakarta: Baduose
Media Jakarta.
Daftar Pustaka
Awwad, Muhammad. 2015. Urgensi Purwanta, E. 2005. Kompetensi
Layanan Bimbingan dan Konselor dalam Menghadapi
Konseling Bagi Anak Pendidikan Inklusi. Makalah
Berkebutuhan Khusus. Jurnal disampaikan pada Konvensi
Al Tazkiah, Volume 7 No 1 Nasional XIV dan Kongres X
Juni 2015 Asosiasi Bimbingan

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 130
Universitas Ahmad Dahlan 2017
Konseling Indonesia di
Semarang Tanggal 13 – 16
April 2005
Suhaeri dan Purwanta. 1996.
Bimbingan Konseling Anak
Luar Biasa. Depdikbud RI:
Jakarta
Sunardi. 2005. Pedoman
Pelaksanaan BP di SLB.
Bandung; Pendidikan Luar
Biasa Fakutas Ilmu
Pendidikan Universitas Ilmu
Pendidikan

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 131
Universitas Ahmad Dahlan 2017

Anda mungkin juga menyukai