Anda di halaman 1dari 90

METODE PEMBIMBING DALAM MENINGKATKAN

KEPERCAYAAN DIRI ANAK TUNA DAKSA DI SLB


PROF DR SRI SOEDEWI MASCJHUN SOFWAN SH
TELANAI PURA KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(S1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluah Islam
Fakultas Dakwah

Oleh

GUNAWAN
NIM: UB 131172

PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
i
ii
iii
MOTTO

َ َ‫ٱّللََ َو ۡليَقُىلُىاَْقَ ۡى ٗٗل‬


َ٩َ‫سدِيدًا‬ ََّ َْ‫علَ ۡي ِه ۡمَفَ ۡليَتَّقُىا‬ ِ ‫َم ۡنَخ َۡل ِف ِه ۡمَذُ ِ ّزي َّٗة‬
َ َْ‫َض َٰعَفًاَخَافُىا‬ ََ ‫َو ۡليَ ۡخ‬
ِ ْ‫شَٱلَّرِينَََلَ ۡىَت ََس ُكىا‬

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”. (QS. An- Nisa: 9).1

1
Tim Penterjemah dan Penafsir al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1981), 71.

iv
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh siswa tuna daksa yang berbeda dari
kebanyakan siswa pada umumnya. Siswa tuna daksa adalah para siswa yang
mempunyai gangguan fisik atau cacat tubuh. Masalah utama dalam penelitian ini
adalah bagaimana metode pembimbing dalam meningkatkan kepercayaan diri
anak tuna daksa di SLB Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura
Kota Jambi.
Pendekatan Penelitian yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Verifikasi keterpercayaan hasil penelitian diperoleh
dengan teknik triangulasi guna memenuhi kriteria kredibilitas, keteralihan,
ketergantungan dan obyektifitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) metode
pembimbing dalam meningkatkan kepercayaan diri anak tuna daksa di Sekolah
Luar Biasa (SLB). Metode tersebut adalah: Ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan,
dan konseling dari psikolog. Faktor pendukung dari metode ini adalah pemberian
perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan suasana lingkungan yang terbaik bagi
anak tuna daksa. Sementara faktor penghambat adalah: a. Kurangnya kepercayaan
diri penyandang tuna daksa tersebut; b. Penilaian negatif lingkungan; dan c.
Kurangnya dukungan dari orang tua. Dengan hasil penelitian ini diharapkan anak
tuna daksa bisa diatasi sejak dini dan dapat tumbuh sebagaimana anak normal
lainnya.
This research is motivated by disabled students who are different from
most students in general. Students who are physically disabled are students who
have physical or physical disabilities. The main problem in this research is how
the guiding method in increasing self confidence in disabled children in SLB Prof.
Dr. Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura Jambi City.
The research approach used is descriptive qualitative. Data collection is
done by observation, interview and documentation techniques. Data analysis
techniques are done by data reduction, data presentation and conclusion drawing.
Reliability verification of research results is obtained by triangulation techniques
to meet the criteria of credibility, transferability, dependence and objectivity.
The results of this study indicate that there are 3 (three) guiding methods
in increasing the confidence of disabled children in Special Schools (SLB). These
methods are: Extracurricular, religious activities, and counseling from a
psychologist. Supporting factors of this method are giving attention, affection,
guidance, and the best environmental atmosphere for disabled children. While the
inhibiting factors are: a. The lack of confidence in the disabled person; b.
Negative environmental assessment; and c. Lack of support from parents. With
the results of this study it is expected that disabled children can be overcome early
and can grow as other normal children.

v
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini kepada:

Ibundaku Hj. Nurhayati

Ayahku Rahmadi dan Iskandar

Serta teman-teman seperjuangan

vi
KATA PENGANTAR

Ahamdulillahi robbil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena
atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis Skripsi ini dapat
diselesaikan dengan judul: “Metode Pembimbing Dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun
Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi” dan kemudian sholawat serta salam semoga
tetap terlimpah kepada nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia
kejalan yang benar jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penelitian dan penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Prodi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Dalam penyelesaian Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil. Pada
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. BapakDr. H. S. Sagaf, MA dan Dani Sartika, S.Ag. M.Si selaku Pembimbing I
dan II yang telah membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Sya’roni, S.Ag.,M.Pd selaku ketua jurusan BPI (Bimbingan Penyuluhan
Islam) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
3. Bapak, Syamsu, M.Pd.I., P.hD Selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, M.Hum Selaku wakil Dekan I Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. Bapak Dr.H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
6. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi As’ari, M.A. Ph.D selaku Wakil Rektor I, Bapak
Dr. H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor II, Ibu Dr. Fadhila Jamil, M.Pd
selaku Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
7. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
8. Bapak Kabag TU dan Karyawan Fakultas Dakwah dan Bapak Karyawan/I
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Bapak dan Ibu Guru di SLB yang telah membantu dalam terselesaikannya
skripsi ini.

vii
viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


NOTA DINAS ............................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................. iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
TRANSLITERASI ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................ 5
C. Batasan Masalah.................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 6
E. Kerangka Teori ..................................................................... 7
F. Metode Penelitian.................................................................. 11
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................... 16
H. Studi Relevan ....................................................................... 17
BAB II PROFIL SLB PROF. DR. SRI SOEDEWI MASJCHUN
SOFWAN, SH
A. Historis dan Letak Geografis ................................................ 19
B. Struktur Organisasi................................................................ 20
C. Keadaan Tenaga Pengajar ..................................................... 23
D. Keadaan Sarana dan Prasarana.............................................. 28
BAB III METODE MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI
ANAK TUNA DAKSA
A. Metode Penanganan Anak Tuda Daksa ................................ 33
B. Layanan bimbingan Anak Tuda Daksa ................................. 35
C. Teknik yang digunakan Guru ................................................ 40
BAB IV ANALISIS METODE PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN
DIRI ANAK TUNA DAKSA DISEKOLAH LUAR BIASA SLB
SRI SOESUDEWI
A. Analisis Metode Pengembangan Kepercayaan Diri Anak
Tuna Daksa di Sekolah Luar Biasa SLB ............................... 46
B. Faktor Penghambat dan Pendukung Analisis Metode
Pengembangan Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di
Sekolah Luar Biasa SLB ...................................................... 59
C. Impementasi Pembimbing dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLB Sri Soedewi .... 64

ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran-saran ............................................................................ 66
C. Kata Penutup .......................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

x
xi
xii
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini dalam masyarakat yang penuh persaingan, sukses tidak
dapat diraih begitu saja. Keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam
kehidupannya, baik dibidang bisnis maupun kemasyarakatan banyak sekali
2
dipengaruhi oleh sikap dan sifat-sifat kepribadiannya. Banyak sifat
pendukung kemajuan harus dibina sejak kecil. Salah satu diantaranya ialah
kepercayaan diri (Self Confidence), karena kegagalan bisa saja terjadi
dikarenakan kurangnya rasa percaya diri. Kepercayaan diri adalah salah satu
aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Tanpa adanya kepercayaan
diri maka banyak masalah pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan
atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat. Dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu
mengaktualisasikan segala potensi dirinya. Kepercayaan diri diperlukan baik
oleh seorang anak maupun orang tua, secara individual maupun kelompok.3
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap
kemampuan pada diri sendiri dengan menerima secara apa adanya yang dibentuk dan
dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya.
Sesuai dengan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an SurahAli-Imran Ayat 139 :

ْ‫ََتِنُو َاوَلْ َوَلْ ََتْ َزنُوا َوأَنْ تُ ُمْ ْاْلَعْ لَ ْو َنْ إِنْ ُم ْؤ ِم نِينَ ُك نْ تُ ْم‬
Artinya :
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Ali
Imran: 139)
Ayat-ayat di atas dapat dikategorikan sebagai ayat yang berbicara tentang
persoalan percaya diri karena berkaitan dengan sifat dan sikap seorang mukmin yang
memiliki nilai positif terhadap dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat

2
Peter Lauster, Tes Kepribadian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005) , 5.
3
Nur Ghufron & Rini Risnawita S. Teori-teori Psikologi(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), 33.

1
2

Secara umum, perkembangan manusia dapat dibedakan dalam aspek


psikologis dan fisik. Aspek fisik merupakan potensi yang berkembang dan
harus dikembangkan oleh individu. 4 Tidak dapat dipungkiri bahwa fungsi
motorik dalam kehidupan manusia sangat penting, terutama jika seseorang
ingin mengadakan kontak dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam sekitarnya. Maka peranan motorik sebagai sarana
yang dapat mengantarkan seseoranguntuk melakukan aktifitas mempunyai
posisi sangat strategis, disamping kesertaan indra yang lain. Oleh karena itu,
dengan terganggunya fungsi motorik sebagai akibat dari penyakit, kecelakaan
atau bawaan sejak lahir, akan berpengaruh terhadap keharmonisan indra yang
lain dan pada gilirannya akan berpengaruh pada fungsi bawaannya. Karena
fungsi motorik juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan gerak fisik
manusia. Gangguan fisik atau cacat tubuh mempunyai pengertian yang luas
dimana secara umum dikatakan ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk
menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Dalam hal ini yang
termasuk gangguan fisik adalah anak-anak yang lahir dengan cacat fisik
bawaan seperti anggota tubuh yang tidak lengkap, anak yang kehilangan
anggota badan karena amputasi, anak dengan gangguan neuro muscular seperti
cerebral palsy, anak dengan gangguan sensomotorik (alat pengindraan) dan
anak-anak yang menderita penyakit kronis.5
Anak dengan gangguan fisiktersebut dikatakan sebagai anak tuna
daksa. Tuna Daksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-musculardan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk cerebral palsy, amputasi, polio
dan lumpuh. 6 Anak penyandang tuna daksa cenderung merasa malu, rendah
diri (minder) dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan, tertutup dan
mengalami kekecewaan hidup. Adanya cacat tubuh, gangguan pada indera,

4
T. Sutjihati Somantri,Psikologi Anak Luar Biasa(Bandung: PT.Refika Aditama, 2006),
126.
5
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus jilid kedua
(Jakarta: Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi UI, 2011), 24.
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus, diakses tanggal 24 Oktober
2017, pkl.20:17
3

adanya penyakit yang mengganggu kelancaran belajar secara periodik


menjadikan salah satu faktor anak mengalami kesukaran belajar dan minimnya
kepercayaan diri pada dirinya.
Keterbatasan kemampuan anak tuna daksa seringkali menyebabkan
mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat yang mempunyai prestasi yang
jauh di luar jangkauannya. 7 Dengan demikian peran orang disekitarnya sangat
penting untuk memberikan motivasi serta bantuan untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dialami anak tersebut. Mulai dari kedua
orang tua, peran orang tua sangat penting ketika mempunyai anak yang
memiliki kekurangan-kekurangan seperti penyandang tuna daksa, karena
segala aspek tentang hubungan orang tua dan anak mempengaruhi kemudahan
anak dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.
Kemudian peran orang yang ada di lingkungan sekolah seperti teman dan guru,
serta pihak dari sekolahan yang lainnya.8
Dari pernyataan di atas berbeda dengan anak tuna daksa yang berada di
Sekolah Luar Biasa (SLB) Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, SH, Siswa-
siswi tuna daksa yang memilki keterbatasan tertentu dan memiliki kepercayaan
diri yang cukup baik hal ini terjadi berawal dari orang tua anak penyandang
tuna daksa yang memiliki keinginan supaya anaknya dapat beraktivitas seperti
orang normal pada umumnya, maka cara yang ditempuh orang tua antara lain
adalah memasukkan anak-anaknya ke sekolahan yang mampu membantu dan
memberikan pengajaran pada anak tersebut. Seperti halnya Sekolah Luar Biasa
(SLB) untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki metode pengajaran dan
metode-metode yang dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri anak
penyandang tuna daksa tersebut.
Menurut Frieda Mangungsong dalam buku Psikologi dan Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus berpendpat bahwa Hallahan dan
Kauffmanmengatakan anak-anak dengan kekurangan fisik atau gangguan
kesehatanlainnya adalah mereka yang keterbatasan fisik atau masalah

7
Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,132.
8
Irina V. Sokolova dkk, Kepribadian Anak(Jogjakarta: Katahati, 2008), 15.
4

kesehatannyamengganggu kegiatan belajar atau sekolah sehingga


membutuhkanpelayanan, pelatihan, peralatan, material atau fasilitas-fasilitas
9
khusus. Tingkat gangguan pada penyandang tuna daksa adalah
memilikiketerbatasan dalam melakukan aktivitas fisik, tetapi masih
dapatditingkatkan melalui terapi dan memberikan pembelajaran-
pembelajaranyang lainnya dengan tujuan untuk melatih dan mengembangkan
potensiyang dimiliki penyandang tuna daksa.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat
istimewa sehingga perlu mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dan hak asasinya (diambil dari Permendiknas No. 70 Tahun
2009, Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan
dan memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa). 10
Negara juga menjamin setiap warga negaranya baik yang normal
maupun cacat (fisik dan mental) mempunyai hak yang sama untuk
mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Hal ini tercantum jelas dalam UUD
1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi” setiap warga Negara berhak mendapatkan
pengajaran”.11
Bahkan sebagai perwujudan dari persamaan hak tersebut, pemerintah
telah menyediakan berbagai sarana pendidikan, termasuk di dalamnya Sekolah
Luar Biasa (SLB) dan juga tempat rehabilitasi bagi para penyandang cacat. Hal
ini sebagaimana tercantum dalam UUD No 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional pada pasal 8 ayat 1 yang menyatakan “Bahwa Warga
Negara yang memiliki kelainan fisik atau mental berhak memperoleh
pendidikan Luar Biasa”.12
Dengan demikian penyandang tuna daksa juga memiliki hak seperti
orang normal pada umumnya yang mampu beraktivitas tanpa ada sesuatu yang

9
Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus jilid kedua (Jakarta:
Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi UI, 2011), 25.
10
Adelina Anastasia A., Pola Asuh Orang tua kepada Anak, (Semarang: Saraswati
Center, 2013) , h.13.
11
UUD 45 (Jakarta : BP 7 Pusat, 1990), hlm. 19.
12
UU No 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : PT Intan Pariwara), hal. 10.
5

menghalangi dan membatasi kegiatan yang ingin dilakukannya. Di Sekolah


Luar Biasa (SLB ) Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, SHyangmayoritas
siswa-siswinya adalah anak penyandang tuna grahita akan tetapi bagi siswa-
siswi penyandang tuna daksa juga memiliki pelayanan pendidikan yang sama
meskipun ada beberapa metode pengajaran yang dibedakan. Dengan
permasalahan-permasalahan yang sering dihadapipenyandang tuna daksa
adalah kurangnya rasa kepercayaan diri dalam dirinya, karena anak akan
melihat keadaan tubuhnya tidak normal, seperti anak-anak yang lain. Untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak tuna daksa tersebut di masing-masing
sekolah tentunya memiliki metode pengajaran yang berbeda.
Sekolah Luar Biasa (SLB) Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan,
SHadalah sekolah tingkat SD, SMP dan SMA untuk anak berkebutuhan
khusus, seperti anak penyandang tuna grahita dan tuna daksa, dll. Sekolah Luar
Biasa (SLB) Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, SH memiliki beberapa
metode untuk mengembangkan dan meningkatkan rasa percaya diri pada anak
didiknya. Metode-metode yang diberikan tentunya mempunyai beberapa tujuan
diantaranya adalah supaya anak dapat mengembangkan kreativitas yang
dimiliki dan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya secara baik seperti
orang normal pada umumnya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian terhadap “Metode Pembimbing dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri
Soedewi Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
diteliti: Bagaimana Metode Pembimbing Dalam Meningkatkan Kepercayaan
Diri Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, SH
Telanaipura Kota Jambi.
1. Metode Apakah yang di gunakan Pembimbing Dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun
Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi.
6

2. Apakah Faktor-Faktor Penghambat dan pendukung Pembimbing Dalam


Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri
Soedewi Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi.
3. Bagaimana implementasi Pembimbing Dalam Meningkatkan Kepercayaan
Diri Anak Tuna Daksa di SLBProf Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan,
SHTelanaipura Kota Jambi.
C. Batasan Masalah
Melihat pada permasalahan yang ingin dibahas, maka penulis
memberikan batasan masalah agar tidak terjadi kerancuan dalam
pembahasannya. Adapun batasannya hanya membahas pada tingkat SMA di
SLBProf DrSri Soedewi Mascjhun Sofwan, SHTelanapura Kota Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini, secara umum diusahakan untuk mencapai dan
mengetahui bagaimana Metode Pembimbing dalam
MeningkatkanKepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLBProf Dr Sri
Soedewi Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi. Lebih khusus
penelitian ini ditujukan pula untuk:
a. Mengetahui MetodePembimbing Dalam Meningkat Kepercayaan Diri
Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, SH
Telanaipura Kota Jambi.
b. Mengetahui Bentuk-Bentuk Metode Pembimbing Dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri Soedewi
Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi.
c. Apa Yang Menjadi Faktor Penghambat Pembimbing Dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri
Soedewi Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Secara umum kegunaan penelitian ini dapat menambah wawasan
keilmuan, dan disamping itu memiliki kegunaan-kegunaan seperti:
7

a. Baik penulis maupun pembaca dapat mengetahui bagaimana metode


pembimbing dalam meningkatkan kepercayaan diri anak tuna daksa di
SLB Prof DrSri Soedewi Mascjhun Sofwan, SHTelanaipura Kota Jambi.
b. Penulisan ini dapat menjadi bahan bacaan untuk masyarakat umum, guru,
dan lain sebagainya.
c. Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan melalui berbagai macam
proses akan menjadikan suatu pengalaman serta penambahan wawasan
bagi peneliti
E. Kerangka teori
1. Pengertian Metode
Metode yang diberikan oleh beberapa ahli diantaranya: Pengertian
metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah “thariqah” yang berarti
langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Dalam filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang
13
dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan secara
terminologi (istilah) Prof. Dr. H. Ramayulis dalam bukunya “Ilmu
Pendidikan Islam” mengemukakan beberapa definisi tentang metode yang
diberikan oleh beberapa ahli diantaranya.
a. Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan
b. Abd. Al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-
cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
c. Al-Abrasy mendefinisikan pula bahwa metode adalah jalan yang kita
ikuti untuk memberikan pengertian kepada murid-murid tentang segala
macam metode dalam berbagai pelajaran.14
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
metode adalah jalan atau cara yang harus dimiliki dan dipergunakan oleh
seorang pendidik dalam menyampaikan pendidikan dan pengajaran kepada
peserta didik agar tujuan pendidikan bisa tercapai.

13
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia. 2004). Cet. Ke-4, 155.
14
Ibid., 155.
8

2. Pembimbing
Menurut kamus bahasa Indonesia pembimbing adalah orang yang
membimbing atau menuntun. 15 Bimbingan merupakan terjemahan dari
“guidance” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah “guidance” dari akar kata
“guide”berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3)
mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to sterr). Banyak pengertian
bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut.
Sunaryo Kartadinata mengartikan bimbingan sebagai “proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.”Sementara
Rochman Natawidjaja mengartikan “Bimbingan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.” 16 Bimbingan adalah bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu
untuk menghindari kesulitan-kesulitan didalamkehidupannya sehingga
individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahtraannya. 17
3. Kepercayaan Diri
Menurut Nur Ghufron dalam bukuTeori-Teori Psikologimengatakan
bahwa terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian kepercayaan diri
diantaranya yaitu Laustermendefinisikan kepercayaan diriyakni kepercayaan
diridiperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah
satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri
seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak
sesuaikehendak, gembira, optimis, cukup toleransi dan bertanggung
jawab.Kemudian Laustermenambahkan bahwa kepercayaan diri
berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik. Anthony

15
Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 152.
16
Syamsu Yusuf. L.N dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 5-6.
17
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling(Studi & Karier), (CV. Andi Offset, 2004), 7.
9

berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri pada


seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan
kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai
kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.
Sedangkan Kumaramenyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan ciri
kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan diri
sendiri.18
Kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai
diri maupun objek sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai
keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan kemampuannya.Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada
diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat
keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab,
rasional dan realistis. 19 Kepercayaan diri merupakan suatukeyakinan dan
sikap seseorang terhadap kemampuan pada diri sendiri dengan menerima
secara apa adanya yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar
dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya.20
4. Anak Tuna Daksa
Menurut Sutjihati Somantridalam buku Psikologi Anak Luar
Biasamengatakan bahwa tuna daksa berarti suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot
dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak
lahir. Tunadaksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang
menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan
pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk
mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.21

18
Ghufron &Risnawita S. Teori-teori Psikologi, 34.
19
Ibid., 35.
20
Chibita Wiranegara, Dahsyatnya Percaya Diri (Yogyakarta: PT. Buku Kita, 2010), 3.
21
Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 121.
10

Gangguan fisik atau cacat tubuh mempunyai arti yang luas dimana
secara umum dikatakanbahwa cacattubuhatau tuna daksa adalah anak yang
memiliki kelainan, cacat tubuh atau gangguan kesehatan. Penyebab
tunadaksa, misalnya karena terjadi infeksi penyakit, kelainan kandungan,
kandungan radiasi, saat mengandung ibu mengalami trauma, proses
kelahiran terlalu lama, proses kelahiran dengan pemakaian anestesi berlebih,
infeksi penyakit, dan Ataxia.22
Sedangkan menurut Frieda Mangunsong, dalam bukunya yang
berjudul Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus mengatakan
bahwa cacat fisisk adalahketidakmampuan tubuh secara fisik untuk
menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal.Dalam hal iniyang
termasuk gangguan fisik adalah anak-anak yang lahir dengan cacat fisik
bawaan seperti anggota tubuh yang tidak lengkap, anak yang kehilangan
anggota badan karena amputasi, anak dengan gangguan neuro muscular
seperti cerebral palsy, anak dengan gangguan senso motorik dan anak-anak
yang menderita penyakit kronis.23
Menurut Mumpuniarti pengertian tuna daksa yakni yang terjadi pada
anggota tubuh yang sehingga orang tersebut memerlukan layanan, peralatan,
serta program latihan yang spesifik. Meskipun memiliki keterbatasan fisik,
anak tersebut berhak memperoleh pendidikan seperti anak normal lainnya. 24
Menurut Hallahan, Kauffan dan Pullen mengatakan tunadaksa
adalah Chiliddren with physical disabilities or other health impairments are
those whose phisical limitations or health problems interfere with school
attendance or learning to such an extent that special services, taining,
25
equipment, materials,or facilities are require. Pendapat tersebut
menjelaskan bahwa anak yang memiliki kelainan fisik ataugangguan

22
http://slb-kbatam.org/index.php?pilih=hal&id=76 diakses 23-Oktober-2017, pukul
08.30 WIB
23
Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, 24-25.
24
Mumpuniarti, Pendidikan Anak Tuna Daksa (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar
Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2001), 32
25
Kauffan Hallahandan Pullen, Exceptional Learners (An Introduction to Education.
USA: Pearson.2009), 495.
11

kesehatan lainnyan adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau


masalah kesehatan yang mengganggu sekolah atau belajarnya sehingga
perlu adanya layanan, latihan, perlengkapan, bahan atau fasilitas khusus.
5. Bimbingan Anak Tuna Daksa
United States Office of Education, memberikan rumusan
bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan
secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri
terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema
kependidikan, jabatan, kesehatan sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya,
bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui
tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.26
Dr. Rohman Natawidjadja, menyatakan bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat
mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu
individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk
sosial.27
Dari beberapa pengertian bimbingan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa bimbingan adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk
memberikan bantuan kepada individu maupun kelompok untuk menemukan
dan mengembangkan potensi-potensi dirinya.

26
Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan don Konseling Religius, hlm.32
27
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, hlm. 5
12

F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Metode pendekatan kualitatif sering disebut dengan metode
penelitian naturalistik karena penelitian yang dilakukan pada kondisi yang
alamiah. Jujun. S Suriasumantri dalam bukunya sugiono menyatakan
penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan
penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis. 28 Penelitian kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan semua
teori yang dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam penelitian lebih
berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki teori dan
memahami permasalahan yang diteliti walaupun masih permasalahan
tersebut bersifat sementara. Oleh karena itu landasan teori yang
dikemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara. Peneliti
kualitatif justru dituntut untuk melakukan grounded research yaitu
menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh dilapangan atau situasi
sosial.29
Jenis penelitian yang dilakukan kualitatif, dengan alasan melalui
pendekatan kualitatif menurut penulis bahwa akan dilakukan suatu kajian
dan analisa, karena penelitian yang akan dilakukan disini adalah masalah
yang berkenaan dengan interaksi sosial, yaknimetode pembimbing dalam
meningkatkan kepercayaan diri anak tuna daksa.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLBProf DrSri Soedewi Mascjhun
Sofwan, SH Telanaipura kota Jambi. Adapun yang menjadi objek penelitian
ini ditekankan pada Metode Pembimbing Dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di SLB Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun
Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi. Secara pengamatan awal peneliti

28
Sugiono, Penelitian Kualitatif dan kuantitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2013), 4.
29
Ibid., 214.
13

sudah mengetahui lokasi yang akan diteliti serta kondisi secara fisik,
disamping itu lokasi penelitian tidak sulit untuk dijangkau.
Penelitian ini mengunakan teknik purposivesampling yakni teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek yang diteliti. Dalam
sampel tersebut penulis meneliti 3 Pembimbing supaya dalam penelitian
tersebut peneliti dapat mengambil data yang di inginkan dengan jelas dan
meneliti 5 anak penyandang tuna daksa sehingga peneliti mudah mengambil
data yang di inginkan karna ada batasan dalam penelitian atau yg ingin di
teliti.
3. Sumber dan Jenis data
Sumber data dalam penulisan ini terdiri dari, manusia,
situasi/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data manusia
berbentukperkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan data
melalui wawancara. Sumber data suasana/peristiwa berupa suasana yang
bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi ruangan, suasana, dan
proses. Sumber data tersebut merupakan objek yang akan di observasi.
Sumber data yang dokumentar atau berbagai referensi menjadi bahan
rujukan dan berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.30
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
skunder. Dimana data primer ini adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber permasalahan melalui observasi dan wawancara dilapangan. Dalam
hal ini data yang digunakan adalah data-data yang berkaitan dengan Metode
Pembimbing Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di
SLB Prof Dr Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi.
Sementara data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang
berupa dokementasi serta peristiwa yang berbentuk tulisan, gambar, buku,

30
Tim Penyusun, Pedoman Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jambi(Jambi:
Fak. Ushuluddin IAIN STS, 2015), 61-62
14

surat kabar, majalah, agenda, jurnal ataupun karya-karya monumental dari


seseorang yang dapat memberikan informasi tentang objek yang diteliti.
Adapun data sekunder tersebut adalahyang menyangkut jumlah siswa,
struktur organisasi, jumlah guru, Sejarah SLB Prof DrSri Soedewi Mascjhun
Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi, jumlah sarana dan fasilitas.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri
spesifik bila dibandingkan dengan teknil lainnya, yaitu wawancara dan
konsioner. Sutrisni Hadi dalam buku Sugiono mengemukakan bahwa
observasi merupakan sesuatu yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dan diantar yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. 31 Observasi dilakukan
melalui pengamatan lansung oleh peneliti. Peneliti melakukan
pengamatan melalui apa yang dapat dilihat baik itu dari segi tempat dan
keadaan sekolah tersebut. Untuk lebih lanjutnya sesuai dengan prosedur
penelitian akan mengamati lebih jauh sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan peneliti.
b. Wawancara
Merode wawancara adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti
atau dalam wawancara face to face antara peneliti dengan responden
untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan memperoleh
data yang dapat menjelaskan ataupun menjawab sesuatu permasalahan
penelitian. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mandalam dam jumlah respondennya
sedikit32

31
Sugiono. Penelitian Kualitatif dan kuantitatif dan R&D, 137.
32
Ibid., 145.
15

Wawancara yang digunakan oleh penullis dalam penelitian ini


menggunakan wawancara terstruktur. Yakni, jika peneliti ingin
mengumpulkan data, terlebih dahulu peneliti harus mempersiapkan apa
saja yang akan menjadi topik permasalahannya dan kepada siapa saja
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan itu akan dipertanyakan.
Maka dari itu dalam melakuka wawancara pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang telah disiapkan.
c. Dokumentasi
Dokementasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Pengumpulan data melalui dokumentasi diperlukan seperangkat
alat instrumen yang memandu untuk pengambilsn data dokumen. Ini
dilakukan agar dapat menyeleksi dokumen mana yang dipandang
dibutuhkan secara langsung dan mana yang tidak diperlukan. Data
dokumen dapat berupa grafik, struktur organisasi, catatan bersejarah, dan
lain sebagainya. Seperti pengumpulan data profil sekolah dapat diperoleh
melalui bagian tata usaha, dan informasi-informasi lainnya.
5. Teknik Analis Data
Analisi data dalam penelitian ii dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan, dana setelah selesai dilapangan. Sseperti yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam buku Sugiono
mengungkapkan dalam setiap penelitian menggunakan langkah-langkah
data reduksi, data display dan verifikation. Dalam ketiga langkah tersebut
dapat dilakukan pada semua tahap dalam proses kualitatif yaitu deskriptif,
focus, seleksi.33

33
Ibid., 240.
16

a. Reduksi Data
Reduksi data menunjukkan proses penyeleksi, memfokuskan,
menyedehanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data yang
mentah muncul dalam penulisan catatan lapangan. Reduksi data bukan
merupakan suatu yang terpisah dari analisi. Reduksi data adalah bagian
dari analisis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang tajam,
ringkas, terfokus, membuang data yang tidak penting dan
mengkoordinasikan data sebagai cara untuk menggambarkan dan
memvertivikasi kesimpulan akhir.
b. Display Data
Display data adalah usaha merangkai informasi yang terorganisir dalam
upaya menggambarkan kesimpulan dengan mengambil tindakan.
Biasanya bentuk display (penampilan) data kualitatif menggunakan teks
narasi, penampilan data ini diambil dari analisa yang sesuai dengan
jawaban dari permasalahan dan berbentuk seperti teks laporan yang
terlampir.
c. Verifikasi
Verifikasi dan menarik kesimpulan merupakan aktivitas analisis, dimana
pada awal pengumpulan data, seorang analisis mulai memutuskan apakah
suatu bermakna, atau tidak mempunyai keteraturan, pola, penjelasan,
kemungkinan konfigurasi hubungan sebab akibat dan proposisi.34
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah pengumpulan data mentah
kemudian analisis, di klasifikasikan menurut sub-sub bagiannya.
Berbagai macam data yang telah dikumpulkan namun tidak semua data
dapat diserap dan dilampirkan. Perlu adanya pemilihan yang
menghasilkan kesimpulan yang mudah dimengerti.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka
oeneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas

34
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deksriptif Kualitatf(Jakarta: Referensi, 2013), 135.
17

sejumlah kreteria. Ada tiga cara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif
dalam upaya pemeriksaan keabsahan data, yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikusertaan dilakukan lewat
keikutsertaan peneliti dilokasi secara langsung dan cukup lama, dalam
upaya mendeteksi dan memperhitungkan penyimpangan yang mungkin
mengurangi keabsahan data, karena kesalahan penilaian data oleh peneliti
atau responden, disengaja atau tidak disengaja.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti, rinci, dan kesinambungan terhadap faktor-faktor
tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti dapat memahami faktor-
faktor tersebut. Ketekunanpengamatan dilakukan upaya mendapatkan
karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada objek
penelitian permasalahan dan fokus penelitian.35
3. Tringgulasi
Tringgulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang diluar data pokok, untuk keperluan pengecekan reabilitas data
melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang
diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik tringgulasi
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik menggunakan sumbar,
metode, penyelidik, dan teori.36
H. Studi Relevan
Skripsi Imro’atul, 2017. Dengan judul “Metode pengembangan
kepercayaan diri anak tuna daksa di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Kemala
Bhayangkari 2 Gresik” adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk

35
Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),
117.
36
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa UshuluddinJambi, 65.
18

mengembangkan kepercayaan diri anak yang mengalami keadaan cacat fisik di


SLB.C Kemala Bhayangkari 2 Gresik,37
Puji Hastuti, 2016. Skripsi yang berjudul “Studi Kasus Penerapan
Model Konseling Behavioristik Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri pada
Siswa Tuna Daksa Kelas III SDLB Cendono Dawe Kudus”dalam penelitian ini
adalah peneliti menerapkankonseling behavioristik untuk mengetahui
permasalahan siswa danmengetahui hambatan yang menyebabkan kurangnya
rasa percayadiri di SDLB Cendono Dawe Kudus.38
Lain halnya dengan penelitian yang sedang penulis rampungkan
sekarang, penelitian ini lebih memusatkan pada upaya pembimbing dalam
meningkatkan kepercayaan diri anak tuna daksa di SLB Prof DrSri Soedewi
Mascjhun Sofwan, SH Telanaipura Kota Jambi.

37
Imro’atul Lathifah, skripsi dengan judul “Metode pengembangan kepercayaan diri anak
tuna daksa di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Kemala Bhayangkari 2 Gresik”. Universitas walisongo
semarang. 2017.
38
Hastuti, skripsi dengan judul Studi Kasus Penerapan Model Konseling Behavioristik Untuk
Meningkatkan Rasa Percaya Diri pada Siswa Tuna Daksa Kelas III SDLB Cendono Dawe Kudus,Universitas
Muria Kudus, 2016.
BAB II

PROFIL SLB PROF. DR. SRI SOEDEWI MASJCHUN SOFWAN, SH

A. Historis dan LetakGeografis


1. Historis
SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH berdiri sejak
tahun 1982 atas prakarsa Ketua Dharma Wanita Propinsi Jambi, Ibu Prof.
Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH. seorang guru besarUniversitas
Gajah MadadanjugaIstridariGubernur Jambi 2 periodetahun 1970 sd.
1989. SLB diresmikanlangsungolehibuTienSoehartopadatanggal 4 April
1984. Pengelolaan dari segi kelembagaannya diserahkan kepada Dharma
Wanita Propinsi Jambi, sedangkan pengelolaan dari segi edukatifnya
oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jambi dan dibantu oleh instansi-instansi
lainnya. Sekolah Luar Biasa (SLB) secara resmi dengan persetujuan
DPRD Propinsi Jambi tanggal 3 Nopember 1982 No.14/kpts/Dprd/1982,
diberi nama “Sekolah Luar Biasa (SLB) Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH“. Nama ini diberikan dengan maksud untuk menghormati jasa
Almarhumah Ibu Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH. atas jasa
almarhumah yang telah memprakarsai berdirinya lembaga pendidikan
yang bersifat kemanusiaan, juga untuk kemajuan di daerah provinsi
Jambi.39
Awalnya, sejak berdiri sampai tahun 2004 SLB beralamat di Jl.
Letjen Suprapto no. 35 samping RS. Umum Raden Mattaher Jambi.
Namun sejalan perkembangan dan bertambahnya jumlah siswa, sejak
tanggal 29 Nopember 2004 akhirnya pindah ke lokasi baru yang terletak di
Jl. Depati Parbo Telanaipura Kota Jambi.
2. Letak Geografis
SLB Sri Soedewi terletak ditengah-tengah perumahan masyarakat
sehingga memudahkan masyarakat atau di kota Jambi. Meski demikian

39
Dokumentasi SLB Sri Soedewi, tt.

19
20

masyarakat tetap bersemangat untuk memasukkan anak mereka ke SLB


Sri Soedewi.
SLB Sri Soedewi sendiri memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan RT 10 Kelurahan Pematang Sulur
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan RT 14 Kelurahan Pematang Sulur
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Dipati Purbo
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Harapan RT 11 kelurahan
Buluran.40
B. Struktur Organisasi
SLB Sri Soedewi merupakan lembaga pendidikan formal yang
memiliki berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikannya.
Untuk mengatur dan menyusun program kegiatan SLB Sri Soedewi agar dapat
berjalan dengan lancar dan terorganisir, diperlukan suatu organisasi untuk
pembagian tugas secara merata dan profesional yakni kepala sekolah SLB Sri
Soedewi yang sesuai dengan jabatannya masing-masing. Struktur organisasi
akan kelihatan menjadi kelas dan dapat pula menegaskan apabila sudah
digunakan dalam kegiatan organisasi meskipun organisasi tersebut tidak
dibuat struktur organisasinya. Maka belumlah dapat kelihatan begitu jelas
dalam melaksanakan berbagai aspek kegiatan yang sedang dilaksanakan kalau
hanya diberikan bahasan saja, akan tetapi dapat digambarkan bentuk dari
struktur tersebut.
Dengan adanya organisasi SLB Sri Soedewi maka kegiatan-kegiatan
dalam suatu lembaga pendidikan dapat terbentuk, sehingga personil dapat
memangku jabatannya pada setiap program kegiatan penyelenggaraan di SLB
Sri Soedewi dengan lancar dan akan tercapai tata kerja yang baik menurut
tugasnya masing-masing serta penempatan dan pengaturan orang-orang dalam
kelompok dengan tepat. Susunan struktur organisasi pada SLB Sri Soedewi
merupakan suatu kegiatan atau ikatan yang mempertemukan antara program

40
Dokumentasi SLB Sri Soedewi, tt.
21

kegiatan-kegiatan dalam lembaga pendidikan. Di samping itu juga


mempermudah pencapaian tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Berikut ini dikemukakan bagan organisasi SLB Sri Soedewi. Pengurus
inilah yang mengelola kegiatan yang ada di SLB Sri Soedewi sehingga
berbagai kegiatan keagamaan berjalan dengan baik. Adapun bagan
organisasinya adalah sebagai berikut:
22

GAMBAR I
STRUKTUR ORGANISASI SLB41

Komite sekolah KETUA PEMBINA


Tenaga Ahli Solbi, M.Pd Zainuddin
Asrama

WAKA Kurikulun WAKA SARPRAS WAKA Kesiswaan WAKA Humas


Hj. Supatmi, SPd Drs. Ibnu Kasir Drs. Alfizar Ediwan Kadir

Pembina OSIS
Sunarto, M.Pd

KOORDINATOR
MAPEL

KA perpustakaan KA LAB Komputer KA LABIPA

Yusmaida, S.Pd Khairussani, S.Kom Rostina, S.Pd

GURU SISWA Guru BK

41
Dokumentasi Papan stuktur SLB Sri Soedewi, 2018.
23

Dari struktur organisasi di atas terlihat bahwa kegiatan yang


dilaksanakan di SLB meliputi baik berupa keagamaan maupun umum, dan
mereka bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi
SLB bertujuan untuk meningkatkan kreativitas mereka terutama di bidang
agama. Sebab hal tersebut dilaksanakan bertujuan untuk menciptakan
keserasian kerja untuk mendapatkan hasil kerja yang semaksimal mungkin.

C. Keadaan Tenaga Pengajar


1. KeadaanTenagaPengajar
Peranan tenaga pengajar atau guru sebagai tenaga pengajar atau
pendidik sangatlah penting didalam memupuk minat dan menumbuhkan
semangat siswa dalam memberikan bekal ilmu pengetahuan melalui
program pembelajaran. Keberhasilan dalam setiap mata pelajaran tentunya
didukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Tenaga pengajar yang baik adalah tenaga pengajar yang memberikan
pelajaran kepada siswanya secara efektif dan efesien senantiasa membuat
pelajaran, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta berusaha
untuk menanamkan, memupuk dan mengembangkan sikap cinta kepada
pelajaran, serta memberikan semangat dalam setiap proses pembelajaran.
Guru termasuk salah satu unsur yang menyebabkan terjadinya
proses belajar mengajar dengan baik. Di samping itu pula, guru berperan
aktif dalam rangka bagaimana anak didiknya mampu mencapai tujuan dari
prose belajar mengajar itu sendiri. Di samping itu, guru berkewajiban
memberikan arahan atau bantuan terhadap anak didiknya dalam rangka
membimbing mereka menunju kedewasaan berpikir dan berperilaku sesuai
dengan falsafah dan cita-cita bangsa Indonesia, sesuai dengan ajaran
agama Islam.
Di samping guru sebagai figur sentral atau merupakan suri tauladan
bagi anak didiknya dalam kehidupan sehari-hari yang juga sebagai peletak
fundmental bagi kehidupan anak untuk masa yang akan datang. Selain itu
guru juga merupakan teladan bagi masyarakat lingkungan terutama bagi
24

seorang orang tua para murid yang senantiasa berpedoman kepada guru
anaknya yang notabena adala para ilmuan di lingkungan dimana mereka
berdomisili.
Melihat tugas dan tanggung jawab seorang guru terhadap muridnya
yang begitu besar, terutama dari segi berhasil atau tidaknya tujuan belajar
yang tergantung pada guru. Oleh karena itu, seorang guru harus
profesional terhadap tugas yang didukung oleh latar belakang
pendidikannya. Pendidikan yang lebih menunjang terhadap keberhasilan
pendidikan adalah para guru yang mempunyai lata belakang pendidikan
minimal tamat Diploma Dua (D.2) Kependidikan.
Tenaga pengajar merupakan unsur dari terlaksananya proses
pendidikan dan pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Tenaga
pengajar merupakan alat untuk mentrans ferilmu pengetahuan kepada
siswa atau yang disebut sebagai pemberi informasi.Tanpa tenaga pengajar
suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Sebagaimana di SLB dimana lembaga pendidikan lainnya yang memiliki
tenaga-tenaga pengajar berjumlah 64 orang. Untuk lebih jelas mengenai
keadaan tenaga pengajar di SLB dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Keadaan Tenaga Pengajar di SLB42

No Nama LK/PR
1 Sobli, M.Pd L
2 Triono, S.Pd, M.Ed L
3 Sumarsih, S.Pd P
4 Sri Mumpuni, S.Pd P
5 Suratman, S.Pd L
6 Nurmellindar, S.Pd P
7 Hj. Sri Suryani, M.Pd P
8 Yaomal Basyar, S.Pd L
9 Sri Handayani, S.Pd P

42
Dokumentasi, Data Guru SLB Sri Soedewi, 2018.
25

10 Hj.Risa Farida, S.Pd P


11 Tridaswati, S.Pd P
12 Adam Litasari, S.Pd P
13 Budi Sorono, S.Pd L
14 Hardalena, S.Pd P
15 Umi Werdiyati, S.Pd P
16 Budi Prasetio, S.Pd L
17 Karsim, M.Pd L
18 Mukh Jumadi, S.Pd L
19 Suhaidi, S.Pd L
20 Sri Sadono, S.Pd L
21 Evi Maidahlena, S.Pd P
22 Yarnida, S.Pd P
23 Replianis, M.Pd L
24 Nyimas Nilawati, S.Pd P
25 Ina Kesnaruta, S.Pd P
26 Ermanita, S.Pd P
27 Masnarita, S.Pd P
28 Verdiansyah, S.Pt P
29 Rts. Fatmawati, S.Pd P
30 Erry Zaidan Lutfiyah, S.Hum L
31 Nurkhamid, S.Ag L
32 Suprianto, S.Pd L
33 Adi Kurmiadi, SE L
34 Gustira Mayasari, S.Pd P
35 Titin Yuniasih, S.Pd P
36 Sabar widodo, S.Pd L
37 Ari Kusumawati, S.Pd P
38 Hendri mariza, S.Pd L
39 Lia Herliani, S.Pd P
26

40 Ena Deslina, S.Pd P


41 Nana Triana, S.Pd P
42 Endang Purwanti, S.Pd P
43 Rama Yulianti, S.Kom P
44 Erita Sapitri, S.Pd P
45 Della Murniati, S.Pd P
46 Evi Lestari, S.Pd P
47 Muslih, S.Pd L
48 Alfi Azizah, S.Pd P
49 Citra Oktaviani, S.Pd P
50 Dian Novitasari, S.Pd P
51 Nenden Agustin, S.Pd P
52 Endah Pratiwi, S.Pd P
53 Syarifah Hidayani, S.Pd P
54 Eka Pastiah, S.Pd P
55 Angga Nikola Fortuna, S.Pd L
56 Riski monika, S.Pd P
57 Mardatillah, S.Pd L
58 Emi Yusnia, S.Pd P
59 Septia Nala sari, S.Pd P
60 Dina Junita, S.Pd P
61 Syafrina Maulana, S.Pd L
62 Anita, S.Pd P
63 Ika Noor Hidayah, S.Pd P
64 Helda Desmayati, S.Pd P

Dilihat dari tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa tenaga pengajar di


SLB sebanyak 64 orang guru dari PNS 25 Orang dan 36 orang guru
honorer. Khusus yang menangani swa yanghiperaktif ada 10 orang guru
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
27

Tabel 2 Keadaan Guru SMA SLB43


No Nama LK/ Pr
1 Lia Herliani, S.Sos P
2 Titin Yuniasih, S.Pd P
3 Ari Kusumaratri, A.Md P
4 Endang Purwanti, A.Ma P
5 Endah Pratiwi, A.Ma P
6 AyuningtiyasNurhastuti, S.Pd P
7 Dian Novita Sari P
8 Della Murniati, A.Ma P
9 Emi Yusnia, S.Pt P
10 Erita Safitri, S.Pi P

2. KeadaanSiswa
Keseluruhan proses pendidikan di lembaga pendidikan, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Meskipun banyak hal
yang mempengaruhi dalam keberhasilan belajar peserta didik, namun
yang jelas keberhasilan remaja merupakan bagian utama dari
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Jumlah keseluruhan siswa
orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 Keadaan Siswa Tuna Daksa44
No Nama LK/PR
1 Bayu Susilo L
2 Rahmad Fajar L
3 Chiko Raditia L
4 Fatur Rohman L
5 Nizar L
6 Angga L

43
Dokumentasi Data Guru, SLB Sri Soedewi, 2018.
44
Dokumentasi Data Siswa Tuna Daksa, SLB Sri Soedewi, 2018.
28

7 Afriska Eliana Putri P


8 Mawali Al-Hafizhi L
9 Muhammad Ali L
10 Mila Nirmala P

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik


hiperaktif di SLB Sri Soedewi sebanyak 10 orang. Berdasarkan obsevasi
penulis dimana peserta didik di SLB Sri Soedewi merupakan iswa Tuna
Daksa yang ada di SLB Sri Soedewi.

D. Keadaan Sarana dan Prasarana


Ada tiga faktor yang harus ada dan sangat menentukan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran di SLB Sri Soedewi yaitu guru, siswa dan
instrumen belajar. Ketiadaan salah satu dari faktor tersebut maka tidak
mungkin terjadi proses pendidikan pembelajaran di SLB Sri Soedewi. Satu
bentuk dari instrumen belajar yaitu sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang harus ada diSLB Sri
Soedewi, karena itu apabila sarana dan prasarana kurang mendukung maka
penyelenggaraan atau pelaksanaan proses pembelajaran di SLB Sri Soedewi
tidak dapat berjalan dengan baik. Begitupun sebaliknya, sarana dan prasarana
yang mendukung dan lengkap akan memudahkan proses pembelajaran,
karena dengan lengkapnya sarana dan prasarana akan memberi variasi pada
proses pembelajaran, secara khusus ataupun pelaksanaan sistem pendidikan
secara umum di SLB Sri Soedewi tentunya. SLB Sri Soedewisangat
membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pendidikan
dan pembelajaran. SLB Sri Soedewimempunyai gedung serta fasilitas lainya
yang memadai bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Sarana dan
prasarana tersedia merupakan faktor penunjang lancarnya suatu proses
belajar-mengajar diSLB Sri Soedewi.
29

Untuk menunjang proses belajar mengajar, SLB Sri Soedewi


Kecamatan Telanai PuraKota Jambi ini telah memiliki sarana atau gedung
dengan status milik sendiri yang berdiri di atas tanah seluas 150 x 250 2 meter.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4 Keadaan Sarana Pendidikan SLB Sri Soedewi45

No Uraian Jumlah

1. Ruang Kepala Sekolah 1

2. Ruang Guru 1

3. Ruang Belajar 3

4. Perpustakaan 1

5. Musholla 1

6. Ruang TU 1

7. WC 2

Tabel di atas jelaslah bahwa SLB Sri SoedewiKecamatan Telanai Pura


sudah memiliki sarana meskipun masih sederhana namun proses pembelajaran
tetap berlangsung seadanya dengan tidak mengurangi jumlah pelajaran yang
telah ditetapkan dalam kurikulum, baik kurikulum lokal maupun nasional
Masalah prasarana juga merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang
proses pembelajaran, untuk lebih jelasnya mengenai saran dna prasarana yang
dimiliki oleh SLB Sri Soedewi kecamatan Telanai Pura dapat dilihat pada
table berikut:

45
Dokumentasi Data Sarana Pendidikan, SLB Sri Soedewi, 2018.
30

Tabel 5 Keadaan Prasarana Pendidikan SLB Sri Soedewi46

No Uraian Jumlah
1 2 3
1. Meja Siswa 230 buah
2. Bangku Siswa 230 buah

3. Meja dan Kursi Guru 12 buah

4. Meja Tamu 6 set

5. Papan Tulis 6 buah

6. Papan pengumuman 4 buah

7. Rak buku 8 buah

8. Lemari (Arsip) 4 buah

9. Komputer 6 buah

10. Buku Pegangan Guru 74 buah

11. Jam Dinding 12 buah

1 2 3

12. Buku Perpustakaan 250 eksemplar

13. Lapangan Tenis Meja 1 buah

14. Buku Penunjang 85 buah

15. Parkir 2 buah

16. Lamari Kaca 4 buah

17. Lemari Kayu 8 buah

18. Perlengakapan Tenis Meja 1 set

46
Dokumentasi Sarana Pendidikan, SLB Sri Soedewi, 2018.
31

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SLB Sri Soedewi Kecamatan
Telanai Pura ini tergolong lengkap untuk ukuran sekolah negeri yang terletak
di kecamatatan Telanai Pura. Fasilitas penunjang seperti buku-buku pelajaran
dan buku-buku bacaan lainnya juga cukup memadai, karena hampir setiap
tahunnya sekolah ini menerima bantuan buku-buku dari pemerintah baik
melalui dinas pendidikan, maupun Departemen Pendidikan Nasional.
32

Gambar 2 Denah SLB Sri Soedewi

Gedung Gedung
Sekolah Sekolah

Halaman Sekolah

Gerbang
Sekolah

Jalan Raya
Halaman Sekolah
Gerbasng
Sekolah
BAB III

METODE MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK TUNA


DAKSA

A. Metode Penanganan Anak Tuna Daksa


Anak Tuna Daksa tidak bisa duduk diam di bangku,” demikian sedikit
keluhan dari seorang guru di kelas yang mengeluhkan anak didiknya. Akibat
tidak bias duduk diam banyak tugas-tugas belajarnya tidak selesai atau tidak
dikerjakan. Teman-temannya pun menganggap ia anak nakal dan pemalas.
Perilaku yang digambarkan di atas merupakan sedikit contoh dari
perilaku anak tuna daksa. Sebagai guru kita harus waspada terhadap
gangguan perilaku tuna daksa itu. Mewaspadai perilaku Tuna Daksa ini
menjadi penting karena perilaku Tuna Daksa jika tidak diwaspadai dan tidak
ditangani dengan tepat maka akan merugikan atau mengganggu lingkungan
belajar juga merugikan diri anak itu sendiri.
Agar lebih waspada, kenali terlebih dahulu karakteristik anak Tuna
Daksa. Berdasarkan kajian dari berbagai ahli anak Tuna Daksa memiliki tiga
karakteristik utama, yaitu:
1. Rentang perhatian yang kurang sehingga anak mudah lupa, tugas tidak
tuntas, cenderung menghindari tugas, sulit mencurahkan perhatian
terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain atau anak selalu merasa
minder terhadap teman-temannya
2. Selalu bergerak sulit untuk duduk diam atau tenang memperhatikan,
aktivitas motorik yang berlebihan, sulit mengatur kegiatan dan kurang
percaya diri.47
Berdasarkan karakteristik di atas maka jika di kelas terdapat anak Tuna
Daksa dapat dibayangkan bahwa anak itu akan meras tidak percaya diri dalam
proses belajar, sementara guru sendiri sudah cukup sibuk untuk
memperhatikan anak-anak lain. Kesibukan guru akan semakin bertambah
dengan hadirnya anak Tuna Daksa yang membutuhkan perhatian atau

47
Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 43.

33
34

bimbingan yang lebih dari guru. Namun demikian sebagai guru yang baik
tentunya akan mencari solusi terbaik untuk mengatasi gangguan perilaku
Tuna Daksa pada anak didiknya.
Melalui tulisan ini, penulis ingin memberi sedikit masukan dalam
menangani anak Tuna Daksa. Untuk memberi perhatian khusus kepada anak
Tuna Daksa, penanganan harus dilakukan secara bertahap dan fokus pada
meningkatkan kepercayaan diri yang akan dikembangkan. Untuk memulai
langkah penanganan, guru harus memulai metode dalam meningkatkan
kepercayaan diri anak Tuna Daksa. Dari mana guru mendapat data tentang
anak itu, bisa guru peroleh melalui pengamatan terhadap anak di kelas, selain
melihat langsung kondisi anak itu dapat pula diperoleh melalui wawancara
penulis dengan orang tua anak. Setelah mencatat dan mengelompokkan anak
yang akan dikembangkan, selanjutnya dapat dilakukan teknik-teknik
penanganan yang penulis aplikasikan berikut ini:
1. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki
Carilah faktor pemicu dari perilaku yang tidak dikehendaki itu muncul.
Contoh anak tidak bisa duduk diam sering jalan-jalan di kelas. Carilah
alasan mengapa anak itu tidak bias duduk diam. Misal, alasannya karena
anak membutuhkan perhatian, merasa bosan, ingin udara segar, dan
sebagainya. Hilangkan atau atasi factor pemicu tersebut.
Cara menghilangkan faktor pemicu dapat dilakukan melalui teknik-teknik
(1) ekstingsi, yaitu tidak merespon tingkah laku yang tidak dikehendaki
sampai anak menghentikannya. Contoh, guru mengabaikan siswa yang
berbicara tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu. Atau guru dan teman-
temannya mengabaikan anak yang mengganggu sampai ia bosan atau
sadar bahwa guru dan temannya tidak terpancing (2) satiasi, yaitu
memberikan apa yang anak inginkan sebelum menuntutnya. Contohnya,
memberikan perhatian sebelum menuntut perhatian, segera beralih pada
kegiatan lain sebelum anak merasa bosan, anak yang suka memukul-mukul
meja mintalah anak tersebut untuk terus memukul meja (3) time
35

out. 48 Anak dipindahkan dari tempat di mana tingkah laku yang tidak
dikehendaki terjadi (4) hukuman. Cara ini jarang diterapkan karena
khawatir dampak negatifnya, namun jika akan diterapkan maka perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Diberlakukan untuk perilaku yang sangat membahayakan dan agar
tidakberlanjut misalnya perilaku agresif.
2) Jika prosedur lain tidak berhasil,
3) Berikan hukuman ringan yang terbukti efektif
4) Jangan menghukum dalam keadaan marah
2. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki
Tingkah laku yang baik tentunya harus dipertahankan dan
dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Untuk melakukannya dapat
dilakukan dengan cara penguatan (reinforcement). Setiap perilaku yang
dikehendaki akan memperoleh penguatan berupa imbalan. Imbalan dapat
berupa benda atau yang lain, misalnya pujian.
Ketika anak berbuat benar kemudian diperkuat dengan imbalan,
diharapkan anak akan mempertahankannya untuk selanjutnya dapat
dikembangkan. Imbalan atau hadiah sebaiknya diberikan segera setelah
perilaku yang dikehendaki terjadi. Demikian sedikit teknik-teknik
penanganan anak Tuna Daksa di kelas. Pilihlah teknik yang paling tepat
sesuai dengan perilaku yang akan ditangani.
B. Layanan Bimbingan Anak Tuna Daksa
Pelayanan bimbingan Anak Tuna Daksa merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan
konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual,
kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini
juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang

48
Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), 38.
36

dihadapi peserta didik di sekolah. Jenis jenis layanan konseling disekolah


adalah sebagai berikut:
1. Layanan Bimbingan Bidang Pendidikan
Biasanya memiliki topik pembahasan tentang pemilihan program
studi di SLB Sri Soedewi yang sesuai degan bakat, minat, dan
kemampuan sertara pemilihan studi lanjutan.
2. Layanan Bimbingan Bidang Belajar
Biasanya membantu dalam pemilihan program studi di SLB Sri
Soedewi yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, dan pemilihan
program studi lanjutan di perguruan tinggi. Kemudian juga cara belajar
efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
3. Layanan Bimbingan Bidang Sosial
Layanan bimbingan konseling akan membantu mencari cara memilih
teman yang baik, cara memelihara persahabatan yang baik dan cara
mengatasi konflik dengan teman.
4. Layanan Bimbingan Bidang Pribadi
Topiknya adalah pembentukan identitas karier, pengenalan
karakteristik, dan lingkungan pekerjaan, serta pembentukan pola karier.
5. Layanan Bimbingan Bidang Kedisiplinan
Hal yang sering menjadi pengenalan tata tertib sekolah dan
pengembagan sikap serta prilaku disiplin.
6. Layanan Bimbingan Bidang Narkotika
Topiknya adalah pengenalan bahaya pengguna narkoba dan
pencegahan terhadap bahaya narkotika.
7. Layanan Bimbingan Bidang Perilaku Sosial49
Topiknya adalah pengenalan bahaya prilaku seks bebas, cara
berpacaran yang baik, serta pencegahan perilaku seks bebas. Beberapa
layanan konseling di SLB Sri Soedewi sebagai berikut
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-

49
Ibid., 40.
37

obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah


dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
Lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang
asing. Dalam kondisi tersebut individu akan mengalami kesulitan
untuk bersosialisasi. Ketidak mampuan bersosialisasi juga
menimbulkan perilaku mal adaptif (perilku menyimpang) bagi
individu. Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara
individu dengan suasana atupun objek-objek baru. Layanan ini dapat
dilakukan secara individu atau kelompok dan sebaiknya di programkan
pada setiap awal tahun ajaran baru. Layanan orientasi bertujuan untuk
membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru.50
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan
pendidikan lanjutan.Layanan informasi berguna bagi seorang klien
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Layanan informasi
dapat diberikan secara individu atau kelompok. Misalnya bagi seorang
individu yang membutuhkan informasi khusus dalam menangani
kesulitan belajar atau bersosial. Untuk layanan informasi kelompok
misalnya tentang informasi perguruan tinggi, kesehatan, dll. Secara
lebih rinci isi layanan informasi pada sekolah dasar atau madrasah
adalah (a) informasi tentang perkembangan diri, (b) informasi tentang
hubungan pribadi, sosial, nilai-nilai dan moral, (c) informasi tentang
pendidikan kegiatan belajar, (d) informasi tentang dunia karir, (d)
informasi tentang sosial budaya, dan (e) informasi tentang agama.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta
didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam
kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan,
magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.Layanan penempatan dan

50
Jess Fiest dan Gregory J. Fiest, Theories of personality (teori kepribadian), Cet II
(Jakarta: Salemba Humanika, 2011), 345.
38

penyaluran berfungsi untuk membantu siswa dalam memperoleh


kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Siswa memerlukan bantuan konselor untuk mengembangkan potensi
mereka. Sebab mayoritas siswa masih belum memahami minat bakat
yang mereka miliki. Penempatan dan penyaluran siswa disekolah
meliputi: 1) layanan penempatan di kelas, 2) penempatan dan
penyaluran ke dalam kelompok belajar, 3) penempatan dan penyaluran
kedalam kegiatan ektrakurikuler, 4) penempatan dan penyaluran ke
jurusan/program studi, 4) penempatan dan penyaluran ke dalam
pendidikan lanjutan.
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasai konten tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan
yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat.Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan
bantuan kepada individu maupun kelompok untuk menguasai
kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Dengan
penguasaan konten, siswa diharapkan mampu memenuhi
kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya dan
berguna untuk menambah wawasan, mengarahkan penilaian dan sikap,
menguasai cara-cara tertentu. Oleh sebab itu, konselor harus secara
aktif menyajikan bahan, memotivasi dan mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif mengikuti materi dan kegiatan pelayanan. Kegiatan
layanan penguasaan kontek melalui teknik-teknik yaitu: 1) penyajian
materi pokok, 2) tanya jawab dan diskusi, 3) kegiatan lanjutan seperti
diskusi kelompok, penugasan, dll.
e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam mengentaskan masalah pribadinya.
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan
39

belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan


kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. 51
g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika
kelompok.
h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak
lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang
perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta
didik.Layanan konsultasi dilaksanakan oleh konselor (pembimbing)
terhadap seorang pelanggan (konsulti) yang memungkinkanya
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakanya dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak
ketiga. Di lingkungan sekolah atau madrasah yang bisa menjadi
konsulti adalah kepala sekolah atau kepala madrasah, guru-guru, dan
orang tua siswa.
Masalah yang dikonsultasikan mencangkup berbagai hal yang
dialami pihak ketiga dalam kehidupan sehai-hari terutama
menyangkut statusnya sebagai siswa baik disekolah atau madrasah
maupun dirumah serta di lingkunganya. Isi layanan konsultasi dapat
menyangkut berbagai bidang kehidupan yang luas yang dialami oleh
individu (pihak ketiga). Terhadap siswa di sekolah dan madrasah,
masalah-masalah yang dikonsultasikan hendaknya lebih di
prioritaskan pada hal-hal yang berkaitan dengan status siswa sebagai
pelajar.
i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.
j. Layanan Pembelajaran. Layanan pembelajaran ditujukan untuk
membantu siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik. Layanan ini diberikan secara individu atau pun kelompok yang
memiliki masalah yang sama.

51
Ibid., 346.
40

C. Teknik yang digunakan Guru


Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses bimbingan
berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama. Teknik bimbingan dapat diartikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah
siswa yang relative banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas.
1. Teknik Bimbingan Terpadu
Konseling Terpadu (KT) adalah upaya memberikan bantuan kepada
Anak Tuna Daksa di sekolah dengan menggunakan beragam pendekatan
konseling dan memberdayakan siswa terhadap lingkungan sosial agar
siswa segera menjadi siswa yang baik, bermoral, dan dapat mematuhi
peraturan sekolah.
2. Teknik Individual,
Konseling Individual (KI) Penerapan KI adalah upaya membantu
siswa oleh guru secara individual dengan mengutamakan hubungan
konseling antara guru bimbingan konseling dengan Anak Tuna Daksayang
bernuansa emosional, sehingga besar kepercayaan siswa terhadap guru
bimbingan konseling. Pada gilirannya siswa akan bicara jujur membuka
rahasia batinnya (disclosure) yang selama ini tidak pernah dikemukakan
kepada orang lain termasuk keluarga.52
Observasi pada waktu penulis ke SLB Sri Soedewi penulis melihat
guru bimbingan konseling yang menguasai pendidikan konseling dan
agama, sedang memberikan bimbingan konseling. KI diiringi dengan
ajaran-ajaran agama seperti penyerahan diri kepada Allah, sholat tepat
waktu, menerima cobaan hidup dengan tawakal, taat ibadah, dan berbuat

52
Titin Yuniasih, Wawancara dengan Penulis 15Maret 2018.
41

baik terhadap sesama dan memberikan pengertian kepada Anak Tuna


Daksa.53
Wawancara penulis dengan LiaHerliani, S.Sos guru bimbinganAnak
Tuna Daksa.
“[P]rosedur Konseling Individual adalah sebagai berikut: (a) konselor
menciptakan hubungan konseling yang menumbuhkan kepercayaan
siswa terhadap konselor, sehingga siswa menjadi jujur dan terbuka,
bersedia mengatakan segala isi hati dan rahasia pribadi berkaitan
dengan siswa yang merokok di sekolah. Hal ini disebabkan oleh sikap
empati, hangat, terbuka, memahami, dan asli (genuine) dari konselor,
serta memiliki kemampuan-kemampuan teknik konseling yang baik, (b)
konselor membantu siswa agar dia mampu memahami diri dan
masalahnya. Kemudian ia bersedia bersama konselor untuk menemukan
jalan keluar atas perbuatannya merokok di sekolah karena (c) konselor
membantu siswa untuk memahami dan mentaati rencana atau program
yang telah disusun konselor. Selanjutnya, siswa siap untuk
melaksanakan program tersebut.54

a. Directive Counseling
Teknik ini, konselor yang membuka jalan pemecahan yang
dihadapi klien dengan alasan bahwa:
1) Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri sukar memecahkan
masalahnya, tanpa bantuan dari pihak lain yang berpengalaman.
2) Anak yang berkesulitan, sekalipun sudah diberi petunjuk apa yang
harus dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.Mungkin ada
masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan dari
orang lain.
b. Non-Directive Counseling
Dengan prosedur ini, pelayanan bimbingan difokuskan pada anak
yang bermasalah atau disebut juga clien centered counseling. Adanya
pelayanan bimbingan bukan pelayanan yang mengambil inisiatif, tetapi
klien sendiri yang mengambil prakarsa, yang menentukan sendiri
apakah dia membutuhkan pertolongan dari pihak lain

53
Observasi 15 Maret 2018.
54
LiaHerliani, S.Sos, Wawancara dengan Penulis 16 Maret 2018.
42

3. Teknik Bimbingan Kelompok (BKL)


Bimbingan kelompok bertujuan memberi kesempatan siswa untuk
berpartisipasi dalam memberi ceramah dan diskusi dengan berbagai
kelompok siswa yang dilakukan guru agama, guru bimbingan konseling,
dan sebagainya. Melalui interpersonal relation, akan tumbuh kepercayaan
diri siswa55
Prosedur BKL yang menjadikan siswa sebagai figur sentral meliputi:
a. Mempersiapkan mental siswa untuk berani tampil menyampaikan
keinginannya dan selanjutnya berdiskusi dengan siswa yang sering
merokok. Jumlah peserta yang ideal paling banyak 10 orang;
b. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan guru bimbingan
konseling kepada siswa selaku peserta diskusi yaitu penjelasan
tentang identitas diri dan kisah keinginannya setelah selesai
pendidikan di SLB Sri Soedewi .
c. Mempersiapkan siswa agar mempunyai minat untuk menyelesaikan
pendidikan di SLB Sri Soedewi , dan tidak segan-segan mengeritik
dan memberi masukan; (d) Mempersiapkan daftar hadir peserta dan
kamera photo.56
Observasi pada waktu penulis ke SLB Sri Soedewi penulis melihat
siswa sedang berdiskusi dengan beragam kelompok, siswa diharapkan
siswa akan makin meningkat kepercayaan diri untuk tidak melakukan
perbuatan seperti lari-lari disaat belajar juga tumbuh sikap kepemimpinan
diri, keluarga, dan masyarakat, sehingga setelah melakukan bimbingan
Anak Tuna Daksa menjadi orang yang berguna dan bersemangat tinggi
untuk meninggalkan kebiasaan yang kurang baik. Bimbingan kelompok
terdiri dari:
1) Home room
Merupakan teknik bimbingan kelompok yang bertujuan agar para
guru dapat mengenal murid-murid secara lebih tepat sehingga dapat

55
LiaHerliani, S.Sos, Wawancara dengan Penulis 16 Maret 2018.
56
LiaHerliani, S.Sos, Wawancara dengan Penulis 16 Maret 2018.
43

membantunya secara lebih efektif. Jumlah anggota kelompok dapat


berupa kelompok kecil (5-10 orang) maupun kelompok besar (25-30
orang). Tujuan teknik home room, selain untuk mengidentifikasikan
masalah dapat pula membantu siswa untuk memapu menghadapi dan
mengatasi masalahnya. Home room dapat bersifat preventif, kuratif
dan korektif.
2) Field Drip (karya wisata)
Kegiatan karyawisata selain merupakan kegiatan rekreasi
ataupun salah satu metode mengajar, dapat pula difungsikan sebagai
salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui kegiatan
karyawisata guru bk dapat mengarahkan murid untuk belajar
melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan kelompok. Melalui
kegiatan ini bagi murid tertentu mendapat kesempatan untuk
mengembangkan bakatnya atau timbulnya minat dan cita-cita yang
berkaitan dengan obyek tersebut. Tujuan teknik ini adalah pemberian
informasi, pembentukan sikap dan pengembangan bakat serta minat.
3) Group Discussion
Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan
kelompok yang dilakukan dalam kelompok kecil (5-10 orang).
Masalah yang didiskusikan biasanya telah ditentukan oleh guru bk.
Waktu yang dipergunakan tergantung pada jenis masalah, banyaknya
masalah serta kemampuan dan pengalaman murid. Pada umumya
diskusi kelompok berlangsung antara 30-60 menit.
4) Pelajaran Bimbingan
Teknik bimbingan kelompok ini dilakukan pada kelompok
murid yang sudah dibentuk untuk keperluan pengajaran. Bimbingan
dilakukan dalam kelompok-kelompok kelas yang telah ada. Guru Bk
masuk dalam kelas seperti guru biasa, tidak mengajarkan mata
pelajaran seperti dalam silabus, melainkan menyampaikan dan
membahas masalah bimbingan.
44

5) Kelompok Bekerja
Kelompok kerja dibentuk dengan memperhatikan tingkah laku
kemampuan, jenis kelamin, tempat tinggal dan jalinan hubungan
sosial. Bimbingan dilakukan dengan memberikan kegiatan tugas-tugas
belajar atau tugas-tugas kerja lain. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan belajar, menyalurkan bakat dan minat,
membentuk sikap kooperatif dan kompetitif yang sehat, meningkatkan
penyesuaian sosial, yang kesemuanya akan mengarahakan pada
perkembangan murid.
6) Pengajaran Remidi
Pengajaran remidi diberikan kepada murid-murid yang
mengalami kesulitan belajar. Dalam pelaksanaannya dapat secara
berkelompok maupun individual, tergantung jenis kesulitan belajar
maupun jumlah murid yang mengalami kesulitan.Letak unsur
bimbingannya ada pada pembentukan sikap belajar, termasuk
pemahaman diri akan kemampuannya serta timbulnya minat dan
dorongan untuk belajar.
7) Ceramah Bimbingan
Kegiatan ini hampir sama dengan pengajaran bimbingan.
Bedanya hanya terletak pada tempat. Ceramah bimbingan tidak selalu
dalam kelas, tapi dalam ruang-ruang besar dalam jumlah yang besar
pula. Kelompk murid yang diberi ceramah bimbingan tergantung pada
tujuan bimbingan. Ceramah bimbingan juga bukan merupakan
khotbah, sebab dalam kegiatan ini murid diberi kesempatan untuk
berpendapat dan didorong aktif serta dilanjutkan dengan follow up.
8) Organisasi Siswa
Pembimbing sekolah dapat mengarahkan agar murid dapat
mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, mengembangkan sikap
kepemimpinan dan kerjasama, rasa tanggung jawab dan harga diri.
Tujuannya antara lain menyangkut penyesuaian diri, sikap
kepemimpinan dan kerjasama dan pemecahan masalah.
45

9) Sosiodrama dan Psikodrama


Antara sosiodrama dan psikodrama mempunyai fungsi dan tujuan
yang sama dalam bimbingan. Bedanya, terletak pada jenisnya cerita
yang dimainkan dan tekanan masalah yang hendak diceritakan. Pada
sosiodrama lebih menekankan pada masalah psikis. Meskipun
demikian antara keduanya sagat erat hubunganya dan kadang-kadang
sulit dibedakan.
4. Konseling Keluarga (KK)
Untuk membantu secepatnya pemulihan (recovery) siswa, amat
membutuhkan dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara, sahabat, dan
keluarga dekat lainnya. Fasilitator konseling keluarga adalah guru
bimbingan konseling, sedangkan pesertanya adalah siswa, orang tua,
saudara, dan yang memiliki hubungan keluarga dengan siswa.
Wawancara penulis dengan Lia Herliani, S.Sos. guru.
Untuk mencapai keberhasilan KK maka prosedur yang harus ditempuh
adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan mental siswa untuk menghadapi anggota keluarga.
b. Memberi kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk
menyampaikan perasaan terpendam, kritikan-kritikan, dan perasaan-
perasaan negatif lainnya terhadap siswa.
c. Selanjutnya, guru bimbingan konseling memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan isi hatinya berupa kata-kata pengakuan
jujur
d. Selanjutnya, guru bimbingan konseling mengemukakan kepada
keluarga tentang kebiasaan siswa merokok
e. Guru bimbingan konseling meminta tanggapan keluarga tentang
program tersebut.57

57
LiaHerliani, S.Sos, Wawancara dengan Penulis 17 Maret 2018.
BAB IV
ANALISIS METODE PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI

ANAK TUNA DAKSA DI SEKOLAH LUAR BIASA SLB SRI SUEDEWI


A. Analisis Metode Pengembangan Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di
Sekolah Luar Biasa (SLB)
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah yayasan pendidikan anak cacat
(YPAC), pendidikan yang digunakan untuk memberikan layanan pendidikan
terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) yang berkarakteristik sebagai
penyandang tuna grahita dan juga ada beberapa siswa penyandang tuna daksa
cacat fisik. Anak-anak tersebut termasuk anak-anak yang harus dilayani secara
khusus, yang tentunya mengikuti kurikulum sesuai dengan kelasnya.
Disamping belajar anak juga memerlukan latihan-latihan, khususnya anak
tuna daksa yang memerlukan latihan fisik tertentu, misalnya latihan
menggunakan alat bantu, fisio terapi dan lainnya. Agar anak dapat melakukan
aktifitasnya dengan mudah. Sebagai anak dengan keterbatasan tertentu, tentu
saja dapat menyebabkan anak sulit untuk mengaktualisasikan suatu hal yang
disukainya ketika melihat dan membandingkan dirinya dengan orang normal
yang memiliki anggota tubuh yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, hal utama yang harus dimiliki anak adalah rasa percaya diri.
Kepercayaan diri secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan
seorang individu untuk yakin dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Jika
seseorang memiliki kepercayaan diri, secara tidak langsung ia memiliki
penghargaan terhadap diri sendiri yang tinggi.
Sesuai wawancara dan observasi di Sekolah Luar Biasa (SLB), perlu
diketahui bahwa di dalam diri seseorang sudah tertanam rasa percaya diri yang
baik maka untuk meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan diri
tersebut sangatlah mudah untuk dilakukan dengan menggunakan latihan serta
dapat dikembangkan dengan cara yang lain. Seperti halnya dengan siswa-siswi
penyandang tuna daksa di SLB Sri Soedewi anak penyandang tuna daksa
tersebut memiliki kepercayaan diri yang baik. Dengan demikian pihak sekolah

46
47

memfasilitasi dengan memberikan beberapa metode untuk mengembangkan


kepercayaan dirinya. Metode yang diberikan antara lain adalah :
1. Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diberikan lembaga sekolah dan
dilakukan diluar jam pelajaran. Ekstrakurikuler dimasukkan sebagai
metode pengembangan kepercayaan diri anak tuna daksa karena kegiatan
ini juga sangat membantu untuk melatih keadaan fisik maupun keadaan
psikis anak termasuk melatih kepercayaan dirinya. Selain itu kegiatan
ekstrakurikuler dimiliki siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan
oleh SLB Sri SuedewiUntuk SMA LB
Kegiatan ekstrakulikuler juga membantu pendidik untuk mengetahui
bakat atau keahlian siswa dapat dilihap pada tabel berikut:
Tabel 7 Jadwal kegiatan hari Jum’at58

Minggu SMA
1 Seni Tari
2 Seni Tari
3 Seni Lukis
4 Seni Tari
Tabel8Jadwal kegiatan hari Sabtu59

Minggu SMA
1 Pramuka
2 Drum Band
3 Drum Band
4 Pramuka

Dengan keterangan diatas dijelaskan bahwa kegiatan


ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari jum’at dan sabtu setiap pukul
07.30-08.30 WIB. Jadi, setiap siswa diharapkan untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler tersebut karena dirasa sangat penting bagi peserta didik
yang mengalami beberapa kekurangan tersebut, kegiatan ini sangat
membantu anak untuk mengatasi rasa renda diri dan dapat

58
DokumentasiKegiatan SLB Sri Soedewi, 2018.
59
DokumentasiKegiatan SLB Sri Soedewi, 2018.
48

mengembangkan rasa percaya diri. Misalnya anak tuna daksa seperti


Angga kelas II SMA LB, Angga anak yang aktif bahkan bisa dikatakan
memiliki percaya diri bagus, Angga mengikuti semua kegiatan ekstra akan
tetapi Angga paling suka dan paling semangat jika masuk dalam kelas seni
tari. Karena Angga lebih memilih salah satu bidang yang benar-benar
dikuasai. Sehingga setiap diperintahkan guru untukmenari Angga merasa
percaya diri. Makanya bisa dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
tersebut dapat membantu pengembangan kepercayaan diri anak.
2. Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan adalah bisa dikatakan sebagai kegiatan
memberikan motivasi kepada anak dengan memberikan ajaran atau
pengetahuan keagamaan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap satu bulan dua
kali pada hari sabtu. Untuk anak SMA LB yakni dilakukan di hari yang
sama dengan jam yang sama pula yaitu dilaksanakan minggu pertama
setelah kegiatan pramuka pukul 10.00-10.30 WIB.60
Kegiatan tersebut diberikan oleh guru pengampu kelas masing-
masing, dengan tema yang sudah di tentukan dan berbeda-beda tiap
minggu. Yang penyampaiannya menggunakan metode ceramah serta
menggunakan media sesuai keinginan gurunya.
Tema yang diberikan misalnya adalah tentang ikhlas, sabar , ridha
dan lain sebagainya. Jadi guru harus bisa menyampaikan bahwa sikap
ridha itu seperti apa terus manusia harus bagaimana dengan sikap ridha
tersebut. Contohnya : Guru menyampaikan bahwa ridha Secara etimologi
kata ridha bermakna rela, tidak marah. Sedangkan secara terminology kata
ridha bermakna kondisi kejiwaan atau sikap mental yang senantiasa
menerima dengan lapang dada atas segala karunia yang diberikan atau bala
yang diberikan kepadanya. Ia senantiasa merasa senang dalam setiap
situasi yang meliputinya. Orang yang ridha akan mampu menemukan
hikmah atas segala kejadian yang menimpa dirinya, ia tidak akan berburuk
sangka terhadap segala ketentuan Allah dan bahkan akan selalu berfikir

60
Dokumentasi SLB Sri Soedewi, 2018.
49

positif bahwa segala yang Allah berikan padanya adalah jalan terbaik
menurut Allah untuk dirinya.
Wawancara dengan Titin Yuniasih, S.Pd guru bimbingan siswa
Tuna Daksa di SLB Sri Soedewi yang mengatakan:
[S]eperti halnya dengan anak yang memiliki keadaan cacat fisik,
sikap ridha perlu diterapkan dalam dirinya. Karena anak tersebut
diciptakan Allah dengan segala kekurangan, agar anak dapat
menerima keadaan dirinya selalu berfikir positif kepada Allah,
allah menciptakan dirinya seperti itu karena Allah juga
memberikan kelebihan-kelebihan lain.61

Wawancara dengan Titin Yuniasih, S.Pd guru di SLB Sri Soedewi


yang mengatakan:
[S]eperti Mila Nirmala, Mila Nirmala memiliki kekurangan tidak
bisa berjalan tapi kecerdasannya setara dengan anak yang sekolah
di sekolah negeri. Mila Nirmalasering memenangkan lomba
olimpiade MIPA. Selain itu ada Nizar, tidak semua orang bisa
seperti Nizar yang pandai bermain alat musik keyboard. 62

Berdasarkan wawancara di atas dapat penulis simpulkan. Jadi sebagai anak


dengan keadaan demikian hendaklah jangan merasa rendah diri jangan iri
dengan orang yang lebih sempurna karena belum tentu orang-orang
tersebut bisa melakukan atau memiliki keahlian seperti anak tersebut, oleh
karena itu bersyukur, berterimakasih kepada Allah dengan keadaan
bagaimanapun.Kurang lebihnya seperti itu, ketika menyampaikan
ceramah/motivasi hendaknya diberikan contoh-contoh yang sekiranya
siswa dapat mudah mengetahui dan memahami.
3. Konselingdari Psikolog
Kegiatan konseling dari psikolog adalah kegiatan yang berikan
untuk semua siswa khususnya siswa yang mengalami cacat fisik.
Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada klien supaya
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri untuk dimanfaatkan
dirinya dalam rangka memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan
datang. Konseling merupakan usaha bantuan untuk anak tuna daksa.

61
Titin Yuniasih, S.Pd,Wawancara dengan Penulis, 15 Maret 2018.
62
Titin Yuniasih, S.Pd,Wawancara dengan Penulis, 15 Maret 2018.
50

Bantuan tersebut berupa bantuan pemahaman diri, penyesuaian diri,


meningkatkan serta mengembangkan kepercayaan diri, dan peningkatan
keterampilan tertentu.
Wawancara dengan Titin Yuniasih, S.Pd guru di SLB Sri Soedewi
yang mengatakan:
[D]engan demikian untuk mengembangkan kepercayaan diri anak
tuna daksa di SLB. Sri Soedewimemberikan beberapa metode
tersebut. Dan metode tersebut juga dapat membantu siswa
penyandang tuna daksa untuk lebih memahami keadaan dirinya,
menghargai kemampuannya dan mampu mengembngkan
kepercayaan dirinya. Sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan.63

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa hal tersebut sesuai


dengan teori metode pengembangan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya yaitu metode pengembangan merupakan suatu cara yang
digunakan untuk mengembangkan suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mencapai sesuatu yang diharapkan/inginkan. Dan metode
pengembangan kepercayaan diri anak tuna daksa adalah cara yang
digunkan untuk mengembangkan kepercayaan diri anak penderita cacat
fisik yang sesuai dengan bidang yang paling dikuasainya. Sesuai dengan
metode pengembangan kepercayaan diri anak tuna daksa di SLB. Sri
Soedewi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan atau bakat anak
terlebih dahulu kemudian dengan keahlian tersebut anak dilatih dan
berikan metode-metode tersebut untuk mengembngkan keahlian dan
kepercayaan dirinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Tujuan dari metode
tersebut ialah agar anak mampu mengembangkan kepercayaan dirinya dan
mampu mengetahui bakat serta keahlian sebenarnya yang sudah dimiliki
anak, dan agar anak merasa yakin dengan kemampuannya meskipun disisi
lain mereka memiliki kekurangan dan keterbatasan pada dirinya.

63
Titin Yuniasih, S.Pd,Wawancara dengan Penulis, 15 Maret 2018.
51

Seseorang memiliki kepercayaan diri yang baik maka seseorang


tidak tergantung pada persetujuan orang lain untuk mengakui
keberadaannya. Anak merasa cukup dengan mengetahui kemampuan
dirinya dan berusaha meningkatkan kemampuan dan prestasinya tanpa
menghiraukan olokan bahkan hinaan dari orang lain. Orang yang
percayadiri akan mengambil setiap keuntungan dan kesempatan yang ada
di depannya.
Selain itu, Peran orang tua juga sangat diperlukan untuk memantau
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang
selalu memberikan dukungan dan menantang anak-anak untuk lebih maju
akan mengembangkan kepercayaan diri anaknya. Seperti yang dilakukan
para orang tua Sholihah dan orang tua anak tuna daksa yang lain. Para
orang tua senantiasa memberikan semangat kepada anak-anaknya supaya
anak dapat memotivasi diri sendiri untuk bersikap lebih baik terhadap
orang lain.
Sebenarnya rasa percaya diri sudah dimiliki oleh setiap manusia,
akan tetapi ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang tidak
yakin dengan kemampuan dirinya atau kepercayaan diri yang dimilikinya.
Misalnya malu, malu karena merasa keadaan dirinya berbeda dengan
keadaan orang disekitarnya, seperti keadaan materi bahkan keadaan fisik
sekalipun. Membicarakan tentang keadaan fisik tentu saja manusia
diciptakan dengan keadaan berbeda-beda, ada yang diciptakan dengan
keadaan sempurna, sempurna dalam arti memiliki anggota badan yang
lengkap dan berfungsi sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi ada pula yang
diciptakan dengan keadaan anggota badan yang tidak lengkap, ada juga
yang diciptakan dengan anggota tubuh lengkap akan tetapi tidak berfungsi
sesuai dengan fungsinya. Dan manusia dengan keadaan seperti itu
biasanya disebut cacat fisik.
Berdasarkan observasi peneliti melihat kepercayaan pada diri
sendiri menjadi suatu pokok persoalan bagi anak, karena selalu khawatir
tentang kesan seseorang terhadap dirinya. Dan hendak setiap manusia
52

mendekati persoalan hidup dengan rasa yang lebih percaya diri dan tidak
bersikap emosional. Ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa
rendah diri yang mencolok sehingga rasa percaya dirinya pun tidak bisa
terealisasikan dengan baik.64
Hal tersebut terjadi apabila kehadirannya merasa tidak diterima
oleh lingkungan sekitarnya. Dengan demikian pendekatan orang tua
terhadap anak sangat penting untuk memberikan dorongan semangat, agar
anak dapat menerima keadaan dirinya dan mampu bergaul dengan
lingkungan sekitarnya. Selain orang tua peran guru di sekolah juga sangat
diperlukan dengan memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
anak sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki, sehingga anak dapat
mengendalikan dirinya dan dapat meningkatkan serta mengembangkan
kepercayaan diri yang dimiliki anak.
Membahas tentang kepercayaan diri anak tua daksa di SLB Sri
Soedewi sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
orang tua, wali kelas, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah adalah
sebagai berikut:
Setelah melakukan wawancara dengan beberapa orang tua anak
tuna daksa di SLB Sri Soedewi peneliti berpendapat bahwa:
a. Kekurangan tidaklah halangan bagi seseorang untuk mengembangkan
kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki anak, baik dari segi formal
maupun non formal. Tidak semua anak tuna daksa memiliki rasa
percaya diri rendah. Percaya diri merupakan dasar dari motivasi diri
untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri.
Seseorang yang mendapatkan ketenangan dankepercayaan diri
haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya.
Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit
melampaui kekurangan, sehingga benar-benar mengalahkan
kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk
terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan.

64
Observasi 15 Maret 2018.
53

b. Setiap orang memiliki kepercayaan diri masing-masing dan perlu


dengan adanya latihan, dorongan/motivasi dari dalam diri sendiri
maupun dari orang lain. Sedangkan pembentukan kepercayaan diri
juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam
perjalanan hidupnya.
Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang
dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak-
kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri.
c. Setiap orang sebenarnya memiliki bakat atau kemampuan yang paling
disukai, bakat adalah kemampuan untuk belajar atau untuk
mengembangkan kemampuan dalam suatu hal, jika dilakukan dengan
terus melatih dan hasrat ingin mempelajarinya lebih dalam maka
kemampuan seseorang dalam hal itu akan luar biasa di atas rata-rata
yang bisa dicapai kebanyakan orang.
Selain itu jugadapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang
sehingga dapat menyalurkan bakat yang dimilikinya.Tentang
kepercayaan diri anak tuna daksa di SLB Sri Soedewi bahwa tidak
semua anak tuna daksa memiliki kepercayaan diri yang baik. Krena
tidak ada kestabilan antara melakukan kegiatan satu dengan kegiatan
yang lain. Seperti yang dikatakan wali kelas bahwa ada beberapa anak
merasa percaya diri jika melakukan kegiatan yang disukai saja.
Seseorang dikatakan memiliki kepercayaan diri baik jika melakukan
semua kegiatan atau aktivitas dengan keyakinan bahwa dirinya mampu
melakukan hal tersebut. Berbeda dengan pendapat orang tua bahwa
anak sudah memiliki rasa percaya diri baik karena orang tua melihat
perkembangan anak dalam berhubungan dengan orang disekitarnya
sangat baik, anak dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Jadi antara pendapat orang tua berbeda dengan pendapat guru
karena guru melihat anak dalam kelas atau ruang belajar sehari-hari.
Dengan demikian dari ketiga hasil wawancara peneliti dengan
beberapa orang tua siswa penyadang tuna daksa di SLB Sri
54

Soedewipada pembahasan sebelumnya sudah dikatakan bahwa anak


yang mengalami ketunadaksaan cenderung memiliki rasa renda diri,
merasa berbeda dengan orang-orang normal yang ada disekitarnya,
selalu menutup diri dan tidak percaya diri dengan apa yang
dilakukannya. Jika dilihat dari wawancara diatas dapat dikatakan
bahwa tidak semua anak dengan keadaan tersebut memiliki rasa
percaya diri rendah, akan tetapi sebaliknya bahwa beberapa anak justru
memiliki kepercayaan diri yang sangat baik. Baik dalam hal bergaul,
beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Dengan percaya diri seseorang mampu mengembangkan
keahlian-keahlian yang dimiliki serta anak dapat melakukan apa yang
diinginkan dengan baik. Oleh karena itu metode-metode tertentu
sangat membantu anak untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.
Seperti halnya dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) Sri Soedewi yang
memeberikan kegiatan-kegiatan yang dijadikan suatu metode sebagai
proses pengembangan kepercayaan diri anak.
Wawancara dengan Ibu Ernawati orang tua Angga (13 Th),
mengatakan:
[A]ngga adalah salah satu murid di SLB Sri Soedewi yang
memiliki gangguan tuna daksa klasifikasi cerebral palsy, cerebral
palsy yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian
sistem motorik sebagai akibat lesi dalam otak, atau suatu
penyakitneuromuscular yang disebabkan oleh gangguan
perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang
berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik.65

Berdsarkan observasi penulis melihat ciri-cirinya Angga


mengalami lambat dalam berfikir dan mata yang juling. Angga
termasuk anak yang aktif di kelas salah satu hal yang paling Angga
sukai adalah menari, diantara teman-temannya Angga adalah termasuk
murid yang jail dan suka menggoda teman-temannya.66

65
Ernawati,Wawancara dengan Penulis, 15 Maret 2018.
66
Observasi, 15 Maret 2018.
55

Wawancara penulis dengan Ibu Ernawati orang tua


Angga:[A]nak saya memiliki kekurangan tersebut diketahui orang
tuanya ketika dia umur 4 bulan karena perkembangan pada umumnya
anak bisa merangkak dan gerak-gerak akan tetapi perkembangan
pertumbuhan Angga sangat lambat.67
Angga di sekolahkan di Sekolah SMA biasa pada umumnya.
Orang tua Angga mengetahui karena melihat perkembangan anaknya
tidak seperti teman-teman sebayanya. Anaknya tidak pernah mengerti
apa yang guru ajarkan, sering marah-marah kepada orang tua dan
tidak mau berbicara dengan teman-teman di kelas, dan Angga lebih
suka menyendiri ketika di dalam kelas.
Mulai dari sanalah orang tua Angga merasa yakin dengan begitu
anaknya dapat menempuh pendidikan yang layak, layaknya orang
normal pada umumnya. Semakin lama Angga mengalami banyak
perubahan, rasa percaya diri yang dimilkinya semakin meningkat.
Angga semakin pandai bergaul dengan siapapun termasuk bergaul
dengan teman-teman dan orang yang ada di sekitar rumahnya. Dan
sejak saat itu ampai sekarang ini rasa percaya diri yang dimiliki
Angga mulai stabil tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Hal tersebut juga dipengaruhi dengan adanya metode-metode
yang diberikan pihak sekolah. Karena Angga mampu berinteraksi
dengan teman-temannya berawal dari kegemarannya dalam hal
menari.
Wawancara penulis dengan Amaludin Orang tua Nizar (18 Th)
adalah salah satu siswa penyandang tuna daksa kelas II di SLB Sri
Soedewi:
[N]izar termasuk anak tuna daksa dengan ciri-ciri kelumpuhan
pada kedua kaki, kaki seperti tongkat terlihat pipih, tangan kanan
mengecil bengkok ke kanan dan jari tangan menempel satu sama
lainnya sehingga Nizar memerlukan alat bantu untuk melakukan

67
Ernawati, Wawancara dengan Penulis, 16 Maret 2018.
56

aktivitasnya dengan menggunakan kursi roda dan tempat untuk


menggendong tangan kanannya. Keadaan seperti itu Nizar derita sejak
lahir, orang tuanya pun mengetahui sejak Nizar masih bayi karena
tanda-tanda itu terlihat pada tangan Nizar yang menempel. Dengan
keadaan seperti itu bapak Amaludin sebagai orang tua tetap
memberikan semangat kepada anaknya, meskipun dengan keadaan
seperti itu sejak lahir Nizar tetap saja menutup diri terhadap orang lain
kecuali pada Ayah dan Ibunya serta kepada keluarganya. 68

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan orang tua


siswa-siswi penyandang tuna daksa di SLB Sri Soedewi adalah mewakili
jawaban dari beberapa orang tua tentang keadaan kepercayaan diri
anaknya, yakni masing-masing anak sudah terbina kepercayaan dirinya
sejak duduk di bangku sekolah SLB Sri Soedewi. Karena anak
penyandang tuna daksa dapat bersikap percaya diri dengan baik
dikarenakan adanya pembelajaran dari orang tua ketika di rumah dan guru
ketika di sekolahan. Maka ketika anak tidak percaya diri atau merasa malu
itu terjadi ketika merasa apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan
harapannya. Artinya menurut para orang tua, anak tuna daksa di SLB Sri
Soedewi sudah memiliki kepercayaan diri yang baik meskipun sebelumnya
rasa percaya dirinya kurang bahkan sudah terlalu menutup diri kepada
orang lain.
Hasil observasi penulis melihat Nizar mampu memainkan keyboard
dengan menggunakan tangan kirinya dan cukup pandai dalam memainkan
alat musik tersebut. Sebagai orang tua bapak Amaludin terus melatih dan
membimbing anaknya untuk bermain keyboard sejak saat itu kepercayaan
diri Nizar mulai meningkat dan mau berinteraksi dengan orang lain yang
awalnya tidak pernah mau ketemu apalagi berbicara dengan orang lain
selain orang tuanya.69
Selain dengan orang tua, peneliti juga melakukan wawancara dengan
para guru yakni guru kelas/wali kelas, wakil kepala sekolah dan
wawancara dengan kepala sekolah SLB Sri Soedewi.
68
Amaludin,Wawancara dengan Penulis, 16 Maret 2018.
69
Observai 16 Maret 2018.
57

Hasil wawancara dengan wali kelas II SMA LB ibu Titin Yuniasih,


S.Pd Peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas karena peneliti
melihat bahwa wali kelas yang mengetahui keadaan murid karena setiap
hari berbaur dengannya. Ibu Titin Yuniasih, S.Pd sebagai wali kelas
mengatakan bahwa
[A]nak-anak penyandang tuna daksa di kelas I terdapat dua anak
yaitu Nizar dan Fatur. Kedua anak tersebut memiliki keahlian
masing-masing, Nizar yang memiliki keahlian bermain Keyboard
dan Fatur yang lebih berbakat dalam bidang Olahraga. Alam mampu
melkukan kegiatan olahraga karena Alam mampu berjalan dengan
normal, ketuna daksaan Alam ditandai pada keadaan tangan dan
wajahnya. Tangan yang bengkok dan merapat antara jari satu dengan
jari yang lain serta wajah agak miring dan pengucapan lafalnya tidak
jelas Kedua anak tersebut memiliki keahlian akan tetapi menurut ibu
Feni kepercayaan diri yang dimiliki kedua ank tersebut sangat
berbeda. Nizar kepercayaan dirinya sangat baik dan Alam memiliki
kepercayaan diri yang kuarang, karena Alam lebih merasa malu jika
berbicara dan bertemu dengan orang yang dikenalnya, didalam kelas
pun Alam lebih merasa malas ketika diperintahkan guru. 70

Jadi dari wwancara tersebut dapat dikatakan bahwa menurut


guru tidak semua anak didiknya khususnya anak tuna daksa memiliki
kepercayaan diri yang berbeda, ada yang kepercayaan dirinya baik
dalam hal apapun ada juga anak memiliki rasa percaya diri ketika
dalam keahliannya saja.
Dengan kepercayaan diri yang dijadikan sebagai fondasi anak
untuk melangsungkan aktivitas sehari-hari, maka sebagai tempat
pendidikan anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tuna daksa
SLB Sri Soedewi memberikan suatu metode utuk mengembangkan
kepercayaan diri anak. Seperti memberikan metode sebagai berikut:
Ekstrakurikuler, Kegiatan Keagamaan, Konseling dan Penyuluhan
dari Psikologi Metode-metode diberikan dengan tujuan untuk
mengethaui bakat serta kehlian anak yang belum tersalurkan selain

70
Titin Yuniasih, S.Pd,Wawancara dengan Penulis, 16 Maret 2018.
58

itu metode tersebut juga digunakan untuk meningktakan dan


mengembangkan kepercayaan diri anak tuna daksa.71
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Solbi, M.Pd
mengatakan bahwa:
[T]una daksa adalah termasuk Anak berkebutuhan khusus dan anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai keunikan
tersendiri yang ditunjukkan oleh jenis dan karakteristiknya yang
berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Dengan kondisi
seperti itu tentunya dalam memberikan layanan pendidikan anak
berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.

Oleh sebab itu sebagai guru atau pendidik perlu memiliki beberapa
pengetahuan dan pemahaman mengenai cara memberikan layanan yang
sesuai agar anak-anak yang kurang beruntung ini memperoleh pendidikan
secara optimal, memberikan layanan pendidikan yang layak untuk
mengetahui keahlian dan kelebihan anak-anak serta supaya anak tersebut
mampu mengenal dirinya dan dapat meningkatkan rasa percaya dirinya
seperti halnya dengan orang normal/ tidak cacat pada umumnya.
“Pada dasarnya semua metode-metode tersebut yang diberikan
kepada siswa-siswi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Sri Suedewiadalah untuk
menumbuhkan, meningkatkan serta mengembangkan kepercayaan diri
yang dimiliki siswa, khususnya siswa yang memiliki gangguan fisik atau
tuna daksa.” Sambung kepala sekolah menjelaskan.
Kemudian hasil wawancara dengan guru yang mana peneliti
melakukan wawancara dengan ibu Titin Yuniasih, S.Pd selain menjabat
sebagai guru. Ibu Titin Yuniasih, S.Pd mengatakan bahwa:
[S]emua kegiatan yang diberikan SLB Sri Suedewi kepada siswa-
siswi adalah bertujuan untuk menumbuhkan, meningkatkan dan
mengembangkan kepercayaan diri. Khususnya dengan kegiatan
keagamaan. Kegiatan keagamaan diberikan dengan tujuan
memberikan motivasi untuk anak didik di SLB Sri Suedewi,
dengan memberikan unsur keagamaan di dalamnya. Seperti
memberikan tema Syukur, tema tersebut sangat baik jika diberikan
kepada siswa karena seperti yang diketahui bahwa siswa di SLB
adalah sekolah yang memilki kekurangan-kekurangan/cacat.

71
Solbi, M. Pd,Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2018.
59

Dengan memberikan tema Syukur guru dapat menjelaskan bahwa


setiap murid hendaknya selalu bersyukur kapanpun, dimanapun dan
bagaimanapun keadaannya.72

Selain memberikan ceramah/motivasi kepada murid setiap guru


keagamaan juga dapat melihat antusias siswa dalam mengikuti kegiatan
tersebut. Menurut beliau kegiatan keagmaan memang dapat digunakan
sebagai salah satu metode pengembangan kepercyaan diri anak, karena
setiap diberikan pertanyaan oleh guru para siswa sangat antusias untuk
menjawab pertanyaan tersebut entah benar atau salah. Jadi kegiatan
keagamaan ini adalah salah satu metode untuk mengembangkan
kepercayaan diri anak.
B. Faktor Penghambat dan Pendukung Analisis Metode Pengembangan
Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berkarakteristik sebagai penyandang
tuna grahita dan juga ada beberapa siswa penyandang tuna daksa cacat fisik.
Anak-anak tersebut termasuk anak-anak yang harus dilayani secara khusus,
yang tentunya mengikuti kurikulum sesuai dengan kelasnya. Disamping
belajar anak juga memerlukan latihan-latihan, khususnya anak tuna daksa
yang memerlukan latihan fisik tertentu, misalnya latihan menggunakan alat
bantu, fisio terapi dan lainnya. Agar anak dapat melakukan aktifitasnya
dengan mudah.73
Sebagai anak dengan keterbatasan tertentu, tentu saja dapat
menyebabkan anak sulit untuk mengaktualisasikan suatu hal yang disukainya
ketika melihat dan membandingkan dirinya dengan orang normal yang
memiliki anggota tubuh yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu, hal utama yang harus dimiliki anak adalah rasa percaya diri.
Kepercayaan diri secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan
seorang individu untuk yakin dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Jika
seseorang memiliki kepercayaan diri, secara tidak langsung ia memiliki
penghargaan terhadap diri sendiri yang tinggi.
72
Titin Yuniasih, S.Pd,Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2018.
73
Solbi, M..Pd,Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2018.
60

1. Faktor Penghambat di Sekolah SLB,


a. Kurangnya percaya diri dan kurang mampu mengikuti pelajaran yang
disampaikan oleh guru dengan baik tidak dapat berkonsentrasi
sehingga tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan
ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah, kecendrungan
berbicara tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara
sehingga guru menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran,
kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika.
Kemudian hasil wawancara dengan Titin Yuniasih, S.Pd guru
bimbingan di SLB Sri Soedewi yang mengatakan:
[A]nak Tuna Daksa susah untuk mengikuti pembelajaran karena
sering lari-lari dikelas naik di atas meja sehingga siswa yang lain
menjadi terganggu seperti berbicara tidak sopan, memain saat belajar
dan kecendruangan berbicara dengan keras anak tidak memperhatikan
74
pelajaran, kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika.

Penulus juga melihat anak Tuna Daksa disaat guru melakukan


pembelajaran anak-anak ini berlari-lari di dalam kelas disaat proses
pembelajaran sedang berlangsung dan tidak jarang anak ini mengganggu
teman-temannya sehingga proses pembelajaran tidak kondosip sehingga
apa yang disampaikan oleh guru susah untuk diserap oleh anak.
Wawancara dengan TitinYuniasih, S.Pdgurudi SLB Sri Soedewiyang
mengatakan:
[S]aya biasanya membiasakan siswa berakhlak baik seperi contoh mereka
melakukan hal-hal yang sudah sesuai dengan ajaran agama seperti jujur,
tidak melawan orang tua, dan guru, berkata sopan dengan orang lain, tidak
berkelahi lagi dan tidak lari-lari dikelas hal itu telah dilakukan oleh
sebagian Siswa di sini. Perilaku terpuji nampaknya terlihat lagi pada diri
Siswasekarangsejakadanyapembinaanterhadapmereka. 75

Wawancara di atas menjelaskan bahwa bukti diamalkannya ajaran


agama bagi Siswa di sini memang ada, sebagai contoh mereka melakukan
hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama seperti jujur, tidak melawan
terhadap guru, berkata sopan dengan orang lain, tidak berkelahi.

74
Titin Yuniasih, S.Pd, Wawancara dengan Penulis 17Maret 2018.
75
Titin Yuniasih, S.Pd, Wawancara dengan Penulis 17Maret 2018.
61

Pengamatan penulis lebih lanjut terhadap aktivitas Siswa Tuna Daksa


dimana meskipun guru selalu mengawasi dalam berperilaku sehari-hari
dan tidak ditemukan ia berkata-kata bohong kepada guru.
Dapat dipahami bahwa kondisi perilaku Siswa yang Tuna Daksa di SLB
Sri Soedewimembuatsiswadan guru semakin tenang. Dengan kondisi ini guru
tentunya memiliki tanggung jawab moral untuk mengarahkan dan membina
Siswa kepada perilaku yang terpuji.
b. Faktor di Rumah, antara lain anak dipandang nakal dan tidak jarang
mengalami penolakan dari keluarga dan teman-temannya, sehingga
orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat, orang tua
banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik,
bahkan memberi hukuman, sehingga terjadi ketegangan antara
keduanya, akhirnya anak dan orang tua menjadi stress dan situasi
rumahpun menjadi kurang nyaman, anak menjadi lebih mudah
frustasi. Dengan berbagai masalah yang dihadapi anak tersebut
menyebabkan kegagalan bersosialisasi dimana-mana, sehingga
menumbuhkan konsep diri yang negatif, maka akan merasa bahwa
dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu dan ditolak.
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang
tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan
anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi keinginan anak
untuk bergaul dan bermain.
Wawancara penulis dengan Bayu SusiloSiswa SLB Sri
Soedewi”[S]uasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,
pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain
menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah,
akibatnya belajarnya kacau dan keinginan untuk belajar tidak ada.76

76
Titin Yuniasih, S.Pd,Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2018.
62

c. Kurangnya Motivasi dari Orang Tua


Selain minat dan harapan dari siswa Tuna Daksa, dukungan
keluarga terutama orang tua juga menjadi faktor pendorong bagi siswa
Tuna Daksa dalam melaksanakan proses belajar dengan baik. Dengan
adanya dorongan dari orang tua tersebut dapat memantapkan minat siswa
dalam untuk belajar. Dari dorongan itu pula akan menambah semangat
dalam kegiatan belajar.
Observasi penulis terhadap orang tua siswa yang anaknya Tuna
Daksa di SLB Sri soedewi cara orang tua dalam memberikan motivasi
terhadap anaknya sangatlah kurang. 77 Motivasi mempunyai peranan
penting dalam proses belajar guna memelihara dan meningkatkan
semangat belajar siswa. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi
yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam
belajarnya karena bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan
semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan
belajarnya. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena
didorong motivasi. Itulah sebabnya anak Tuna Daksa dibutuhkan
dukungan dari orang tua karena orang tualah yang lebih dekat
dengannya.
2. Faktor Pendukung
a. Iiput Sekolah
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yang
sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni: proses belajar mengajar,
kepemimpinan, manajemen kedisiplinan siswa. Program aksi untuk
peningkatan mutu sekolah secara konvensional senantiasa menekankan
pada aspek pertama, yakni meningkatkan mutu proses belajar mengajar,
sedikit menyentuh aspek motivasi yang diberikan oleh guru kepadsa anak
tuna daksa di SLB Sri Soedewi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak
tuna daksa.

77
Observasi,18Mareti 2018.
63

Sudah barang tentu pilihan tersebut tidak terlalu salah, karena


aspek itulah yang paling dekat dengan prestasi siswa dan meningkatnya
kepercayaan diri anak. Namun, sejauh ini bukti-bukti telah menunjukkan
bahwa sasaran peningkatan kualitas pada aspek proses belajar mengajar
saja tidak cukup maka harus ada bimbingan kepada nak tuna daksa.
Beberapa indikator terkait dengan input yang ada di SLB Sri
Soedewi, seperti: sumber daya yang tersedia dan siap, memiliki harapan
prestasi yang tinggi, fokus pada motivasi pada anak tuna daksa untuk.
Terhadap input yang ada di SLB Sri Soedewi, dilihat dari sumber daya
yang tersedia, semuanya sudah dapat dikatakan memenuhi standard
minimal. Mulai dari kesiapan gedung dan fasilitas sampai kesiapan sumber
daya manusia, seperti siswa telah menjalankan tugas dan kewajiban sesuai
dan mempunyai keinginan untuk berbuat yang terbaik sesuai dengan visi
sekolah. Artinya, bahwa input yang ada sudah besar perannya untuk
menciptakan keingginan siswa memberikan bimbingan kepada siswa tina
daksa.78
Menurut Solbi, M.Pd, kepala sekolah yang mengatakan bahwa
kesiapan input yang ada di SLB Sri Soedewi, seperti: sumber daya yang
tersedia dan siap, siswa yang kompeten dan berdedikasi tinggi, memiliki
harapan prestasi yang tinggi, fokus pada siswa sudah siap mewujudkan
SLB Sri Soedewi menjadi sekolah yang efektif. Potensi yang dimiliki
sekolah sangat besar untuk mencapai visi sekolah dan tinggal manajemen
pengelolaan yang harus ekstra pemikiran. Dengan input yang ada sebagai
aset sekolah ini, akan menjadi pekerjaan dan pemikiran khusus bagi
pimpinan sekolah untuk memanfaatkannya.79
b. Orang Tua dan Komite Sekolah
Keberadaan orang tua atau wali murid dalam meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan sangat ditentukan dalam bentuk partisipasi dalam
mendukung seluruh program yang dilaksanakan oleh sekolah timbulnya

78
Dokumentasi SLB Sri Sordewi 2018.
79
Solbi, M.PdWawancara dengan Penulis 18 Maret 2018.
64

partisipasi masyarakat dalam pendidikan sesungguhnya tidak terjadi secara


otomatis melainkan melalui proses dan beberapa tahapan yang terkadang
melelahkan. Partisipasi masyarakat juga bukanlah suatu peristiwa
komunikasi satu arah, tetapi merupakan interaksi yang cukup intensif dan
panjang antara masyarakat dengan pihak sekolah memberikan motivasi
kepada anak tuna daksa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi dan dan untuk meningkatkan kepercayaan diri bagi anak tuna
daksa.
Mengenai partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam rangka
pelaksanaan program ekstrakurikuler. Sebagai dikemukakan Solbi, M.Pd,
selaku kepala sekolah mengatakan bahwa partisipasi masyarakat
merupakan gabungan antara pendanaan dan gagasan. Partisipasi warga
sekolah dan orang tua siswa antara lain; partisipasi sebagai anggota komite
sekolah, walaupun sebagian pihak beranggapan bahwa warga sekolah dan
orang tua siswa atau masyarakat masih pada tataran penyedian dana,
namun partisipasi warga sekolah dan masyarakat kaitannya dengan
keberadaan komite sekolah yang diadakan oleh sekolah, pada rapat
tersebut ada sebagian anggota komite sekolah yang aktif mengemukakan
pendapat, saran dan juga kritikan.80
C. Implementasi Pembimbing dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak
Tuna Daksa di SLB Sri Soedewi
Sudah semestinya anak Tuna Daksa mendapat perhatian lebih
dibanding anak-anak yang normal. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh orang tua dan guru untuk membantu anak memecahkan masalah atau
mengurangi gangguan pada anak Tuna Daksa.

1. Bagi orang tua dan keluarga periksalah dengan cara mengonsultasikan


persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak.
2. Pahamilah anak dan keluarga dapat mengikuti support group dan
parenting skilltraining latih kefokusannya jangan tekan dia, terima

80
Solbi, M.Pd,Wawancara dengan Penulis 18 Maret 2018.
65

keadaannya itu, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tetapi


konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
3. Tekunlah jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak
untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan
titik-titik yang membentuk angka atau huruf, anak bias diberi latihan
menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Hias pula mulai diberikan
latihan berhitung dari berbagai variasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. mulailah dengan penjumlahan atau
pengurangan dengan angka-angka di bawah @, setelah itu baru
perkenalkan konsep angka @ dengan benar.
4. Jangkitkan kepercayaan dirinya gunakan teknik-teknik pengelolaan
perilaku, seperti menggunakan penguat positif misalnya memberikan
pujian, memberikan disiplin yang konsisten dan selalu memonitor
perilaku anak. Anak juga bias melakukan pengelolaan perilakunya sendiri
dengan bimbingan orang tua.
5. Kenali arah minatnya. Kenali bakat atau kecendrungan perhatiannya sejak
dini.
6. Pinta dia bicara bantu anak bersosialisasi, misalnya melakukan aktivitas
bersama, sehingga guru bias mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi
dengan teman dan lingkungan.
7. Siap bahu membahu bantulah anak mewujudkan apa yang dia inginkan,
bekerja samalah dengan guru di sekolah agar memahami kondisi anak
yang sebenarnya. Cara mengatasi masalah anak Tuna Daksa, yaitu dengan
penggunaan obat, pengaturan makanan, hindari pemanjaan, menciptakan
lingkungan yang tenang, memilih acara dengan hati- hati, gunakan tenaga
ekstra dengan tepat, membimbing dalam kebenaran.
Dengan demikian terdapat kiat-kiat khusus yang dapat dilakukan
orang tua dan anggota keluarga di rumah dan oleh guru di sekolah dalam
memberikan perhatian, kasih saying, bimbingan, dan suasana lingkungan
yang terbaik bagi anak tuna daksa. Dengan demikian, diharapkan anak
tuna daksabisa diatasi sejak dini dan dapat tumbuh sebagaimanaanak
normal lainnya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 metode pembimbing


dalam menigkatkan kepercayaan diri anak tuna daksa yaitu ekstrakurikuler, kegiatan
keagamaan, konseling dan penyuluhan dari psikolog.

1. Metode meningkatkan kepercayaan diri anak tuna daksa di sekolah luar


biasa (SLB): ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diberikan lembaga
sekolah dan dilakukan diluar jam pelajaran. Kegiatan keagamaan adalah
bisa dikatakan sebagai kegiatan memberikan motivasi kepada anak
dengan memberikan ajaran atau pengetahuan keagamaan, konseling dan
penyuluhan dari psikolog adalah kegiatan yang berikan untuk semua
siswa khususnya siswa yang mengalami cacat fisik.
2. Faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan kepercayaan diri
anak tuna daksa di sekolah luar biasa (SLB) masalah di sekolah, masalah
di rumah, sering mengalami penolakan dari keluarga dan teman-
temannya, sehingga orang tua sering memperlakukan anak secara kurang
hangat, orang tua banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak
mengkritik, bahkan member hukuman, Kurangnya motivasi dari orang
tua.
3. Implementasi pembimbing dalam meningkatkan kepercayaan diri anak
tuna daksa di SLB Sri Soedewi. Orang tua dan pembimbing memberikan
perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan suasana lingkungan yang terbaik
bagi anak tuna daksa. Dengan demikian, diharapkan anak tuna daksa bisa
diatasi sejak dini dan dapat tumbuh layaknya anak yang normal bahkan
lebih jenius dan luar biasa.
B. Saran-Saran
Dalam penulisan dan penelitian ini, maka ada beberapa saran yang dapat
penulis sampaikan antara lain adalah:

66
67

1. Kepada kepala sekolah agar selalu meningkatkan mutu pendidikan kepada siswa
(anak), diharapakkan melalui pendidikan di sekolah siswa memiliki bekal ilmu
yang kuat dan bias memahami arti pentingnya nilai disiplin dalam hidup.
2. Kepada guru bimbingan Tuna Daksaagar bekerjasama dengan pihak lain dalam
hal ini seperti orang tua siswa dalam melakukan pembinaan prilaku siswa.
Dengan upaya ini, guru memiliki pengetahuan yang baik tentang kondisi siswa
setiap saat baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini berguna untuk mendiagnosa
perkembangan belajar siswa.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah (skripsi). Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah (skripsi) ini. Hanya do’alah yang dapat penulis kirimkan kehadiran
Allah semoga segala pengorbanan yang telah diberikan mendapat balasan pahala dari
Allah SWT.

Dengan harapan bahwa semua pihak dapat memberikan sumbang saran yang
sifatnya membangun demi untuk kesempurnaan penulisan dan isi dari skripsi ini,
semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua
Amin Yarobbal’alamin.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
DAFTAR PUSTAKA

A. Karya Ilmiah

Anastasia A. Adelina, Pola Asuh Orang tua kepada Anak, Semarang: Saraswati
Center, 2013
Dalyono. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rinneka Cipta, 2009
Daryanto. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Apollo Lestari, 1998
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Ghufron, Nur & Rini Risnawita S. Teori-teori Psikologi, Ar-Ruzz Media,
Yogjakarta, 2011
H. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia 2004). Cet, ke-IV
Hallahan. Kauffan dan Pullen, Exceptional Learners: An Introduction to
Education. USA: Pears, 2009
Fiest, Jess dan Gregory J. Fiest. Theories Of Personality (Teori Kepribadian), Cet
II Jakarta: Salemba Humanika, 2011
Indah, Komsiah. Belajar Dan Pembelajaran, Yogyakarta: Teras, 2012
Lauster, Peter. “tes kepribadian”, terj, D.H. GulO, PT Bumi Aksara, Jakarta, cet
V, 2005
Meleong, Lexi. “Metodologi Penelitian Kualitatif “ Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996
Mangunsong, Frieda. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus jilid
kedua, Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3) UI, Jakarta, 2011
Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deksriptif Kualitatf . Jakarta: Referensi, 2013
Mumpuniarti. Pendidikan Anak Tuna Daksa, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2001
Somantri, T. Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa, departemen pendidikan dan
kebudayaan. Jakarta, 1996
Sugiono. “Penelitian Kualitatif dan kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2013
Sokolova, Irina V, dkk. Kepribadian Anak, Katahati, Yogyakarta, 2008.
Tim Penyusun. Pedoman Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jambi.
Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS, 2015
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). CV. Andi Offset,
2004
Wiranegara, Chibita. Dahsyatnya Percaya Diri, PT. Buku Kita, Yogyakarta, 2010
Yusuf L.N, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 2006.

B. Skripsi, Tesis dan Disertasi

Imro’atul Lathifah. skripsi dengan judul “Metode Pengembangan Kepercayaan


Diri Anak Tuna Daksa Di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Kemala
Bhayangkari 2 Gresik”. Universitas walisongo semarang. 2015
Puji Hastuti. Skripsi yang berjudul “Studi Kasus Penerapan Model Konseling
Behavioristik Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri pada Siswa Tuna
Daksa Kelas III SDLB Cendono Dawe Kudus” Universitas Muria Kudus.
2015
C. Web-site

http://id.wikipedia.org/wiki/ Anak_berkebutuhan_khusus, diakses tanggal 24


Oktober 2017
DOKUMENTASI

Bapak Solbi, M.Pd selaku Kepala Sekolah

Ibu Helda Selaku TU


Lia Herlina, S.Sos

Ibu Titin Yuniasih, S.Pd


Nizar siswa Tuna Daksa
CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri
Nama : Gunawan
Nim : UB. 131172
Tempat & Tanggal Lahir : Benteng 14 Maret 1995
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jln. Kolopaking, Kelurahan Simpang IV Sipin
Telanai Pura Jambi

B. Riwayat Pendidikan
S1 UIN STS Jambi : Sekarang
MA Yabid : 2013
MTs Yabid : 2010
SDN 001 : 2007

Anda mungkin juga menyukai