Anda di halaman 1dari 116

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

BULLYING PADA REMAJA DI SMPN 1 TALAGA JAYA

SKRIPSI

SILVANA DJAFAR IBRAHIM


NIM. C01417181

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
BULLYING PADA REMAJA DI SMPN 1 TALAGA JAYA

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan jenjang
pendidikan Sarjana (S1)

SILVANA DJAFAR IBRAHIM


NIM. C01417181

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021
ii
iii
iv
MOTTO
MAN JADDAH WA JADDAH
“BARANG SIAPA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH, INSYAALLAH
AKAN BERHASIL”
Dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan allah maha melihat apa
yang kamu kerjakan
(Q.S Al-hadid : 4)

Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu jangan menunggu hal-hal menjadi lebih


mudah, lebih sederhana,lebih baik. Hidup akan selalu rumit. Karena menuju
kesuksesan tidak diciptakan sekejap. Apa yang kamu lakukan sekarang adalah
penentu masa depanmu.
(Silvana Djafar Ibrahim)

PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tersayang, bapakku (Djafar Ibrahim) dan ibuku (Marlina
Usman) yang dengan kasih sayang tulus telah membesarkanku, mendidikku,
memberikan dukungan, serta selalu mendoakan yang terbaik untuk ku. Maaf
untuk saat ini aku sebagai anak belum bisa membuat orang tua bangga dan
bahagia, namun aku akan selalu berusaha untuk membalas apa yang telah
bapak dan ibu berikan selama ini. Walaupun itu takkan bisa membalas jasa-jasa
kalian.
2. Kakakku (Yahya Djafar Ibrahim) dan (Hariyati Dj Ibrahim) Terima kasih atas
doa, bantuan dan dukungan yang di berikan selama ini.
3. Kepada bapak dan ibu pembimbing serta penguji, terima kasih atas segala
bantuannya dari awal hingga akhir saya mengerjakan skripsi ini. Maaf apabila
selama bimbingan ada sikap dan tingkah laku yang salah.
4. Teruntuk sahabat dan teman-teman angkatan 2017 terima kasih untuk semangat
yang kalian berikan, terutama teman-teman yang sudah menemani dan
membantu selama menyelesaikan skripsi ini (Annisa A Eyato, Nur Indah
Belasafira Luawo, Cindrawati Bokingo, Ferawati gintulangi, Ain Genti, Pratiwi
Dita Putri Naito).

ALMAMATER TERCINTA
TEMPAT MENIMBA ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

v
KATA PENGANTAR

Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji,


penulis memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
dengan judul ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada
Remaja di SMPN 1 Talaga Jaya”.
Penulis selama menjalani studi dan menyelesaikan penyusunan
skripsi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
melalui kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Prof. Dr. Abd.
Kadim Masaong, M.Pd.
2. Wakil Rektor satu Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Ibu Prof.
Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum.
3. Wakil Rektor dua Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Dr.
H. Salahudin Pakaya, MH.
4. Wakil Rektor tiga Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak
Apris Ara Tilome, S.Ag, M.Sii.
5. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
(UMGo) Bapak Abdul Wahab Pakaya, S.Kep. NS. MM.
6. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo (UMGo) Ns. Harismayanti, M.Kep.
7. Pembimbing I Ns. Firmawati, S.Kep, M.Kep. Terimaksih atas waktu yang
telah diluangkan dan telah berbagi ilmu dengan saya.
8. Pembimbing II Ns. Sabirin B. Syukur, M.Kep. Terimaksih atas waktu yang
telah diluangkan dan telah berbagi ilmu dengan saya.
9. Penguji Ns. Nur Uyuun I. Biahimo, M.Kep. Terimaksih atas waktu yang
telah diluangkan dan telah berbagi ilmu dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Kesehatan khususnya prodi Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan
semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan penulis.
11. Orang tua tercinta Ayah dan Ibu terima kasih atas do’a dan dukungannya
yang telah diberikan selama ini dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran.

vi
12. Seluruh teman-teman Ilmu Keperawatan Angkatan 2017 terimakasih atas
kebersaman selama ini, dengan penuh keikhlasan membantu penulis dan
selalu menemani dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
Penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penulisan
skripsi ini.

Gorontalo, Desember 2021

Penulis

vii
ABSTRACT

SILVANA DJAFAR IBRAHIM. Factors influencing bullying behavior in


adolescents at SMPN 1 Talaga Jaya.Supervised by FIRMAWATI as chairman
and SABIRIN B. SYUKUR as member.

Bullying is an act of physical and psychological violence perpetrated by a person


intended to injure, frighten, or make a person feel depressed or even ashamed of
himself. Psychological health of victims of bullying, namely are feeling anxious,
afraid, stressed, depressed, threatened, lonely, revengeful, and even suicidal.
The purpose of this research was to determine the factors that influence bullying
behavior in adolescents. The research design used an analytic observational
method with a cross sectional approach. The total population is 367 people, the
determination of the sample using random sampling technique with the number of
samples obtained as many as 92 people. The results showed that the majority of
respondents did not do bullying, data analysis of family function variables
obtained p value = 0.000 < 0.05, peer conformity obtained p = 0.000 < 0.05 and
the environment obtained p value = 0.000> 0.05. The conclusion is that Ha is
accepted, which means that family function, peer conformity and the environment
affect bullying behavior. Suggestions for families to pay attention to the behavior
of children so as not to do bullying in hurting others, for schools to apply rules or
sanctions to students who do bullying.

Keywords: Adolescents, Family Functions, Peer Conformity, Environment


and Bullying Behavior.

viii
ABSTRAK

SILVANA DJAFAR IBRAHIM. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying


pada remaja di SMPN 1 Talaga Jaya. Dibimbing oleh FIRMAWATI sebagai ketua
dan SABIRIN B. SYUKUR sebagai anggota.

Bullying merupakan suatu tindakan kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan
seseorang yang dimaksudkan untuk melukai, membuat takut, atau membuat
seseorang merasa tertekan bahkan malu pada dirinya. Kesehatan psikologis
pada korban bullying yaitu merasa cemas, takut, stress, depresi, tertekan,
terancam, kesepian, dendam, bahkan timbul keinginan untuk bunuh diri. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
bullying pada remaja. Desain penelitian menggunakan metode observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 367
orang, penentuan sampel menggunakan tehnik random sampling dengan jumlah
sampel yang diperoleh sebanyak 92 orang. Hasil penelitian didapatkan mayoritas
responden tidak melakukan bullying, analisis data variabel fungsi keluarga
diperoleh nilai p=0.000<0.05, konformitas teman sebaya diperoleh nilai
p=0.000<0.05 dan lingkungan diperoleh nilai p=0.000>0.05. Kesimpulan
penelitian ini Ha diterima yang berarti fungsi keluarga, konformitas teman sebaya
dan lingkungan berpengaruh terhadap perilaku bullying. Saran untuk keluarga
agar memperhatikan perilaku anak agar tidak melakukan bullying dalam
menyakiti orang lain, untuk sekolah agar menerapkan aturan atau sanksi pada
siswa yang melakukan bullying.

Kata Kunci : Remaja, Fungsi Keluarga, Konformitas Teman Sebaya,


Lingkungan dan Perilaku Bullying.

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................ ii
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ........................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
ABSTRACT................................................................................................ viii
ABSTRAK ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ x
DAFTAR TABEL........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.1 Identifikasi Masalah ................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 5
1
2
3
4
4.1
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
1.5.1 Manfaat teoritis ................................................................. 6
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Umum Tentang Remaja .............................................. 7
2.1.1 Pengertian Remaja ............................................................ 7
2.1.2 Batasan Usia Remaja ........................................................ 8
2.1.3 Perkembangan Fisik Remaja ........................................... 8
2.1.4 Perkembangan Psikis Masa Remaja ................................. 10
2.1.5 Perkembangan Kognitif Masa Remaja .............................. 10
2.1.6 Perkembangan Sosial Remaja........................................... 11
2.1.7 Tugas Perkembangan Remaja .......................................... 12
2.2 Tijauan Umum Tentang Perilaku Bullying .................................. 13
2.2.1 Pengertian Perilaku Bullying .............................................. 13
2.2.2 Ciri-Ciri Bullying.................................................................. 15
2.2.3 Bentuk-Bentuk Bullying ..................................................... 15

x
2.2.4 Karakteristik Terjadinya Bullying ........................................ 16
2.2.5 Dampak Bullying ............................................................... 17
2.2.6 Komponen Bullying ........................................................... 20
2.2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Bullying ................................. 22
2.3 Penelitian Relevan ..................................................................... 32
2.4 Kerangka Teori .......................................................................... 33
2.5 Kerangka Konsep ...................................................................... 34
2.6 Hipotesis Penelitian .................................................................... 34
1
2
2.1
1
2
2.1

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
3.3 Variabel Penelitian ....................................................................... 35
3.4 Definisi Operasional ..................................................................... 35
3.5 Populasi dan Sampel ................................................................... 37
3.6 Instrumen Penelitian ..................................................................... 39
3.7 Tehnik Pengumpulan Data ........................................................... 40
3.8 Tehnik Pengolahan Data .............................................................. 40
3.9 Tehnik Analisis Data ..................................................................... 41
3.10 Hipotesis Statistik ....................................................................... 42
3.11 Etika Penelitian ............................................................................ 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................ 44
4.2 Hasil Penelitian........................................................................................ 45
4.3 Pembahasan........................................................................................... 48
4.4 Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan............................................................................................. 63
5.2 Saran. .....................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Penelitian Relevan ............................................................................... 32
2. Defenisi Operasional ............................................................................ 36
3. Populasi................................................................................................ 37
4. Sampel.................................................................................................. 38
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.......................................... 45
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........................... 45
7. Frekuensi Responden Berdasarkan Keluarga....................................... 45
8. Frekuensi Responden Berdasarkan Konformitas Teman Sebaya......... 46
9. Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkungan................................... 46
10. Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Bullying........................... 46
11. Hubungan Keluarga Dengan Perilaku Bullying Remaja Di SMP N 1 Talaga
jaya .............................................................................................................. 46
12. Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Bullying Remaja
Di SMP N 1 Talaga jaya................................................................................. 46
13. Hubungan Lingkungan Dengan Perilaku Bullying Remaja Di SMPN 1
Talaga jaya..................................................................................................... 47

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Teori....................................................................................... 33
2. Kerangka Konsep .................................................................................. 33

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Riwayat Hidup....................................................................................... 67
2. Permohonan menjadi responden .......................................................... 69
3. Lembar penjelasan pada responden .................................................... 70
4. Formulir pernyataan kesediaan sebagai responden ............................. 72
5. Kuisioner Penelitian .............................................................................. 73
6. Uji Validitas Dan Reabilitas................................................................... 77
7. Master Tabel......................................................................................... 81
8. Hasil Uji Statistik .................................................................................. 88
9. Surat Permohonan Data Awal............................................................... 91
10. Surat Uji Validitas.................................................................................. 92
11. Surat Permintaan Rekomendasi Penelitian........................................... 93
12. Surat Rekomendasi............................................................................... 94
13. Surat Keterangan Selesai Meneliti........................................................ 95
14. Dokumentasi Penelitian......................................................................... 96

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan
manusia, menghubungan masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada
periode ini merupakan masa dimana remaja mempunyai resiko tinggi
mereka akan lebih sering bertindak berlawanan dan memaksa,
menentang norma, berkelahi dan melecehkan (Ali dan Asrori, 2016).
Usaha dalam ketidakdewasaan disertai dengan peningkatan kemampuan
mental dan asumsi baru, membuat mereka rentan terhadap gangguan.
Kejengkelan ini sebagai renungan, praktik, dan sentimen sehingga
mereka akan lebih sering bertindak berlawanan dan memaksa, seperti
tidak adanya rasa hormat terhadap orang yang lebih tua, menentang
norma, berkelahi dan melecehkan (Ali dan Asrori, 2016).

Bullying merupakan suatu tindakan kekerasan fisik dan psikologis


yang dilakukan seseorang atau kelompok yang dimaksudkan untuk
melukai, membuat takut, atau membuat seseorang yang lemah merasa
tertekan, yang biasanya benar-benar lebih rentan, tidak pasti atau
membutuhkan teman, sehingga mereka tidak dapat melindungi diri
mereka sendiri. Tujuan di balik pelecehan sering dikacaukan, umumnya
penyiksaan dilakukan dengan menggunakan kepura-puraan inisiasi,
perubahan mental, atau aktivitas kekuatan (Qonita, 2021).

Bullying merupakan fenomena yang tersebar di seluruh dunia.


Menurut LSM Plan International dan International Center for Research on
Women (ICRW) prevalensi bullying diperkirakan 8 hingga 50% di
beberapa negara Asia dan Negara lain seperti Portugal, Inggris, Estonia,
Australia dan Amerika (Gusti, 2020). Di Indonesia komisi perlindungan
anak (KPAI) menerima 37.381 laporan perundungan dalam kurung waktu
2011-2019, dari jumlah tersebut sebanyak 4.437 kasus terjadi di dunia
pendidikan (KPAI, 2020). Sedangkan jumlah kasus kekerasan pada anak
(bullying) di Provinsi Gorontalo terbilang tinggi yaitu sebanyak 177 anak,
kasus paling tinggi berlangsung di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 49

1
permasalahan, disusul Kota Gorontalo sebanyak 45 permasalahan,
Gorontalo Utara sebanyak 26 permasalahan, Kabupaten Boalemo
sebanyak 22 permasalahan, Kabupaten Gorontalo sebanyak 21
permasalahan dan Kabupaten Pohuwato sebanyak 14
permasalahan,kekerasan yang dialami anak terdiri dari kekerasan fisik,
psikologis (bullying) dan seksual (Dinsos Prov Gorontalo, 2020).

Kejadian bullying dapat terjadi dimana saja baik di lingkungan


keluarga, masyarakat maupun sekolah, akan tetapi kejadian bullying lebih
tinggi terjadi di sekolah. Terjadinya siksaan lebih sering terjadi di Sekolah
Menengah Pertama (SMA), mengingat saat ini anak muda memiliki
egosentrisme yang tinggi. Sementara itu, dalam hal seks, pria muda lebih
dominan menyiksa daripada wanita muda. pada wanita di mana rasa
percaya diri wanita lebih rendah daripada pria. Pengulangan siksaan lebih
tinggi di sekolah berbasis uang sekolah daripada di sekolah yang didanai
pemerintah, karena ketergantungan pada pertemuan pendamping dan
selama pra-dewasa mereka mempunyai egosentricity yang tinggi
(Kristinawati, 2015).

Beberapa faktor diyakini bisa mempengaruhi terjadinya perilaku


bullying di sekolah, antara lain adalah fungsi keluarga, konformitas teman
sebaya dan lingkungan. Kemungkinan siswa menjadi ancaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa penelitian telah
membedakan faktor normal terdiri dari empat ruang, yakni individu
tertentu, koneksi keluarga, pertemuan teman sebaya dan sekolah, yang
menambah perilaku pelecehan siswa. Perilaku melecehkan dan
hubungan yang mempengaruhinya telah dicoba untuk legitimasi di
beberapa negara dan mengamati bahwa ada variabel besar yang
memengaruhi perilaku menyiksa pada kesejahteraan mental dan
pergantian peristiwa yang sebenarnya (Jannatung, 2018).

Kesehatan psikologis pada korban bullying sangat terganggu


karena korban merasa cemas dan takut yang berlebihan, stress, putus
asa, tekanan, bahaya, kekecewaan, pembalasan, dan bahkan
membahayakan diri mereka sendiri dengan keinginan untuk mengakhiri

2
semuanya. Kesehatan sosial korban pelecehan juga dirusak karena
korban merasa terlepas dari pergaulan (terutama dengan teman), prestasi
belajar di sekolah merosot dan kurang semangat belajar karena merasa
was-was (Novrian, 2017).

Pelaku bullying terbentuk karena beberapa faktor salah satunya


fungsi kelaurga. Kekerasan verbal yang dilakukan orangtua kepada anak
akan menjadi contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan tidak
adanya kehangatan persahabatan dan kurangnya bantuan dan kursus
bagi kaum muda, menyebabkan siswa remaja memiliki kesempatan untuk
menjadi ancaman. Selain itu linkungan juga dapat mempengaruhi
seseorang berperilaku bullying (Maharani, 2019).

Selain fungsi keluarga, teman sebaya merupakan faktor yang


sangat berpengaruh. Kelompok teman sebaya memberikan pengaruh
terhadap tumbuhnya perilaku bullying di sekolah Kelompok teman sebaya
yang memiliki masalah di sekolah sebaliknya akan mempengaruhi
sekolah seperti kebiadaban dan instruktur. Teman-teman di lingkungan
sekolah sebaiknya bertindak sebagai "peserta" bagi siswa selama waktu
yang dihabiskan untuk menyelesaikan proyek-proyek pembelajaran.
Meskipun demikian, ini tidak sesuai dengan kenyataan saat ini. Selain itu,
iklim juga dapat mempengaruhi seseorang untuk bertindak melecehkan
(Qonita, 2020).

Perilaku bullying dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu


bullying fisik, verbal, psikologis dan cyber. Bullying fisik seperti (memukul,
mendorong, mencubit dan mencakar), melecehkan secara verbal,
misalnya (menyiksa, menyiksa, memberi nama yang mengejek dan
mengadu), melecehkan mental, misalnya (menyebarkan mengadu,
merusak, menyendiri dan melenyapkan berdiri seseorang) dan
melecehkan digital, misalnya, ( mencemooh melalui perangkat keras)
(Priyatna, 2010).

Perilaku bullying memberikan dampak negatif, baik bagi korban


maupun pelaku. Dampak bullying fisik bagi korban yaitu akan mengalami
sakit kepala, sakit dada, luka memar, luka tergores, benda tajam dan

3
penderitaan nyata lainnya. Memang, bahkan terkadang konsekuensi dari
siksaan yang sebenarnya membawa kematian. Sementara efek
mentalnya mencakup berkurangnya kemakmuran mental,
menghancurkan perubahan sosial, menghadapi perasaan negatif seperti
kemarahan, kebencian, kemarahan, kegelisahan dan secara mengejutkan
keinginan korban untuk mengakhiri semuanya sebagai lawan dari
menghadapi tekanan. Kerugian bagi pelakunya adalah adanya pemberian
wewenang, apalagi jika tindakan kekerasan (penyiksaan) melebihi
kekuatan penetapan dan pedoman sekolah, kekejaman tersebut dapat
memicu terjadinya pelanggaran, meskipun efek melecehkan pada
pelakunya. atau sekali lagi, penyintas pelecehan akan mengalami
pengaruh yang meresahkan dalam kesejahteraan emosional mereka
(Pramoko, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Jannatung (2018) faktor-faktor penyebab


terjadinya perilaku bullying di Sman 2 Barru. Hasil penelitian menunjukan bahwa
memiliki hubungan keluarga, pengaruh teman sebaya dan memiliki hubungan
penggunaan media dalam hal ini handphone.
Islam melarang perilaku bullying seperti menghina, mengejek, atau
mencela sesama manusia terlebih umat islam lainnya, jelaskan dalam Al-
Qur’an Surah Al-Hujurat: 11, dan artinya “Wahai orang-orang yang
beriman. Janganlah suatu kaum mengolok-olok yang lain, (karena)
mereka mungkin lebih unggul dari kaum (yang mengolok-olok) dan
ingatlah bahwa wanita yang berbeda (dalam cahaya). dari kenyataan
bahwa) mungkin begitu wanita (yang diejek) lebih tinggi dari wanita (yang
diejek). Panggilan yang paling buruk adalah (panggilan ) yang buruk
(curang) setelah menerima. Selanjutnya barangsiapa tidak meminta maaf,
maka pada saat itu, mereka adalah orang-orang yang melampaui batas”
(QS. Al-Hujuraat: 11).

Di dalam Surat Al-Hujuraat ini dapat memberikan pengertian bahwa


mengejek atau memanggil orang lain dengan suatu julukan dapat
diartikan menjadi dua yaitu julukan yang bersifat baik dan julukan yang
bersifat tidak baik, tetapi kebanyakan di zaman sekarang banyak setiap

4
manusia ke manusia yang lainnya menggunakan julukan yang kurang
baik bahkan tidak baik sekalipun.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti pada siswa-siswi
kelas SMP N 1 Telaga Jaya dengan 8 orang siswa, 6 orang siswa pernah
menjadi korban bullying baik bullying fisik seperti perkelahian dengan
teman maupun non-fisik seperti hinaan atau ejekan dengan nama orang
tua, pekerjaan orang tua bahkan kerabat terdekat orang tua. Selain itu
rata-rata dari 8 orang siswa yang diwawancarai pernah melakukan
bullying karena mereka berpikir “hanya bercanda” bahkan terdapat 2
orang siswa sudah sering melakukan bullying berdasarkan keterangan
dari siswa lainnya bahwa pelaku bullying ini memiliki hubungan tidak baik
dengan orang tua.
Berdasarkan uraian latar belakang peneliti mengambil kesimpulkan
bahwa perilaku bullying dapat dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya
dan lingkungan, kasus bullying lebih banyak terjadi di lingkungan sekolah
sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku bullying pada remaja siswa di SMP N 1 Telaga
Jaya”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang dapat diidentifikasi
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Kasus kekerasana pada anak termasuk bullying di Provinsi Gorontalo
terbilang tinggi yaitu sebanyak 177 kasus.
2. Berdasarkan hasil survey dengan mewawancarai 8 orang siswa diketahui
bahwa dari 8 orang siswa, 6 orang siswa mengatakan pernah menjadi
korban bullying baik bullying fisik seperti perkelahian dengan teman
maupun non-fisik seperti hinaan atau ejekan dengan nama orang tua,
pekerjaan orang tua bahkan kerabat terdekat orang tua.
3. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 8 orang siswa,
diketahui perilaku bullying pada remaja siswa di sekolah sering terjadi,
bahkan mereka berpikir bahwa hinaan atau ejekan hanyalah sebuah
candaan saja.

5
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu. “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying
pada remaja siswa di SMP N 1 Telaga Jaya?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying pada
remaja siswa di SMP N 1 Telaga Jaya.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya pengaruh fungsi keluarga dengan perilaku bullying pada
remaja siswa di SMP N 1 Telaga Jaya.
2. Diketahuinya pengaruh konformitas teman sebaya dengan perilaku bullying
pada remaja siswa di SMP N 1 Telaga Jaya.
3. Diketahuinya pengaruh lingkungan dengan perilaku bullying pada remaja
siswa di SMP N 1 Telaga Jaya.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoretis
Manfaat bagi perkembangan ilmu pegetahuan (akademik) agar dapat
dimanfaatkan oleh ilmuan lain dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta dapat di aplikasikan dalam asuhan keprofesian.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penelitian Lain
Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta dapat menjadi bahan
referensi dan bahan perbandingkan untuk penelitian selanjutnya dengan
mengambil variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Bagi Akademik
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat diteliti untuk mengembangkan
lembaga secara keilmuan.
3. Bagi Sekolah dan Siswa

6
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan untuk
menyikapi masah yang ada di sekolah termasuk (bullying). Bagi responden
dapat dijadikan sebagai bahan informasi agar tidak melakukan bullying.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum  Tentang Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia
remaja adalah 10-20 tahun dan belum menikah. Masa muda merupakan
waktunya kemajuan yang dipisahkan dengan pergantian raga, gairah dan
mental. Masa anak muda, ialah antara umur 10- 19 tahun, ialah masa
pertumbuhan organ konsepsi manusia, serta kerap diucap pubertas.
Masa muda ialah masa pergantian dari remaja menuju dewasa (Widya,
2015).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa pubertas ke


masa dewasa atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik Masa anak
muda ialah salah satu fase progresif yang diisyarati dengan pertumbuhan
organ intim serta terpenuhinya keahlian bereproduksi, dimana salah satu
ciri pubertas seseorang wanita yakni terbentuknya haid
primer( menarche). Siklus ataupun periode kewanitaan merupakan
keluarnya cairan dari Miss V secara intermiten karena adanya unit
lapisan endometrium uterus (Alasiry, 2016).

Periode remaja merupakan masa perpindahan dari tahap anak-anak


yang mengalami perubahan dalam aspek perkembangan baik kognitif,
fisik, psikologis dan sosial. Sebagian besar anak muda mengalami
masalah dalam mendominasi perubahan formatif baik secara aktual
maupun mental. Ketidakberdayaan kaum muda untuk mendominasi
perubahan formatif sebaliknya dapat mempengaruhi kaum muda secara
mental dan sosial dengan bertindak tidak normal dan mengabaikan
prinsip-prinsip sosial yang cocok. Ketegangan yang dirasakan anak muda
yang tidak bisa dituntaskan hendak berganti menjadi perjuangan yang
berlarut-larut, menimbulkan sensasi kesengsaraan yang berujung pada

7
ketidakpuasan. Salah satu tanggapan yang muncul karena ketidakpuasan
adalah kebrutalan. (Byrne, 2012)

2.1.2 Batasan Usia Remaja


Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia
12 atau 13 tahun dan berakhir pada akhir anak muda atau pertengahan
dua puluhan. Pria muda dewasa lebih lambat daripada wanita muda, jadi
pria muda mengalami waktu pubertas awal yang lebih terbatas, meskipun
faktanya pada usia 18 mereka dipandang sebagai orang dewasa, sangat
mirip dengan wanita muda. Oleh karena itu, secara teratur pria muncul
lebih sedikit untuk usia mereka daripada wanita. Bagaimanapun,
kehadiran status yang lebih berkembang sama sekali berbeda dengan
perilaku remaja yang lebih muda (Jahja, 2014).

Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja


akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa
perubahan besar saling bertautan dalam semua ranah perkembangan
pada masa ini remaja banyak mengalami kesulitan. Sesuai WHO, sejauh
mungkin untuk remaja adalah 12 hingga 24 tahun. Menurut Layanan
Kesejahteraan Indonesia, mereka berada di kisaran usia 10 dan 19 tahun
dan belum menikah. Sesuai BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Wilis,
2013).

2.1.3 Perkembangan Fisik Masa Remaja


Perkembangan fisik pada remeja merupakan perubahan yang
terjadi pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik.
Perkembangan ini digambarkan dengan peningkatan tinggi dan berat
badan, perkembangan tulang serta otot, serta pertumbuhan organ intim
serta kapasitas konsepsi. Pada masa anak muda berlangsung
perkembangan aktual yang kilat diiringi dengan banyak pergantian,
tercantum pertumbuhan organ konsepsi( organ intim).pergantian yang

8
terjadi dalam perkembangan ini diikuti dengan adanya tanda-tanda yang
menyertainya (Widya, 2015):
1. Tanda-tanda seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat
kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat rahim pada anak
umur 11 ataupun 12 tahun kira- kira 5, 3 gr, pada umur 16 tahun berat
wajarnya 43 gr. Salah satu indikasi perkembangan organ konsepsi pada
wanita adalah munculnya siklus kewanitaan. cairan tubuh dan jaringan sel
sesekali dari rahim, yang akan terjadi kira-kira secara berkala. Ini
berlangsung sampai menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar
lima puluhan (Komang, 2014).
2. Tanda-tanda seks sekunder
Tanda-tanda seks sekunder pada wanita antara lain (Sarwono, 2016)
:
a. Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-
laki. Pertumbuhan rambut kemaluan terjadi setelah pinggul dan dada
mulai terbentuk. Rambut ketiak dan pertumbuhan janggut muncul
setelah siklus kewanitaan. Semua rambut dengan pengecualian
pertumbuhan janggut lurus, pada saat itu, menjadi lebih boros, lebih
kasar, lebih tidak jelas dan agak bergelombang.
b. Pinggul
Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini
sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya
lemak di bawah kulit.
c. Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting
susu menonjol. Hal ini terjadi sesuai dengan pergantian peristiwa dan
ukuran organ payudara sehingga payudara menjadi lebih besar dan
bulat.
d. Kulit
Kulit seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-
pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita
tetap lebih lembut.

9
e. Kelenjar
Lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
menjadi lebih aktif. Penyumbatan pada organ lemak dapat
menyebabkan kulit break out. Organ keringat dan baunya yang tajam
sebelum dan selama siklus kewanitaan.
f. Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

g. Suara
Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
wanita.
2.1.4 Perkembangan Psikis Masa Remaja
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada
remaja (Bahiyatun, 2010) :
1. Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:
a. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Pada dasarnya sering
terjadi pada remaja putri, terutama sebelum siklus bulanan
a. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar
yang mempengaruhinya. Itulah alasan mengapa tidak sulit untuk terlibat
dalam pertempuran. Suka mencari pertimbangan dan bertindak tanpa
berpikir terlebih dahulu.
b. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih senang pergi
bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
2. Perkembangan intelegensia Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:
a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan
kritik.
b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku
ingin mencoba-coba. Bagaimanapun, dari semua itu, jalannya
perubahan mental terjadi lebih santai daripada perubahan yang
sebenarnya.
2.1.5 Perkembangan Kognitif Masa Remaja

10
Perkembangan kognitif berupa kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir dan bahasa. Dalam pandangan Piaget, remaja
secara efektif mengembangkan dunia intelektualnya, di mana information
yang diperoleh tidak segera dituangkan ke dalam cetak biru
intelektualnya. Anak-anak telah memiliki pilihan untuk mengenali hal-hal
atau pikiran-pikiran yang lebih penting daripada pikiran lain, kemudian,
pada saat itu, remaja juga mengembangkan pemikiran tersebut. Seorang
remaja mengumpulkan apa yang mampu dan diperhatikan, namun remaja
dapat menangani perspektif mereka sehingga memunculkan pemikiran
yang inovatif (Dea, 2015).

2.1.6 Perkembangan Sosial Remaja


Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam
hubungan yang sebelumnya belum pernah ada, dan menyesuaikan
dengki dengan orang berumur di luar keluarga dan sekolah. Untuk
mencapai tujuan rancangan orang dewasa , pemuda harus
melaksanakan banyak pergantian . (Dewi , 2015) mengemukbakal
penyesuaian diri yang tersulit dan terpenting adalah:
1. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya
Remaja lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah bersama dengan
teman-teman sebaya sebagai kelompok,sehingga wajar jika dampak
pertemanan pada perspektif, keinginan , penampilan , dialog , dan sikap
lebih berpengaruh dari imbas yang diimplementasikan oleh keluarga.
2. Perubahan dalam perilaku sosial
Pada masa remaja kesempatan untuk melibatkan diri pada kegiatan-
kegiatan sosial sangatlah luas, dengan tujuan biar pemahaman sosdial
yang digerakkan oleh para pemuda pula bakal lebih lebar . Orang-orang
kecil sanggup memperhitungkan mereka dengan lebih bagus , dengan
tujuan agar perubahan dalam situasi persahabatan meningkat dan
pertempuran menjadi lebih sedikit. Semakin ramah minat, semakin
menonjol keterampilan anak muda.
3. Pengelompokkan sosial yang baru

11
Gangs pada masa kanak-kanak berangsur mulai ditinggalakan pada masa
puber dan masa remaja awal, saat keinginan perseorangan berganti ke
kursus sosial yang resmi dan tidak sangat meletihkan . dekat ketika itu
tampak pertemuan sosial lain.
4. Nilai baru dalam memilih teman
Remaja menginginkan teman yang memiliki minat dan nilai-nilai yang
sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan dapat
memberikan dan berbicara tentang masalah atau hal-hal yang tidak dapat
diperiksa dengan wali atau instruktur.
5. Nilai baru dalam penerimaan sosial
Remaja mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima
anggota berbagai golongan setingkat serupa klik serta kumpulan . ponten
kredit ini p tampak ponten kredit kalangan yang buat menyurvei
perseorangan kalangan . golongan belia mulai memahami apabila mereka
ditentukan oleh norma-norma serupa yang dengannya orang lain dinilai.
6. Nilai baru dalam memilih pemimpin
Remaja merasa pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka dalam
masyarakat, mereka membutuhkan individu yang amat sesuai yang hendak
ditaksiran serta disangka oleh orang lain serta dengan teknik ini akan
menolong mereka.

2.1.7 Tugas Perkembangan Remaja


Dalam masa remaja ini terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan untuk mencapai kedewasaan sosial. Tugas formatif pemuda
difokuskan pada bekerja pada mentalitas kekanak-kanakan dan standar perilaku
dan bersiap-siap untuk dewasa. Menurut (Sulasmini, 2019) menyebutkan adanya
sepuluh perkembangan remaja yaitu:

1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebayanya, baik


dengan teman-teman semacam atau dengan kelas jantina lain. Ini
menyiratkan apabila pemuda memansertag mereka selaku orang cukup
umur di antara orang cukup umur. Mereka sanggup menolong satu
sepadan lain, beralih peetnisaan, menyanjung serta menyanjung satu
sepadan lain dengan ataupun tanpa kendali.

12
2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-
masing. sanggup menerima serta melaksanakan andilan peranan masing
– masing selaku laki – laki serta cewek dalam norma rakyat yang ada.
3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif-
efektifnya dengan perasaan puas.
4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya.
Orang-orang muda tidak benar-benar memiliki sifat jujur yang selalu terikat
dan melindungi orang tua mereka dan orang dewasa lainnya.
5. Mencapai kebebasan ekonomi. anak muda merasa bisa buat hidup
berlandaskan upaya sendiri, paling utama buat golongan laki-laki.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan artinya
belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan minat.
7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga. Mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan keluarga dan
memiliki anak.
8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang
diperlukan untuk kepentingan hidup masyarakat, yang menyiratkan bahwa
menjadi anggota masyarakat yang produktif harus memiliki dan memahami
informasi tentang hukum, pemerintahan, aspek keuangan, tentang naluri
manusia dan lembaga sosial.
9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan. misalnya dengan mengadakan dan mengikuti
senam ramah tamah, dipercaya anak muda akan benar-benar mau
menghargai dan menyukai kualitas sosial yang ada di daerahnya.
10. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-
tindakannya dan sebagai pandangan hidup Norma- norma tersebut secara
sadar dibesarkan serta direalisasikan dalam menetapkan peran manusia.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Perilaku Bullying

2.2.1 Pengertian Perilaku Bullying


Bullying berasal dari kata serapan dalam bahasa Inggris (bully)
yang artinya menggertak atau mengganggu. Bullying adalah tindakan
agresi yang di lakukan berupa kekerasan fisik, verbal, atau mental yang

13
dengan sengaja dilakukan oleh orang lain atau kumpulan individu yang
merasa solid atau kuat dengan niat penuh untuk melukai individu atau
kumpulan individu yang merasa tidak berdaya (Wiyani, 2013).

Bullying merupakan salah satu bentuk kekerasan yang biasa


dilakukan oleh seseorang untuk menunjukan kekuasaannya kepada
orang lain yang bertujuan menganggu, menyakiti, ahkan sampai
mengancam keselamatan. Isu yang melecehkan ini ternyata menjadi
intens karena membuat korban merasa resah, sedih, rendah diri,
sengsara, penarikan sosial dan bahkan penghancuran diri (Firmawati,
2021).

Bullying adalah perilaku agresif yang ditunjukkan oleh sejumlah


orang atau seseorang untuk menunjukkan sikap superior terhadap yang
lain melalui sikap tidak sopan, sebagai kebrutalan dan intimidasi yang
dilakukan terus-menerus. Penyiksaan diselesaikan dengan sudut yang
disengaja untuk membanjiri, menyakiti, atau membuang kekuatan yang
tidak seimbang baik secara aktual, usia, kapasitas intelektual,
kemampuan, dan posisi sosial. Oleh karena itu, anak-anak yang
umumnya akan melakukan tindakan penyiksaan akan merasa semakin
impresif di iklim tersebut (Fajri, 2013).

Kejadian bullying dapat terjadi dimana saja baik di lingkungan


keluarga, masyarakat maupun sekolah, akan tetapi kejadian bullying lebih
tinggi terjadi di sekolah. Kejadian bullying lebih sering pada Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan sekolah menengah (SMA) dengan alasan
bahwa remaja saat ini memiliki egosentrisme yang tinggi. Kecenderungan
untuk menjadi penyintas pelecehan lebih normal pada wanita di mana
rasa percaya diri wanita rendah dibandingkan dengan pria (Astuti, 2014).
Pengulangan pelecehan lebih tinggi di sekolah berbasis uang sekolah
daripada di sekolah yang didanai pemerintah, karena ketergantungan
pada pertemuan teman dan selama pra-dewasa mereka memiliki
egosentrisme yang tinggi (Kristinawati, 2015).

14
Bullying atau pelecehan dapat terjadi lewat kata-kata atau
perbuatan yang bertujuan untuk membuat mental lawannya jatuh atau
tertekan. Tujuan lain adalah untuk mengendalikan seseorang melalui
kata-kata yang mengganggu dan merendahkan. Perbuatan biadab atau
melecehkan adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang ataupun
sekelompok orang secara berulang- ulang yang menyalahgunakan
kekuasaan dengan iktikad seluruhnya buat merugikan tujuan secara
intelektual ataupun secara para korban nyata (Sugijokanto, 2014).

Bullying adalah suatu masalah sosial yang merupakan bagian dari


perilaku kekerasan secara agresif dengan ciri-ciri menyakiti baik secara
fisik, verbal, mental, melalui orang tengah atau tanpa perantara,
menyalahgunakan kebebasan, kontras kekuasaan antara pelaku dan
korban dan selesai berulang-ulang.ebih-lebih yang terjalin pada anak-
anak serta pemuda , eksklusifnya pada umur muda (Laila, 2019).

2.2.2 Ciri-ciri Bullying

Menurut (Kholilah, 2012), ciri-ciri bullying antara lain ;

1. Bullying dilakukan oleh seseorang atau kelompok (geng) yang bertujuan


untuk membuat korbannya tidak dapat mempertahankan dirinya.
2. Bullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan berkali-kali
3. Bullying menyebabkan perasaan tidak nyaman dan tidak senang pada
seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu tertentu.
Ciri-ciri pelaku bullying menurut (Laila, 2019), antara lain:
1. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di Sekolah
2. Menempatkan diri ditempat tertentu disekolah
3. Merupakan tokoh popular disekolah
4. Dapat ditandai seperti berjalan didepan, sengaja menabrak, berkata kasar,
melecehkan.
Ciri-ciri korban bullying (Susanto, 2010) antara lain :
1. Secara akademis, korban terlihat kurang cerdas dari orang yang tidak
menjadi korban atau sebaliknya.

15
2. Secara sosial, korban terlihat memiliki hubungan erat dengan orang tua
mereka.
3. Secara mental dan perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai
orang yang bodoh dan tidak berharga
4. Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban yang laki-laki lebih
sering mendapatkan siksaan secara langsung. Dan korban perempuan
mendapatkan siksaan tidak langsung yaitu dengan kata-kata.
5. Secara antar individu, walaupun korban menginginkan penerimaan secara
sosial, mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan yang
menjerumus kearah sosial.
2.2.2 Bentuk-bentuk Bullying
Menurut (Hymel et al, 2012) bentuk-bentuk bullying terbagi menjadi 4, yaitu
antara lain :
1. Bullying Verbal
Bullying Verbal merupakan bentuk bullying yang dapat ditangkap oleh indra
pendengaran, ialah mengejek,menggoda,penghinaan ras, mempermalukan
didepan mondial, menuding dan yang lain.
2. Bullying Fisik
Bullying fisik merupakan bentuk bullying yang terjadi dan dilakukan dengan
sentuhan fisik antara pelakon dan juga korban yang sanggup ditinjau
dengan mata. Yang tercatat disini adalah menampar, mencekik, memukul,
menekan, menensertag, menyentak, mengigit, mencakar, mengusik,
meludahi, memeras, mengacam dan juga yang lain.
3. Bullying Mental atau Psikologis
Bullying mental atau psikologis merupakan bentuk bullying yang tidak
ditangkap mata serta kuping, yang tercatat disini yaitu memansertag sisnis
maupun penuh intimidasi, mengucilkan, menjauhkan, menggantungkan,
mencibir, mengintip dan juga yang lain.
4. Cyberbullying
Cyberbullying merupakan bentuk bullying yang terbaru yang dilakukan
melalui media elektronik seperti computer, hp, website serta media social
yang lain. Tidak hanya itu bisa berbentuk tulisan, foto serta video yang
bertujuan buat mengintimidasi menakuti serta menyakiti korban.
2.2.3 Karakteristik terjadinya Bullying

16
Karakteristik bullying Menurut ((Wiyani, 2012), antara lain ;
1. Tradisi Senioritas
Tradisi senioritas telah menjadi warisan yang terus menerus aktif yang
selalu dijadikan selaku tumpuan an menjalankan bullying.
2. Keluarga
Keluarga adalah agen sosialisasi yang merupakan karakter pembentuk
anak ke hal yang baik ataupun yang kurang serta kemudian menyusup dari
lahir capai anak belia dengan struktur keluarga berlaku seperti salah satu
faktornya.
3. Jenis Kelamin (Gender)
Anak Laki-laki umumnya lebih agresif dibandingkan anak Perempuan,
terutama dalam hal perilaku kriminal.
4. Iklim Sekolah yang tidak harmonis
Lingkungan, praktik dan kebijakan sekolah mempengaruhi aktivitas, tingkah
laku, dan juga interaksi penuntut di sekolah. suasana sekolah yang tidak
tenteram serta nyaman misalnya peraturan yang tidak ditegakkan.

5. Karakter individu atau kelompok (Teman Sebaya)


Pada usia remaja seseorang akan mulai ncari jati diri dan selalu ingin
diperhatikan salah satunya ialah dengan mendirikan golongan atau
kelompok . Tersanggupnya rasa bersedia terkemuka, kesumat iri batin,
dorongan hati bikin memahami dalam sebuah gerombolan, jadi salah satu
penilaian tindakan tormenting.
6. Riwayat sebagai korban maupun pelaku kekerasan
Seorang anak yang pernah menjadi korban kekerasan akan cenderung
melakukan kekerasan juga kepada temannya. Serta kadangkala seorang
yang luang menunaikan kekerasan mengarah akan menunaikan kekerasan
lagi berlaku seperti ekspresi rasa senang dan juga bersedia dipuji.
7. Terpapar kekerasan dari media
Media TV, film, atau game dapat menjadi contoh perilaku kekerasan pada
anak yang akhirnya ditiru.
2.2.4 Dampak Bullying
Menurut (Trevi, 2010) bahayanya jika bullying menimpa korban secara
berulang-ulang. Konsekuensi harassing untuk yakni korban akan merasa

17
desakan kejiwaan serta marah, dia marah kepada dirinya sendiri, kepada
orang- orang di sekelilingnya dan kepada orang lanjut usia yang tidak sanggup
ataupun tidak bersedia menolongnya. hal itu kemudan mulai pengaruhi performa
akademiknya. Beberapa akibat bullying;

1. Dampak Bagi Pelaku


Pelaku akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat
mengembangkan hubungan yang sehat, kurang cakap buat memandang
dari perspektif lain, tidak mempunyai empati, Dengan melaksanakan
harassing, pelakon hendak berpikiran kalau mereka mempunyai kekuasaan
terhadap kondisi. Bila dibiarkan selalu tanpa intervensi, sikap harassing ini
bisa menimbulkan terjadinya sikap lain berbentuk kekerasan kepada anak.

2. Dampak bagi korban dan siswa lain yang menyaksikan bullying


Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang
menjadi penonton dapat berasumsi bahwa bullying merupakan sikap yang
diperoleh selaku sosial. Dalam keadaan ini, sepenggal pelajar sanggup jadi
akan bercampur dengan penekan sebab waswas jadi tujuan selanjutnya
dan sepenggal yang lain dapat jadi cuma akan tenang saja tanpa
menjalankan apapun dan yang withering serius mereka merasa tidak harus
menghentikannya.
Tidak cuma imbas - imbas bullying yang telah dipaparkan di menurut, riset
- penelitian yang dicoba baik di dalam maupun luar negeri menunjukkan
seumpama bullying menyebabkan dampak-dampak minus :
1. Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian.
2. Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena korban
merasa tidak diterima oleh teman-temannya, tidak hanya itu dirinya pula
memiliki pengalaman kandas yang selalu dalam membina pertemanan,
ialah di menace oleh sahabat dekatnya sendiri.
3. Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku,
dendam,mau keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, apalagi
terdapat yang menyilet- nyilet tangannya.
Adapun di dapatkan beberapa dampak bullying (Wiyani, 2012), antara lain:

18
1. Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas dan takut yang berlebihan,
stress, tekanan mental, tertekan, terancam, kesepian, dendam, apalagi
membahayakan dirinya dengan kemauan buat bunuh diri.
2. Konsep diri sosial korban bullying menjadi kurang karena korban merasa
tidak diterima oleh sahabatnya, malu, merasa rendah diri serta tidak
berharga, susah berkonsentrasi, mau keluar sekolah serta membenci area
sosialnya.
3. Gangguan pada kesehatan fisik misalnya sakit kepala, demam, dll.
Menurut Fitria (2015) bullying ini dilakukan secara berulang-ulang dan
sengaja adapun dampak dari tindakan bullying antara lain:
1. Depresi
Adanya bullying yang dilakukan atau ditimbulkan oleh sesama siswa di
sekolah bisa memunculkan tekanan mental untuk para siswa yang jadi
korban terdapatnya harassing. Tekanan mental ialah sesuatu keadaan
yang ditimbulkan sebab perasaan pilu yang berakibat kurang baik pada
aksi, perasaan serta kesehatan mental. Tekanan mental yang
berkelanjutan bisa menimbulkan kendala kejiwaan.

2. Minder
Minder merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak lebih
baik dari orang lain. Minder bisa dikatakan selaku hilangnya rasa yakin diri
ataupun minimnya rasa yakin diri. Terdapatnya harassing yang dicoba
ataupun ditimbulkan oleh sesama siswa
di sekolah bisa memunculkan minder untuk para siswa yang jadi korban
terdapatnya tormenting.
3. Malu dan ingin menyendiri
Malu dan ingin menyendiri merupakan salah satu dari karakteristik
manusia. namun malau serta mau menyendiri disini diakibatkan sebab aksi
tormenting yang terjalin padanya. Terdapatnya tormenting yang dicoba
ataupun ditimbulkan oleh sesama siswa di sekolah bisa memunculkan rasa
malu serta mau menyendiri untuk para siswa yang jadi korban terdapatnya
harassing.
4. Luka fisik

19
Luka fisik yang ditimbulkan siswa merupakan luka yang masih membekas
dan bisa nampak oleh mata semacam sisa cubitan maupun semacamnya.
Terdapatnya tormenting yang dicoba ataupun ditimbulkan oleh sesama
siswa di sekolah bisa memunculkan cedera raga untuk para siswa yang jadi
korban terdapatnya harassing.
5. Sering sakit tiba-tiba, misalnya sakit perut atau pusing
Sering sakit secara tiba-tiba merupakan salah satu akibat dari tindakan
bullying di sekolah. Para siswa kerap mengeluhkan sakit sebab kena
pukulan ataupun tonjokan dari siswa pelakon harassing.
6. Merasa terisolasi dari pergaulan
Tindakan bullying dapat menyebabkab seseorang menjadi terisolasi dari
pergaulan. Merasa dikucilkan dari pergaulan sebab merasa tidak dikira oleh
siswa yang lain, dan cenderung buat diremehkan.
7. Prestasi akademik merosot
Timbulnya tindakan bullying siswa dapat menyebabkab prestasi akademik
yang merosot. Merosotnya prestasi akademik bisa membuat siswa tekanan
mental akibat perlakuan harassing. Siswa jadi tidak bergairah dalam
belajar.

8. Kurang bersemangat
Adanya bullying dapat menimbulkan berbagai reaksi dari siswa. Salah satu
reaksi yang ditimbulkan oleh siswa ialah kurang bergairah dalam belajar
ataupun semangat belajar yang terus menjadi. menyusut. Terdapatnya
cibiran dari siswa lain bisa membuat siswa jadi malas buat belajar. Siswa
yang malas belajar hendak berimbas pada prestasi akademiknya yang
terus menjadi menyusut.
9. Ketakutan
Ketakutan merupakan suatu hal yang wajar dan lumrah. Rasa takut yang
tiba berasal dari ketakutan yang ditimbulkan oleh siswa ialah ketakukan
yang diakibatkan sebab ingat serta injury dari aksi harassing. Rasa
khawatir yang berkelanjutan bisa membuat siswa jadi tekanan mental
sebab khawatir jika perihal yang seragam bisa terjalin lagi padanya.
10. Bahkan, bisa menyebabkan keinginan untuk mengakhiri hidup

20
Akibat dari adanya tindakan bullying yang paling fatal adalah keinginan
untuk mengakhiri hidup yang ditimbulkan oleh korban tormenting.
Harassing yang sangat parah bisa membuat perihal tersebut jadi
membekas dalam ingatan serta dapat menyebabkan tekanan mental berat.
Dengan terdapatnya tekanan mental berat bisa memunculkan kemauan
buat mengakhiri hidup sebab telah putus asa.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bullying memeiliki
dampak berupa depresi, minder, malu serta mau menyendiri, cedera raga,
kerap sakit secara seketika, misalnya sakit perut ataupun pusing, merasa
terisolasi dari pergaulan( paling utama dengan sahabat), prestasi akademik
sekolah merosot, serta kurang bergairah dalam belajar sebab merasa
ketakutan, dan dapat menimbulkan kemauan buat mengakhiri hidup sebab
depresi.
2.2.6 Komponen bullying
Komponen bullying Ada 3 komponen dalam bullying yaitu:
1. Penindas atau pelaku bullying
Menurut Coloroso (2007) dalam Ardian (2017) pelaku bullying memiliki
ciri-ciri: suka mendominasi, suka menggunakan orang lain buat
mendapatkan apa yang mereka ingin, merasa kesulitan memandang
atmosfer dari sudut pandang orang lain, ketidakperdulian pada kebutuhan,
hak- hak dan perasaan orang lain, dan hanya perduli pada dirinya sendiri,
kecenderungan buat melukai kanak- kanak kala mereka tidak didampingi
orang tuanya maupun orang berumur yang lain, memandang teman dan
saudara- kerabat mereka sebagai mangsa mereka, mengenakan
kesalahan, kritikan dan tuduhan- tuduhan yang keliru buat memproyeksikan
ketidakcakapan mereka kepada targetnya, tidak bertanggung jawab atas
masing- masing aksi mereka lakukan, tidak memiliki pemikiran terhadap
masa depan, yakni tidak mampu memikirkan konsekuensi jangka pendek,
jangka panjang serta yang dapat jadi tidak di idamkan dari perilaku mareka
disaat itu.
Bersumber pada ungkapan diatas perihal yang sama terjalin di SMPN 1
Talaga Jaya kalau penidas mempunyai karakteristik egois, mau menang
sendiri, mau jadi jagoan serta mendominasi sahabatnya.
2. Tertindas atau Korban

21
Menurut Wiyani (2012) dalam Ardian (2017) korban memiliki ciri-ciri
sebagai berikut antara lain Terdapatnya kesusahan dalam menjajaki
pendidikan, prestasi di bidang akademik menyusut, merasa malu, apalagi
menarik diri dari pergaulan. risau dan muram, apalagi dapat melaksanakan
tormenting pada kerabat kandung. Perihal ini nyaris sama dengan yang
terjalin di SMPN 1 Talaga Jaya antara lain pendiam, lemah raga serta
akademis, takut ataupun khawatir, menyendiri serta enggan bermain
dengan sahabatnya.
3. Penonton atau saksi
Menurut Coloroso (2007) Ardian (2017) penonton atau saksi memiliki ciri-
ciri diantaranya antara lain pemirsa ataupun saksi yang tidak ikut serta.
Mereka ini menyaksikan kejadian tetapi mengacuhkan serta menyangka
kejadian tersebut tidaklah urusannya. Orang yang berpotensi jadi pembela.
dimana dalam perihal ini tidak menggemari sikap tormenting serta berfikir
sepatutnya mereka membantu, tetapi tidak melaksanakan. Para pembela
sasaran, mereka merupakan siswa yang berupaya membela serta
menolong sasaran sebab ketidaksukaan mereka terhadap tormenting.
Perihal ini sama dengan aksi yang terjalin di SMPN 1 Telaga Jaya antara
lain siswa sempat ikut serta tormenting, siswa tidak sempat ikut serta serta
siswa jadi saksi ataupun pelapor.

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying


Setiap tindakan baik berupa perilaku positif maupun negatif mempunyai
latar belakang ataupun (penyebab) yang mempengaruhi sehingga menimbulkan
perihal itu terjalin. Sama halnya dengan sikap ataupun aksi harassing.
Tormenting pula memiliki sebagian aspek yang pengaruhi pemicu terbentuknya.
Aksi tormenting bisa terjalin sebab terdapatnya kesenjangan kekuatan.
Terdapatnya kesenjangan kekuatan tersebut terjalin bukan cuma dalam perihal
perbandingan umur namun dalam perihal dimensi badan, kekuatan badan,
perilaku serta karakter, Bagi Sugijokanto( 2014) terdapat sebagian aspek ialah:
1. Fungsi Keluarga
Keberadaan individu dalam keluarga yang tentang bagaimana
kehidupan di lingkungan keluarganya serta metode mendidik dalam
keluarga serta pola asuh orang tua terhadap anaknya yang baik ataupun

22
kurang, dengan anak yang kurang memperoleh kasih sayang dari rang
tuanya mungkin bisa merangsang terbentuknya perlakuan kurang baik
anak terhadap orang lain. Bagi( Laila, 2019) mengemukakan 6 ciri aspek
latar balik dari keluarga yang mempengaruhi bullying pada individu, yaitu
sebagai berikut;
a. Lingkungan emosional yang beku dan kaku dengan tidak terdapatnya
bersama memperhatikan serta memberikan kasih sayang yang hangat.
b. Pola asuh yang permissive dengan pola asuh serba membolehkan,
sedikit sekali membagikan ketentuan, halangi guna berperilaku, struktur
keluarga yang kecil.
c. Pengasingan keluarga dari masyarakat, kurangnya kepedulian terhadap
hidup bermasyarakat, dan sedikitnya keterlibatan keluarga dalam
kegiatan bermasyarakat.
d. Konflik yang terjadi antara orangtua, dan ketidakharmonisan dalam
keluarga.
e. Penggunaan disiplin, orangtua gagal untuk menghukum atau malah
memperkuat perilaku agresi dan gagal untuk memberikan penghargaan.
f. Pola asuh orang tua yang otoriter dengan menggunakan kontrol dan
hukuman selaku wujud disiplin yang besar, orang tua berupaya guna
menciptakan rumah tangga dengan ketentuan yang standar serta kaku.
Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian yang baik untuk
anak (Lestari, 2012) antara lain:
a. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika
anak-anak memperoleh cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang
tuanya, sampai pada dikala mereka terletak di luar rumah serta hadapi
masalah- kasus baru mereka hendak dapat hadapi serta
menyelesaikannya dengan baik. Kebalikannya apabila kedua orang tua
sangat turut campur dalam urusan mereka ataupun mereka
memaksakan anak- anaknya buat menaati mereka, hingga sikap kedua
orang tua yang demikian ini hendak jadi penghalang buat kesempurnaan
karakter mereka.
b. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Sebab perihal ini hendak
menimbulkan perkembangan kemampuan serta kreativitas ide kanak-

23
kanak yang pada kesimpulannya kemauan serta keinginan mereka jadi
kokoh serta sebaiknya mereka diberi hak seleksi.
c. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di
sini bukan berarti bersikap sopan secara lahir hendak namun tidak
hanya ketegasan kedua orang tua, mereka wajib mencermati kemauan
serta permintaan natural serta fitri kanak- kanak. Silih menghormati
maksudnya dengan kurangi kritik serta pembicaraan negatif sekaitan
dengan karakter serta sikap mereka dan menghasilkan hawa kasih
sayang serta keakraban, serta pada waktu yang bertepatan kedua orang
tua wajib melindungi hak- hak hukum mereka yang terpaut dengan diri
mereka serta orang lain. Kedua orang tua wajib berlagak tegas biar
mereka pula ingin menghormati sesamanya.
d. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan
terhadap anak-anakberarti membagikan penghargaan dan kelayakan
terhadap mereka, karena Mengenai ini hendak menjadikan mereka maju
dan berupaya serta berani dalam berlagak. Kepercayaan kanak- kanak
terhadap dirinya sendiri hendak memunculkan mereka mudah buat
menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka.
Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan
membantu orang lain mereka merasa keberadaannya berguna serta
berarti.
e. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan
anak). Dengan memandang keingintahuan fitrah serta kebutuhan jiwa
anak, mereka senantiasa mau ketahui tentang dirinya sendiri. Tugas
kedua orang tua menggambarkan memberikan informasi tentang
susunan badan dan pergantian serta perkembangan anak- anaknya
terhadap mereka. Tidak cuma itu kedua orang tua harus mengenalkan
mereka tentang kasus keyakinan. Apabila kedua orang tua bukan
sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup buat anak- anaknya sampai
kanak- kanak hendak mencari contoh lain; baik dan Mengenai ini hendak
mempersiapkan sarana penyelewengan anak, yang withering berarti
ialah jika ayah dan bunda ialah salah satunya teladan yang dini buat
anak- anaknya dalam pembuatan kepribadian, begitu pula anak secara
tidak sadar mereka hendak terbawa- membawa, sampai kedua orang tua

24
di ayo berperan sebagai teladan buat mereka baik teladan pada tataran
teoritis maupun praktis. Ayah dan bunda dikala saat sebelum mereka
memusatkan nilai- nilai agama dan akhlak serta emosional kepada anak-
anaknya, dini mereka sendiri harus mengamalkannya
Berdasarkan penelitian, anak-anak yang suka membully biasanya mereka
tidak merasa mempunyai keahlian ataupun tidak yakin diri. Contoh, apabila di
rumah ia bukan tercantum anak yang agresif maupun bukan tercantum anak
yang suka menunjukkan kekokohannya. Dampaknya, mereka hendak mencari
tempat lain buat menghasilkan kekokohannya dengan melakukan bullying di
tempat lain, misalnya, di sekolah. Anak yang tidak terasah kemampuan
empatinya dan sering memandang contoh kekerasan selaku metode buat
menampilkan kekuatan, pula berisiko jadi pelakon bullying. Berikut ini merupakan pemicu
lain anak jadi pelakon bullying (Myres, 2012):
a. Tidak ada teladan di rumah, sehingga anak tidak belajar mengenai
perilaku yang benar dan salah.
b. Mengalami kekerasan fisik di rumah sehingga melampiaskan kemarahan
di luar rumah.
c. Frustasi karena kegagalan akademis atau kegagalan di rumah. Contoh,
orangtua yang bercerai.
d. Mengalami kekerasan fisik di rumah sehingga melampiaskan kemarahan
di luar rumah.
e. Menjadi korban bullying yang berkepanjangan, sehigga berperilaku
agresif untuk melindungi diri.
f. Ditelantarkan di rumah, bahkan tidak diinginkan kehadirannya.
g. Akibat pengaruh negatif dari lingkungan. Dengan kata lain, anak meniru
apa yang ia pelajari dari sekitarnya.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak, adapun fungsi keluarga dapat dibagi menjadi
beberapa fungsi menurut Novrian (2017) yaitu:
a. Fungsi Pendidikan
Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak
untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak
dewasa.
b. Fungsi Sosialisasi Anak

25
Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana
keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
c. Fungsi Perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-
tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman.
d. Fungsi Perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan atmosfer anak serta anggota yang lain dalam
berbicara serta berhubungan antar sesama anggota keluarga. Sehingga
silih penafsiran satu sama lain dalam meningkatkan keharmonisan
dalam keluarga.
e. Fungsi Religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak
anak serta anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan
tugas kepala keluarga buat menanamkan keyakinan jika ada keyakinan
lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain sehabis di
dunia ini.

f. Fungsi Ekonomis
Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber
kehidupan dalam penuhi fungsi- guna keluarga yang lain, kepala
keluarga bekerja buat mencari pendapatan, mengatur pendapatan itu,
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan- kebutuhan
keluarga
g. Fungsi Rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke
tempat rekreasi, namun yang berarti gimana menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dicoba di rumah
dengan tata cara nonton Tv bersama, menggambarkan tentang
pengalaman tiap- masing- masing.
h. Fungsi Biologis
Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penerus.

26
2. Konformitas Teman Sebaya
Konformitas terhadap teman sebaya disebut dengan kecenderungan
berperilaku sama dengan orang lain akibat adanya tekanan orang maupun
kelompok. Tekanan tersebut berupa tekanan secara langsung maupun
tidak langsung dengan tujuan supaya orang diterima orang lain. Sebagai
pergantian perilaku maupun kepercayaan seseorang sebagai hasil dari
tekanan kelompok yang nyata maupun hanya bersumber pada imajinasi
( Myers, 2012).
Konformitas sebagai suatu jenis pengaruh sosial dimana individu
mengubah sikap dan tingkah laku mereka supaya cocok dengan norma
yang terdapat. Sejalan dengan itu Umi K( 2014) mengemukakan
konformitas selaku sesuatu tipe pengaruh sosial dimana orang mengganti
perilaku serta tingkah laku mereka supaya cocok dengan norma sosial
yang terdapat( Dewi, 2015).
Menurut (Qonita, 2020) mengemukakan aspek-aspek konformitas
antara lain:
a. Kekompakan
Kekompakan adalah jumlah keseluruhan kekuatan yang membuat
individu tertarik serta senantiasa mau jadi anggota dalam kelompok.
Kekuatan yang dimiliki kelompok memunculkan anak tertarik dan tetap
ingin jadi anggota kelompok. Eratnya jalinan antara anak dengan
kelompok disebabkan perasaan suka antar anggota kelompok. Adanya
kekompakan yang besar menunjukkan terus jadi besar pula konformitas
dalam kelompok.
1) Penyesuaian Diri
Masa pencarian identitas diri pada remaja akan membuat remaja
ingin merasa dekat dan diakui anggota kelompok, hingga hendak
terus menjadi mengasyikkan serta hendak terus menjadi
menyakitkan apabila anggota kelompok silih mencela. Penyesuaian
bisa dicoba dalam wujud pemikiran dll. Penyesuaian diri hendak
terus menjadi besar apabila orang mempunyai kemauan yang kokoh
buat jadi anggota suatu anggota kelompok tertentu.
2) Perhatian terhadap Kelompok

27
Kelompok akan menjauh bahkan mengeluarkan anggota kelompok
yang dianggap sudah tidak kompak. Kekompakan tersebut hendak
dilihat dari sikap orang yang tidak menyimpang dari norma maupun
syarat kelompok. Penyimpangan tersebut hendak menimbulkan efek
ditolak kelompok. Mengenai tersebut yang menimbulkan adanya
atensi terhadap kelompok. Terus menjadi besar atensi seorang
dalam kelompok terus menjadi sungguh- sungguh tingkatan rasa
takutnya terhadap penolakan serta terus menjadi kecil mungkin buat
tidak menyetujui ataupun melanggar norma kelompok.
b. Kesepakatan
Pendapat kelompok yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat, sehingga
individu harus setia serta membiasakan pendapatnya dengan pendapat
kelompok. Konsep diri orang dalam kelompok acuan hendak
membenarkan perilaku konformitasnya.
1) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu unsur penting dalam menjalin
hubungan dengan teman sebaya. Apabila orang telah tidak
mempunyai kepercayaan terhadap pendapat orang dan kelompok,
sampai Mengenai tersebut dapat mengurangi ketergantungan orang
terhadap kelompok.
2) Persamaan Pendapat
Persamaan pendapat anggota kelompok akan meningkatkan
konformitas. Apabila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja
tidak sependapat dengan anggota kelompok lain sampai konformitas
hendak turun.
3) Penyimpangan terhadap Pendapat Kelompok
Apabila seseorang mempunyai pendapat yang berbeda dengan
anggota lain lain ia hendak dikucilkan dan dipandang sebagai orang
yang menyimpang, baik dalam pemikirannya sendiri maupun dalam
pemikiran orang lain. Apabila orang lain pula mempunyai pendapat
yang berbeda, dia tidak hendak dikira menyimpang dan tidak hendak
dikucilkan. Jadi dapat disimpulkan jika orang yang menyimpang
hendak memunculkan penyusutan kesepakatan yakni aspek berarti
dalam melakukan konformitas.

28
c. Ketaatan
Ketaatan merupakan bentuk pengaruh sosial yang terjadi ketika satu
orang memerintahkan satu ataupun lebih orang buat melakukan suatu
aksi. Tekanan maupun tuntutan kelompok pada orang buatnya rela
melaksanakannya. Apabila ketaatannya besar konformitasnya

Sarwono (Dewi, 2015) memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi


konformitas, antara lain:
a. Kohesivitas
Kohesivitas merupakan derajat ketertarikan yang dirasakan oleh
1individu terhadap sesuatu kelompok yang mempengaruhi. Kohesivitas
ialah sesuatu penentu yang berarti menimpa sepanjang mana kita
hendak menuruti wujud tekanan sosial. Kala kohesivitas besar, kala kita
suka serta mengagumi sesuatu kelompok orang- orang tertentu,
tekanan buat melaksanakan konformitas meningkat besar. Salah satu
tata metode buat diterima oleh orang- orang tersebut yakni dengan jadi
semacam mereka dalam berbagai Mengenai. Sebaliknya, kala
kohesivitas rendah, tekanan terhadap konformitas pula rendah.

b. {Ukuran Kelompok
Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah
anggota kelompok. Semakin besar kelompok tersebut, sampai terus jadi
besar pula kecenderungan kita buat ikut serta, terlebih dapat jadi kita
pula hendak mempraktikkan tingkah laku yang berbeda dari yang
sebetulnya kita ingin.
c. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif
Norma deskriptif atau himbauan adalah norma yang hanya
mengindikasikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada
atmosfer tertentu. Norma ini hendak pengaruhi tingkah laku kita dengan
tata metode memberitahu kita menimpa apa yang biasanya dikira
efisien ataupun bertabiat adaptif dari suasana tertentu tersebut.
Kebalikannya itu, norma injungtif yakni norma yang menetapkan apa

29
yang wajib dicoba serta tingkah laku apa yang diterima pada suasana
tertentu.
3. Media
Pada perkembangan pesat Media saat ini menimbulkan banyak dampak
baik fostif maupun negatif dikalangan Siswa disekolah, dalam konsumsi
media elektronik semacam televisi, telepon genggam( hp) ataupun Pc
maupun journal. Media elektronik ulasan berarti disini berbentuk telepon
genggam( hp) terlebih pada masa dikala ini ini ialah mengkonsumsi hp
dengan sarana android sangatlah tumbuh begitu pesat sebagian tahun
terakhir ini, banyak golongan yang rela buat menghabiskan waktunya cuma
dengan menggunakan fitur android pada handphone- nya terlebih pula pada
Siswa sekolah ( Jannatung, 2018).

Saat ini begitu gampangnya memperoleh jaringan internet yang juga


disambungkan dengan hp atupun Komputer ataupun journal pula bisa dilihat
betapa kemajuan teknologi telah mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir
anak muda. Mereka banyak berhubungan dengan sebagian kemajuan sangat
utama secara pengaruh, merekalah yang withering rentang terserang akibat
positif ataupun negatif dari perkembangan teknologi tersebut. Apabila dahulu
di tahun- tahun disaat disaat saat sebelum pertumbuhan teknologi belum
begitu pesat, dapat dilihat dahulu para siswa bersekolah dengan cuma bawa
buku- novel pelajaran serta sebagian peralatan perlengkapan tulis yang lain,
tetapi disaat ini dapat dilihat sendiri para siswa disaat ini berangkat kesekolah
begitu tidak lengkap tanpa terdapatnya telepon genggam( hp) selaku
kebutuhan pokok yang wajib dibawa kesekolah meski beberpa sekolah joke
masih terdapat yang mempraktikkan larangan siswa bawa hp ke sekolah
namun sebagian siswa masih terdapat yang membandel yang senantiasa
bawa. Entah apakah hp tersebut selaku perlengkapan komunikasi serta
penunjang pendidikan ataupun buat kepentingan lain, yang jelas buat
sebagian anak muda hp ialah anjuran gaul yang absolut yang mereka miliki
buat merasa gaul serta yakin diri dengan sahabatnya( Qomariyah, 2011).
Peran remaja tidak bisa dilepaskan dari internet, termasuk di dalamnya
sosial media. Tidak semacam orang berusia yang pada biasanya telah
sanggup mem- channel hal- hal baik maupun kurang baik dari website, anak

30
muda selaku salah satu pengguna website malah kebalikannya. Tidak hanya
belum sanggup memilah kegiatan website yang berguna, mereka pula
cenderung gampang terbawa- bawa oleh area sosial mereka tanpa
memikirkan terlebih dulu akibat positif maupun negatif yang hendak diterima
dikala melaksanakan kegiatan website tertentu, berkembangnya pemakaian
teknologi komunikasi spesialnya pada anak muda dunia maya jadi wadah
baru yang beresiko buat aksi kekerasan. Akibat negatif dalam berinternet
yang akhirnya menimbulkan perilaku kekerasan pada dunia maya diucap
dengan cyberbullying ( Sharma, 2014).
4. Lingkungan
Menurut (Tempo, 2012), dalam bukunya menjelaskan bahwa ;
a. Lingkungan Keluarga
Unsur-unsur dari lingkungan rumah dapat meningkatkan kemungkinan
seorang anak jadi korban bullying pula membully orang lain. Bagi Olweus(
2014), area rumah semacam ini mempunyai identitas selaku berikut :
1) Kurangnya kehangatan dan keterlibatan
2) Kegagalan untuk menetapkan batas yang jelas untuk perilaku
3) Aresif terhadap teman sebaya, saudara, dan orang dewasa
4) Terlalu sedikit cinta dan perhatian, serta terlalu banyak kebebasan
5) Penggunaan tenaga, terlalu tegas pada anak, metode membesarkan
dengan hukuman fisik dan luapan emosi kekerasan.

b. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat tempat tinggal seseorang juga sangat
mempengaruhi. Anak- anak yang dikelilingi oleh orang- orang dengan
moral yang baik hendak kecil kemungkinannya buat jadi pelakon bullying.
c. Lingkungan Sekolah
1) Moral staf sekolah yang rendah
2) Standar perilaku yang tidak jelas
3) Metode disiplin yang tidak konsisten
4) Pengawasan yang lemah (baik di taman bermain, ruang, toilet, kafe)
5) Anak-anak tidak diperlakukan sebagai individu yang dihargai
6) Kurangnya dukungan untuk terhadap siswa baru
7) Tidak bertoleransi terhadap perbedaan

31
8) Guru menunjuk dan berteriak kepada siswanya
9) Tidak ada prosedur yang jelas untuk pelaporan yang berhubungan
dengan tindakan bullying
10) Bullying diabaikan oleh pihak sekolah
11) Pihak sekolah yang mempermalukan siswa di depan teman-teman.
5. Kelompok/Geng
Menurut (Feldman, 2012), bullying merupakan fenomena sosial yang luas
yang melibatkan individu dan kelompok, Pada dikala umur anak muda tidak
dapat dipungkiri kalau anak muda tercantum orang yang mau berupaya
seluruh suatu perihal masih baru menurutnya. Pada aktivitas menace
membully, anak muda umumnya terbawa- bawa hendak kelompoknya,
dengan tujuan supaya dia dapat bergabung serta diakui dalam kelompoknya
tersebut. Dampaknya lama kelamaan anak muda hendak jadi pelakon
tormenting. Tormenting bisa dikira selaku expositions kelompok. Para
anggota kelompok dapat merasa dimanipulasi oleh pemimpin kelompoknya
serta bisa jadi hadapi tekanan buat membiasakan sikap.
Apabila remaja sudah terikat dalam suatu kelompok akan cenderung
mengikuti aturan apa yang di idamkan dalam kelompoknya sebab cuma mau
memperoleh sesuatu pengakuan dari kelompoknya, Anak muda mau
kehadirannya diakui selaku bagian dari komunitas anak muda secara
universal serta bagian dari kelompok sebaya secara spesial( Meilinda, 2013).

Penelitian Relevan
Tabel 1. Penelitian Relevan
Nama dan Judul
No Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Penelitian
1. Sulasmini et al, Hasil penelitian 1. Waktu 1.Faktor yang
2019. Faktor-Faktor menunjukkan bahwa penelitian mempengaruhi
Yang faktor teman sebaya, 2. tempat perilaku
Mempengaruhi media sosial, dan penelitian bullying
Perilaku Bullying lingkungan sosial, 3. jumlah 2.Penelitian
Pada Remaja Awal berpengaruh signifikan sampel dilakukan pada
terhadap perilaku bullying penelitian remaja
pada remaja awal di SMP
Kristen Setia Budi Kota
Malang.

2. Adawiyah, 2019. Hasil pada penelitian 1. Waktu 1.Faktor yang


Faktor-faktor yang didapatkan faktor yang penelitian mempengaruhi
mempengaruhi mempengaruhi 2. tempat perilaku

32
cyberbullying pada cyberbullying yaitu faktor penelitian bullying
remaja internal dan faktor 3. jumlah 2.Penelitian
eksternal. Faktor internal, sampel dilakukan pada
diantaranya jenis kelamin, penelitian remaja
usia, kepribadian yang
diantaranya tipe
kepribadian, regulasi
emosi dan kecerdasan
emosi. Faktor eksternal
yaitu pola asuh, teman
sebaya atau peer group,
iklim sekolah, media
sosial dan anonimitas.

3. Antoni dan Gusti, Hasil bivariate dapat 1. Waktu 1.perilaku bullying


2020 Prilaku disimpulkan tidak ada penelitian 2.dilakukan pada
Bullying Pada hubungan signifikan 2. tempat remaja
Remaja Di antara faktor harga diri, penelitian
Kabupaten Solok keluarga, iklim sekolah, 3. jumlah
teman sebaya, media sampel
dengan prilaku bullying di penelitian
Kabupaten Solok. Hasil
multivariate dapat
disimpulkan faktor yang
paling berpengaruh
penyebab prilaku bullying
ialah iklim sekolah
4. Muhopilah, 2019. Hasil review literatur 1. Waktu 1.Faktor yang
Faktor-faktor yang menunjukan bahwa penelitian mempengaruhi
mempengaruhi faktor-faktor yang 2. tempat perilaku bullying
perilaku bullying mempengaruhi perilkau penelitian 2.Penelitian
bullying yaitu kepribadian, 3. jumlah dilakukan pada
keluarga, adverse children sampel remaja
experience dan penelitian
lingkungan sekolah
Nama dan Judul Perbe
No Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian daan
5. Fauziah dan Hasil penelitian diperoleh 1. Waktu 1.Faktor yang
Ardayani, 2018. adanya hubungan peer penelitian mempengaruhi
Faktor-Faktor Yang group dengan bullying, 2. tempat perilaku bullying
Berhubungan adanya hubungan pola penelitian 2.Penelitian
Dengan Perilaku asuh dengan bullying, 3. jumlah dilakukan pada
Bullying Pada adanya hubungan iklim sampel remaja
Remaja Di Smp sekolah dengan bullying penelitian
Pahlawan Toha dan tidak ada hubungan
Kota Bandung media dengan bullying.

2.3 Kerangka Teori

Remaja

33
Perkembangan sosial remaja : Perilaku bullying
1. Kuatnya pengaruh kelompok
sebaya
2. Perubahan dalam perilaku Ciri-ciri bullying:
sosial 1. Kelompok (geng)
3. Pengelompokkan sosial yang 2. Tindakan agresif
baru 3. Suka membuat kekacauan
4. Nilai baru dalam memilih teman pada orang lain
5. Nilai baru dalam penerimaan 4. Menempatkan diri ditempat
sosial tertentu disekolah
6. Nilai baru dalam memilih 5. Tokoh popular disekolah
pemimpin 6. Berjalan didepan, sengaja
menabrak, berkata kasar,
melecehkan

Faktor yang mempengaruhi terjadinya


perilaku bullying :
1.Pengaruh fungsi keluarga

2. Pengaruh konformitas teman


sebaya

3. Pengaruh media

4. Pengaruh lingkungan

5.Pengaruh kelompok atau geng

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber : Dewi (2015), Laila (2019), Jannatung (2018)

2.4 Kerangka konsep

Variabel indenpent Variabel Dependent

Fungsi keluarga

Perilaku Bullying
Konformitas teman
sebaya

Lingkungan

34
Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan :
: Variabel Bebas (Independent)
: Variabel Terikat (Dependent)
: Hubungan

2.5 Hipotesis Penelitian


(Hipotesis Alternatif)
a. Ada pengaruh fungsi keluarga dengan perilaku bullying pada remaja
siswa SMP N 1 Telaga Jaya.
b. Ada pengaruh faktor konformitas teman sebaya dengan perilaku
bullying pada remaja siswa SMP N 1 Telaga Jaya.
c. Ada pengaruh faktor lingkungan dengan perilaku bullying pada remaja
siswa SMP N 1 Telaga Jaya.

35
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Observasional Analitik
dengan pendekatan Cross sectional study adalah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekaligus dan sekaligus
pada waktu yang sama.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP N 1 Telaga Jaya.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai bulan
Oktober tahun 2021.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hasil tersebut, variabel penelitian dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
3.3.1 Variabel Independen (bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (terikat). Variabel pada penelitian ini adalah
keluarga, konformitas teman sebaya dan lingkungan.
3.3.2 Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependent adalah perilaku
bullying.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi mengenai variabel yang di rumuskan
berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang diamati. Adapun definisi
operasional dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

36
Tabel 2. Defenisi Operasional
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Kategori Skala
Fungsi Keluarga 1. Fungsi Kuisioner 1. Fungsi keluarga Ordinal
keluarga merupakan pendidikan cukup baik, apabila
kelompok kecil di 2. Fungsi nilai 14-20
masyarakat yang perlindungan
memiliki fungsi 3. Fungsi religious 2. Fungsi keluarga
untuk anggota 4. Fungsi baik apabila nilai
keluarga dimana ekonomi <14
keluarga mampu
mendidik,
anggota keluarga
lainnya, memberi
perlindungan,
memberi
pemahaman
terhadap agama
dan saling
mendukung untuk
memenuhi
kebutuhan
ekonomi
Konformitas Teman dekat 1. Kekompakan Kuisioner 1. Tidak dipengaruhi Ordinal
teman sebaya responden 2. Kesepakatan teman sebaya,
disekolah yang 3. Ketaatan apabila nilai 20-
setiap saat selalu 30
bertemu dan
akan saling 2. Dipengaruhi oleh
bercerita tentang teman sebaya,
dirinya apaila nilai <20
masing-masing
bisa memberikan
pengaruh baik
maupun kurang
baik
Lingkungan Lingkungan 1. Lungkungan Kuisioner 1. Lingkungan baik, Ordinal
merupakan keluarga apabila nilai 11-20
keadaan sosial 2. Lingkungan
tempat anak masyarakat 2. Lingkungan
tinggal atau 3. Lingkungan buruk, apabila
berinteraksi sekolah nilai <11

Perilaku Perilaku bullying 1. Bullying verbal Kuisioner 1. Tidak melakukan Ordinal


bullying merupakan 2. Bullying fisik bullying, apabila
perilaku tidak 3. Bullying Mental nilai 11-20
wajar dengan atau Psikologis
menyakiti orang 2. Melakukan
lain yang bullying, apabila
dianggap lebih nilai <11
lemah.

37
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah siswa SMP N 1 Telaga
Jaya yaitu 367 orang siswa-siswi, dimana bisa pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Populasi siswa SMP N 1 Telaga Jaya
No Kelas Jumlah Siswa
1. VIIa 30
2. VIIb 30
3. VIIc 30
4. VIId 29
Total kelas VII 119
5. VIIIa 31
6. VIIIb 31
7. VIIIc 31
8. VIIId 30
Total kelas VIII 123
9. IXa 32
10 IXb 31
.
11 IXc 31
.
12 IXd 31
.
Total kelas IX 125
Total Populasi 367

3.5.2 Sampel
Adapun rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel ini
menggunakan rumus Arikunto yaitu:

n = 25% x N

Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar Populasi

Penyelesaian:

n = 25% x 367

n = 91,75 dibulatkan menjadi 92

38
dari perhitungan rumus diatas sampel dalam penelitian ini adalah sebesar
92 responden. Untuk menentukan jumlah sampel pada masing-masing kelas
dilakukan fraksi sampel setiap kelas.
Jumlah siswa perkelas
Fraksi sampel dalam kelas = x jumlah sampel,
Jumlah populasi
proses pemgambilan sampel pada penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel
30
1. VIIa 30 x 92=7
367
30
2. VIIb 30 x 92=7
367
30
3. VIIc 30 x 92=7
367
29
4. VIId 29 x 92=7
367
31
5. VIIIa 31 x 92=8
367
31
6. VIIIb 31 x 92=8
367
31
7. VIIIc 31 x 92=8
367
30
8. VIIId 30 x 92=7
367
32
9. IXa 32 x 92=9
367
31
10. IXb 31 x 92=8
367
31
11. IXc 31 x 92=8
367
31
12. IXd 31 x 92=8
367
Total 367 92

3.5.3 Tehnik Pengambilan Sampel


Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah purposive
sampling. Purposive sampling dimana setiap orang dipopulasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi

39
a. Responden yang tercatat siswa aktif di SMP N 1 Telaga Jaya
b. Siswa yang berada ditemapta saat dilakukan penelitian
c. Siswa yang bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Siswa yang sudah tidak aktif di SMP N 1 Telaga Jaya
b. Siswa yang sakit, izin dan alpa ketika penelitian

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat ukur seperti tes, kuisioner, pedoman
wawancara, pedoman observasi dan prosedur operasinal penilaian (SOP) yang
akan digunakan untuk pengumpulan data. Jenis instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, lembar kuisioner yang berisi seperangkat pernyataan tertulis
yang ditujukan kepada responden dan dijawab oleh responden dengan memberi
tanda check list pada kolom yang tersedia. Adapun alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kuisioner yang berisi pernyataan tentang keluarga,
konformitas teman sebaya, lingkungan dan perilaku bullying. Adapun kuisioner
yang digunakan oleh peneliti diadopsi dari penelitian (Jannatung, 2018) untuk
kuisioner keluarga dan perilaku bullying, (Qonita, 2020) untuk kuisioner
konformitas teman sebaya dan (Sulasmini, 2019) untuk kuisioner lingkungan.
Instrumen yang digunakan buat mengumpulkan information sikap harassing
responden dalam riset ini merupakan lembar kuesioner yang memakai skala likert
ialah responden wajib menanggapi persoalan yang withering cocok dengan
dirinya. Responden memilah jawaban buat tiap persoalan yang menampilkan
Kerutinan responden, dengan 4 jenis jawaban, ialah SS( Sangat Senantiasa),
S( Senantiasa), KK( Kadang- kadang) serta TP( Tidak Sempat).
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan
umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas sebaiknya
dilakukan pada setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Pertanyaan atau
pernyataan dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Uji validitas ini di lakukan di
SMP N 4 Telaga dengan jumlah responden 15 orang dengan taraf signifikasi n-2
(0,5140). Di dapatkan hasil uji validitas kuisioner fungsi keluarga terdiri dari 15
item pernyataan dengan hasil uji valid menunjukan, pada pernyataan faktor

40
konformitas teman sebaya terdapat 20 item pernyataan dengan hasil uji valid
menunjukan, pada pernyataan faktor lingkungan terdapat 16 item pernyataan
dengan hasil uji valid menunjukan 11 soal yang valid dan 5 dan pada pernyataan
perilaku bullying terdapat 20 item pernyataan dengan hasil uji valid menunjukan
14 soal yang valid dan 6 soal tidak valid tersebut di keluarkan.

3.6.2 Uji Reliabilitas


Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah
alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas didefinisikan sebagai derajat
suatu pengukuran bebas dari arbitrary mistake sehingga menghasilkan suatu
pengukuran yang konsisten. Uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach.
Hasil pengujian Alpha Cronbach dikategorikan menjadi:
a. Jika α > 0,90 dikatakan reliabilitas sempurna
b. Jika α 0,70 – 0,90 dikatakan reliabilitas tinggi
c. Jika α 0,50 – 0,70 dikatakan realibilitas moderat
d. Jika α < 0,50 dikatakan reliabilitas rendah.
Setelah dilakukan uji pada 15 responden SMP N 4 Telaga dapatkan hasil
dari SPSS Alpha Cronbach, pada kuesioner fungsi keluarga nilai alpha 0,881,
pada kuisioner konformitas teman sebaya nilai alpha 0,907, untuk kuisioner
lingkungan nilai alpha 0,869 dan untuk kuisioner perilaku bullying nilai alpha
0,907.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


3.7.1 Data Primer
Data primer adalah data hasil pengumpulan sendiri. Data primer dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui
pengamatan atau wawancara langsung kepada responden.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil survey di lapangan
dan data yang dikumpulkan dari wilayah kerja tempat penelitian. Data
sekunder dalam penelitian ini, adalah data yang diperoleh dari
kepegawaian sekolah SMP N 1 Telaga Jaya.

3.8 Tekhnik Pengolahan Data

41
Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik dengan
menggunakan kalkulator dan komputer dengan program SPSS. Pengolahan data
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan kembali atau editing


Untuk memeriksa data apa sudah sesuai dengan harapan serta memeriksa
kelengkapan dan keseragaman data.
2. Pengkodean atau coding
Pemberian simbol serta menyederhanakan data dengan pemberian kode.
Kegunaan dari koding ini adalah untuk mempermudah pada saat analisis
data dan juga mempercepat pada saat entry data.
3. Proses/entri data atau proccessing
Melakukan entri data dari kuesioner kedalam paket program komputer yaitu
program SPSS.
4. Pembersihan data atau cleaning
Pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau
tidak.

3.9 Tekhnik Analisa Data


3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan
cara mendekripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu dengan melihat
distribusi frekuensinya dengan menggunakan rumus.

ƒ
P = n x 100 %

Keterangan :
P : Presentasi
F : Jumlah penerapan yang sesuai prosedur (nilai 1)
N : Jumlah item observasi
100% : Bilangan konstanta
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat inidilakukan untuk membuktikan hipotesis melaui uji chi
square, dibantu dengan program SPSS, untuk menentukan besarnya hubungan

42
atau pengaruh kedua variabel independen dan dependen. Analisis tabel silang ini
menggunakan derajat kemaknaan α sebesar 5% (p < 0.05). Jika nilai p < 0,05,
maka hipotesis nol ditolak sehingga dua variabel yang dianalisis memiliki
hubungan atau pengaruh yang bermakna, sebaliknya jika nilai p>0,05 maka
hipotesis nol diterima sehingga dua variabel yang dianalisis tidak memiliki
hubungan atau pengaruh yang bermakna.

3.10 Hipotesis Statistik


Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Nilai p=0.000<0.05, p=0.000<0.05 dan p=0,000<0,05 maka Ha diterima,
jadi dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan fungsi keluarga dan
konformitas teman sebaya serta faktor lingkungan dengan perilaku bullying
remaja di SMPN 1 Telaga Jaya.

3.11 Etika Penelitian


Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting
mengingat penelitian akan berhubungan dengan manusia, maka segi etik
penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi. Peneliti
mengajukan permohonan ijin kepada kepala sekolah SMP N 1 Telaga Jaya
terlebih dahulu, kemudian setelah mendapat persetujuan selanjutnya peneliti
melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Surat Permohonan
Responden Peneliti akan membuat surat pernyataan yang berisi
penjelasan tentang penelitian meliputi topik penelitian, tujuan penelitian
serta ketentuan- ketentuan menjadi responden
2. Informed Concent atau informasi untuk responden
Sebelum melakukan tindakan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk diteliti maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan tidak
memaksa.
3. Anonimity atau tanpa nama
Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian, maka peneliti
tidak mencantumkan namanya pada lembar dan kuesioner data, cukup

43
dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya
diketahui oleh peneliti.
4. Confidentiality atau Kerahasiaan
Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data
tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
5. Ketelitian
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidak pedulian secara teratur
catat pekerjaan yang anda kerjakan, misalnya kapan dan dimana
pengumpulan data dilakukan. Catat juga alamat kerespondensi responden,
jurnal atau agen publikasi lainnya.

44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Sekolah SMPN 1 Telaga Jaya merupakan salah satu sekolah yang berada
di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo tepatnya
berada di Desa Buhu. SMPN 1 Telaga Jaya dibangun diatas tanas dengan luas
3 M2 dan diresmikan pada tanggal 1 juni tahun 2007. Adapun Visi Misi SMPN 1
Telaga Jaya yaitu “Visi” terwujudnya peserta didikberperilaku religius,
berbudaya, terampil serta peduli lingkungan. “Misi” yaitu:
1. Terwujudnya perilaku religis yang membudaya dalam melaksanakan
agama yang dianutnya.
2. Melaksanakan pembiasaan perilaku disiplin, tangguh, tanggung jawab,
sehat jasmani dan rohani serta percaya diri yang membudaya.
3. Mewujudkan perangkat pembelajaran baik intrakulikuler maupun
ekstrakulikuler mengarah pada konpetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
4. Menyelenggarakan pembelajaran dan pembimbingan secara efektif
sehingga setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
5. Menerapkan metode pembelajaran mengarah pada bakat, minat dan
kemampuan peserta didik.
6. Menyelenggarakan proses pembelajaran untuk menumbuhkembangkan
keterampilan sesuai karakteristik keterampilan abad 21.
7. Menyelenggarakan proses penilaian sikap, pengetahuan, keterampilan
yang dapat mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta
didik.
8. Terpenuhinya sarana dan prasarana yang pendukung yang lengkap dan
layak.
9. Terpenuhinya sistem informasi manajemen yang memadai yang
mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel.
10. Mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, bersih, hijau, ramah anak,
sehat sebagai wujud mutu budaya lingkungan.

45
11. Terjalinnya kerja sama antara orangtua peserta didik dalam peningkatan
mutu pendidikan
Untuk mewujudkan visi dan misi sekolah SMPN 1 Telaga Biru ditunjang
dengan jumlah ruang kelas 12, laboratorium 1, perpustakaan 1 dan sanitasi
siswa 2. Dengan jumlah tenaga pendidikan PNS 18 orang dan Honor 10 orang.

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Karakteristik responden
1. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 4. Distribusi frekuensi usia responden
Usia Frekuensi Presentase
12 Tahun 17 18.5 %
13 Tahun 31 33.7 %
14 Tahun 37 40.2 %
15 Tahun 7 7.6 %
Total 92 100.0 %
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa usia responden yang berada
di SMPN 1 Telaga Jaya yang tertinggi yaitu usia 14 tahun sebanyak 37 orang
(40,2%).
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden
Jenis kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 29 31.5 %
Perempuan 63 68.5 %
Total 92 100.0 %
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa jenis kelamin responden yang
berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang tertinggi yaitu jenis kelamin perempuan
sebanyak 63 orang (68,5%).
4.2.2 Analisis Univariat
1. Frekuensi responden berdasarkan fungsi keluarga
Tabel 6. Distribusi frekuensi fungsi keluarga responden
Fungsi keluarga Frekuensi Presentase
Cukup 28 30.4 %
Baik 64 69.6 %
Total 92 100.0 %
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa fungsi keluarga responden
yang berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang tertinggi fungsi baik sebanyak 64
orang (69,6%).

46
2. Frekuensi responden berdasarkan konformitas teman sebaya
Tabel 7. Distribusi frekuensi konformitas teman sebaya responden
Konformitas teman sebaya Frekuensi Presentase
Tidak dipengaruhi 59 64.1 %
Dipengaruhi 33 35.9 %
Total 92 100.0 %
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa faktor konformitas teman
sebaya yang berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang tertinggi yaitu tidak
dipengaruhi sebanyak 59 orang (64,1%).
3. Frekuensi responden berdasarkan lingkungan
Tabel 8. Distribusi frekuens lingkungan responden
Lingkungan Frekuensi Presentase
Baik 63 68.5 %
Buruk 29 31.5 %
Total 92 100.0 %
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa faktor lingkungan responden
yang berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang tertinggi yaitu baik sebanyak 63 orang
(68,5%).
4. Frekuensi responden berdasarkan perilaku bullying
Tabel 9. Distribusi frekuensi perilaku bullying responden
Perilaku bullying Frekuensi Presentase
Tidak melakukan bullying 61 66.3 %
Melakukan bullying 31 33.7 %
Total 92 100.0 %
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa perilaku bullying yang berada
di SMPN 1 Telaga Jaya yang tertinggi yaitu tidak melakukan bullying sebanyak
61 orang (66,3%).
4.2.3 Analisis Bivariat
1. Hubungan fungsi keluarga dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1
Telaga Jaya
Tabel 10. Distribusi hubungan fungsi keluarga dengan perilaku bullying
Perilaku bullying
Fungsi keluarga Tidak melakukan Melakukan
Total P=Value
bullying bullying
Cukup 10 18 28
Baik 51 13 64 0,000
Total 61 31 92
Sumber: Data primer 2021

47
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden dengan fungsi
keluarga cukup tidak melakukan bullying sebanyak 10 orang dan melakukan
bullying sebanyak 18 orang, pada responden dengan fungsi keluarga baik tidak
melakukan bullying sebanyak 51 orang dan dan melakukan bullying sebanyak 13
siswa . Diketahui nilai chi square hitung > chi square tabel (16.858>0,2050) atau
p=0.000<0.05, maka Ha diterima, jadi dapat simpulkan bahwa terdapat
hubungan faktor keluarga dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1 Telaga
Jaya.
2. Hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku bullying remaja
di SMPN 1 Telaga Jaya
Tabel 11. Distribusi hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku bullying
Perilaku bullying
Konformitas teman sebaya Tidak melakukan Melakukan
Total P=Value
bullying bullying
Tidak dipengaruhi 47 12 59
Dipengaruhi 14 19 33 0,000
Total 61 31 92
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden dengan
konformitas teman sebaya tidak dipengaruhi dan tidak melakukan bullying
sebanyak 47 orang dan melakukan perilaku bullying sebanyak 12 orang
sedangkan responden dengan konformitas teman sebaya dipengaruhi dan tidak
melakukan bullying sebanyak 14 orang dan melakukan perilaku bullying
sebanyak 19 orang. Diketahui nilai chi square hitung > chi square tabel
(13,134>0,2050) atau p=0.000<0.05, maka Ha diterima, jadi dapat simpulkan
bahwa terdapat hubungan faktor konformitas teman sebaya dengan perilaku
bullying remaja di SMPN 1 Telaga Jaya.
3. Hubungan lingkungan dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1
Telaga Jaya
Tabel 12. Distribusi hubungan lingkungan dengan perilaku bullying
Perilaku bullying
Lingkungan Tidak melakukan Melakukan
Total P=Value
bullying bullying
Baik 59 4 63
Buruk 2 27 29 0,000
Total 61 31 92
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden dengan
lingkungan baik tidak melakukan perilaku bullying sebanyak 59 orang dan

48
melakukan perilaku bullying sebanyak 4 orang sedangkan responden dengan
lingkungan buruk tidak melakukan perilaku bullying sebanyak 2 orang dan
melakukan perilaku bullying sebanyak 27 orang. Diketahui nilai chi square hitung
> chi square tabel (66,898>0,2050) atau p=0.000<0.05, maka Ha diterima, jadi
dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan faktor lingkungan dengan perilaku
bullying remaja di SMPN 1 Telaga Jaya.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Karakteristik Responden
1. Usia responden
Usia responden yang berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang terbanyak yaitu
usia 14 tahun. Pada usia 12-13 tahun mulai terlihat onset perilaku bullying
ditinjau dari perilaku bullying siswa-siswi sebanyak 17 orang (18,5%) pada usia
12 tahun dan 31 orang (33,7%) pada usia 13 tahun dan memuncak pada usia 14
tahun sebanyak 37 orang (40,2%) dan, pada usia 15 tahun turun menjadi 7
orang (7,6%). Perihal ini bisa di artikan kejadian sikap bullying hendak mulai
menurun sejalan dengan bertambahnya umur. Rentang umur 12 – 15 tahun di
yakini lebih rentan sikap pelecehan, karena di umur ini sikap pelecehan anak
hendak mulai timbul.
Usia masa remaja diartikan sebagai masa transisi yang dimulai dari usia
11-12 sampai dengan usia 20-an. Pada masa pra-pubertas atau setara usia
SMP, remaja ditandai dengan mulai matangnya organ-organ seksual dan
perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan kelenjar endokrin serta
mulai munculnya perasaan negatif pada diri anak. Perasaan negatif ini membuat
remaja berkeinginan untuk melepaskan diri dari otoritas orang tua, enggan
tunduk pada perintah dan sebagainya (Sholeh, 2016).
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa usia remaja
merupakan usia yang sangat rentan dengan kejadian bullying hal ini karena pada
usia ini remaja beresiko terjadinya penyimpangan seperti menjadi agresif, emosi
tidak dapat dikendalikan bahkan rasa ingin mencoba pada hal-hal yang baru,
sehingga remaja melakukan bullying pada hal-hal yang tidak ia sukai bahkan
pada hal yang baru dilihatnya atau hal yang menurutnya aneh.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur (2021)
hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas siswa dalam penelitian ini berusia

49
14 tahun, yaitu sebanyak 95 siswa dengan perbandingan 52,5 persen. Di dukung
dengan penelitian Indra (2015) dalam hasil penelitian Indra mengemukakan
bahwa sebanyak 41 hingga 50 persen remaja usia 13-15 tahun atau SMP pernah
mengalami bullying di indonesia yang saat ini menempati urutan kedua di
belakang jepang untuk kasus bullying atau kekerasan terhadap anak di sekolah.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa usia remaja
yang rentang akan perilaku bullying yaitu usia 12-14 tahun dimana usia ini mulai
masuk pada usia pubertas sehingga banyak perubahan fisik maupun psikis
remaja selain itu anak umur sekolah mulai berhubungan serta berupaya
mendapatkan kopetensi. Keberhasilan serta kegagalan dalam mendapatkan
kompetensi di sekolah bisa menimbulkan anak berperilaku semacam korban
ataupun sikap pelecehan.
2. Jenis kelamin responden
Jenis kelamin responden yang berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang
terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak 63 orang (68,5%). Hal ini
menunjukan bahwa perilaku bullying lebih banyak dilakukan oleh anak
perempuan, perilaku ini seperti menyindir atau adu argument yang berakibat
pada saling menghina.
Menurut Sitasari (2017) pengalaman bullying tidak hanya terjadi pada laki-
laki, namun perempuan juga memiliki. kecenderungan untuk menjadi pelaku dan
korban. Umumnya, anak laki laki serung menggunakan intimidasi fisik,
sedangkan wanita sering menggunakan intimidasi non-fisik. Namun mereka
semua melakukan hal yang sama. Perbedaan ini terkait dengan pola sosialisasi
dari rumah, sekolah, dan masyarakat yang di nodai oleh streotip dan berlaku
untuk anak laki-laki dan perempuan selama masa remaja.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa perilaku bullying pada
anak perempuan dan laki-laki sama yang membedakannya hanya jika anak pria
lebih sering melaksanakan pelecehan secara raga serta anak wanita lebih
cenderung menunjukan sikap yang tidak baik atau mengejek bahkan menghina
tidak jarang juga anak perempuan melakukan kekerasan secara langsung seperti
menarik rambut korban atau mendorong korban.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohman
(2015) hasil penelitian menunjukan kalau sebagian banyak responden berjenis
kelamin wanita sebanyak 44 responden (54,3%) serta sisanya merupakan laki-

50
laki sebanyak 37 orang (45,7%). umumnya pelecehan yang dijalani oleh anak
pria dan wanita berbeda ialah anak pria lebih sering melaksanakan pelecehan
raga terhadap siswa lain. Sebaliknya siswa wanita cenderung melaksanan
pelecehan secara emosi.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa perilaku
bullying antara anak laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama yang berbeda
hanyalah bentuk bullying-nya dimana laki-laki cenderung memaki korban atau
menggunakan kekerasan fisik dan perempuan cenderung melakukan bullying
secara verbal. Sehingga hal ini dapat dikatakan bahwa anak laki-laki dan
perempuan memiliki proporsi yang seimbang dalam peran sebagai bully. Hal ini
dapat dikatakan adanya proporsi, proses belajar dan pengalaman yang dimiliki
siswa laki-laki dan perempuan tentang bullying dapat mempengaruhi persepsi
terhadap obyek tersebut.
4.3.2 Analisis Univariat
1. Fungsi Keluarga
Keluarga responden yang berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang tertinggi
yaitu fungsi keluarga baik sebanyak 64 orang (69,6%). Hal ini karena peran dan
fungsi keluarga dalam tumbuh kembang anak sangat mempengaruhi pergaulan
anak dilingkungan sosialnya. Apabila peran atau kualitas peran dalam keluarga
tidak berjalan dengan semestinya maka akan mempengaruhi karakter dan
pribadi anak namun begitupun sebaliknya.
Menurut Espele (2015) rendahnya keterlibatan dalam fungsi keluarga
membuat keluarga mengalami kesulitan atau tidak mampu untuk menunjukkan
ketertarikan terhadap anggota keluarga lainnya atau malah terlibat dan kemudian
memberikan ketertarikan berlebihan yang sifatnya ekstrim dan patologi. Pelaku
bullying cenderung memiliki orang tua yang tidak memberikan pengawasan atau
tidak terlibat aktif dalam kehidupan anak-anaknya. Ketika anggota keluarga
saling terlibat satu sama lain akan membantu remaja untuk mengatur diri dan
menampilkan perilaku positif yang sesuai dengan norma masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa keluarga merupakan
orang terdekat anak dan yang memberikan didikan pertama pada anak, orangtua
yang mendidik anaknya dengan baik dapat mecegah anak bersikap tidak baik.
Anak akan meniru orangtua jika dalam keluarga bicara kasar atau suka
mengejek orang lain sudah hal biasa tidak menutup kemungkinan anak

51
melakukan hal yang sama karena anak meniru orangtua dan akan menjadi
kebiasaan anak.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Utami (2015) penelitian ini menunjukkan
bahwa fungsi keluarga subjek secara umum berada pada kategori cukup dengan
95 siswa (39,42%), dimana pada dimensi fungsi umum terdapat 110 orang
(45,64%), dimensi penyelesaian masalah 91 orang (37,76%), dimensi peran 85
orang (35,27%) dan dimensi kontrol perilaku terdapat 63 orang (26,14%). Hasil
penelitian Andayani menemukan guna keluarga yang tidak melaksanakan
kedudukannya dengan baik, semacam ayah yang sangat permisif ataupun bunda
yang diatur oleh anaknya membuat anak cenderung ikut serta dalam bermacam
permasalahan( Andayani, 2015).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa fungsi
keluarga memiliki peran yang akan menentukan perilaku bullying pada remaja
dimana ketika keluarga mengalami kesulitan atau anggota keluarga tidak mampu
dalam menampilkan emosi (emosi yang ditampilkan terbatas) serta menunjukkan
adanya ketidaksesuaian antara stimulus dengan kualitas serta kuantitas respon
yang diberikan dapat menyebabkan remaja sulit untuk mengembangkan nilai-
nilai yang positif karena merasa tidak dipedulilan kurang diterima dan merasa
tidak dipahami oleh anggota keluarga lainnya. Pada proses penyesuaian
emosional remaja, juga menunjukkan banyaknya remaja merasakan rendahnya
tingkat ikatan emosional antar anggota keluarga terutama orangtua.
2. Konformitas teman sebaya
Konformitas teman sebaya dengan responden yang berada di SMPN 1
Telaga Jaya yang tertinggi yaitu tidak dipengaruhi sebanyak 59 orang (64,1%).
Hal ini karena teman sebaya berperan pentin dalam membentuk kepribadian
seorang remaja, salah satunya adalah pengembangan identitas dan
pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal bekerja sama dengan
kelompok sebaya
Konformitas muncul pada saat individu mengadopsi sikap dan perilaku
orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh
mereka dari kelompoknya. Konformisme merupakan pergantian selaku akibat
dari tekanan kelompok. Perihal ini di buktikan dengan terdapatnya
kecenderungan orang buat senantiasa mengidentifikasikan perilakunya dengan
kelompoknya supaya bebas dari celaan, persaingan ataupun cemoohan.

52
Mengambil aksi ataupun mengadopsi perilaku selaku akibat dari tekanan
kelompok yang nyata ataupun yang di rasakan dari kepatuhan.
Menurut Santrock (2017), teman sebaya adalah individu yang tingkat
kematangan dan umurnya kurang lebih sama. Kelompok sebaya dapat
memberikan dampak positif atau negatif bagi kaum muda. Kelompok sebaya
memberikan banyak informasi tentang dunia luar keluarga. Di tolak oleh teman
sebaya dapat menyebabkan perasaan kesepian dan permusuhan, yang dapat
memengaruhi kesehatan mental anda dan menyebabkan masalah kriminal.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa konformitas teman
sebaya merupakan suatu sikap ataupun perilaku yang diiringi oleh orang
disebabkan orang tersebut berupaya buat membiasakan diri dengan sahabat
sebaya dalam kelompoknya, dengan alibi sebab orang tersebut mau diterima
dalam kelompok tersebut.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dibuat oleh Rahimah
(2016) kalau terdapat ikatan antara kedudukan kelompok sahabat sebaya
dengan sikap bullying pada anak umur sekolah di SD Muhammadiyah Mlangi
Gamping Sleman Yogyakarta, yang dibuktikan dengan analisis kendall tau
diperoleh nilai signifikan 0, 041( p value≤ 0, 05) serta nilai r2 sebesar 0, 194.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa konformitas
teman sebaya sangat erat kaitanya dengan perilaku remaja baik perilaku positif
maupun negatif karena remaja sering jauh dari rumah dengan teman sebayanya
sebagai suatu kelompok, dapat di pahami kalau pengaruh sahabat sebaya
terhadap perilaku, perkataan, atensi, penampilan, serta sikap terkadang lebih
besar daripada pengaruh keluarga dengan kelompok teman atau teman sebaya
anda, anada membangun kepercayaan diri dari kemungkinan diterima oleh
kelompok yag lebih besar. Oleh karena itu, remaja menghindari penolakan oleh
temansebayanya dengan berperilaku sama dengan teman sebayanya
3. Lingkungan
Lingkungan responden yang berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang tertinggi
yaitu baik sebanyak 63 orang (68,5%). Pada dasarnya area yang dialami anak
merupakan area keluarga tempat mereka tinggal serta area sekolah.
Permasalahan orang yang berhubungan dengan area sosial, misalnya
ketidakmampuan anak buat menyesuaikan diri baik di area keluarga, sekolah
ataupun warga. Kandas dalam pergaulan serta gagaal menyesuaikan diri dengan

53
area bisa menimbulkan. atau dapat membuat anak akan melakukan hal yang
tidak baik, jika anak berada dalam lingkungan yang baik dan berada dalam
lingkugan anak yang berperilaku baik maka tidak menutup kemungkinan anak
tersebut akan menjadi baik.
Menurut Ulfa (2016) faktor penyebab terjadinya perilaku bullying yaitu faktor
lingkungan sekolah maupun lingkungan di sekitarnya. Faktor lingkungan sekolah
anatara ciri khas anak yang menimbulkan perbedaan antar siswa, perbedaan
kognitif antara siswa yang cerdas dan siswa yang tidak cerdas, dan adanya
kelompok bermain yang membuat siswa kurang mampu berintegrasi. Sedangkan
pada lingkungan social sering dilihat sebagai bahan lunak untuk bullying.
Seseorang yang mencari status dalam lingkungan sosial kelas yang sama di
anggap tidak kompeten jika orang lain dari kelas sosial yang lebih rendah dari
kelompoknya.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa lingkungan bisa
menjadi salah satu faktor penyebab remaja melakukan perilaku bullying dan
didukung oleh pengaruh teman sebaya sehingga remaja berperilaku bullying baik
dilingkungan sekolah atau dilingkungan sosial (ditengah-tengah masyarakat),
lingkungan juga memiliki peran dalam pembentukan karakter anak baik atau
buruk.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dibuat oleh Yunita
(2019) bahwa area sosial mempengaruhi signifikan terhadap sikap bullying anak
muda SMP kristen setia budi kota malang. Hasil analisis chi square pula di miliki
nilai or sebesar 4, 5 yaitu factor lingkungan sosial berpengaruh terhadap perilaku
bullying.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa lingkungan
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku bullying pada remaja baik
itu pada lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial. Pada lingkungan sekolah
remaja sering berhadapan langsung dengan teman seumuran dimana sama-
sama berada pada fase emosi sulit dikendalikan sehingga banyak perilaku
bullying terjadi disekolah, sedangkan pada lingkungan sosial lebih erat kaitanya
dengan status sosial dimana remaja yang merasa memiliki status sosial tinggi
akan bersikap seenaknya terhadap orang lain sehingga sikap seperti ini akan
menimbulkan remaja tersebut melakukan bullying terhadap orang lain.

54
4. Perilaku bullying
Perilaku bullying yang berada di SMPN 1 Telaga Jaya yang terbanyak yaitu
tidak melakukan bullying sebanyak 61 orang (66,3%). Hal ini karena salah satu
faktor terjadinya perilaku bullying yaitu konformitas teman sebaya tidak
dipengaruhi sebanyak 59 orang (64,1%) dimana teman sebaya merupakan faktor
langsung penyebab remaja melakukan bullying karena teman merupakan orang
terdekat anak setelah orangtua.
Bullying adalah pola perilaku agresif yang melibatkan ketidakseimbangan
kekuasaan dengan tujuan membuat orang lain merasa tidak nyaman takut dan
terluka sering kali didasarkan pada perbedaan penampilan, budaya, ras, agama,
orientasi, seksualitas,dan identitas gender orang lain. Perilaku bullying dilakukan
secara fisik, verbal, psikologis maupun kekerasan secara seksual. Bullying verbal
adalah bentuk bullying yang paling umum di antara anak laki – laki dan
perempuan. Pelecehan fisik adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang yang
menimbulkan sakit di badan seperti pelaku (bullies) mencubit korban, menyikut,
menyenggol, mendorong secara sengaja menyakiti korban (victims) secara kasat
mata. Teguran lisan berupa julukan, pencemaran nama baik, hinaan, dan ajakan
seksual atau pelecehan seksual, memaki serta menertawakan (Sukmawati,
2013).
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa perilaku bullying
merupakan sebuah tindakan yang dapat melukai seseorang baik secara fisik
maupu psikologis dilakukan secara sengaja, dimana tindakan ini merupakan
tindakan agresif yang bertujuan untuk kepuasan pelaku dimana tindakan ini
seperti memukul, mendorong, mengejek atau menghina seseorang baik dalam
bentuk bercanda atau tidak.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dibuat oleh Qonitah
(2020). Hasil riset membuktikan terdapat ikatan significant antara konformitas
teman sebaya dengan sikap bullying pada anak muda,( rxy= 0, 766 dengan
signifikan p= 0. 000&lt; 0, 050). Selanjutnya diketahui kontribusi
konformitas terhadap perilaku bullying adalah sebesar 58, 7%( r2= 0, 587)
diketahui pula kalau konformitas sahabat sebaya terkategori lagi( mean
empirik=126, 09 mean hipotetik 125) serta sikap bullying terkategori lagi( mean
empirik= 100, 22 mean hipotetik 100).

55
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku bullying
merupakan perilaku perilaku agresi yang disengaja dan terus menerus terhadap
yang lemah oleh mereke yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, baik secara
fisik maupun non fisik, akan berdampak negatif pada orang –oarang jika
dibiarkan. pelaku maupun korban, dimana anak yang sudah terbiasa melakukan
bullying memiliki kecendrungan lebih besar untuk terlibat dalam masalah hukum
dimasa mendatang sedangkan pada korban dapat mengalami gangguan
psikologis seperti kurang percaya diri, kecemasan berlebihan, perasaan takut
depresi, bunuh diri, dang gangguan stres pasca trauma. Sehingga perilaku
bullying penanganan serius dari pihak-pihak yang terkai.
4.3.3 Analisis Bivariat
1. Hubungan fungsi keluarga dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1
Telaga Jaya
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
keluarga dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1 Telaga Jaya. Hasil
penelitian menunjukan bahwa fungsi keluarga tertinggi yaitu fungsi keluarga baik
sebanyak 64 orang (69,6%) dimana 51 remaja tidak melakukan bullying dan 13
orang melaukan bullying hal ini karena bullying akibat beberapa faktor seperti
teman sebaya dan lingkungan walaupun anak berada dalam keluarga yang baik
namun jika teman sebaya sering melakukan bullying tidak menutup kemungkinan
remaja tersebut melakukan bullying, selain itu lingkungan yang buruk membuat
anak melakukan bullying karena cara bersosialisasi yang buruk. Apabila fungsi
atau kualitas peran dalam keluarga tidak berjalan dengan semestinya maka akan
mempengaruhi karakter dan pribadi anak namun begitupun sebaliknya.
Sedangkan dalam penelitian ini fungsi keluarga cukup sebanyak 28 orang,
10 orang tidak melakukan bullying hal ini karena perilaku bullying terjadi akibat
beberapa faktor salah satunya yaitu individu itu sendiri diamana 10 orang remaja
yang tidak melakukan bullying ini bisa jadi karena memiliki perilaku baik dan
dapat mengontrol emosinya, selain keluarga dan individu itu sendiri terdapat
faktor lain yang membuat remaja melakukan bullying seperti teman sebaya dan
lingkungan, saat seorang remaja memiliki teman sebaya yang tidak
mempengaruhinya melakukan bullying sehingga remaja tersebut enggan
melakukan bullying selain teman seorang remaja yang berada dilingkungan yang
baik tidak melakukan bullying karena masyarakat yang berada dilingkungan,

56
baik disekolah atau lingkungan sosial tidak memperngaruhi remaja tersebut
melakukan bullying.
Keluarga adalah tempat bagi anak untuk belajar berperilaku dan membina
hubungan interpersonal. Hubungan anak dengan keluarga dapat memprediksi
bullying. Pengalaman anak dan keluarga serta gaya pengasuhan berperan
dalam membentuk kemampuan anak untuk beradaptasi di sekolah dan
mempengaruhi hubungan anak dan teman sebaya. Anak – anak yang dia
abaikan di rumah berkembang lebih buruk dari pada anak – anak yang tidak di
bully. Mengabaikan bullying juga sering dikaitkan dengan pola keterikatatan
keluarga yang buruk, kurangnya kepercayaan pada orang tua, lingkungan
keluarga yang buruk, dan di samping itu, orang tua dengan kelekatan yang
rendah lebih mungkin untuk menyebabkan bullying pada anak – anak mereka.
(Malm, 2019).
Anak yang tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang kurang
harmonis, orang tua yang sangat emosional serta minimnya atensi orang tua
terhadap anaknya bisa menimbulkan munculnya sikap menyimpang, salah
satunya bullying. Hendak namun, tidak seluruh orang tua sanggup
melaksanakan kedudukannya selaku pembuat perilaku untuk anak- anaknya
sendiri sebab sangat padat jadwal dengan pekerjaannya sehingga minimnya
atensi terhadap anaknya sendiri. Perihal ini yang setelah itu menimbulkan
sosialisasi tidak sempurna pada anak. Anak yang hadapi sosialisasi tidak
sempurna ini berkemungkinan mempunyai sikap menyimpang. Sikap
menyimpang merupakan seluruh sikap manusia yang dicoba secara orang
ataupun kelompok yang tidak cocok dengan nilai serta norma yang berlaku di
dalam warga (Elly, 2015).
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa keluarga merupakan
salah satu faktor terbentuknya perilaku seorang anak, hal ini dibuktikan dari hasil
penelitian ini dimana anak yang memiliki hubungan baik dengan keluarga
mayoritas tidak melakukan bullying sedangkan anak dengan hubungan keluarga
cukup cenderung melakukan bullying, penganggu sering kali berasal dari
keluarga bermasalah, orang tua yang sering terlalu menghukum, atau dalam
lingkungan rumah yang penuh tekanan, agresif dan bermusuhan di mana anak-
anak belajar intimidasi sambil mengamati konflik orang tua, dan kemudian
menirunya terhadap teman-teman mereka, anak yang berada di lingkunga

57
keluarga yang fungsi keluarganya cukup tidak menutup kemungkinan anak akan
melakukan perbuatan yang tidak baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fithria
(2016) tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan prilaku bullying di SMPN
3 Meureudu menampilkan kalau dari 94 responden siswa/ siswi didapatkan hasil
Hasil pengolahan informasi dari 58 siswa- siswi( 61, 7%) yang keluarga pada
katagori baik, ada 40 siswa- siswi( 42, 6%) tidak mempunyai sikap bullying yang
besar, Serta dari 36 siswa- siswi( 38, 3) yang keluarga lumayan ada 28 siswi
mempunyai sikap bullying. Bersumber pada hasil uji statistik yang sudah dicoba,
didapatkan p- value 0, 017 yang berarti p- value&lt; 0, 05, yang berarti terdapat
ikatan antara aspek keluarga dengan sikap bullying di SMPN 3 Meureudu.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Henny
mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun(
2016) yang melaporkan kalau pola asuh bunda pengaruhi sikap bullying pada
anak muda. Dibuktikan dengan hasil yang diperoleh r sebesar- 0, 667; p= 0, 000(
p&lt;0, 01) maksudnya terdapat ikatan negatif antara komunikasi interpersonal
orang tua dengan sikap bullying.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa pada penelitian
ini hubungan keluarga dengan remaja baik yaitu sebanyak 64 orang dengan
tidak melakukan bullying sebanyak 51 orang, hasil ini menunjukan bahwa remaja
yang memiliki hubungan baik dengan keluarga (orangtua) atau didikan baik dari
orangtua membuat anak tidak akan melakukan bullying, hal sebaliknya pada
remaja yang memiliki hubungan cukup dengan keluarga atau didikan yang cukup
maka remaja tersebut melakukan bullying.
2. Hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku bullying remaja
di SMPN 1 Telaga Jaya
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
konformitas teman sebaya dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1 Telaga
Jaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa konformitas teman sebaya tertinggi
yaitu tidak dipengaruhi sebanyak 59 orang (64,1%), 47 remaja tidak melakukan
bullying dan 12 orang melakukan bullying, diketahui bahwa remaja yang
melakukan bullying dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti fungsi keluarga,
dimana anak yang memiliki fungsi keluarga cukup yang berarti hubungan anak
dengan keluarga tidak terlalu dekat seperti anak mendapat kurang perhatian,

58
anak dituntut untuk selalu melakukan sesuatu yang terbaik, orangtua yang
bersikap kasar pada anak atau didepan anak, hal ini membuat anak bersikap
agresif saat marah dan mencari perhatian diluar rumah seperti disekolah dengan
cara menganggu remaja lain, sedangkan anak dengan lingkungan buruk akan
mendorong anak melakukan bullying hal ini karena sering bersosialisasi dengan
cara yang kasar, memandang rendah orang lain karena status sosial orangtua
sehingga sangat mudah baginya melakukan bullying pada orang lain.
Sedangkan pada konformitas teman sebaya yang dipengaruhi terdapat 14
anak tidak melakukan bullying dan 19 anak melakukan bullying, meskipun dapat
dipengaruhi namun tidak berarti harus melakukan bullying terdapat beberapa
remaja tidak melakukan bullying karena pada dasarnya remaja tersebut tidak
terbiasa melakukan bullying dan dapat mengontrol emosi, hal ini bisa jadi fungsi
keluarga berjalan dengan baik sehingga orangtua mengajarkan anak dengan hal-
hal yang baik selain itu remaja tersebut tumbuh dalam lingkungan yang baik
sehingga peluarga untuk melakukan bullying dalam keluarga ataupun lingkungan
sangat kecil hal ini menjadikan anak tidak terbiasa untuk melakukan bullying
sehingga enggan melakukan bullying walaupun mampu dipengaruhi oleh teman
sebaya.
Hubungan teman sebaya yang tidak sehat serta kurangnya dukungan dari
lingkungan sosal ini akan berdampak besar pada risiko insiden bullying, interaksi
teman sebaya dapat diperkenalkan kepada remaja, perilaku memberi dan
menerima, dan yang paling penting, mempromosikan sosialisasi dan
menghambat agresi. (Hong, 2015).
Faktor dari perilaku bullying disebabkan oleh adanya pengaruh teman
sebaya yang menimbulkan dengan menyebarkan dampak negatif dari anggapan
bahwa bullying bukanlah masalah besar tetapi merupakan masalah yang wajar,
anak,juga memiliki kemauan untuk tidak bergantung pada anggota keluarga dan
suka mencari dukungan, sehingga bullying terjadi karena pengaruh teman.
(Ratna, 2015).
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa siswa yang melakukan
perilaku bullying disebabkan ditekan oleh teman sebaya untuk diterima oleh
kelompok dan kurangnya dukungan teman sebaya yang positif dapat
menyebabkan remaja merasa tidak diinginkan, terutama mereka yang tidak
populer dikalangan sosial ( ditolak oleh teman sebayanya) cenderung sangat

59
agresif atau bullying . ini adalah stres yang lebih besra yang mempengaruhi
remaja untuk menyesuaikan diri dengan apa yang dilakukan teman – teman
mereka.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gusdiansyah (2017) menunjukkan hasil uji statistik chi- square didapatkan p
value=0, 035( p≤ 0, 05), sehingga Ho ditolak berarti bisa disimpulkan kalau
terdapat ikatan yang bermakna antara sahabat sebaya dengan kejadianbullyingdi
SMA BUNA Padang Tahun 2017. Bersumber pada hasil riset didapatkan nilai
OR( Odd Ratio)= 0, 306. Hasil tersebut menggambarkan siswa yang terpegaruh
oleh sahabat sebaya memiliki kesempatan 0, 3 kali terjalin bullying.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri
(2015), yang mana hasil uji statistiknya didapatkan nilai p value= 0, 000( p≤0, 05)
berarti menampilkan terdapat ikatan yang bermakna antara sahabat sebaya
dengan peristiwa bullying. Riset lain yang sama merupakan hasil riset
Fithria( 2016) yang mana didapatkan p value= 0, 006( p≤0, 005), ada ikatan yang
signifikan antara sahabat sebaya dengan peristiwa bullying.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa teman sebaya
memiliki pengaruh dalam membentuk perilaku anak, terutama pada masa
remaja, mereka sering mulai menunjukan kemandirian dan menjadi lebih akrab
dengan sebayanya. Teman sebaya dapat memperkenalkan pertukaran negatif
kepada siswa, membuat siswa rentan terhadap intimidasi. Upaya untuk
mengatasi efek teman sebata dari insiden bullyig adalah dengan mempelajari
dinamika kelompok, seperti memahami kapan harus mengikuti perilaku teman
yang buruk dan secara konsisten saling memberikan motivasi yang baik.
3. Hubungan lingkungan dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1
Telaga Jaya

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara


lingkungan dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1 Telaga Jaya. Hasil
penelitian menunjukan faktor lingkungan tertinggi yaitu baik sebanyak 63 orang
(68,5%) dimana sebanyak 59 remaja tidak melakukan bullying 4 remaja
melakukan bullying, seorang remaja melakukan bullying karena bisa dipengaruh
oleh orang lain seperti teman sebaya walapun memiliki lingkungan baik tetapi
tidak menutup kemungkinan remaja tersebut tidak melakukan bullying karena

60
lingkungan yang diahadapi anak pada dasarnya yang mana hasil uji statistiknya
didapatkan nilai p value= 0, 000( p≤0, 05) berarti menampilkan terdapat ikatan
yang bermakna antara sahabat sebaya dengan peristiwa bullying. Riset lain yang
sama merupakan hasil riset Fithria( 2016) yang mana didapatkan p value= 0,
006( p≤0, 005), ada ikatan yang signifikan antara sahabat sebaya dengan
peristiwa bullying. adalah area keluarga, area tempat tinggal serta area sekolah,
semacam permasalahan individu yang berkaitan dengan area sosialnya.
Sedangkan remaja dengan lingkungan buruk sebanyak 29 orang, 2 orang
tidak melakukan bullying dan 27 orang melakukan bullying, remaja tidak
melakukan bullying meskipun berada pada lingkungan yang buruk hal ini bisa
terjadi saat remaja tersebut memiliki perilaku baik sehingga remaja tersebut tidak
tertarik untuk melakukan kejahatan pada orang lain seperti mem-buli. Remaja
dengan fungsi keluarga baik dan teman sebaya yang tidak mempengaruhi juga
menjadi faktor remaja tersebut tidak melakukan bullying begitupun sebaliknya.
Remaja dengan lingkungan baik akan tetapi remaja tersebut memiliki fungsi
keluarga yang cukup seperti orangtua yang bersikap kasar, menekan anak untuk
tidak bisa melakukan sesuatu atau menuntut anak harus yang terbaik disekolah
atau tidak memperhatikannya membuat remaja tersebut menjadi kasar, emosi
tidak stabil atau agresif sehingga anak tersebut akan langsung meresponden
dengan kasar, mengejek atau memukul remaja lain saat marah atau sesuatu
yang terjadi tidak bisa ia terima (tidak sesuai dengan keinginannya).
Menurut Fatimah (2016) faktor lingkungan termasuk juga kemampuan
seseorang dalam bersosial, salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai
remaja pada tahap perkembangan pertengahan dan pasca remaja adalah
adaptasi sosial,dimana remaja akan mampu berdaptasi dengan lingkungan
sosialnya. Ini juga berarti bahwa mereka mampu memaksimalkan aspek
psikososial. Seseorang yang berada dalam faktor lingkungan, jika seseorang
berada dalam lingkunga yang baik maka tidak menutup kemungkinan seseorang
itupun akan menjadi baik , begitupun sebalinya jika seseorang berada dalam
lingkungan yang buruk atau seseorang berada dalam lingkunga orang yang
berbuat yang tidak baik maka tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan
berperilaku tidak baik.
Faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku bullying yaitu faktor lingkungan
sekolah maupun lingkungan di sekitarnya. Faktor lingkungan sekolah meliputi ciri

61
khas anak yang menimbulkan perbedaan antara siswa, perbedaan kognitif
anatara siswa yang cerdas dan siswa yang tidak cerdas, dan adanya kelompok
bermain yang mengahalangi siswa untuk berbaur dengan semua orang. Lainnya
penindasan masih ada, para peneliti menyimpulkan bahwa perilaku pelecehan di
sekolah masih sering terjdi. (Siti, 2016).
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa faktor lingkungan
merupakan salah satu faktor terbentuknya perilaku bullying pada remaja hal ini
karena remaja merupakan masa dimana anak memperhatikan apa yang terjadi
dilingkungannya baik lingkungan sekolah maupuna sosial selain itu rasa ingin
mencoba suatu hal yang baru merupakan sifat remaja sehingga tidak sedikit
remaja yang melakukan perilaku ini selain itu sikap remaja yang ingin dihargai
dan ditakuti oleh orang sekitar membuat remaja berperilaku agresif dan semena-
mena terhadap orang lain, sehingga dengan keadaan lingkungan yang buruk
secara tidak langsung menjadi landasan remaja melakukan perilaku pelecehan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dibuat oleh Yunita
(2019) didapat lingkungan sosial ada pengaruh signifikan terhadap sikap
pelecehan pada anak muda dini di SMP Kribsten Setia Budi Kota Malang. Hasil
analisis Chi Square pula ditemui nilai dengan nilai OR sebesar 4, 5 yang berarti
4, 5 kali lipat aspek area sosial mempengaruhi terhadap sikap bullying.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa faktor
lingkungan memiliki hubungan erat dengan perilaku bullying seorang remaja hal
ini karena didukungan juga pengaruh teman sebaya baik teman yang berada
dilingkungan sekolah maupun lingkungan rumah selain itu faktor lingkungan lebih
cenderung kepada kemampuan seorang remaja dalam bersosial, dimana remaja
yang memiliki kemampuan bersosial mudah bergaul dengan masyarakat
dilingkungan sekitar sehingga resiko berperilaku membully sangat kecil jika
dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki kemampuan bersosial dengan
baik.

4.4 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian pertema kali dilakukan oleh peneliti
sehingga di dalam penelitian ini tidak luput dari pembatas. Adapun keterbatasan
yang ditemui oleh saya dalam meniliti yaitu peneliti hanya melakukan penelitian
pada 3 faktor yaitu variabel konformitas teman sebaya, lingkungan dan keluarga,

62
namun pada variabel keluarga peneliti hanya meneliti 4 parameter yaitu fungsi
pendidikan, perlindungan, religious dan ekonomi dan 4 parameter tidak diteliti
oleh peneliti yaitu fungsi sosialisasi anak, perasaan rekreatif dan biologi.
Sedangkan pada faktor media sosial dan kelompok atau geng tidak diteliti
sehingga perilaku bullying pada remaja yang diteliti tidak mencakup secara
keseluruhan.

63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini yaitu:
1. Diketahui nilai chi square hitung > chi square tabel (16.858>0,2050)
/p=0.000<0.05, maka Ha diterima, jadi dapat simpulkan bahwa terdapat
hubungan fungsi keluarga dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1
Telaga Jaya.
2. Diketahui nilai chi square hitung > chi square tabel (13,134>0,2050) atau
p=0.000<0.05, maka Ha diterima, jadi dapat simpulkan bahwa terdapat
hubungan faktor konformitas teman sebaya dengan perilaku bullying
remaja di SMPN 1 Telaga Jaya.
3. Diketahui nilai chi square hitung > chi square tabel (66,898>0,2050) atau
p=0.000>0.05, maka Ha diterima, jadi dapat simpulkan bahwa terdapat
hubungan faktor lingkungan dengan perilaku bullying remaja di SMPN 1
Telaga Jaya.

5.2 Saran
1. Untuk Penelitian Lain
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman serta dapat
menjadi bahan referensi dan bahan perbandingkan untuk penelitian
selanjutnya dengan mengambil variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini seperti media masa dan lingkungan sekolah
2. Untuk Akademik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat diteliti untuk mengembangkan
lembaga secara keilmuan.
3. Untuk Sekolah dan Siswa
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan untuk
menyikapi masah yang ada di sekolah termasuk (bullying). Bagi siswa-siswi
dapat dijadikan sebagai bahan informasi agar tidak melakukan bullying dan
untuk korban bullying agar tetap fokus pada diri sendiri dan tidak
melakukan hal yang sama.

64
DAFTAR PUSTAKA

Ali dan Asrori. (2016).Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbangb Dalam Daur Kehidupan. jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Andriani, A. (2014, Juni). Kecerdasan Emosioynal (Emotional Quotient) dalam


Peningkatan Prestasi. Jurnal Edukasi, Vol 02, No 01. Diakses pada 08 Juni
2021.

Dinas Sosial Provinsi Gorontalo. (2020). Gorontalo.

Fajri. (2013). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Prilaku Bullying


pada Remaja. Skripsi. Diakses pada 08 Juni 2021.

Fauziah dan Ardayani. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Bullying Pada Remaja Di Smp Pahlawan Toha Kota Bandung.
Jurnal Ilmiah Nasional Penelitian. Vol 1 No. Diakses pada 08 Juni 2021.

Feldman, R. (2012). Pengantar psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.

Firmawati dan Sudirman, A.N. (2021). Penurunan Ansietas Pada Remaja Yang
Mengalami Bullying Melalui Psikoedukasi Di Sekolah Menegah
Atas/Kejuruan Kabupaten Gorontalo. The Indonesian Journal Of Health
Promotion. Vol 4 No 2. Diakses pada 01 Juli 2021

Fithria. (2016). faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku bullying. Idea


Nursing Journal, Vol 7 No 3. Diakyses pada 08 Juni 2021.

Goleman, D. (2015). Emotional Intelligence. Jyakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama. Gottman.

Hafsanah, B. (2010). Studi Kasus Perilaku Bullying pada Siswa SMA di Kota
Yogyakarta. Jurnal Penelitian. Vol 5, No 1. Diakses pada 08 Juni 2021.

Hartati. (2010). Perkembangan Belajar Pada Anak. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Hassan. (2012). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Husaini, A. (2013). Hubungan Antyara Persepsi Jenis Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Resiko Perilaku Bullying Siswa di SMA Triguna Utama Ciputat.
Ciputat: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Diakses pada 08 Juni
2021.

Hymel , S., Nickerson, A., & Swearerr, S. (2012). Bullying at School and online.
Amerika: Education. Diakses pada 08 Juni 2021.

Jannatung. (2018). Faktor - Faktor Pyenyebab Terjadinya Perilaku Bullying Di


Sman 2 Barru. Skripsi. Diakses pada 08 Juni 2021.

65
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2020). Kekerasan Pada Anak. Jakarta.

Kristinawati. (2015). Gambaran kejadian bullying siswa dan siswi sekolah


menengah atas. Jurnal Kesehatan. Vol 1 No 1. Diakses pada 08 Juni 2021.

Meilinda, E. (2013). Hubungan antara penerimaan diri dan konformitas terhadap


intensi merokok pada remaja di SMK Istiqomah Muhammadiyah 4
Samarinda. eJournal Psikologi. Vol No 1. Diakses pada 08 Juni 2021.

Notoadmodjo, S. (2012). Promosisi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Novrian. (2017). Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kecenderungan Perilaku


Bullying Pada Remaja Muslim. skripsi. Diakses pada 08 Juni 2021.

Nurjayanti. (2013). Gambaran tingkat pengetahuan,perilaku, dan sikap perawat


tentang oral di ruangan intensif ucare unit (ICU) RS.DR.Wahidin
Sudirhusodo dan di RSUD Haji Makassar. Makassar: Perogram Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Hasanuddin. Skripsi. Diakses pada 08 Juni 2021.

Pramoko. (2019). Pengaruh Penerimaan Diri Remaja Terhadap Perilaku Bullying


Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Turi. Skripsi. Diakses pada 08 Juni
2021.

Pratiwi, M. d.(2012). Hubungan Antara Jenis Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kecenderungan Menjadi saksi Dan Korban Pembulian Pada Siswa-Siswi
SMA Di Jakarta Selatan. Jakarta Selatan. BINUS University. Skripsi.
Diakses pada 08 Juni 2021.

Priyatna. (2010).Lets End Bullying:Memahami, Mencegah, dan Mengatasi


Bullying. Jakarta: PT. Elex Media Komputinydo.

Qomariyah, A. (2011). Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja di


Perkotaan. Surabaya. Universitas Airlanggay. Skripsi. Diakses pada 08 Juni
2021.

Qonitah. (2020). Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku


Bullying Pada Remaja Di Smk Swasta Siynar Harapan Beringin. Skripsi.
Diakses pada 08 Juni 2021.

Sadiyah, M. (2014). Hubungan Kecerdasan Emuosional dengan Hasil Belajar


Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. Skripsi.
Diakses pada 08 Juni 2021.

Sari, T. (2014). Aksi Bullying di kalangan Siswa Sebkolah Menengah Atas


Wilayah Surakarta Tahun 2014/2015. Surakarta: Program Studi Pendidikan
Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Prendidikan Universitas
Sebelas Maret. Skripsi. Diakses pada 08 Juni 2021.

Saryono dan Anggraeni, M. (2013). Metodologi puenelitian kualitatif dan


kuantitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

66
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempenugaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitabtif dan R&D. Jakarta:


Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta


Bandung.

Sulasmini, et al. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying


Pada Remaja Awal. Jurnal Nursing News. Vol 4 No 1. Diakses pada 08
Juni 2021.

Supariasa dkk. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Supariasa, I. N. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suryabrata, S. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Susanto, D. (2010). Fenomena korban bullying pada remaja dalam dunia


pendidikan. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata. Skripsi. Diakses pada 08 Juni 2021.

Syah, M. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


Rineba cipta.

Wiyani. (2012). Save our children from school bullying. Yogyakarta: Ar-Rus
Media.

67
Lampiran 1. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Pada tanggal 20 Januari 2000 telah lahir anak ke tiga yang


berjenis berjenis kelamin perempuan yang di beri nama Silvana Djafar
Ibrahim Ibrahim dari pasangan suami istri yang bernama Djafar Ibrahim
dan dan Marlina Usman

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar SDN 2


Bunggalo pada tahun 2005-2011. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah
di SMP Negeri 1 Talaga Jaya pada tahun 2011-2014, Setelah lulus penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Telaga pada tahun 2014-2017. Pada
tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Gorontalo dengan jurusan Ilmu Keperawatan selama kuliah penulis aktif dalam
beberapa kegiatan kulikuler dan ekstrakulikuler. Selain itu penulis pernah
mengikuti beberapa seminar keperawatan yang dilaksanakan oleh Universitas
Muhammadiyah Gorontalo serta seminar online yang dilaksanakan oleh PPNI
Gorontalo.

68
INSTRUMEN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


BULLYING PADA REMAJA DI SMPN 1 TALAGA JAYA

OLEH

SILVANA DJAFAR IBRAHIM


NIM. C01417181

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021

69
Lampiran 2.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Silvana Djafar Ibrahim
NIM : C01417181
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Muhammadiyah Gorontalo,
melakukan penelitian tentang:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BULLYING PADA


REMAJA SISWA SMP N 1 TALAGA JAYA

Oleh karena itu, saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden.
Jawaban akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya
ucapkan terimakasih.

Peneliti,

(Silvana Djafar Ibrahim)

70
Lampiran 3.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya, Silvana Djafar Ibrahim akan melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada Remaja Siswa SMP N 1
Telaga Jaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keluarga,
konformitas teman sebaya, lingkungan dan perilaku bullying.
1. Keikutsertaan dalam penelitian
Responden bebas memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila responden sudah memutuskan untuk ikut serta, Responden
juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa dikenakan denda
atau sanksi apapun.
2. Prosedur penelitian
Apabila responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Responden
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan ini dua rangkap, satu
untuk responden simpan dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya
adalah :
a. Wawancara kuesioner seputar pengaruh fungsi keluarga
b. Wawancara kuesioner seputar konformitas teman sebaya
c. Wawancara kuesioner seputar pengaruh lingkungan
d. Wawancara kuesioner seputar perilaku bullying
3. Kewajiban responden penelitian
Sebagai responden penelitian, Responden berkewajiban mengikuti aturan
atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis diatas.
4. Risiko dan efek samping
Dalam penelitian ini, tidak terdapat risiko dan efek samping.
5. Manfaat
Keuntungan langsung yang diperoleh adalah mendapatkan informasi
tentang dampak perilaku bullying pada remaja.

71
6. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian.
7. Pembiayaan
Semua biaya yang berkaitan dengan penelitian akan ditanggung oleh
peneliti.

72
Lampiran 4.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI RESPONDEN


PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawahini:

Inisial Nama :

Alamat :

Umur :

Bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul “FAKTOR-


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BULLYING PADA REMAJA
SISWA SMP N 1 TALAGA JAYA” yang dilakukan oleh:
Nama : Silvana Djafar Ibrahim
NIM : C01417181
Program Studi : S1 Keperawatan

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Responden

(……………………)

73
Lampiran 5.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BULLYING PADA


REMAJA SISWA SMP N 1 TALAGA JAYA”

A. Biodata Responden

No. ID :
Nama Responden : (Inisial Nama)
Jenis Kelamin :
Alamat :
Umur anak :
B. Kuisioner Fungsi Keluarga dan Perilaku Bullying
Petunjuk 1 :
Isilah pilihan jawaban dengan mencontreng (√) kolom yang telah disediakan.
Pilih jawaban berikut ini jika :
0. Tidak Pernah (TP)
1. Kadang-kadang (KK)
2. Sering (SR)
3. Selalu (SL)
Pilihan jawaban
No Pernyataan
TP KK SR SL

Saya akan dihukum apabila saya melakukan kesalahan


1.
dalam keluarga

Orang tua saya selalu bertanya tentang pelajaran yang saya


2.
pelajari setiap hari

3. Saya merasa tidak bahagia dengan keluarga dirumah

Orang tua saya selalu mendengarkan pembicaraan dengan


4.
saya

Orang tua saya tidak peduli dengan apa yang saya ceritakan
5.
tentang sekolah

6. Saya jarang diajak bicara oleh orang tua saya dirumah dan

74
saya selalu mengkritik teman disekolah

Saya selalu mendapat hukuman walaupun kesalahan yang


7.
saya lakukan hanya hal sepeleh

Saya merasa tidak dihargai dalam keluarga sehingga saya


8. melampiaskan pada teman sekelas dengan
mengejek/mengata-ngatain

Ibu atau ayah saya selalu membanding-bandingkan saya


9.
dengan teman saya

Ibu dan ayah saya selalu memberi dukungan pada saya saat
10.
saya membuat sesuatu yang baru

C. Kuisioner Konformitas Teman Sebaya dan Perilaku Bullying


Petunjuk 2 :
Isilah pilihan jawaban dengan mencontreng (√) kolom yang telah disediakan.
Pilih jawaban berikut ini jika :
0. Sangat Tidak Setuju (STS)
1. Tidak Setuju (TS)
2. Setuju (S)
3. Sangat Setuju (SS)
Pilihan jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
1. Saya juga merasa bahagia jika teman-teman kelompok saya
bahagia
2. Jika teman-teman geng saya menyoraki, mentertawakan teman
lainnya untuk seru-seruan saya tidak mau mengikutinya.
3. Saya lebih menerima masukan dari teman-teman kelompok dari
pada orang lain
4. Saya lebih baik dikucilkan dari kelompok, dari pada harus
mengikuti ajakan kelompok untuk menyakiti orang lain
5. Setiap hari saya harus bermain dengan teman- teman kelompok
saya
6. Jika teman kelompok saya mentertawakan, menjahili, menyoraki
teman lainnya saya juga ikut melakukannya untuk senang-senang
7. Saya tidak mudah mengikuti yang teman-teman kelompok saya
lakukan
8. Saya mengikuti yang dilakukan teman-teman kelompok saya
termasuk mengosip, mengejek, mencibir, mentertawakan teman lain
untuk seru- seruan
9. Saya bisa melakukan apapun tanpa teman-teman kelompok saya
10. Agar terlihat tidak berbeda dengan teman-teman kelompok, saya
mengikuti yang dilakukan kelompok termasuk menggosip,
memanggil nama julukan pada teman, menyoraki teman-teman lain
11. Apabila teman saya menertawakan, mengucilkan, memandang sinis,
dan mencibir orang lain saya akan ikut melakukannya
12. Saya takut tidak diterima oleh teman, jika saya melanggar aturan

75
yang kelompok saya buat mengganggu saya
13. Saya merasa percaya diri ketika saya sedang bersama teman-teman
saya

76
D. Kuisioner Lingkungan dan Perilaku Bullying
Petunjuk 3 :
Isilah pilihan jawaban dengan mencontreng (√) kolom yang telah disediakan.
Pilih jawaban berikut ini jika :
0. Sangat Tidak Setuju (STS)
1. Tidak Setuju (TS)
2. Setuju (S)
3. Sangat Setuju (SS)
Pilihan jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
1. Siswa yang kedapatan berbuat kasar pada murid lain ditindak tegas
oleh pihak sekolah
2. Saya enggan melaporkan teman saya yang berbuat kekerasan
3. Guru diperbolehkan memperlakukan murid seenaknya
4. Saya berbuat kasar pada murid yang lain karena doronga teman
saya
5. Saya berbuat kasar pada murid yang lain sebagai bentuk balas
dendam karena pernah diperlakukan hal yang sama
6. Setelah pulang sekolah saya dan teman-teman mengambil
tanaman/buah (mangga, rambutan dll) orang lain tampa bertanya
7. Setelah bermain bersama/kumpul bersama teman di depan rumah
orang lain, saya dan teman-teman tidak membersihkan tempat
tersebut
8. Saya dan teman-teman suka bernyanyi dengan keras saat berjalan
santai di depan rumah orang lain
9. Saat ada tentangga/masyarakat menegur kesalahan saya dan
teman-teman, kami akan meniru/mengejek/lari
10. Tentangga saya suka menjahili saya setiap hari
11. Saya akan melampiaskan kekesalan karena orang tua saya pada
teman sekolah

77
E. Kuisioner Perilaku Bullying
Petunjuk 4 :
Isilah pilihan jawaban dengan mencontreng (√) kolom yang telah disediakan.
Pilih jawaban berikut ini jika :
0. Tidak Pernah (TP)
1. Kadang-Kadang (KK)
2. Sering (S)
3. Sangat Sering (SS)
Pilihan jawaban
No Pernyataan
TP KK S SS
1. Saya memukul teman yang tidak mau mengikuti perintah saya
2. Teman-teman suka mendorong/menendang saya jika saya
menghalangi jalannya
3. Saya suka mengancam teman saya dengan kata-kata kasar agar
dia taat dan patuh kepada saya
4. Saya memanggil teman saya dengan nama yang tidak sesuai
(misalnya si kurus, sibodoh, sigemuk, atau dengan nama binatang)
5. Saya dipanggil/dijuluki dengan nama yang tidak sesuai dengan
nama saya
6. Teman-teman suka mengejek saya
7. Saya memandang sinis kepada teman yang tidak saya suka
8. Saya akan mendiami atau mengucilkan teman yang tidak saya sukai
9. Saya akan menghina teman yang tidak saya suka
10. Saya suka menertawakan/mempermalukan teman yang tidak saya
sukai
11. Teman-teman menjauhi/mengucilkan saya
12. Saya memaki-maki teman melalui sosial media
13. Teman-teman suka mengirimkan ancaman kepada saya melalui
sosial media
14. Teman-teman suka mengirimkan gambar atau video kekerasan
kepada saya tanpa izin

78
Lampiran 6.
Uji Validitas dan Reabilitas
(Fungsi keluarga)
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P1 55.60 71.257 .089 .887

P2 55.73 68.495 .266 .883

P3 55.27 63.210 .914 .865

P4 55.67 71.667 .064 .887

P5 55.53 69.838 .163 .887

P6 55.27 66.210 .605 .873

P7 55.27 63.210 .914 .865

P8 55.20 63.743 .858 .866

P9 55.27 63.210 .914 .865

P10 55.20 63.743 .858 .866

P11 55.27 63.210 .914 .865

P12 55.20 63.743 .858 .866

P13 55.47 68.410 .293 .882

P14 55.13 67.838 .578 .874

P15 55.20 65.457 .862 .868

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.881 15

79
(Faktor konformitas teman sebaya)
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P1 67.33 100.238 .051 .912

P2 67.47 97.552 .197 .911

P3 67.00 90.000 .918 .897

P4 67.40 99.686 .098 .911

P5 67.27 99.352 .085 .913

P6 67.00 90.000 .918 .897

P7 66.93 90.781 .850 .898

P8 67.00 90.000 .918 .897

P9 66.93 90.781 .850 .898

P10 67.00 90.000 .918 .897

P11 66.93 90.781 .850 .898

P12 67.20 96.886 .256 .909

P13 68.13 99.838 .151 .908

P14 66.87 94.552 .684 .902

P15 66.93 92.210 .915 .898

P16 66.80 95.314 .630 .902

P17 66.87 94.552 .684 .902

P18 68.13 99.838 .151 .908

P19 66.87 94.552 .684 .902

P20 66.93 92.210 .915 .898

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.907 20

80
(Faktor lingkungan)
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P1 65.93 78.781 .229 .870

P2 66.07 76.352 .358 .867

P3 65.60 72.971 .821 .855

P4 66.00 78.857 .240 .870

P5 65.87 78.410 .210 .872

P6 65.80 73.743 .671 .858

P7 65.60 75.257 .602 .860

P8 65.60 72.971 .821 .855

P9 65.53 73.981 .723 .857

P10 65.47 76.838 .591 .862

P11 65.47 76.838 .591 .862

P12 65.53 74.838 .811 .858

P13 65.47 76.838 .591 .862

P14 66.73 80.352 .201 .869

P15 65.47 76.838 .591 .862

P16 65.53 74.838 .811 .858

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.869 16

(Perilaku bullying)

81
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P1 67.33 100.238 .051 .912

P2 67.47 97.552 .197 .911

P3 67.00 90.000 .918 .897

P4 67.40 99.686 .098 .911

P5 67.27 99.352 .085 .913

P6 67.00 90.000 .918 .897

P7 66.93 90.781 .850 .898

P8 67.00 90.000 .918 .897

P9 66.93 90.781 .850 .898

P10 67.00 90.000 .918 .897

P11 66.93 90.781 .850 .898

P12 66.87 94.552 .684 .902

P13 67.07 97.352 .304 .907

P14 68.13 99.838 .151 .908

P15 66.87 94.552 .684 .902

P16 66.93 92.210 .915 .898

P17 66.80 95.314 .630 .902

P18 66.87 94.552 .684 .902

P19 66.87 94.552 .684 .902

P20 66.93 92.210 .915 .898

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.907 20

82
Lampiran 7.
MASTER TABEL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BULLYING PADA
REMAJA SISWA SMP N 1 TELAGA JAYA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BULLYING
No.
Usia K JK K Fungsi Keluarga Konformitas Teman Sebaya Lingkungan
Rsp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JML K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 JML K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 JML K

1 13 Thn 2 L 1 2 3 1 2 0 1 0 0 0 2 9 2 3 3 3 3 0 2 0 1 3 0 1 2 1 21 1 2 1 1 1 2 0 0 2 1 3 0 13 1

2 13 Thn 2 L 1 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 2 2 1 2 1 1 2 2 0 0 0 1 1 15 2 3 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 9 2

3 14 Thn 3 P 2 3 3 0 2 0 0 0 0 0 0 8 2 3 3 3 2 0 0 2 3 3 0 2 1 2 24 1 2 0 0 1 3 3 1 0 1 0 1 12 1

4 14 Thn 3 L 1 2 2 1 2 2 0 1 0 0 3 13 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 0 0 0 3 20 1 3 0 2 0 2 2 1 1 1 3 1 16 1

5 14 Thn 3 L 1 2 2 1 3 1 1 1 2 1 1 15 1 2 2 2 3 0 0 2 2 1 2 1 2 3 22 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8 2

6 13 Thn 2 L 1 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 1 3 2 0 1 2 2 1 2 0 1 1 2 18 2 2 0 1 2 1 3 1 1 2 0 1 14 1

7 12 Thn 1 L 1 3 2 2 2 0 1 1 1 1 3 16 1 2 2 2 2 1 1 1 0 2 0 1 2 0 16 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5 2

8 14 Thn 3 L 1 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 3 3 3 0 0 2 1 2 1 2 3 2 25 1 1 1 0 3 3 0 0 0 3 0 0 11 1

9 13 Thn 2 L 1 2 2 1 3 0 0 0 3 0 1 12 2 3 3 3 3 0 0 3 0 3 0 2 2 0 22 1 3 0 0 1 3 1 1 2 0 0 1 12 1

10 14 Thn 3 P 2 2 2 1 2 2 1 1 2 3 1 17 1 2 3 2 2 1 3 2 1 1 2 3 1 2 25 1 2 0 0 2 2 0 0 2 0 1 1 10 2

11 12 Thn 1 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 2 2 3 3 1 2 3 0 0 1 1 2 0 20 1 1 2 0 1 0 1 0 2 1 1 2 11 1

12 13 Thn 2 P 2 3 3 0 2 0 0 0 0 0 3 11 2 3 3 3 2 1 0 2 2 1 0 1 1 1 20 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 14 1

13 14 Thn 3 P 2 1 2 0 2 2 1 1 1 1 3 14 1 2 2 2 2 1 1 2 0 2 2 0 1 1 18 2 3 0 0 1 0 0 1 2 0 0 2 9 2

14 12 Thn 1 L 1 2 2 1 2 2 0 1 2 0 0 12 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 2 1 1 2 23 1 3 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 12 1

15 14 Thn 3 L 1 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 1 3 3 3 1 2 2 1 2 0 2 1 2 23 1 2 0 1 2 1 3 1 1 2 0 2 15 1

16 14 Thn 3 L 1 2 2 2 2 3 0 1 1 1 1 15 1 2 2 2 2 1 1 2 0 2 1 1 2 1 19 2 3 0 0 0 1 2 1 1 1 0 2 11 1

17 14 Thn 3 L 1 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 1 2 1 2 0 3 1 0 0 1 2 1 2 16 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1 12 1

18 13 Thn 2 L 1 3 3 0 2 0 0 0 0 0 3 11 2 3 3 3 2 2 0 2 3 1 0 1 1 0 21 1 3 1 3 2 0 1 1 0 3 0 1 15 1

83
19 13 Thn 2 P 2 2 2 1 2 2 0 1 0 0 3 13 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 0 1 2 2 22 1 3 3 0 1 1 2 1 2 0 0 1 14 1

20 13 Thn 2 P 2 2 3 0 3 0 0 0 0 0 3 11 2 3 0 1 1 1 0 3 1 3 1 1 1 0 16 2 3 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 9 2

21 14 Thn 3 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 2 0 2 2 1 3 1 0 0 0 2 2 18 2 2 0 1 1 1 0 1 1 2 0 0 9 2

22 14 Thn 3 P 2 2 3 1 2 0 1 0 0 0 2 11 2 1 1 2 3 2 1 0 1 2 0 1 2 2 18 2 3 0 0 1 2 0 1 3 2 0 1 13 1

23 14 Thn 3 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 2 3 2 0 1 1 1 2 0 1 2 2 20 1 2 0 1 1 1 3 1 1 2 0 1 13 1

24 12 Thn 1 P 2 2 1 1 2 2 0 1 2 3 1 15 1 2 3 2 2 1 3 2 1 1 0 1 1 1 20 1 3 0 1 2 1 0 0 1 0 1 1 10 2

25 13 Thn 2 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 3 1 3 2 2 2 1 2 3 1 2 1 26 1 3 1 3 1 2 1 0 1 3 0 0 15 1

26 13 Thn 2 L 1 1 2 2 0 0 0 1 2 1 1 10 2 2 2 2 2 1 1 2 0 2 0 1 2 0 17 2 2 0 1 2 1 3 1 1 2 0 1 14 1

27 14 Thn 3 P 2 2 2 1 2 2 1 1 0 0 2 12 2 2 3 2 1 1 3 2 1 1 0 1 1 1 19 2 3 0 3 0 0 3 1 0 0 1 1 12 1

28 13 Thn 2 L 1 2 3 0 3 0 0 0 0 0 3 11 2 3 3 3 3 0 0 3 0 3 1 1 1 1 22 1 3 1 0 0 0 0 3 0 3 0 1 11 1

29 13 Thn 2 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 2 3 3 0 0 3 0 0 0 0 2 2 18 2 2 0 1 1 1 0 1 1 2 0 1 10 2

30 14 Thn 3 L 1 3 3 0 2 0 0 0 0 0 3 11 2 3 3 3 2 0 0 2 2 3 0 1 1 1 21 1 3 3 2 2 1 0 0 1 0 1 1 14 1

31 14 Thn 3 P 2 2 2 0 3 1 0 0 2 0 3 13 2 3 3 3 3 0 0 3 0 3 0 1 1 1 21 1 3 0 0 1 2 2 1 2 0 0 1 11 1

32 14 Thn 3 P 2 2 3 0 3 0 0 0 0 0 3 11 2 3 3 3 3 0 0 3 0 3 1 2 1 2 24 1 3 0 2 2 0 0 2 1 0 0 1 11 1

33 14 Thn 3 P 2 3 2 2 2 2 0 1 1 1 0 14 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 22 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 6 2

34 14 Thn 3 P 2 1 3 0 2 1 0 1 0 2 3 13 2 3 3 3 2 0 0 2 2 3 0 2 1 2 23 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 14 1

35 15 Thn 4 L 1 3 2 2 3 0 1 0 0 3 3 17 1 3 3 2 2 0 1 2 1 3 0 1 1 1 20 1 3 0 0 1 0 0 1 2 0 0 2 9 2

36 15 Thn 4 L 1 2 2 1 2 2 2 1 0 0 3 15 1 2 3 2 1 1 3 2 1 1 0 2 1 2 21 1 2 0 2 0 0 0 1 1 1 3 0 10 2

37 14 Thn 3 P 2 3 1 1 3 3 1 1 2 0 3 18 1 3 3 3 3 1 2 2 1 2 0 2 1 2 25 1 2 1 1 1 1 1 1 3 1 0 1 13 1

38 14 Thn 3 P 2 1 2 1 2 3 2 1 1 1 0 14 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 28 1 2 0 1 2 1 0 0 1 2 0 1 10 2

39 14 Thn 3 L 1 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 2 0 1 0 1 2 0 0 0 1 2 1 13 2 3 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 9 2

40 14 Thn 3 P 2 3 3 0 2 0 0 0 0 0 3 11 2 3 0 3 2 1 2 2 2 3 0 1 2 0 21 1 2 0 1 2 1 3 1 1 2 0 2 15 1

41 14 Thn 3 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 1 1 3 1 26 1 3 0 2 1 1 1 0 0 1 0 2 11 1

42 15 Thn 4 L 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 0 15 1 2 3 2 2 1 3 2 1 1 0 0 1 2 20 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3 0 3 8 2

43 15 Thn 4 L 1 3 2 2 2 1 0 1 1 1 1 14 1 3 3 3 2 2 0 2 3 1 0 1 1 0 21 1 3 0 0 1 0 0 1 2 0 3 2 12 1

44 15 Thn 4 L 1 1 3 0 2 1 0 1 0 1 3 12 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 0 1 2 2 22 1 2 0 3 2 2 0 0 2 0 1 1 13 1

84
45 12 Thn 1 P 2 3 2 2 3 0 1 0 0 2 3 16 1 3 0 1 1 1 0 3 1 3 1 1 1 0 16 2 1 0 0 1 0 1 0 2 1 1 2 9 2

46 12 Thn 1 P 2 2 2 1 2 2 2 1 0 0 3 15 1 3 2 0 2 2 1 3 1 0 0 0 2 2 18 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 14 1

47 12 Thn 1 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 2 3 2 1 1 3 2 1 1 0 1 1 1 19 2 3 0 0 1 0 0 1 2 0 0 2 9 2

48 12 Thn 1 P 2 2 1 1 2 2 0 1 2 3 1 15 1 3 3 3 3 0 0 3 0 3 1 1 1 1 22 1 3 0 1 1 0 1 1 1 2 0 1 11 1

49 12 Thn 1 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 2 3 3 0 0 3 0 0 0 0 2 2 18 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 0 2 8 2

50 12 Thn 1 P 2 1 2 2 0 0 0 1 2 1 1 10 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 0 1 2 2 22 1 3 0 0 0 1 2 1 1 1 0 2 11 1

51 13 Thn 2 P 2 2 2 1 2 1 1 1 0 0 2 12 2 3 0 1 1 1 0 3 1 3 1 1 1 0 16 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1 12 1

52 12 Thn 1 P 2 2 3 0 3 0 0 0 0 1 3 12 2 3 3 3 2 0 0 2 2 3 0 1 1 1 21 1 3 1 3 2 0 1 1 0 3 1 1 16 1

53 13 Thn 2 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 3 3 3 0 0 3 0 3 0 1 1 1 21 1 3 3 0 1 1 2 1 2 0 0 1 14 1

54 14 Thn 3 P 2 2 3 0 3 0 0 0 0 0 3 11 2 3 3 3 3 0 0 3 0 3 1 2 1 2 24 1 3 1 1 0 2 1 1 2 0 1 1 13 1

55 14 Thn 3 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 22 1 2 0 1 1 1 3 1 1 2 0 0 12 1

56 12 Thn 1 P 2 3 3 0 2 0 0 0 0 0 3 11 2 3 3 3 2 0 0 2 2 3 0 2 1 2 23 1 3 0 0 1 2 0 1 3 2 0 1 13 1

57 13 Thn 2 P 2 2 2 1 3 1 0 0 2 0 3 14 1 3 3 1 3 2 2 2 1 2 3 1 2 1 26 1 2 0 1 1 1 0 1 1 2 0 1 10 2

58 12 Thn 1 P 2 2 3 0 3 0 0 0 0 0 3 11 2 2 2 2 2 1 1 2 0 2 0 1 2 0 17 2 3 3 0 0 1 0 0 1 0 1 1 10 2

59 13 Thn 2 P 2 3 2 2 1 2 0 1 1 1 0 13 2 2 3 2 1 1 3 1 1 2 0 1 1 1 19 2 3 0 0 0 1 2 1 1 1 0 0 9 2

60 13 Thn 2 P 2 1 3 0 2 1 0 1 0 2 3 13 2 3 3 2 2 0 1 2 1 3 0 1 1 1 20 1 3 3 2 2 1 0 0 1 0 1 1 14 1

61 12 Thn 1 P 2 3 2 2 3 0 1 0 0 2 3 16 1 2 3 2 1 1 3 2 1 1 0 2 1 2 21 1 3 3 0 1 1 2 1 2 0 0 1 14 1

62 13 Thn 2 P 2 2 2 1 2 2 1 1 0 0 3 14 1 3 3 3 3 1 2 2 1 2 0 2 1 2 25 1 3 1 1 0 2 1 1 2 0 1 1 13 1

63 12 Thn 1 P 2 3 1 1 3 2 1 1 2 0 3 17 1 3 0 1 1 1 0 3 1 3 1 1 2 1 18 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 2

64 12 Thn 1 L 1 1 2 1 2 3 2 1 1 1 0 14 1 2 3 3 3 1 2 1 1 1 0 2 1 2 22 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 6 2

65 12 Thn 1 L 1 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 2 3 2 2 1 3 1 1 2 0 1 2 1 21 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 14 1

66 13 Thn 2 L 1 2 2 1 3 0 0 0 3 0 1 12 2 3 0 1 1 1 0 3 1 3 1 1 1 0 16 2 3 0 0 1 2 0 1 2 0 0 2 11 1

67 13 Thn 2 P 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 16 1 1 3 3 3 1 2 1 1 1 0 2 1 2 21 1 3 0 2 0 2 2 1 1 1 3 1 16 1

68 13 Thn 2 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 2 1 2 2 0 1 0 2 2 1 0 2 1 16 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 10 2
69 13 Thn 2 P 2 2 2 2 1 0 1 2 3 1 3 17 1 3 3 3 3 1 2 2 1 2 0 2 1 2 25 1 2 0 1 2 1 3 1 1 2 0 1 14 1
70 13 Thn 2 P 2 1 1 1 3 3 2 1 1 1 2 16 1 2 2 2 2 1 1 2 0 2 0 1 1 2 18 2 3 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 9 2
71 14 Thn 3 L 1 2 1 1 2 2 0 1 2 3 1 15 1 3 2 0 1 0 1 2 0 0 0 1 2 1 13 2 2 0 1 2 1 3 1 1 2 0 2 15 1

85
72 13 Thn 2 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 3 3 3 0 0 3 0 3 1 2 1 2 24 1 3 0 3 2 1 0 0 0 0 0 2 11 1
73 14 Thn 3 P 2 1 2 2 0 0 0 1 2 1 1 10 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 0 1 2 22 1 1 1 2 2 1 0 2 0 3 0 0 12 1
74 13 Thn 2 P 2 2 2 1 2 1 1 1 0 0 2 12 2 3 3 3 2 0 0 2 2 3 0 2 1 2 23 1 3 0 0 1 3 0 1 2 0 0 1 11 1
75 13 Thn 2 P 2 2 3 0 3 0 0 0 0 1 3 12 2 3 3 1 3 2 2 2 1 2 3 1 2 1 26 1 2 0 3 2 2 0 0 2 0 1 1 13 1
76 14 Thn 3 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 2 2 2 2 1 1 2 0 2 0 1 2 0 13 2 1 2 0 1 0 1 0 2 1 1 2 11 1
77 13 Thn 2 P 2 2 3 0 3 0 0 0 0 0 3 11 2 2 3 2 1 1 3 2 1 1 0 1 1 1 19 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 14 1
78 14 Thn 3 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 0 12 2 3 3 2 2 0 1 2 1 3 0 1 1 1 20 1 3 0 0 1 0 0 1 2 0 3 2 12 1
79 14 Thn 3 P 2 3 3 0 2 0 0 0 0 0 3 11 2 2 3 2 1 1 3 2 1 1 0 2 1 2 21 1 3 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 9 2
80 13 Thn 2 P 2 2 2 0 3 1 0 0 2 0 3 13 2 3 3 3 3 1 2 2 1 2 0 2 1 2 25 1 2 0 1 2 1 3 1 1 2 0 2 14 1
81 13 Thn 2 P 2 2 3 0 3 0 0 0 0 0 3 11 2 3 0 1 1 1 0 3 1 3 1 1 2 1 18 2 3 0 0 0 1 2 1 1 1 0 2 10 2
82 15 Thn 4 P 2 3 2 2 2 2 0 1 1 1 0 14 1 3 0 3 2 1 2 2 2 3 0 1 2 0 21 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 1
83 14 Thn 3 P 2 1 3 0 2 1 0 1 0 2 3 13 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 1 1 3 1 26 1 3 1 3 2 0 1 1 0 3 0 1 15 1
84 14 Thn 3 P 2 2 2 1 3 0 0 0 3 0 1 12 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 0 0 1 2 20 1 3 3 0 1 1 2 1 2 0 0 1 14 1
85 14 Thn 3 P 2 2 2 1 2 2 1 1 2 3 1 17 1 3 3 3 2 2 0 2 3 1 0 1 1 0 21 1 3 1 1 0 2 1 1 2 0 1 1 13 1
86 14 Thn 3 L 1 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 0 1 2 2 22 1 2 0 1 1 1 3 1 1 2 0 0 12 1
87 13 Thn 2 L 1 3 3 0 2 0 0 0 0 0 3 11 2 3 0 1 1 1 0 3 1 3 1 1 1 0 16 2 3 0 0 1 2 0 1 3 2 0 1 12 1
88 14 Thn 3 P 2 1 2 0 2 2 1 1 1 1 3 14 1 3 2 0 2 2 1 3 1 0 0 0 2 2 18 2 3 0 0 1 0 0 1 2 0 0 2 9 2
89 15 Thn 4 L 1 2 2 1 2 2 0 1 2 0 0 12 2 2 3 2 1 1 3 2 1 1 0 1 1 1 19 2 3 0 2 0 0 0 1 1 1 3 1 10 2
90 13 Thn 2 P 2 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 12 2 3 3 3 3 0 0 3 0 3 1 1 1 1 22 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1 12 1
91 14 Thn 3 P 2 2 2 1 2 1 1 0 1 1 1 12 2 3 2 1 3 0 0 2 0 0 0 0 2 2 15 2 2 0 1 2 1 3 1 1 2 0 1 14 1
92 14 Thn 3 P 2 3 3 0 1 1 1 0 0 2 1 12 2 2 3 2 1 1 0 1 1 2 1 2 1 0 17 2 3 0 1 1 3 1 1 1 0 2 1 11 1

Keterangan:
Usia: Jenis kelamin: Konformitas teman sebaya: Lingkungan:
1. 12 Tahun 1. Laki-laki Fungsi Keluarga: 1. Tidak di pengaruhi 1. Baik
2. 13 Tahun 2. Perempuan 1. cukup 2. Dipengaruhi 2. Buruk
3. 14 Tahun 2. baik
4. 15 Tahun

86
No. PERILAKU BULLYING
Usia K JK K
Rsp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 JML K
1 13 Thn 2 L 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 2 3 1 0 11 1
2 13 Thn 2 L 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 2 3 2 10 2
3 14 Thn 3 P 2 0 0 0 1 0 0 1 3 0 0 2 1 2 3 13 1
4 14 Thn 3 L 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 3 2 0 0 2 12 1
5 14 Thn 3 L 1 0 0 0 0 0 1 2 2 0 0 1 1 1 1 9 2
6 13 Thn 2 L 1 1 2 2 2 0 1 2 2 2 1 1 0 1 1 18 1
7 12 Thn 1 L 1 0 0 0 0 0 0 1 2 1 1 0 0 3 2 10 2
8 14 Thn 3 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 15 1
9 13 Thn 2 L 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 2 1 2 2 1 12 1
10 14 Thn 3 P 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 3 1 8 2
11 12 Thn 1 P 2 0 0 0 1 0 0 1 3 0 1 2 1 2 3 14 1
12 13 Thn 2 P 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 2 16 1
13 14 Thn 3 P 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 3 1 0 10 2
14 12 Thn 1 L 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 0 0 1 2 1 17 1
15 14 Thn 3 L 1 0 0 0 1 0 0 1 3 0 0 2 1 2 3 13 1
16 14 Thn 3 L 1 1 0 1 0 1 3 1 1 2 0 0 0 0 0 10 2
17 14 Thn 3 L 1 1 1 1 0 0 0 1 2 2 2 1 2 0 0 13 1
18 13 Thn 2 L 1 1 0 1 3 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 15 1
19 13 Thn 2 P 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 1 2 3 2 17 1
20 13 Thn 2 P 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 3 1 0 10 2
21 14 Thn 3 P 2 0 0 0 1 1 0 1 3 0 1 0 1 2 0 10 2
22 14 Thn 3 P 2 1 0 1 1 1 3 1 1 2 2 3 1 1 2 20 1
23 14 Thn 3 P 2 2 0 0 0 1 2 1 1 1 0 2 1 1 1 13 1
24 12 Thn 1 P 2 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 2 1 0 10 2
25 13 Thn 2 P 2 2 1 2 1 0 3 2 0 3 1 2 1 1 0 19 1
26 13 Thn 2 L 1 0 0 0 1 2 0 1 3 2 0 1 1 3 1 15 1
27 14 Thn 3 P 2 1 0 1 1 1 3 1 1 2 0 1 2 1 2 17 1
28 13 Thn 2 L 1 0 3 2 2 1 0 0 1 0 1 1 1 3 0 15 1
29 13 Thn 2 P 2 0 0 0 0 0 1 2 2 0 0 1 1 1 1 9 2
30 14 Thn 3 L 1 1 2 2 2 0 1 2 2 2 1 1 0 1 1 18 1
31 14 Thn 3 P 2 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0 0 3 2 12 1
32 14 Thn 3 P 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 15 1
33 14 Thn 3 P 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 2 2 1 10 2
34 14 Thn 3 P 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 12 1
35 15 Thn 4 L 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 2 9 2
36 15 Thn 4 L 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 4 2
37 14 Thn 3 P 2 0 0 0 0 0 2 3 1 0 0 1 2 2 1 12 1
38 14 Thn 3 P 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 3 1 8 2

87
39 14 Thn 3 L 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 2 3 10 2
40 14 Thn 3 P 2 1 0 1 1 1 3 1 1 2 0 0 0 0 0 11 1
41 14 Thn 3 P 2 1 1 1 0 0 0 1 2 2 2 1 2 0 0 13 1
42 15 Thn 4 L 1 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 1 1 0 10 2
43 15 Thn 4 L 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 1 2 3 2 17 1
44 15 Thn 4 L 1 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1 2 3 1 0 12 1
45 12 Thn 1 P 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 3 1 8 2
46 12 Thn 1 P 2 1 0 1 1 1 3 1 1 2 2 3 1 1 2 20 1
47 12 Thn 1 P 2 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 1 1 1 9 2
48 12 Thn 1 P 2 0 0 3 1 1 0 2 1 0 0 2 2 0 0 12 1
49 12 Thn 1 P 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 3 1 0 10 2
50 12 Thn 1 P 2 1 0 1 0 0 0 0 0 2 0 2 2 3 2 13 1
51 13 Thn 2 P 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 1 2 3 2 17 1
52 12 Thn 1 P 2 1 1 0 0 0 1 0 1 1 3 2 1 0 2 13 1
53 13 Thn 2 P 2 0 0 1 0 0 1 2 2 0 2 1 1 1 1 12 1
54 14 Thn 3 P 2 1 2 2 2 0 1 2 2 2 1 1 0 1 1 18 1
55 14 Thn 3 P 2 0 0 0 0 0 0 1 2 1 1 1 0 3 2 11 1
56 12 Thn 1 P 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 15 1
57 13 Thn 2 P 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 2 2 1 10 2
58 12 Thn 1 P 2 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10 2
59 13 Thn 2 P 2 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 2 9 2
60 13 Thn 2 P 2 2 0 1 0 1 0 0 0 0 2 1 0 1 3 11 1
61 12 Thn 1 P 2 0 0 0 1 2 0 1 3 2 0 1 1 3 1 15 1
62 13 Thn 2 P 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 0 0 1 2 1 17 1
63 12 Thn 1 P 2 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 2 0 0 2 9 2
64 12 Thn 1 L 1 0 0 0 0 0 1 2 2 0 0 1 1 1 1 9 2
65 12 Thn 1 L 1 1 1 1 0 0 0 1 2 2 2 1 2 0 0 13 1
66 13 Thn 2 L 1 2 0 1 3 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 16 1
67 13 Thn 2 P 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 1 2 3 2 17 1
68 13 Thn 2 P 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 3 1 0 10 2
69 13 Thn 2 P 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 2 2 3 1 11 1
70 13 Thn 2 P 2 1 0 1 1 1 1 1 1 2 0 0 0 0 0 9 2
71 14 Thn 3 L 1 2 0 0 0 1 2 1 1 1 0 2 1 1 1 13 1
72 13 Thn 2 P 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 2 2 0 14 1
73 14 Thn 3 P 2 1 0 1 1 1 2 1 1 2 3 0 0 0 0 13 1
74 13 Thn 2 P 2 0 0 0 1 2 0 1 3 2 0 1 1 3 1 15 1
75 13 Thn 2 P 2 1 0 1 1 1 3 1 1 2 0 1 2 1 2 17 1
76 14 Thn 3 P 2 0 3 2 2 1 0 0 1 0 1 1 1 3 0 15 1
77 13 Thn 2 P 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 0 0 1 1 1 16 1
78 14 Thn 3 P 2 1 2 2 2 0 1 2 2 2 1 1 0 1 1 18 1
79 14 Thn 3 P 2 0 0 0 0 0 0 1 2 1 3 0 1 3 2 13 1
80 13 Thn 2 P 2 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 7 2

88
81 13 Thn 2 P 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 2 16 1
82 15 Thn 4 P 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 0 0 1 2 1 17 1
83 14 Thn 3 P 2 2 0 0 0 1 2 1 1 1 0 2 1 1 1 13 1
84 14 Thn 3 P 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 1 1 2 2 15 1
85 14 Thn 3 P 2 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 2 1 9 2
86 14 Thn 3 L 1 2 0 1 3 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 16 1
87 13 Thn 2 L 1 0 0 0 1 0 0 1 3 0 0 2 1 2 0 10 2
88 14 Thn 3 P 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 1 1 2 0 10 2
89 15 Thn 4 L 1 1 0 1 0 0 0 1 0 2 2 1 2 0 0 10 2
90 13 Thn 2 P 2 2 0 1 3 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 16 1
91 14 Thn 3 P 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 1 2 3 2 17 1
92 14 Thn 3 P 2 2 0 0 0 1 2 1 1 1 0 2 1 1 1 12 1

Keterangan:

Perilaku bullying:
1.Tidak melakukan bullying
2.Melakukan bullying

89
Lampiran 8
Hasil Uji Statistik
Karakteristik responden
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12 Tahun 17 18.5 18.5 18.5
13 Tahun 31 33.7 33.7 52.2
14 Tahun 37 40.2 40.2 92.4
15 Tahun 7 7.6 7.6 100.0
Total 92 100.0 100.0

Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 29 31.5 31.5 31.5
Perempuan 63 68.5 68.5 100.0
Total 92 100.0 100.0

Analisis univariat
fungsi keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 28 30.4 30.4 30.4
Baik 64 69.6 69.6 100.0
Total 92 100.0 100.0

konformitas teman sebaya


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dipengaruhi 59 64.1 64.1 64.1
Diipengaruhi 33 35.9 35.9 100.0
Total 92 100.0 100.0

lingkungan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 63 68.5 68.5 68.5
Buruk 29 31.5 31.5 100.0
Total 92 100.0 100.0

90
perilaku bullying
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak melakukan bullying 61 66.3 66.3 66.3
Melakukan bullying 31 33.7 33.7 100.0
Total 92 100.0 100.0

Analisis Bivariat
Crosstab
Count

perilaku bullying
Tidak melakukan Melakukan
bullying bullying Total
Fungsi Cukup 10 18 28
keluarga
Baik 51 13 64
Total 61 31 92

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 16.858a 1 .000
Continuity Correction b
14.947 1 .000
Likelihood Ratio 16.475 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.675 1 .000
N of Valid Cases b
92
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.43.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Count

perilaku bullying
Tidak melakukan Melakukan
bullying bullying Total
konformitas teman sebaya Tidak dipengaruhi 47 12 59
Diipengaruhi 14 19 33
Total 61 31 92

91
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.134a 1 .000
Continuity Correction b
11.520 1 .001
Likelihood Ratio 12.990 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 12.992 1 .000
N of Valid Cases b
92
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.12.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Count

perilaku bullying
Tidak melakukan Melakukan
bullying bullying Total
lingkungan Baik 59 4 63
Buruk 2 27 29
Total 61 31 92

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 66.898a 1 .000
Continuity Correction b
63.072 1 .000
Likelihood Ratio 73.225 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 66.171 1 .000
N of Valid Casesb 92
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.77.
b. Computed only for a 2x2 table

92
Lampiran 9

Surat Permohonan Data Awal

93
Lampiran 10

Surat Uji Validitas

94
Lampiran 11

Surat Permintaan Rekomendasi Penelitian

95
Lampiran 12

Surat Rekomendasi

96
Lampiran 13

Surat Keterangan Selesai Meneliti

97
Lampiran 14

Dokumentasi Penelitian

Penjelasan pengisian kuisioner oleh peneliti

Penjelasan pengisian kuisioner oleh peneliti

Penjelasan pengisian kuisioner oleh peneliti

98
Responden mengisi kuisioner

Responden mengisi kuisioner

Responden mengisi kuisioner

99
Responden mengisi kuisioner

100

Anda mungkin juga menyukai