Anda di halaman 1dari 68

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang tidak bisa dipisahkan dari


pendidikan secara keseluruhan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
pendidikan jasmani, sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan
secara keseluruhan.

Jika dicermati secara mendalam perumusan pendidikan jasmani tersebut,


maka pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, merupakan bagian dari
pendidikan nasional secara keseluruhan melalui aktivitas jasmani seseorang.

Untuk itu seiring dengan tujuan pendidikan secara umum, maka pendidikan
jasmani dan olahraga pun harus di tingkatkan, sebab banyak manfaat yang dapat
diperoleh melalui pendidikan jasmani. Sedangkan untuk mencapai pendidikan
secara keseluruhan,maka pendidikan jasmani haruslah dilakukan dengan baik dan
benar dalam instansi dan lembaga pendidikan.

Melalui aktivitas jasmani yang terstruktur diharapkan dapat mengembangkan


kemampuan jasmani siswa dan potensi lainya seperti afektif, psikomotorik, dan
kognitif. Maka dalam kurikulum pendidikan jasmani di tingkat SD diajarkan
berbagai aktivitas olahraga. Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang kurang
tepat akan mengganggu berlangsungnya proses pendidikan secara keseluruhan
pula, sehingga perlu di kembangkan dan ditingkatkan.

Masalah yang sering dihadapi pada sekarang ini yang dihadapi dalam proses
penjas serta pelaksanaan pembelajaran penjas orkes belum efektifnya pengajaran
penjas di sekolah, semua itu disebabkan karena minimnya media pembelajaran,
tingkat keaktifan siswa yang rendah terhadap proses pembelajaran, serta kurang
kreatifnya guru penjas orkes terhadap proses pembelajaran penjas, sehingga

1
2

terkesan monoton dan membosankan bagi pembelajaran tersebut, hal ini terbukti
dari hasil pembelajaran lompat tali pada siswa kelas V SD Negeri 200509
Padangsidimpuan yang kurang maksimal.

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan via aktivitas jasmani,


permainan dan atau olahraga. Jadi, yang digunakan sebagai medium atau
perantara disini adalah serangkaian aktivitas jasmani, permainan atau cabang
olahraga, Lutan (2000:1.5). Didalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan
sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup.
Peranan pendidikan jasmani adalah sangat penting, yakni memberikan
kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematis.

Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus


membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Suherman (2001:6)
mengatakan bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan
melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara
menyeluruh.

Di dalam penyempurnaan kurikulum 1994 (suplemen GBPP) SD/MI tahun


1999 bertujuan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah membantu siswa
agar memperoleh derajat kebugaran jasmani, kemampuan gerak dasar, dan
kesehatan yang memadai sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
melalui penanaman pengertian, pengembangan sikap positif dalam berbagai
aktivitas jasmani yaitu untuk memacu pertumbuhan termasuk bertambahnya
tinggi badan dan berat badan secara harmonis, Afridha (2012:47).

Kebugaran jasmani menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengerjakan


tugas secara fisik pada tingkat moderat tanpa lelah yang berlebihan. Menurut
Mikdar, (2006:45) kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk
melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti, sehingga tubuh masih memiliki simpanan tenaga untuk mengatasi beban
3

kerja tambahan. Untuk peningkatan kebugaran jasmani dapat dilakukan dengan


cara bermain seperti lompat tali.

Harisenjaya (2007:148), mengatakan lompat tinggi adalah salah satu cabang


atletik. Lompat Tinggi adalah salah satu keterampilan untuk melewati mistar yang
berada di kedua tiangnya. Tujuan dari lompat tinggi yaitu untuk mencapai
ketinggian yang setinggi tingginya. Dalam mencapai ketinggian tersebut tubuh
tidak boleh menyentuh mistar atau palang.

Skipping/ jump rope merupakan olahraga yang sejak zaman dulu digemari
dari berbagai Negara, olah raga skipping sesungguhnya merupakan olahraga yang
mengunakan seutas tali untuk melakukan lompatan, (http://myblog4.com/-
skipping).

Permainan lompat tali secara fisik akan menjadikan anak lebih kuat dan
tangkas. Belum lagi manfaat emosional, intelektual, dan sosialnya yang akan
berkembang dalam diri siswa tersebut. Namun pada kenyataannya, tingkat
kebugaran jasmani di sekolah masih kurang baik, hal ini dikarenakan kurangnya
aktivitas gerak siswa sehingga mudah mengalami kelelahan saat melakukan
aktivitas olahraga dan mengalami kelebihan berat badan, atau kegemukan yang
membuat lemah fisiknya dan kurang tenagannya untuk mampu melakukan tugas
fisik yang cukup berat.

Seperti yang menjadi permasalahan di SD Negeri 200509 Padangsidimpuan


sekarang ini adalah kurangnya aktivitas gerak yang mengakibatkan daya tahan
jantung-paru yang kurang maksimal, apalagi saat melakukan olahraga,
kebanyakan siswa mudah mengalami kelelahan. Sehingga proses pembelajaran
penjas tidak dapat terlaksana secara maksimal.

Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang makin berkembang,


khususnya siswa kelas V semakin malas untuk melakukan kegiatan olahraga dan
aktifitas bermain. Hal tersebut menjadi masalah tersendiri dalam mata pelajaran
4

pendidikan jasmani karena mata pelajaran pendidikan jasmani dituntut untuk


meningkatkan serta mempertahankan tingkat kebugaran jasmani siswa.

Oleh sebab itu, maka peneliti ingin meneliti masalah yang dialami sekolah
tersebut sekaligus untuk mengetahui upaya guru meningkatkan proses belajar
mengajar kebugaran jasmani melalui latihan lompat tali (jump rope) pada siswa
kelas V SD Negeri 200509 Padangsidimpuan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka


permasalahan penelitian ini adalah :

1. Intensitas kebugaran jasmani siswa tidak normal seperti siswa sering


mengalami sakit.
2. Lemahnya daya tahan tubuh siswa.
3. Lemahnya pengetahuan siswa dalam bermain jump rope.
4. Belum maksimalnya keterampilan guru mengelola proses pembelajaran
penjas.
5. Kurangnya aktivitas gerak siswa dalam pembelajaran penjas.
6. Saat melakukan olahraga, siswa mudah mengalami kelelahan.
7. Siswa malas melakukan kegiatan olahraga dan aktivitas bermain.
8. Rendahnya motivasi belajar siswa.
9. Terbatasnya sarana dan prasarana belajar penjas.
10. Keterbatasan media pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian

Untuk menghindari luasnya pembahasan yang akan di bahas, maka penulis


membatasi permasalahan pada pembelajaran latihan lompat tali (jump rope) dalam
meningkatkan kebugaran jasmani siswa kelas V SD Negeri 200509
Padangsidimpuan.
5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah adalah apakah


proses pembelajaran melalui latihan lompat tali (jump rope) dapat meningkatkan
kebugaran jasmani siswa kelas V SD Negeri 200509 Padangsidimpuan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah dan rumusan masalah dalam penelitian ini maka
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan proses
pembelajaran melalui latihan lompat tali (jump rope) dalam meningkatkan
kebugaran jasmani siswa kelas V SD Negeri 200509 Padangsidimpuan.

F. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman secara


teori dan praktik pada bidang keolahragaan.
2. Sebagai dasar pembelajaran dan penelitian yang serupa dikemudian hari.
3. Bagi Jurusan Olahraga, sebagai referensi dalam pembelajaran olahraga
atletik, khususnya dalam cabang lompat tali.
4. Bagi pelatih, sebagai bahan pertimbangan dalam melatih, khususnya pada
cabang olahraga lompat jauh serta sebagai acuan atau pedoman untuk
menyusun latihan, dan juga sebagai bahan pertimbangan untuk memilih atlet
yang berbakat.
5. Bagi atlet, dapat digunakan sebagai pedoman dan acuan untuk
memperbaiki guna meningkatkan prestasi olahraga.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Kebugaran Jasmani
a. Hakikat Kebugaran Jasmani

Ismaryati (2006:37) mengatakan kebugaran atau kesegaran jasmani adalah


kata lain dari Physical Fitness. Sedangkan menurut Djoko (1999:2) beberapa
istilah yang sering dipergunakan antara lain : kebugaran, kesegaran, kesemaptaan
dan fitness. Istilah-istilah tersebut pada dasarnya memiliki pengertian yang sama,
meliputi kebugaran fisik, kebugaran mental, kebugaran emosi dan kebugaran
sosial atau diberi nama istilah total fitness.

Nurhasan dan Cholil, (2007:98) mendefenisikan sementara dari hasil seminar


kebugaran jasmani nasional yang diselanggarakan oleh Direktorat Jendral
Olahraga dan Pemuda pada tanggal 16-20 maret 1971 di Jakarta, mengenai
physical fitness adalah kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan
dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.

Kebugaran yang baik mampu melaksanakan tugasnya sehari-hari baik dalm


bekerja atau aktivitas sehari-hari dan masih memiliki cadangan tenaga untuk
melaksanakan aktivitas selanjutnya tanpa mengalami kelelahan. Menurut Clarke
(1975) dalam Matakupan (1995:51) kebugaran jasmani merupakan kemampuan
melaksanakan tugas sehari-hari dengan baik dan kuat, tanpa kelelahan yang
berarti, serta dapat mengatasi keadaan darurat yang tidak disangka-sangka.
Dengan demikian maka dapat dikatakan, bahwa kebugaran jasmani merupakan
kemampuan kuat menahan tekanan (stress), dan tekun dalam mengatasi keadaan
yang sulit.

Djoko Pekik (1999:2) secara umum dimaksud dengan kebugaran atau


kesegaran jasmani adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni: kemampuan
seseorang untuk dapat melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul

6
7

kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya.


Kebugaran yang baik membuat seseorang mampu beradaptasi terhadap
lingkungannya dan tidak merasa lelah. menurut Soedjatmo Soemowerdojo dalam
Ismaryati (2006:40) kebugaran jasmani yaitu kemampuan tubuh untuk
menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas-batas fisiologis terhadap
keadaan lingkungan dan atau kerja fisik dengan cara yang cukup efisien tanpa
lelah secara berlebihan, sehingga masih dapat melakukan kegiatan-kegiatan lain.

Soetarman Soedjatmo Soemowerdojo dalam Ismaryati, (2006:40)


mendefinisikan kebugaran jasmani sebagai salah satu aspek, yaitu aspek fisik dari
kebugaran yang menyeluruh (total fitness), yang memberi kesanggupan kepada
seseorang untuk menjalani hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri
pada tiap-tiap pembebanan fisik yang layak. Jadi dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa ada komponen-komponen yang dapat mempengaruhi
kebugaran jasmani yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Kondisi fisik setelah melakukan tugas-tugas yang diberikan tetap baik.


2. Kemampuan untuk kapasitas seseorang dalam melaksanakan tugas sehari-
hari.
3. Kemampuan untuk mengatasi dalam keadaan sukar.

Seseorang memerlukan kebugaran yang baik. Setiap manusia berbeda-beda


dalam kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Menurut Ismaryati (2006:40) berdasarkan fungsinya, kebugaran jasmani
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: fungsi yang bersifat umum dan khusus.
Fungsi umum kebugaran jasmani adalah untuk mengembangkan kekuatan,
kemampuan, kesanggupan, daya kreasi, dan daya tahan setiap manusia yang
berguna untuk mempertinggi daya kerja. Fungsi khusus kebugaran jasmani adalah
sesuai dengan kekhususan masing-masing.

Setiap orang memiliki aktivitas yang berbeda-beda, dan aktivitas tersebut


dimulai dari sejak dini dari anak-anak sampai tua. Hal ini dikarenakan setiap
8

aktivitas maupun pekerjaan memerlukan kebugaran yang baik, maka sejak dini
perlu penanaman nilai dari pendidikan jasmani untuk memperoleh kebugaran
yang baik pula. Menurut Soebroto, dkk (1999:54) kebugaran jasmani merupakan
salah satu masalah pendidikan olahraga dan dalam hubungan dengan pendidikan
seumur hidup di atas dianggap penting sekali untuk diperhatikan setiap orang.

Setiap anak harus diketahui potensi kebugaran jasmaninya, potensi tersebut


berguna untuk mengetahui anak dalam keadaan kebugaran yang baik atau tingkat
kebugarannya rendah dengan demikian perlu pembinaan dan latihan dari dini
sehingga yang memiliki kebugaran rendah akan dapat di kembangkan dan
ditingkatkan kebugarannya agar semakin baik.

Soebroto, dkk, (1999:57) menyatakan perlu diketahui potensi-potensi pada


setiap anak. Potensi-potensi tersebut dinamakan komponen-komponen dari
kebugaran jasmani :

1) Daya tahan terhadap gangguan penyakit.


2) Daya tahan otot-otot dalam jangka waktu lama.
3) Daya tahan pernafasan dan jantung.
4) Kekuatan otot, dalam arti kecepatan penggunaan tenaga.
5) Kelentukan, kemampuan jangkauan areal gerak.
6) Kecepatan, urutan gerak yang sama dalam waktu singkat.
7) Ketrampilan, kemampuan mengubah posisi.
8) Koordinasi, penyesuaian berbagai gerak dalam satu pola gerakan.
9) Kesetimbangan, kontrol gerakan dari gangguan jatuh.
10) Ketepatan, kontrol gerakan terhadap obyek tertentu.
Matakupan, (1995:59) menyatakan dengan demikian maka anak yang dapat
terus menerus dalam waktu yang agak lama bermain, akan mempunyai
kemungkinan besar untuk dapat dikembangkan dasar geraknya, kemampuan
geraknya. Hal ini disebabkan telah dibekali dengan tingkat kebugaran jasmani
yang baik, bahkan tingkat kebugaran motorik yang baik pula.
9

b. Komponen Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani sendiri terdapat berbagai macam komponen yang penting


karena komponen tersebut merupakan penentu baik buruknya kebugaran jasmani
seseorang. Komponen kesegaran menurut Rusli Lutan (2002: 8) dibedakan
menjadi dua macam :

a. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi :

1) Daya tahan paru jantung (kardiorespirasi)


2) Kekuatan otot
3) Daya tahan aerobik
4) Komposisi tubuh

b. Kesegaran yang berhubungan dengan keterampilan meliputi:

1) Koordinasi
2) Keseimbangan
3) Kecepatan
4) Kelincahan
5) Power

Menurut Aine McCarthy (1995:3-4) komponen-komponen kebugaran dapat


dibedakan menjadi dua macam , yakni :
a. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kesehatan :
1) Kesegaran aerobik (juga disebut kesegaran jantung pernapasan-
kesegaran jantung dan paru-paru),
2) Kekuatan otot,
3) Daya tahan otot,
4) Kelenturan, dan
5) Komposisi tubuh (perbandingan lemak dan otot di dalam tubuh).
10

b. Komponen-komponen yang berkaitan dengan keterampilan :


1) Kelincahan,
2) Keseimbangan,
3) Koordinasi,
4) Kecepatan,
5) Kekuatan,
6) Dan waktu reaksi.

Menurut Len Kravitz (2001: 5), terdapat komponen kesegaran jasmani


diantaranya :

a. Daya tahan kardiorespirasi/kondisi aerobik


b. Kekuatan otot
c. Daya tahan otot
d. Kelentukan
e. Komposisi tubuh

Menurut Djoko (2004:4), komponen dasar kesegaran jasmani yang


berhubungan dengan kesehatan meliputi :
a. Daya tahan paru-jantung
b. Kekuatan dan daya tahan otot
c. Kelentukan
d. Komposisi tubuh

Komponen kesegaran yang berhubungan dengan kesegaran menurut Nurhasan


(2005: 5-6) yaitu :
a. Komponen kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan:
1) Daya tahan (aerobik endurance)
2) Kekuatan otot(Muscular Strength)
3) Daya tahan otot (Musculea Endurance)
4) Kelentukan (Flexibility)
11

5) Komposisi tubuh (Body Composition)


b. Komponen kesegaran yang berhubungan dengan keterampilan:
1) Kelincahan (Agility)
2) Keseimbangan (Balance)
3) Koordinasi (coordination)
4) Daya (Power)
5) Kecepatan (Speed)
6) Reaksi (Reaction time)

Menurut Len Kravitz (1997: 5) bahwa terdapat 5 komponen utama dari


kesegaran dengan kesehatan yang harus diperhatikan sebagai berikut :

a. Daya tahan kardiorespirasi


Menurut Len Kravitz (2001: 5), daya tahan kardiorespirasi adalah
kemampuan dari jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan grup otot-otot yang
benar untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu lama,
seperti jalan cepat, jogging, berenang, senam, aerobik, mendayung, bersepeda,
lompat tali, main ski, dan ski lintas alam. Daya tahan kardiorespirasi adalah
kemampuan paru-paru jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka
waktu lama (Djoko Pekik, 2004: 4).

Menurut Nurhasan (2005: 3) daya tahan cardiovascular adalah kemampuan


seseorang untuk melakukan aktivitas fisik secara kontinu dalam waktu yang relatif
lama dengan beban sub maksimal.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa daya tahan


kardiorespirasi mencakup kemampuan jantung dan paru-paru serta pembuluh
darah dalam mensuplai oksigen untuk otot-otot yang sedang bekerja dalam jangka
waktu yang lama.

b. Kekuatan otot
Menurut Djoko (2004: 4), kekuatan otot adalah kemampuan otot melawan
12

beban dalam satu usaha. Sedangkan menurut Nurhasan (2005: 3), kekuatan otot
adalah kemampuan sekelompok otot dalam menahan beban secara maksimal.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot untuk


mengangkat beban secara maksimal.

c. Daya tahan otot


Menurut Len Kravitz (2001: 6), daya tahan otot adalah kemampuan dari otot-
otot kerangka badan untuk menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal), dalam
jangka waktu tertentu. Kekuatan, keahlian, penampilan, kecepatan bergerak dan
tenaga sangat erat kaitannya dengan unsur ini.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004; 4), daya tahan otot adalah kemampuan
otot melakukan serangkaian kerja dalam waktu yang lama. Daya tahan otot adalah
kemampuan sekelompok otot dalam melakukan kontraksi secara kontinyu dalam
waktu relatif lama dengan beban sub maksimal (Nurhasan, 2005: 3).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa daya tahan otot adalah
kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut dalam waktu
yang lama.

d. Kelentukan
Kelentukan Len Kravitz (1997; 7). Kelentukan adalah daerah gerak otot-otot
dan persendian tubuh. Kelentukan merupakan gerakan dari persendian tubuh
melalui gerak yang merupakan gerak dari persendian tubuh melalui gerak yang
luas jangkauannya tergantung pada elastisitas otot, tendon dan ligamen serta
kualitas sendi itu sendiri.

e. Komposisi tubuh
Komposisi tubuh adalah persentase lemak badan dari berat badan tanpa lemak
(otot, tulang rawan, organ-organ vital). Berdasarkan beberapa pendapat di atas
tentang komponen kesegaran jasmani dapat disimpulkan bahwa yang harus ada
13

dalam komponen tersebut:


a) Daya tahan paru jantung adalah kemampuan paru jantung mensuplai
oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama.
b) Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melawan bebandalam satu
usaha.
c) Kelentukan adalah kemampuan persendian untuk bergerak secara leluasa.
d) Komposisi tubuh adalah perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan
berat tubuh tanpa lemak.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani

Menurut Ateng (1992:65), dinyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi


kesegaran jasmani :

1. Pemeriksaan kesehatan secara berkalaatau teratur, imunisasi terhadap


berbagai penyakit, serta pemeriksaan dokter apabila diperlukan.
2. Pemenuhan gizi yang memadai dengan makan makanan yang cukup baik
kualitas maupun kuantitasnya.
3. Pemeliharaan kesehatan mulut dan pemeriksaan gigi secara berkala
sehingga fungsi pengunyah menjadi lebih baik.
4. Latihan atau aktifitas yang disesuaikan dengan umur, kondisi individu,
kualitas serta kuantitas latihan.
5. Pekerjaan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan serta dilakukan
dalam situasi yang menyenangkan, sangat penting bagi kesegaran jasmani.
6. Meningkatan kesegaran jasmani perlu rekreasi dan bermain dalam suasana
yang menyenangkan dalam pergaulan yang menarik dan menyenangkan
pikiran.
7. Relaksasi dan istirahat yang cukup adalah hal yang paling penting untuk
kesehatan dan kesegaran jasmani.

Lebih lanjut Roji (2004: 95), mengemukakan bahwa agar latihan fisik dapat
meningkatkan kesegaran jasmani, maka perlu memperhatikan rumusan latihan
14

sebagai berikut :

1. Macam latihan
2. Volume latihan, antara 20-30 menit
3. Frekuensi latihan, 3x seminggu
4. Intensitas latihan, 70-85% dari denyut nadi maksimal (DNM).DNM=220-
umur (dalam tahun)

Djoko Pekik Irianto (2004:7), mengatakan bahwa untuk mendapatkan


kebugaran yang memadai diperlukan perencanaan yang sistematik melalui
pemahaman pola hidup sehat bagi setiap lapisan masyarakat, meliputi 3 upaya
bugar, yaitu :

a. Makan
b. Istirahat
c. Berolahraga

Berdasrakan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesegaran


jasmani dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Takaran latihan, meliputi intensitas latihan, lamanya latihan, frekuensi


latihan dan macam tipe latihan.
2. Masalah istirahat yang cukup dan kesehatan.
3. Masalah gizi, meliputi kandungan zat-zat gizi makanan yang dikonsumsi.
4. Masalah faktor keturunan, seperti ukuran bagian-bagian badan dan
kelainan bawaan.

d. Pengukuran Tingkat Kesegaran Jasmani

Kondisi atau tingkat kesegaran jasmani seseorang pada dasarnya sesuai


dengan jenis dan intensitas pekerjaan orang tersebut. Untuk itu, perlu diketahui
kebugaran jasmani sebab kebugaran jasmani sangat erat hubungannya dengan
15

fungsinya untuk berprestasi pada bidangnya.

Dalam petunjuk umum pelaksanaan dan pengembangan kebugaran jasmani


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi
(1997: 21), disebutkan bahwa ada beberapa tolok ukur kebugaran jasmani yang
sering digunakan di Indonesia, yaitu :

1. Tes daya tahan jantung dan paru-paru (kardiorespirasi)


Untuk menilai kapasitas erobik. Tes yang banyak digunakan adalah tes erobik
dari cooper, baik yang berbentuk tes lari 12 menit, 2400 meter, atau jalan cepat
4800 meter.

2. Tes naik turun bangku


Tes naik turun bangku yang lazim atau banyak digunakan adalah tes naik
turun bangku cara Harvard (Harrvard step test). Selain itu juga cara Kasch, dan
cara Rhyming.

3. Tes Performance
a) US Navy Performance Test, tesnya berupa rangkaian terdiri dari 5 butir
tes. Rangkaian tes ini banyak dipergunakan oleh ABRI.
b) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI), rangkaian tes ini terdiri atas 5
butir tes, berlaku untuk 4 kelompok umur dan dibedakan antara masing-masing
jenis kelamin. Pengelompokan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia tersebut
yaitu: kelompok tingkat SD kelas bawah umur 6-9 tahun, kelompok tingkat SD
kelas umur 10-12 tahun, kelompok tingkat SMP umur 13-15 tahun, dan
kelompok tingkat SMA umur 16-19 tahun. Adapun 5 butir tes tersebut
meliputi: lari jarak pendek, gantung angkat tubuh (putra) atau gantung siku
tekuk (putri), baring duduk, loncat tegak, dan lari jarak menengah.

2. Latihan Lompat Tali (Jump Rope)


a. Hakikat Jump Rope
16

Menurut Bayu Surya (2010: 3) lompat tali dikenal dengan istilah rope
skipping. Lompat tali skipping adalah suatu aktivitas yang menggunakan tali
dengan kedua ujung tali dipegang dengan kedua tangan lalu diayunkan melewati
kepala sampai kaki sambil melompatinya.

Menurut Chrissie Gallagher (2006: 99) lompat tali atau skipping adalah suatu
bentuk latihan CV (kardiovaskuler) yang sangat baik karena dapat menjadikan
sebuah latihan yang sangat berat dan dapat meningkatkan daya tahan dan
kecepatan.

Menurut Endang Ramdan, dkk (1983: 80) interval training merupakan suatu
bentuk rentetan yang diberi selingan interval atau istirahat tertentu. Aktivitas yang
dapat dilakukan dalam metode interval training berupa: lari, lompat tali, latihan
langkah, pukulan dan sebagainya.

Tujuan metode interval training terutama untuk membentuk dan


mengembangkan kekuatan, kecepatan, daya tahan, dan kelincahan. Menurut
penelitian departemen kesehatan dan kinesiologi Georgia State University, dengan
lompat tali akan menggerakkan otot betis, paha, perut, dada, punggung, bahu dan
lengan.

Anda tentu tidak asing dengan jenis latihan yang satu ini. Skipping adalah
bentuk latihan yang dilakukan dengan sebuah alat yaitu tali. Tentu saja tali yang
digunakan adalah tali khusus yang dapat anda temukan dengan mudah di toko-
toko olah raga terdekat. Latihan skipping dapat dilakukan dengan melakukan
gerakan melompat dengan jumlah lompatan tertentu sembari mengayunkan tali
skipping secara memutar melewati ujung kepala dan kaki. Yang terpenting,
lompatan dilakukan secara stabil sehingga kaki tidak mengenai tali.

Karena skipping tergolong dalam salah satu latihan yang bersifat aerobik,
latihan ini dapat digolongkan ke dalam jenis cardio exercise yang terbukti baik
untuk kesehatan jantung dan paru-paru, (Soegito, 1990:12).
17

Sekadar mengingatkan, "main karet" pernah populer di kalangan anak


angkatan 70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi favorit saat
"keluar main" di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sekarang, "main karet"
mulai dilirik kembali antara lain karena ada sekolah dasar menugaskan murid-
muridnya membuat roncean tali dari karet gelang untuk dijadikan sarana bermain
dan berolahraga, (Waharsono, 1999:32).

Cara bermainnya masih tetap sama, bisa dilakukan perorangan ataupun


berkelompok. Jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan
tali pada tiang, batang pohon atau pada apa pun yang memungkinkan, lalu
melompatinya. Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu
memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala dan kaki
sambil melompatinya.

Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Dua


anak akan memegang ujung tali; satu di bagian kiri, satu anak lagi di bagian kanan
untuk meregangkan atau mengayunkan tali. Lalu anak lainnya akan melompati tali
tersebut. Aturan permainannya simpel; bagi anak yang sedang mendapat giliran
melompat, lalu gagal melompati tali, maka anak tersebut akan berganti dari posisi
pelompat menjadi pemegang tali. Alat yang dibutuhkan cukup sederhana. Bisa
berupa tali yang terbuat dari untaian karet gelang atau tali yang banyak dijual di
pasaran yang dikenal dengan tali skipping.

b. Aneka Manfaat Lompat Tali

Kegiatan lompat tali terutama di sekolah-sekolah selain menyenangkan,


permainan ini tak banyak memakan waktu, murah, dan menyehatkan. Jadi cocok
untuk mengisi waktu senggang para murid ketimbang mereka main lari-larian
tanpa tujuan. Salah satu cara yang diimbau Anggani dengan memberi kesempatan
anak untuk main lompat tali di waktu istirahat. Beberapa perkembangan anak
18

yang dapat distimulasi dengan permainan lompat tali ini :

1. Motorik kasar
Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik
anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam
permainan ini memang memerlukan keterampilan tersendiri. Lama-kelamaan, bila
sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-
ototnya pun padat dan berisi, kuat serta terlatih. Lompat tali juga dapat membantu
mengurangi kejadian obesitas pada anak.

2. Emosi
Untuk melakukan suatu lompatan dengan tinggi tertentu dibutuhkan
keberanian dari si anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu
keputusan besar; mau melakukan tindakan melompat atau tidak.

3. Ketelitian dan Akurasi


Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya,
bagaimana ketika tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tak
sampai terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak
ayunan tali, semakin cepat ia harus melompat.

4. Sosialisasi
Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang
berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi. Ia dapat belajar berempati,
bergiliran, menaati aturan, dan lainnya.

5. Intelektual
Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis
agar lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan
permainan. Umpamanya, anak harus melakukan tujuh kali lompatan saat tali
diayunkan. Bila lebih atau kurang, ia harus menjadi pemegang tali.
19

B. Kerangka Berfikir

Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan


aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah yang lebih dan masih mempunyai
cadangan energi untuk kegiatan yang lain. Kebugaran jasmani sangat diperlukan
oleh seorang anak latih, sebab kebugaran jasmani merupakan manifestasi aspek
fisik dari kesegaran yang menyeluruh sehingga ada kesanggupan untuk dapat
hidup lebih produktif dan dapat menyesuaikan diri terhadap setiap pembebanan
fisik dalam melakukan aktiviitas.

Melalui kegiatan latihan skipping diharapkan dapat meningkatkan kebugaran


jasmani anak lebih baik. Anak yang mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang
baik diharapkan dapat mencapai prestasi yang optimal, dan untuk mengetahuinya
perlu diadakannya tes kebugaran jasmani. Di dalam latihan skipping, tes
kebugaran jasmani anak hanya diketahui pada saat masuk saja, setelah itu sudah
tidak dapat diketahui lagi dikarenakan tidak adanya lagi tes-tes kebugaran
jasmani.

Berdasarkan kenyataan yang ada membuat saya berkeinginan memutuskan


untuk meneliti tingkat kebugaran jasmani di SD Negeri 200509 Padangsidimpuan
karena belum pernah diadakannya tes kebugaran jasmani. Alasan meneliti usia 10-
12 dikarenakan belum pernah diadakannya tes kebugaran jasmani diusia tersebut,
dan alasan saya meneliti tes kebugaran jasmani dengan melakukan lari 1000 m
adalah karena mudah dilakukan, biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, dan
waktu yang diperlukan relatif cepat.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukan di atas dapat diajukan


kerangka pemikiran sebagai berikut :
20

Teknik latihan
Siswa memiliki lompat
kebugaran jasmani
yang tali (skipping) dalam
Rendah pembelajaran penjas

Kebugaran jasmani
siswa meningkat

Gambar 1 Kerangka berfikir


21

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Dalam penelitian kali ini pendekatan yang digunakan adalah penelitian


tindakan kelas. Menurut Sanjaya (2009:25), penelitian tindakan kelas adalah
penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam
situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan
melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti dan praktisi.

Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah PTK (penelitian tindakan


kelas/ classroom action research) yakni suatu penelitian yang mengkaji proses
pembelajaran dikaitkan dengan pengoptimalan penggunaan metode, media,
strategi pembelajaran, dalam mana kegiatan perbaikan pembelajaran tersebut
diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa. Mulyasa,
(2009:67) menyatakan “ action research adalah kegiatan penelitian untuk
mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan
secara kolaboratif dan partisipasif”.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini sengaja dilakukan di SD Negeri 200509 Padangsidimpuan.
Pemilihan lokasi ini atas beberapa pertimbangan yaitu SD Negeri 200509
Padangsidimpuan merupakan sekolah tempat peneliti mengajar selain itu lembaga
pendidikan yang letak geografisnya bisa dikatakan cukup strategis, karena terletak
tepat dipinggir jalan yang ditengah-tengah perumahan warga. Selain itu, SD
Negeri 200509 Padangsidimpuan terletak di “zona hijau”, yakni zona yang
terkenal senang dengan kegiatan olah raga.
22

C. Subjek Penelitian 21

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri 200509


Padangsidimpuan kelas V dengan sampel 20 orang siswa. Dasar pemilihan subjek
penelitian ini adalah karena berdasarkan observasi dan wawancara dengan siswa,
proses pembelajaran penjas di SD ini masih berpusat pada guru (teacher
centered), siswa kurang mendapat pengalaman dalam mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan mereka sehingga motivasi belajar siswa masih tergolong kurang dan
berdampak pada kebugaran jasmani siswa menjadi rendah.

D. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom


Action Research). Menurut Carr dan Kemmis (1986) dalam Kusumah dan
Dwitagama (2010:8), PTK adalah “suatu bantuk peneli tian refleksi diri (self
reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran”.

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengatasi


permasalahan yang dihadapi oleh guru di kelas dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran melalui latihan
skipping.

Dalam penelitian tindakkan ini, peneliti berpedoman pada model Kemmis dan
Mctaggart, yang menyatakan bahwa pengembangan dari konsep komponen acting
(tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.
Model ini berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan pengamatan
23

dan refleksi. Keempat komponen yang berupa unatian tersebut dipandang sebagai
satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada pada kesempatan ini adalah
putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar siklus di bawah ini :

Rencana tindakan
selanjutnya

Proses pembelajaran pada penelitian adalah tahap pertama merumuskan


permasalahan yang kemudian dibuat perencanaan pembelajaran untuk siklus 1.
Dalam siklus 1 dilakukan satu kali pertemuan. Setelah siklus pertama dilakukan,
refleksi dari siklus pertama tersebut diperbaiki pada siklus ke-2. Siklus ke-2 ini
juga dilakukan dalam satu kali pertemuan. Jika pada siklus ke-2 nanti sudah
tercapai ketuntasan belajar yang diharapkan, maka proses pembelajaran
dicukupkan pada siklus ke dua.

Penelitian ini dirancang dalam beberapa siklus yang tiap siklusnya mencakup
empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi serta
24

tahap refleksinya, yaitu :

1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini yang dilakukan yaitu mempersiapkan semua yang
diperlukan pada saat proses belajar mengajar. Hal-hal yang dipersiapkan tersebut
antara lain :
- Membuat silabus pembelajaran.
- Membuat skenario pembelajaran
- Membuat instrument penelitian
- Menyiapkan materi pembelajaran dengan pokok-pokok materi.
- Membuat lembar observasi aktivitas siswa beserta indikator penilaiannya.
- Mempersiapkan tes.

2. Tahap Tindakan
Pelaksanaan/ tindakan yaitu melaksanakan sesuatu yang telah
direncanakan sebelumnya. Salah satunya adalah praktek pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disusun sebelumnya. Tindakan ini diajukan untuk
memperbaiki proses pembelajaran atau kedalam pembelajaran kebugaran jasmani
dengan melalui latihan lompat tali (skipping). Selama ini proses tindakan
bersamaan dengan itu proses pembelajaran diamati atau diobservasi oleh
pengamat yang menggunakan instrumen pengamatan yang telah ditetapkan.

3. Observasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Teknik ini merupakan
pendokumentasian terhadap proses, pengaruh dan kendala tindakan (penghambat
ataupun pendukung) yang persoalan lain mungkin timbul. Hasil observasi ini yang
akan menjadi dasar refleksi untuk rencana tindakan bagi penyusunan program
tindakan selanjutnya.

4. Tahap Refleksi
25

Refleksi dilakukan berdasarkan observasi terhadap seluruh kegiatan


pembelajaran. Refleksi bertujuan untuk mengkaji kegiatan yang sudah dilakukan
pada proses pembelajaran latihan skipping, hasil refleksi digunakan untuk
menyusun rencana pada siklus berikutnya.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam wilayah SD Negeri 200509


Padangsidimpuan adalah :

1. Data tentang lari diperoleh dari siswa


2. Data tentang proses pembelajaran latihan jump rope diperoleh dari
kejadian-kejadian dalam pelaksanaan pembelajaran.
3. Data tentang kegiatan pembelajaran latihan jump rope dari kolaborator
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
4. Guru, sebagai kolaborator untuk melihat tingkat keberhasilan penggunaan
pembelajaran latihan jump rope dalam kebugaran jasmani siswa SD Negeri
200509 Padangsidimpuan.
5. Dokumentasi atau arsip yang antara lain berupa kurikulum, skenario
pembelajaran, silabus, buku penelitian dan buku referensi mengajar.

F. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara:
1. Metode Observasi
Menurut Purwanto (2004:149), observasi adalah metode atau cara-cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan jenis informasi terus terang dan tersamar,
atinya observasi dapat dilakukan secara terus terang (tidak samar) sehingga
mereka yang tengah diteliti mengetahui dari awal bahwa peneliti melakukan
kegiatan penelitian atau observasi pada keadaan atau situasi tertentu. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses
26

pembelajaran. Berikut ini lembar observasi yang digunakan :

Tabel 3.1. Lembar pengamatan aktivitas guru


Penilaian
No Aspek Yang Diamati
0 1
1 Persiapan Pelaksaan
A. Pendahuluan
1. Mengecek kedisiplinan dilapangan tepat waktu
(berdoa dan presensi)
2. Menghubungkan materi pelajaran dengan
pengetahuan awal siswa
3. Pemanasan
B. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara
melakukan teknik dasar lompat tali.
2. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
3. Melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan
teknik dasar lompat tali.
4. Memonitor dan evaluasi pelaksanaan teknik dasar
lompat tali.
5. Memberikan bantuan kepada siswa atau kelompok
yang mengalami kesulitan dan memberikan
feedback.
B. Penutup
1. Pendinginan
2. Refleksi
3. Evaluasi
Jumlah

Ket : 0 = Jika tidak melakukan indikator di atas


1 = Jika melakukan indikator di atas

No Interval Skor Kriteria


1 0 – 2,4 Kurang sekali
2 2,5 – 4,9 Kurang
3 5 – 7,4 Cukup
4 7,5 – 9,9 Baik
5 10 – 12,4 Baik sekali
27

Tabel 3.2 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa


Penilaian
No Aspek Yang Diamati
0 1
1
Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Siswa hadir dilapangan tepat waktu
2. Siswa merespon pembelajaran dengan pengetahuan
awal siswa.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
4. Siswa melakukan kegiatan pemanasan dengan
sungguh-sungguh.
B. Kegiatan Inti
1. Siswa memperhatikan penjelasan dan gerakan yang
diperagakan oleh guru.
2. Siswa berkumpul dikelompok yang telah ditentukan
3. Siswa tertib dikelompok masing-masing.
4. Siswa melakukan teknik dasar lompat tali.
5. Siswa memberikan pertanyaan.
C. Penutup
1. Siswa melakukan pendinginan dengan serius
2. Siswa bertanya tentang pelajaran yang belum
dimengerti.
3. Siswa antusias
Jumlah

b. Metode Dokumentasi
Riduwan (2008:77), menyatakan “dokumentasi ditujukan untuk memperoleh
data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,
28

peraturan- peraturan, laporan kegiatan, foto-foto film dokumenter, serta data


yang relevan penelitian”.

Dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan,


menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan interpretasi yang
berhubungan sangat erat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut,
(Bungin, 2011:142).

c. Metode tes
Sunendar dan Iskandar (2009:179) menyatakan “tes ad alah suatu alat atau
prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang
boleh dikatakan tepat dan cepat”.

G. Teknik Analisa Data

Data yang telah terkumpul perlu dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian,
yang dalam PTK analisis dilakukan sejak awal dan mencakup setiap aspek.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu data mentah yang telah
dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi,
dilakukan manipulasi, serta diperas sedemikian rupa, sehingga data tersebut
mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji
hipotesis.

Menganalisis data tes hasil belajar tiap siklus yang digunakan untuk
mengetahui persentase ketuntasan belajar klasikal siswa. Ketuntasan belajar
klasikal di dapat dengan menggunakan rumus :
N
Kb = ---- X 100%
S
Keterangan :
Kb : Ketuntasan belajar siswa
29

N : Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70


S : Jumlah peserta tes, Mahyuni (2008:78)

Mengadakan manipulasi terhadap data mentah berarti mengubah data mentah


tersebut dari bentuk awalnya menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah
memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena. Beberapa tingakatan
kegiatan perlu dilakukan, anatara lain memeriksa data mentah sekali lagi,
membuatnya dalam bentuk tabel yang berguna, baik secara manual ataupun
dengan menggunakan komputer.

Setelah data di susun dalam kelompok-kelompok serta hubungan-hubungan


yang terjadi dianalisis, perlu dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan
antara fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-
fenomena lain di luar penelitian tersebut. Berdasarkan analisis dan penafsiran
yang dibuat, perlu pula ditarik kesimpulan-kesimpulan yang berguna, serta
implikasi-implikasi dan saran-saran untuk kebijakan selanjutnya.

Dalam melakukan analisis data, peneliti melakukan reduksi data, display data,
kesimpulan sementara dan verifikasi. Dalam proses reduksi data bahan-bahan
yang sudah terkumpul dianalisis, disusun secara sistematis dan ditonjolkan pokok-
pokok persoalannya.

Display data dilakukan karena data yang terkumpul cukup banyak. Data
yang cukup banyak akan kesulitan dalam menggambarkan detail secara
keseluruhan dan mengambil kesimpulan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan cara
membuat model, tipologi, matriks dan tabel sehingga keseluruhan data dan
bagian-bagian detailnya dapat dipetakan dengan jelas.

Data yang dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematis baik melalui
penentuan tema atau model, tipologi, matriks dan sebagainya. Kemudian peneliti
menyimpulkan sehingga makna data bisa ditemukan.
30
31

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal (Pra Tindakan)

Data yang dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematis baik melalui
penentuan tema atau model, tipologi, matriks dan sebagainya. Kemudian peneliti
menyimpulkan sehingga makna data bisa ditemukan.

Sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan


tes awal. Tes awal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kebugaran
jasmani siswa sebelum diberikan latihan lompat tali. Dari tes awal yang telah dilakukan
menunjukkan siswa belum memiliki kebugaran jasmani yang cukup.

Berdasarkan pengamatan dalam proses penelitian tersebut menunjukkan bahwa


tingkat kebugaran jasmani awal siswa perlu mendapat bimbingan yang efektif dalam
mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hal-hal yang menyebabkan rendahnya tingkat
kebugaran jasmani siswa tersebut diantaranya adalah selain aktifitas siswa di rumah yang
kurang, yaitu siswa kurang mendapatkan pelajaran praktek pelatihan kebugaran dalam
pembelajaran penjas yang cukup. Untuk itu peneliti merasa perlu suatu tindakan
perbaikan pembelajaran melalui latihan lompat tali untuk meningkatkan kebugaran
jasmani, yang disajikan secara sistematis dalam bentuk siklus-siklus.

Tabel 4.1 Diskripsi Data Awal Hasil Lompat Jauh Pada Siswa Kelas V SD Negeri
200509 Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2016/2017
Keterangan Frekuensi Prosentase
Baik Sekali - -
Baik 6 30%
Cukup 3 15%
Kurang 11 55%
32

Kurang Sekali - -

Berdasarkan hasil diskripsi rekapitulasi data awal sebelum diberikan tindakan


30
maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas siswa belum menunjukan hasil belajar yang
baik, dengan prosentase ketuntasan belajar 45% siswa.

2. SIklus I (Pertemuan I)

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus I pertemuan I pada tanggal 06 Maret 2017,


sebagai berikut :

1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi


dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran penjasorkes.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatment) yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran melalui lompat tali
untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa.
3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
5) Guru mengamati siswa selama kegiatan.
6) Guru mengevaluasi hasil kegiatan.

b. Tahap Tindakan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran


yang telah direncanakan, sebagai berikut :

1) Pemanasan.
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
b) Streching.
c) Melakukan pemanasan.
33

Pemanasan dikemas dalam sebuah permainan sederhana yaitu permainan


menjala ikan. Caranya ditunjuk tiga anak untuk menjadi jaring anak lainnya akan
menjadi ikan. Siswa yang berperan sebagai jaring bergandengan tangan mengejar
ikan, Sedangkan siswa yang menjadi ikan berlari menyelamatkan diri dari jaring tetapi
tidak boleh keluar dari lapangan yang sudah ditentukan. Ikan yang terkena jaring akan
bergabung menjadi regu penjaring ikan. Jaring terus menangkap ikan sampai ikan
habis dan menjadi jaring semua.

2. Inti Pelajaran
a. Awalan.
Gerakan yang dilakukan adalah siswa dibariskan menjadi empat regu,
masing-masing regu terdiri dari jumlah siswa yang sama. Dua orang siswa berdiri
berhadapan dengan saling memegang ujung tali, kemudian dua orang siswa
melompati tali yang diputar oleh siswa yang lain tadi. Hal ini dituukan agar siswa
tidak mudah capek, dan memiliki stamina yang kuat.

b) Tolakan.
Siswa berpasangan saling memegang ujung tali dan memutarnya searah,
kemudian siswa disuruh melompati putaran tali tersebut. Siswa dipersilahkan
memilih sendiri tali mana yang ingin di lompati. Gerakan ini dimaksudkan untuk
melatih kekuatan kaki dan ketangkasan saat melakukan gerakan menumpu.

c) Posisi melayang di udara.


Pembelajaran melayang kali ini dengan gerakan sebagai berikut, siswa
berdiri ditengah-tengah kedua oran siswa yang memutar tali, kemudian satu per
satu siswa melompati tali yang sudah diputar.

d) Sikap mendarat.
Siswa masih berdiri ditengah-tengah kedua orang siswa yang memutar
34

tali, kemudian satu per satu siswa melompati putaran tali tersebut.

e) Melakukan rangkaian gerakan lompat tali.


Setelah melakukan teknik-teknik lompat tali dengan pendekatan bermain,
kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan secara keseluruhan di putaran tali
sesungguhnya. Siswa melakukan sesuai urutan absen

3) Penutup
a) Melaksanakan penenangan / pendinginan.
b)Pendinginan dilakukan permainan.
c) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
d)Berdoa kemudian dibubarkan.

c. Tahap Observasi

Pada langkah observasi dan interprestasi ini dilakukan oleh peneliti dan guru
kolaborasi saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi menyimpulkan
bahwa :

Siswa terlihat senang dengan pembelajaran melalui pendekatan bermain


menggunakan alat bantu pembelajaran yang diberikan. Hal ini terlihat dari sikap siswa
yang begitu semangat dan antusias saat proses pembelajaran berlangsung.

a) Pemanasan
Saat pemanasan siswa terlihat senang dan gembira dengan pemanasan yang
dikemas dengan cara permainan. Siswa sangat antusias melakukan pemanasan karena
mereka merasa ada yang berbeda dari pemanasan yang mereka lakukan biasanya.

b) Awalan
Pada saat pembelajaran awalan siswa tampak senang dengan penyajian materi
35

melalui lompat tali pembelajaran yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari sikap
antusias siswa saat pembelajaran berlangsung dan pertanyaan siswa yang cenderung
penasaran menanyakan gerakan apa lagi yang akan dilakukan.

c) Tumpuan ( take off).


Pembelajaran pada tumpuan berjalan lancar walau ada sedikit siswa yang masih
tampak bingung dan masih sering terjadi tabrakan antar siswa karena mereka belum
mampu mengatur lompatann dengan putaran tali yang di lompati, tetapi makin lama para
siswa juga memahami permainan tersebut. Siswa merasa senang dengan pembelajaran
melalui lompat tali yang diberikan. Cara permainannya adalah siswa berpasangan
kemudian berlari melompati tali yang diputar.

d) Posisi melayang di udara.


Pembelajaran posisi melayang di udara, siswa masih sedikit malu terutama
siswa perempuan tetapi setelah gerakan ini dilakukan bergantian menurut absen,
siswa tampak antusias dan malah saling berebut untuk menunjukkan kemampuan
mereka.

e) Sikap mendarat.
Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari
awalan, kemudian lompat melewati tali lalu mendarat lagi. Pada pembelajaran ini
siswa tampak senang karena gerakan yang dilakukan ini cukup membuat siswa
merasa tertantang.

3. Siklus I (Pertemuan II)


a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan pertama, maka perencanaan tindakan


pada siklus I pertemuan II tanggal 13 Maret 2017 yang juga akan dilakukan penilaian
adalah sebagai berikut :
36

1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan pertama. Pendekatan


bermain menggunakan lompat tali pembelajaran yang pada pertemuan pertama
kurang berhasil dibuat lebih menarik lagi.

2) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian


lompat tali.
3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang


telah direncanakan, sebagai berikut :

1) Pemanasan.
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
b) Stretching.
c) Melakukan pemanasan.

2) Pemanasan dikemas dalam bentuk permainan yang didalamnya terdapat


sebuah kompetisi. Siswa dibagi menjadi 4 regu dibagi sama rata setiap regunya.
Siswa melakukan perlombaan dengan cara jingkat, melompat dan mengambil
bola. Siswa jingkat melewati bilah kemudian melompati kardus lalu mengambil
bola dan kembali ketempat semula dengan cara berlari kemudian bola ditaruh
didepan regu masing-masing, kemudian dilanjutkan siswa yang berikutnya.

3) Inti Pelajaran

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang


telah direncanakan, sebagai berikut :
37

1) Pemanasan.
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
b)Melakukan pemanasan.
Pemanasan dikemas dalam sebuah permainan sederhana yaitu permainan
menjala ikan. Caranya ditunjuk tiga anak untuk menjadi jaring anak lainnya akan
menjadi ikan. Siswa yang berperan sebagai jaring bergandengan tangan mengejar
ikan, Sedangkan siswa yang menjadi ikan berlari menyelamatkan diri dari jaring tetapi
tidak boleh keluar dari lapangan yang sudah ditentukan. Ikan yang terkena jaring akan
bergabung menjadi regu penjaring ikan. Jaring terus menangkap ikan sampai ikan
habis dan menjadi jaring semua.

2) Inti Pelajaran

a) Awalan.
Gerakan yang dilakukan adalah siswa dibariskan menjadi empat regu,
masing-masing regu terdiri dari jumlah siswa yang sama. Dua orang siswa berdiri
berhadapan dengan saling memegang ujung tali, kemudian dua orang siswa
melompati tali yang diputar oleh siswa yang lain tadi. Hal ini dituukan agar siswa
tidak mudah capek, dan memiliki stamina yang kuat.

b) Tolakan.
Siswa berpasangan saling memegang ujung tali dan memutarnya searah,
kemudian siswa disuruh melompati putaran tali tersebut. Siswa dipersilahkan memilih
sendiri tali mana yang ingin di lompati. Gerakan ini dimaksudkan untuk melatih
kekuatan kaki dan ketangkasan saat melakukan gerakan menumpu.
38

c) Posisi melayang di udara.


Pembelajaran melayang kali ini dengan gerakan sebagai berikut, siswa berdiri
ditengah-tengah kedua oran siswa yang memutar tali, kemudian satu per satu siswa
melompati tali yang sudah diputar.

d) Sikap mendarat.
Siswa masih berdiri ditengah-tengah kedua orang siswa yang memutar tali,
kemudian satu per satu siswa melompati putaran tali tersebut.

e) Melakukan rangkaian gerakan lompat tali.


Setelah melakukan teknik-teknik lompat tali dengan pendekatan bermain,
kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan secara keseluruhan di putaran tali
sesungguhnya. Siswa melakukan sesuai urutan absen

3) Penutup

a) Melaksanakan penenangan / pendinginan.


b)Pendinginan dilakukan permainan.
c) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
d)Berdoa kemudian dibubarkan

d. Tahap Observasi

Pada langkah observasi dan interprestasi ini dilakukan oleh peneliti dan guru
kolaborasi saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi menyimpulkan
bahwa :

Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada kategori baik. Siswa terlihat senang
dengan pembelajaran melalui latihan lompat tali yang diberikan. Hal ini terlihat dari
sikap siswa yang begitu semangat dan antusias saat proses pembelajaran berlangsung.
39

a) Pemanasan
Saat pemanasan siswa terlihat senang dan gembira dengan pemanasan yang
dikemas dengan cara permainan. Siswa sangat antusias melakukan pemanasan karena
mereka merasa ada yang berbeda dari pemanasan yang mereka lakukan biasanya.

b) Awalan
Pada saat pembelajaran awalan siswa tampak senang dengan penyajian materi
melalui lompat tali pembelajaran yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari sikap
antusias siswa saat pembelajaran berlangsung dan pertanyaan siswa yang cenderung
penasaran menanyakan gerakan apa lagi yang akan dilakukan.

c) Tumpuan ( take off).


Pembelajaran pada tumpuan berjalan lancar walau ada sedikit siswa yang masih
tampak bingung dan masih sering terjadi tabrakan antar siswa karena mereka belum
mampu mengatur lompatann dengan putaran tali yang di lompati, tetapi makin lama para
siswa juga memahami permainan tersebut. Siswa merasa senang dengan pembelajaran
melalui lompat tali yang diberikan. Cara permainannya adalah siswa berpasangan
kemudian berlari melompati tali yang diputar.

d) Posisi melayang di udara.


Pembelajaran posisi melayang di udara, siswa masih sedikit malu terutama siswa
perempuan tetapi setelah gerakan ini dilakukan bergantian menurut absen, siswa tampak
antusias dan malah saling berebut untuk menunjukkan kemampuan mereka.

e) Sikap mendarat.
Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari awalan,
kemudian lompat melewati tali lalu mendarat lagi. Pada pembelajaran ini siswa tampak
senang karena gerakan yang dilakukan ini cukup membuat siswa merasa tertantang.
40

c. Tahap Observasi

Pada dasarnya pembelajaran melalui pendekatan bermain menggunakan alat bantu


pembelajaran cukup memberikan gairah dan semangat baru pada pembelajaran lompat
tali, hal ini dapat diamati dari sikap siswa yang tak kenal menyerah pada saat melakukan
tes dan selalu ingin mengulangi gerakan lompatan ketika hasilnya belum memenuhi
target yang diharapkan. Masih ada kesempatan pada siklus II dengan harapan hasilnya
akan lebih baik.
Tabel 4.2. Diskripsi Data Akhir Siklus I Hasil Lompat Tali Pada Siswa Kelas V SD

Negeri 200509 Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2016/2017.

Keteranga Prosentas
Rentang n Kriteria Jumlah e
Nilai Anak
> 90 Baik Sekali Tuntas 3 15%

89 – 80 Baik Tuntas 6 30%

79 – 70 Cukup Tuntas 4 20%

69 – 60 Kurang Tidak Tuntas 7 35%

Kurang 0%
< 59 Tidak Tuntas -
Sekali

d. Refleksi

Berdasarkan hasil analisis dalam pembelajaran pada pertemuan pertama


maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada pertemuan berikutnya, antara lain :

a) Agar siswa tidak salah dalam melakukan setiap gerakan pada kegiatan
pembelajaran tersebut, maka peneliti memberikan penjelasan cara bermain
dengan benar dalam pembelajaran lompat tali.
b) Siswa yang dirasa kurang berhasil pada pertemuan pertama akan
41

diberikan perhatian yang lebih intensif pada pertemuan berikutnya. Peneliti


harus tetap memberikan pemahaman dan motivasi pembelajaran yang
berorientasi pada pendekatan permainan.
c) Mempersiapkan siswa secara fisik dengan menghimbau siswa supaya
tidak melakukan gerakan yang menguras tenaga sebelum latihan, misalnya
bermain kejar-kejaran dengan temannya dan bercanda sendiri.
d) Melakukan pendekatan internal lebih intensif pada siswa yang dirasa
masih kurang berhasil.

4. Siklus II (Pertemuan I)
a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari hasil analisis dan refleksi pada siklus pertama, maka
perencanaan tindakan pada siklus II pertemuan I tanggal 20 Maret 2017 adalah
sebagai berikut :

1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan sebelumnya. Pendekatan


bermain mengggunakan alat bantu pembelajaran yang pada pertemuan sebelumnya
kurang berhasil dibuat lebih menarik lagi.
2) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
3) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang


telah direncanakan, sebagai berikut :

1. Pemanasan.
a. Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
42

b. Streching.
c. Melakukan pemanasan.

Pemanasan dikemas dalam sebuah permainan sederhana. Terdapat 6 buah


kotak dalam sebuah lapangan yang sudah dibuat, yang masing-masing kotak
harus berisi 4 siswa. Ada 2 siswa yang terlebih dahulu jaga, dengan cara
mengejar dengan satu kaki (jingkat) siswa yang berada diluar kotak, kemudian
siswa yang berada diluar kotak harus berlari dengan satu kaki pula (jingkat)
menghindari siswa yang jaga. Siswa yang di dalam kotak bisa bergantian berada
diluar apabila siswa yang berada diluar kotak menyentuhnya. Siswa yang
disentuh oleh siswa yang jaga maka siswa tersebut ikutan jaga. Permainan
selesai apabila siswa yang berada diluar kotak sudah habis.
2) Inti Pelajaran

Melakukan gerak lompat tali, antara lain :


a) Awalan.
Pembelajaran awalan pada pertemuan pertama siklus dua masih dilaksanakan
dengan teknik permainan lompat tali. Permainannya adalah siswa dibagi menjadi
dua kelompok kemudian dibagi lagi menjadi dua regu dengan cara berhadapan,
masing masing anggota kelompok akan berkompetisi melakukan lompatan tali
sambil menggunakan sebuah tongkat. Tongkat dibawa siswa saling berpegangan,
kemudian melompati tali sambil berjalan menuju regu yang berada diseberang
setelah diterima siswa yang paling depan pada regu yang diseberang maka dia
berlari menuju regu yang pertama tadi, begitu seterusnya. Semua regu harus
kembali ketempat regunya masing-masing, kelompokyang dinyatakan kalah yaitu
regu yang paling akhir sampai ke regunya masing-masing.

b) Tolakan (take off).


Permainan berikutnya adalah permainan yang mengandung unsur menumpu.
Pola permainannya adalah siswa dibagi menjadi dua kelompok. Setiap siswa harus
berusaha melompati tali yang diputar oleh temannya. Permainan ini bertujuan melatih
43

kekuatan otot kaki tumpu dan melatih daya ledak kaki tumpu.

c) Posisi melayang di udara.


Pada pembelajaran ini gerakan yang akan dilakukan siswa adalah berlari sebagai
awalan kemudian mendarat kembali.

d) Sikap mendarat.
Gerakan yang dilakukan adalah berlari kemudian melompat melewati tali yang
diputar dan mendarat sambil berjalan/ lari kecil. Tujuan pembelajaran ini adalah
melatih kecermatan dalam mengatur tempo kecepatan hingga kedua kaki mampu
mendarat kembali tanpa tersentuh oleh tali atau tali yang diputar tidak berhenti.

e) Melakukan rangkaian gerakan lompat tali.


Setelah melakukan serangkaian lompat tali dengan pendekatan bermain,
kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan secara keseluruhan sesungguhnya.
Siswa melakukan sesuai urut absen.

3) Penutup
Melaksanakan penenangan / pendinginan.
a) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).
b) Setelah pendinginan, dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang telah
dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan memberikan waktu pada anak untuk bertanya
gerakan mana yang dirasa cukup sulit dan peneliti memberikan respon dengan
menerangkan gerakan-gerakan yang seharusnya dilakukan dengan benar.
c) Berdoa dan siswa dibubarkan

c. Tahap Observasi

Pada langkah observasi dan interprestasi ini dilakukan oleh peneliti dan guru
kolaborasi saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi menyimpulkan
44

bahwa :

Dari hasil observasi disimpulkan bahwa siswa semakin antusias melakukan


pembelajaran, tampak tidak ada kejenuhan dari siswa. Siswa tidak malas belajar dan
selalu ingin menambah tempo belajar.

1) Pemanasan
Saat pemanasan siswa terlihat senang dan gembira dengan pemanasan yang
dikemas dengan cara permainan. Siswa lebih banyak bergerak dan melakukan dengan
rasa antusias.

2) Awalan.
Pada saat pembelajaran awalan siswa tampak senang dengan penyajian materi.
Melalui pendekatan bermain menggunakan lompat tali, siswa sudah mulai bisa
menikmati pembelajaran dan karena model kompetisi yang digunakan, siswa terlihat
saling ingin mengalahkan teman yang lainnya.

3) Tolakan (take off).


Pembelajaran pada tumpuan berjalan lancar sesuai dengan RPP. Siswa juga
senang dengan pendekatan bermain menggunakan alat bantu pembelajaran yang
diberikan. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang cenderung selalu ingi mencoba
lagi.

4) Posisi melayang di udara.


Pada pembelajaran ini siswa sangat antusias, ini terlihat dari semangat siswa
untuk melakukan pembelajaran ini dan merasa tertantangan untuk melompat agar
tidak tersentuh oleh tali.

5) Sikap mendarat
Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari
awalan, melewati kardus lalu mendarat dengan tidak menyentuh tali. Pada
45

pembelajaran sikap mendarat, siswa terlihat senang dengan pendekatan bermain


menggunakan alat bantu yang diberikan dan cukup membuat siswa merasa
tertantang untuk melakukan lompat yang lebih banyak.

6. SIklus II (Pertemuan II)


a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan pertama, maka perencanaan tindakan


pada siklus II pertemuan II tanggal 27 Maret 2017, yang juga dijadikan untuk melakukan
penilaian adalah sebagai berikut:.
1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan sebelumnya.
2) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian lompat
tali.
3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran

. b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang


telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Pemanasan.
a. Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
b. Stretching.
c. Melakukan pemanasan.

Pemanasan dikemas dalam bentuk permainan. Siswa membentuk lingkaran


kemudian berlari searah jarum jam. Setiap mendengar peluit dan melihat tanda
yang diberikan oleh peneliti berupa angka, maka siswa harus berkumpul sesuai
dengan angka yang ditunjukkan oleh peneliti. Bagi siswa yang berkumpul sedikit
atau lebih dari angka yang ditunjukkan oleh peneliti, maka siswa tersebut langsung
berada ditengah lingkaran. Setelah dirasa selesai, siswa yang berada ditengah
46

kemudian dihukum.

2) Inti Pelajaran
Melakukan lompat tali, antara lain :
a) Awalan.
Pada pembelajaran awalan pertemuan kedua, bentuk permainan merupakan
pengembangan permainan pada pertemuan sebelumnya. Pola pembelajaran adalah
gerakan bersifat kompetisi antar regu. Caranya siswa dibagi menjadi empat regu
dengan jumlah anggota sama banyak. Siswa melompati tali yan diputar sambil
berlari dengan membawa tongkat sampai pada regu didepannya berikan tongkat
kemudian lakukan gerakan yang sama sampai semua anggota regu melakukannya
dan kembali ketempat semula. Regu yang pelari terakhirnya lebih dulu tiba kembali
ke barisan regu itulah keluar sebagai pemenangnya.

b) Tolakan (take off).


Permainan berikutnya adalah permainan yang mengandung unsur menumpu.
Pola permainannya adalah siswa dibagi menjadi dua kelompok. Setiap siswa harus
berusaha melompati putaran tali dengan sambil berjalan/ berlari. Permainan ini
bertujuan melatih kekuatan otot kaki tumpu dan melatih daya ledak kaki tumpu.

c) Posisi melayang di udara.


Pada pembelajaran ini gerakan yang akan dilakukan siswa adalah berlari
sebagai awalan kemudian mendarat sambil berjalan.

d) Sikap mendarat.
Gerakan yang dilakukan adalah berlari kemudian melompat melewati
putaran tali dan mendarat, kemudian lompat lagi. Tujuan pembelajaran ini adalah
melatih kecermatan dalam mengatur tempo kecepatan hingga kedua kaki mampu
mendarat di tempat yang telah ditentukan.

e) Melakukan rangkaian gerakan lompat tali.


47

Setelah melakukan teknik-teknik lompat tali dengan pendekatan bermain,


kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan secara keseluruhan di bak pasir
sesungguhnya. Siswa melakukan rangkaian gerakan lompat tali sesuai daftar urut
absen dan diambil hasil belajar yang sudah ditunjukkan oleh siswa sebagai
bahan evaluasi pada siklus II.

3) Penutup
a) Pendinginan dilakukan dengan gerakan penguluran (stretching).
b) Setelah pendinginan dilakukan evaluasi mengenai hasil belajar yang
sudah diperoleh siswa dan mengumumkan siapa siswa yang berhasil dan siapa
siswa yang masih kurang.
c) Berdoa kemudian dibubarkan.

c. Tahap Observasi

Pada dasarnya pembelajaran melalui latihan lompat tali dalam kategori “baik”,
dimana pembelajarannya memberikan gairah dan nuansa baru pada pembelajaran
lompat jauh, hal ini dapat dilihat dari hasil tes pada siklus II yang memuaskan.
Tabel 4.3. Diskripsi Data Akhir Siklus II Hasil Lompat Tali Pada Siswa Kelas V SD
Negeri 200509 Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2016/2017.

Rentang Keterangan Kriteria Jumlah Prosentase


Nilai Anak
30%
> 90 Baik Sekali Tuntas 6

55%
89 – 80 Baik Tuntas 11

5%
79 – 70 Cukup Tuntas 1

10%
69 – 60 Kurang Tidak Tuntas 2

< 59 Kurang Sekali Tidak Tuntas - 0%


48

d. Refleksi
Berdasarkan hasil analisis dalam pembelajaran siklus pertemuan pertama,
maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada pertemuan berikutnya, antara lain adalah:

a) Agar siswa tidak merasa asing dengan kegiatan pembelajaran


tersebut maka peneliti memberikan penjelasan cara bermain dengan
benar dalam pembelajaran lompat tali untuk meningkatkan hasil belajar.
b) Peneliti harus tetap memberikan pemahaman dan motivasi
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan permainan.

7. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat


disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil lompat tali siswa kelas V SD Negeri
200509 Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2016/2017.

Tabel 4.4. Perbandingan Data Akhir Siklus I dan Data Akhir Siklus II Hasil Lompat
Tali Pada Siswa Kelas V SD Negeri 200509 Padangsidimpuan Tahun
Ajaran 2016/2017.

Rentang Prosentasi
Keterangan
Nilai Pra Tindakan Siklus I Siklus II

> 90 Baik Sekali 0% 15% 30%

89 – 80 Baik 30% 30% 55%

79 – 70 Cukup 15% 20% 5%


49

69 – 60 Kurang 55% 33% 10%

Kurang Sekali 0% 0% 0%
< 59

Dari tabel perbandingan kebugaran jasmani pada siswa kelas V SD Negeri


200509 Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2016/2017 dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kebugaran jasmani pada siswa dari prasiklus, siklus I dan siklus II.

B. Pembahasan

Dari hasil perbandingan antar siklus di atas dapat di simpulkan bahwa


pembelajaran melalui lompat tali dapat meingkatkan kebugaran jasmani siswa siswa
hal ini terbukti dari penerapan pembelajaran melalui lompat tali pada materi
kebugaran jasmani pada siswa kelas V SD Negeri 200509 Padangsidimpuan Tahun
Ajaran 2016/2017 yang mengalami peningkatan di tiap tindakan yang di berikan.
Terlebih dari prosentase hasil pembelajaran lompat tali pada siklus II pertemuan ke II
yang telah memenuhi target dari yang di rencanakan yaitu 90% dengan jumlah siswa
tuntas adalah 18 siswa dari jumlah keseluruhan 20 siswa. Nilai rata-rata kebugaran
jasmani pada siswa kelas V SD Negeri 200509 Padangsidimpuan Tahun Ajaran
2016/2017 terjadi peningkatan hasil siswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II
yaitu 69 menjadi 73,5 menjadi 81,75.

Dari peningkatan kebugaran jasmani pada siswa kelas V SD Negeri 200509


Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2016/2017 di atas dapat di simpulkan bahwa
pembelajaran melalui lompat tali dalam pelaksanaan pembelajaran dapat memberikan
pencerahan kepada guru sebagai alternatif dalam memilih model-model pembelajaran
khususnya materi pembelajaran lompat tali guna meningkatkan kebugaran jasmani
50

siswa dan juga sebagai bentuk usaha guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
agar siswa dapat berperan aktif selama mengikuti proses pembelajaran sehingga
tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai secara maksimal.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah
diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan bahwa proses pembelajaran melalui
latihan lompat tali (jump rope) dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa kelas V
SD Negeri 200509 Padangsidimpuan. Hal ini dibuktikan dengan hasil tindakan tingkat
51

ketuntasan belajar klasikal yang selalu meningkat tiap siklusnya, yaitu pada siklus I
mencapai 65%, dan pada siklus II mencapai 90%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya


pada guru SD Negeri 200509 Padangsidimpuan, sebagai berikut:

1 Guru hendaknya menggunakan metode dan media pembelajaran yang


menarik guna meningkatkan kebugaran jasmani dan memotivasi belajar siswa.
2 Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk menyampaikan

materi pembelajaran.
3 Guru hendaknya memberikan pembelajaran kepada siswa dengan permainan
yang
sederhana tetapi tetap mengandung unsur materi.

49
DAFTAR PUSTAKA

Afridha, Ajeng. 21 Juli 2012. Makalah Filsaft Ilmu. (Online), (http://azenkzoid.


blogspot.com/, diakses 21 Januari 2015)

Ateng. 1992. Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta : Pusat
52

Pengkajian dan Pengembangan Iptek Olahraga. Kantor Menteri Negara Pemuda


dan Olahraga

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia

Djoko. 2004. Gemar Berolahraga 4. Jakarta : CV Putra Nugraha

Irianto, Djoko Pekik. 1999. Panduan Latihan Kebugaran yang Efektif dan Aman.
Yogyakarta: Andi offset

Harisenjaya. 2007. Pedoman Teknik Olahraga Permainan Tanpa Alat. Bandung : PT.
Rafika Aditama

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : PT. Indeks

Len. 2001. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 2. Pusat Perbukuan


Kementerian Pendidikan Nasional. CV. Putra Nugraha

Lutan, Rusli. 2000. Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Berkerjasama
dengan Direktorat Jendral Olahraga

Mahyuni, Sari. 2008. Penerapan Metode Pengajaran Berbasis Portofolio. Jakarta:


Rineka Cipta

Matakupan. 1995. Olahraga untuk Perguruan Tinggi, STO Yogyakarta


53

Mikdar, U Z. 2006. Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat
Ketenagaan

Mulyasa. 2009. Pratik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdalarya

Nurhasan dan Hasanudin Coholil. 2007. Modul tes dan Pengukuran Keolahragaan.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press

Nurhasan. 2005. Tes dan Pengukuran Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan


Penerapannya. Jakarta : Dirjen Olahraga

Purwanto, Ngalim. 2004. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung :


PT. Remaja Rosdakarya

Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian


Pemula. Bandung : Alfabeta

Roji. 2004. Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Indonesia University of


Education

Rusli Lutan, dkk. 1992. Manusia dan Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jendral pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga
Akademi

Soebroto. 1999. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang.
Dahara Prize

Soegito. 1990. Atletik 1. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Press

Suherman, Adeng. MA. 2001. Asesmen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani.


54

Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga

Sunendar, Dadang dan Iskandarwassid. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung :


PT. Remaja Rosdakarya

Waharsono. 1999. Materi Pelatihan Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan


SD/Pelatih Klub Olahraga Usia Dini. Jakarta : Depdikbud. Direktorat Pendidikan
Dasar

Ismaryati, Wahyu dan Budhi S. 2006. Anatomi. Departemen pendidikan dan


Kebudayaan. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Press

Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
55

Sekolah : SDN 200509 Padangsidimpuan


Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Kelas/Semester : 5 ( lima ) / II (dua)

Pertemuan ke : 13 (tiga belas) dan 14 (empat belas)

Alokasi Waktu : 4 x 35 Menit

Standar Kompetensi :
7. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran
jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di
Dalamnya
Mempraktikkan aktivitas untuk kekuatan
otot- otot anggota badan bagian bawah, serta
Kompetensi Dasar : nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan
7.1 kejujuran.
Mempraktikkan aktivitas untuk kelincahan
dengan kualitas gerak yang meningkat , serta
nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan
7.2 kejujuran

A. Tujuan Pembelajaran:

Siswa dapat melakukan latihan dasar kebugaran jasmani


Siswa dapat melakukan peningkatan kualitas fisik
Siswa dapat melakukan gerakan-gerakan kebugaran
Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian
(carefulness) Kerja sama ( Cooperation ) Toleransi ( Tolerance ) Percaya diri (Confidence
) Keberanian ( Bravery )

D. Materi Ajar (Materi Pokok):


56

Pengembangan diri [ Latihan kebugaran jasmani]

E. Metode Pembelajaran:

Ceramah
Demonstrai Praktek

F. Langkah-langkah
Pembelajaran Pertemuan 13

Kegiatan Awal:
Dalam kegiatan Awal, guru:
Siswa dibariskan menjadi empat barisan
Mengecek kehadiran siswa
Menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap
Melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti
Mendemonstrasikan materi inti yang akan dilakukan/dipelajari

Kegiatan inti

Eksplorasi
Berlari memindahkan benda beregu
Melakukan menggendong bertgantian berkelompok
Melakukan gerakan lompatan setinggi-tinggi
Melakukan gerakan loncat-loncat ke depan
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
57

Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan


bertindak tanpa rasa takut;
Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi


belajar;

Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun


kelompok;

Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk


yang dihasilkan;

Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru bersama
siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan

Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang telah
dilakukan/ diajarkan
Memperbaikai tentang kesalahan-kesalahan gerakan gerakan yang dilakukan
Pertemuan 14
Kegiatan Awal:
Dalam kegiatan Awal, guru:
Siswa dibariskan menjadi empat barisan
58

Mengecek kehadiran siswa


Menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap
Melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti
Mendemonstrasikan materi inti yang akan dilakukan/dipelajari
Kegiatan inti

Eksplorasi
Melakukan gerakan berlari dengan arah berbelok belok
Melakukan gerakan berlari dengan berbagai arah ke samping, depan, belakang
Melakukan gerakan berlari dengan berbagai awalan, duduk, jalan di tempat,
tidur dan jongkok

Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
 Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
 Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
 Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
 Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
 Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
 Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;

Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru bersama
siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
59

penguatan dan penyimpulan

Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang telah
dilakukan/ diajarkan
Memperbaikai tentang kesalahan-kesalahan gerakan gerakan yang dilakukan

E. Alat dan Sumber Belajar:


Buku Penjaskes kls. 5
Lapangan, Bola kecil, Pluit, Stop watch
F. Penilaian:
Indikator Pencapaian Teknik Bentuk
Penilaian Instrumen Instrumen/ Soal
Kompetensi
Praktikanlah
kekuatan pada
 Berlari memindahkan lengan dan telapak
benda berkelompok Test praktik Test praktik tangan
 Menggendong Praktikanlah
berkelompok Test Test kekuatan otot
 Melakukan gerakan naik Praktikkanlah
turun tangga Perorangan demonstrasi lompat tali
perorangan dan
beregu
Praktikkanlah lari
 Melakukan gerakan Test bolak- balik dan
berjalan jongkok pengamatan Test ketrampilan zig-zag
 Melakukan gerakan loncat-
loncat ke depan
 Berlari berbelok-belok
 Berlari ke berbagai arah
 Berlari dengan berbagai
awalan
60

FORMAT KRITERIA PENILAIAN


PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No Aspek Kriteria Skor
1 Konsep * semua benar 4
* sebagian besar 3

benar
* sebagian kecil 2
benar
* semua salah 1

CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka

diadakan Remedial.

Observer Peneliti

ROTUA MANULLANG ZUNAIDI, S.Pd


NIP. 19610620 198201 2 001 NIP. 19670610 200103 1 001

Lampiran 2
Lembar pengamatan aktivitas guru (Siklus I)

No Aspek Yang Di Amati Skor penilaian


0 1
Persiapan Pelaksanaan
A. Pendahuluan
61

1. Mengecek kedisiplinan dilapangan tepat √


waktu (berdoa dan presensi)
2. Menghubungkan materi pelajaran dengan √
pengetahuan awal siswa.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran √
khususnya kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
4. Pemanasan

B. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara
melakukan teknik dasar lompat tali. √
2. Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok √
3. Melatih siswa dalam meningkatkan
kemampuan teknik dasar lompat tali. √
4. Memonitor dan evaluasi pelaksanaan teknik
dasar lompat tali. √
5. Memberikan bantuan kepada siswa atau
kelompok yang mengalami kesulitan dan √
memberikan feedback.
C. Penutup
1. Pendinginan
2. Refleksi
3. Evaluasi √

Jumlah 11

Ket : 0 = Jika tidak melakukan indikator di atas


62

1 = Jika melakukan indikator di atas

No Interval Skor Kriteria


1 0 – 2,4 Kurang sekali
2 2,5 – 4,9 Kurang
3 5 – 7,4 Cukup
4 7,5 – 9,9 Baik
5 10 – 12,4 Baik sekali

Lampiran 3
Lembar pengamatan aktivitas siswa
63

(Siklus I)
Skor penilaian
No Aspek Yang Di Amati
0 1
Persiapan Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Siswa hadir dilapangan tepat waktu

2. Siswa merespon pembelajaran dengan
pengetahuan awal siswa.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru. √
4. Siswa melakukan kegiatan pemanasan
dengan sungguh-sungguh.

B. Kegiatan Inti
1. Siswa memperhatikan penjelasan dan
gerakan yang diperagakan oleh guru.
2. Siswa berkumpul dikelompok yang telah

ditentukan
3. Siswa tertib dikelompok masing-masing.
4. Siswa melakukan teknik dasar lompat tali. √
5. Siswa memberikan pertanyaan.


C. Penutup
1. Siswa melakukan pendinginan dengan serius
2. Siswa bertanya tentang pelajaran yang √
belum dimengerti Siswa antusias




Jumlah 9

Ket : 0 = Jika tidak melakukan indikator di atas


1 = Jika melakukan indikator di atas

No Interval Skor Kriteria


1 0 – 2,4 Kurang sekali
2 2,5 – 4,9 Kurang
64

3 5 – 7,4 Cukup
4 7,5 – 9,9 Baik
5 10 – 12,4 Baik sekali

Observer Peneliti

ROTUA MANULLANG ZUNAIDI, S.Pd


NIP. 19610620 198201 2 001 NIP. 19670610 200103 1 001

Lampiran 4
Lembar pengamatan aktivitas guru
65

(Siklus II)
No Aspek Yang Di Amati Skor penilaian
0 1
Persiapan Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Mengecek kedisiplinan dilapangan tepat √
waktu(berdoa dan presensi)
2. Menghubungkan materi pelajaran dengan √
pengetahuan awal siswa.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

khususnya kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
4. Pemanasan
B. Kegiatan Inti √
1. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara
melakukan teknik dasar lompat tali. √
2. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
3. Melatih siswa dalam meningkatkan √
kemampuan teknik dasar lompat tali.
4. Memonitor dan evaluasi pelaksanaan teknik √
dasar lompat tali.
5. Memberikan bantuan kepada siswa atau
kelompok yang mengalami kesulitan dan √
memberikan feedback. √
C. Penutup

1. Pendinginan
2. . Evaluasi
3. Refleksi



Jumlah 12

Ket : 0 = Jika tidak melakukan indikator di atas


1 = Jika melakukan indikator di atas
No Interval Skor Kriteria
1 0 – 2,4 Kurang sekali
2 2,5 – 4,9 Kurang
3 5 – 7,4 Cukup
4 7,5 – 9,9 Baik
5 10 – 12,4 Baik sekali
Lampiran 5
66

Lembar pengamatan aktivitas siswa


(Siklus I)

Skor penilaian
No Aspek Yang Di Amati
0 1
Persiapan Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Siswa hadir dilapangan tepat waktu

2. Siswa merespon pembelajaran dengan

pengetahuan awal siswa.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
4. Siswa melakukan kegiatan pemanasan

dengan sungguh-sungguh

B. Kegiatan Inti
1. Siswa memperhatikan penjelasan dan
gerakan yang diperagakan oleh guru.
2. Siswa berkumpul dikelompok yang telah

ditentukan
3. Siswa tertib dikelompok masing-masing.
4. Siswa melakukan teknik dasar lompat tali. √
5. Siswa memberikan pertanyaan..


C. Penutup

1. Siswa melakukan pendinginan dengan

serius
2. Siswa bertanya tentang pelajaran yang
belum dimengerti
3. Siswa antusias


Jumlah 12

Ket : 0 = Jika tidak melakukan indikator di atas


67

1 = Jika melakukan indikator di atas

No Interval Skor Kriteria


1 0 – 2,4 Kurang sekali
2 2,5 – 4,9 Kurang
3 5 – 7,4 Cukup
4 7,5 – 9,9 Baik
5 10 – 12,4 Baik sekali

Observer Peneliti

ROTUA MANULLANG ZUNAIDI, S.Pd


NIP. 19610620 198201 2 001 NIP. 19670610 200103 1 001

Lampiran 6
68

Rekap Nilai Kebugaran Jasmani Siswa


PRA
NO NAMA SISWA SIKLUS I SIKLUS II
TINDAKAN
1 Fitri Ayu Rahma Dhani 80 80 90
2 Putri Rahayu 70 70 80
3 Aldo Febri Ansyah 60 60 65
4 Dio Kaswari 70 70 80
5 Hijrah Ardiansyah 80 90 90
6 Hanysah Zahra Harahap 60 60 80
7 Abi Wiranata 60 60 80
8 Anisah Nurul Aini 80 80 90
9 Zahra Siti Khumaira 60 80 90
10 Zaskia Annisa Almaqfiroh 80 80 85
11 Ahmad Rafiki 70 75 80
12 Naila Riska Artanti 60 65 65
13 Intan Wahyuni 60 70 80
14 Mhd Hafis 65 65 70
15 Rizki Ardiansyah 80 90 90
16 Akbar Khoirul Fikri 60 65 80
17 Reno Saputra 65 80 80
18 Adnija 80 90 90
19 Ratna Sari Dewi 60 60 85
20 Putra Ramadhani 60 80 85
JUMLAH 1380 1470 1635
RATA-RATA 69 73,5 81,75
JUMLAH SISWA YANG TUNTAS 9 13 18
KETUNHTASAN KLASIKAL 45 65 90

Observer Peneliti

ROTUA MANULLANG ZUNAIDI, S.Pd


NIP. 19610620 198201 2 001 NIP. 19670610 200103 1 001

Anda mungkin juga menyukai