Dosen Pengampu:
PRISCA WIDIAWATI S.Pd.,M.Pd.
DEFINISI LATIHAN
Latihan adalah suatu proses sistematis yang dapat merubah kondisi fisik, teknik, dan
mental seorang individu.
Latihan juga dapat diartikan sebagai kegiatan sistematis yang dilakukan dalam
waktu yang panjang, peningkatan secara bertahap, dan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan atau keterampilan seseorang dalam suatu bidang tertentu.
Menurut Harsono (1988), latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan semakin hari semakin menambah jumlah
beban latihan serta intensitas latihannya.
2. Metode Fartlek
Metode Fartlek adalah metode latihan olahraga yang menggabungkan antara latihan
intensitas tinggi dan rendah secara acak. Metode ini sering digunakan dalam latihan
lari dan jogging. Pada metode ini, atlet akan berlari dengan kecepatan yang berbeda-
beda dan di tempat-tempat yang berbeda pula. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kecepatan dan kekuatan otot serta melatih daya tahan tubuh.
4. Metode CrossFit
Metode CrossFit adalah metode latihan olahraga yang menggabungkan beberapa
gerakan olahraga seperti mengangkat beban, berlari, dan melompat dengan
intensitas tinggi dan waktu yang terbatas. Metode ini biasanya dilakukan dalam
kelompok dan dengan pelatih yang telah terlatih. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kekuatan otot, daya tahan tubuh, dan kecepatan reaksi tubuh.
5. Metode Plyometrics
Metode Plyometrics adalah metode latihan olahraga yang menggunakan gerakan-
gerakan yang melibatkan otot-otot tubuh untuk melakukan gerakan yang cepat dan
kuat dengan beban berat. Metode ini biasanya digunakan dalam latihan angkat
beban, bola voli, dan sepak bola. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekuatan
otot dan kecepatan reaksi tubuh.
Tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, dan performa fisik
seseorang. Berikut adalah beberapa tujuan latihan yang umum:
- Meningkatkan kesehatan dan kebugaran: Latihan dapat meningkatkan
kesehatan jantung dan paru-paru, meningkatkan kapasitas aerobik dan
anaerobik, menurunkan penyakit kardiovaskular, menurunkan tekanan darah,
meningkatkan kadar kolesterol baik, meningkatkan sensitivitas insulin, dan
meningkatkan kesehatan mental.
Untuk melatih seorang atlet dari tes awal hingga tes akhir, terdapat beberapa
hal yang perlu dilakukan:
- Membuat parameter latihan yang jelas dan spesifik untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Parameter latihan dapat mencakup jenis latihan, durasi,
intensitas, dan frekuensi latihan.
- Merancang program latihan yang sesuai dengan tujuan dan parameter latihan
yang telah ditetapkan. Program latihan harus terstruktur dan teratur, serta
memperhitungkan kemampuan dan kondisi fisik atlet.
- Mengakhiri program latihan dengan tes akhir untuk mengetahui sejauh mana
kemajuan atlet dan apakah tujuan telah tercapai.
Setelah tes akhir, dapat dilakukan evaluasi terhadap program latihan dan perbaikan
untuk meningkatkan kemampuan atlet di masa depan. Dengan melaksanakan proses
tersebut secara konsisten dan terstruktur, dapat membantu atlet mencapai tujuan
yang diinginkan dan memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Bagaimana cara menentukan program latihan yang tepat untuk seorang atlet?
Menentukan program latihan yang tepat untuk seorang atlet memerlukan beberapa
tahapan.
Pertama, pelatih harus menilai kemampuan dan kekurangan atlet dalam cabang
olahraga yang dijalankan.
Kedua, pelatih harus menentukan tujuan latihan yang ingin dicapai oleh atlet.
Ketiga, pelatih harus menentukan jenis latihan yang sesuai dengan tujuan dan
kemampuan atlet.
Keempat, pelatih harus menentukan intensitas, volume, dan frekuensi latihan yang
tepat.
Kelima, pelatih harus menentukan waktu latihan yang tepat, yaitu pembagian waktu
latihan dalam jangka waktu tertentu.
Keenam, pelatih harus memantau perkembangan atlet selama latihan dan
menyesuaikan program latihan jika diperlukan Selain itu, pelatih juga dapat melatih
psikologi atlet untuk mendisiplinkan latihan, waktu yang tepat, mentaati instruksi
pelatih, mengikuti jadwal yang telah ditentukan, mengabaikan distraksi, dan
meningkatkan motivasi. Dengan melakukan tahapan-tahapan tersebut, pelatih dapat
menentukan program latihan yang tepat untuk seorang atlet.
2. Tes Kondisi Fisik: Tes kondisi fisik dapat mencakup tes VO2max (kapasitas
maksimum paru-paru), tes kekuatan, tes kecepatan, dan tes kelentukan. Tes
ini membantu menilai kemampuan fisik atlet dalam berbagai bidang, seperti
daya tahan, kekuatan, dan kecepatan. Hasil dari tes ini dapat membantu
pelatih menilai kekuatan dan kelemahan atlet dan merancang program
latihan yang sesuai.
4. Tes Nutrisi: Tes nutrisi dapat membantu pelatih untuk menilai pola makan
atlet dan memastikan bahwa mereka mendapatkan nutrisi yang tepat untuk
mendukung program latihan mereka. Tes ini dapat membantu
mengidentifikasi kekurangan nutrisi yang mungkin membatasi kemampuan
atlet.
5. Tes Postur dan Fungsi Tubuh: Tes ini mencakup pengukuran postur,
keseimbangan, dan koordinasi tubuh. Hasil dari tes ini dapat membantu
pelatih untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi teknik
latihan dan kinerja atlet.
PARAMETER ATLET
Parameter seorang atlet dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
performa atau prestasi seorang atlet dalam pertandingan. Berikut adalah beberapa
parameter yang perlu diperhatikan oleh seorang atlet:
1. Faktor fisik: Faktor-faktor seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan
keseimbangan adalah faktor-faktor yang sangat penting dalam olahraga.
Seorang atlet harus memiliki kemampuan fisik yang baik untuk dapat
bersaing dengan baik dalam olahraga yang dipilih.
4. Faktor nutrisi: Nutrisi yang tepat dan seimbang sangat penting untuk
menjaga kesehatan dan performa atlet. Seorang atlet harus memperhatikan
asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi untuk mendukung kinerja
fisik dan mental yang optimal.
TES AKHIR
Berikut adalah beberapa jenis tes akhir yang umum dilakukan pada atlet:
• Tes kebugaran fisik: Tes ini meliputi pengukuran berbagai aspek kebugaran fisik
seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelenturan, dan keseimbangan. Tes ini
dapat dilakukan dengan berbagai metode, termasuk tes kekuatan, tes VO2 maks, tes
beban kerja maksimal, dan tes kelincahan.
• Tes teknis: Tes ini meliputi pengukuran kemampuan teknis atlet, seperti
kemampuan menendang bola pada sepakbola, atau kemampuan menembak pada
olahraga menembak. Tes ini dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus dan
sering kali melibatkan penilaian dari pelatih atau ahli teknis.
• Tes psikologis: Tes ini meliputi pengukuran aspek psikologis atlet, seperti
motivasi, kepercayaan diri, ketahanan mental, dan fokus. Tes ini dapat dilakukan
dengan berbagai metode, termasuk tes kepribadian, tes stres, dan wawancara
psikologis.
• Tes nutrisi: Tes ini meliputi pengukuran aspek nutrisi atlet, seperti status gizi dan
asupan nutrisi. Tes ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, termasuk
pengukuran berat badan, tinggi badan, dan komposisi tubuh, serta analisis diet dan
asupan nutrisi.
• Tes medis: Tes ini meliputi pengukuran aspek medis atlet, seperti kondisi
kesehatan dan cedera. Tes ini dilakukan oleh dokter atau ahli medis dan dapat
meliputi pemeriksaan fisik, tes darah, tes urine, dan pemeriksaan radiologi
PRINSIP LATIHAN
Prinsip latihan adalah panduan penting untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diinginkan dalam program latihan atau olahraga.
Prinsip aktif
Latihan aktif adalah jenis latihan yang melibatkan gerakan aktif dari tubuh, seperti
jogging, bersepeda, atau angkat beban. Prinsip aktif latihan adalah sebuah konsep
yang menekankan pentingnya gerakan aktif dan keterlibatan tubuh dalam proses
latihan.
Prinsip aktif latihan terdiri dari tiga hal utama: intensitas, frekuensi, dan durasi.
- Intensitas merujuk pada tingkat kesulitan dan usaha yang dilakukan dalam
latihan. Intensitas dapat diukur dengan menggunakan denyut nadi atau
tingkat kelelahan tubuh. Jika intensitas latihan terlalu rendah, maka hasil
latihan juga akan rendah. Sebaliknya, jika intensitas terlalu tinggi, maka hal
itu dapat berdampak buruk pada tubuh dan memicu cedera. Oleh karena itu,
penting untuk menemukan intensitas yang tepat untuk tubuh kita.
- Frekuensi merujuk pada jumlah latihan yang dilakukan dalam jangka waktu
tertentu. Latihan yang dilakukan dengan frekuensi yang tinggi dapat
membantu tubuh kita membangun kekuatan dan daya tahan yang lebih baik.
Sebaliknya, latihan yang jarang dilakukan tidak akan memberikan hasil yang
diinginkan. Kita perlu menentukan frekuensi latihan yang tepat untuk tubuh
kita, yang dapat disesuaikan dengan jadwal dan tingkat kesibukan kita.
Prinsip Individualisasi
Individualisasi dalam latihan dapat diartikan sebagai pendekatan yang
menyesuaikan program latihan sesuai dengan karakteristik individu yang akan
merugikan. Dalam konteks ini, individu merujuk pada atlet atau peserta latihan yang
memiliki kemampuan, kekuatan, kelemahan, dan potensi yang berbeda-beda. Prinsip
individualisasi memungkinkan pelatih atau instruktur untuk merancang program
latihan yang lebih efektif dan efisien karena fokus pada kebutuhan dan tujuan
individu.
Berikut adalah beberapa cara untuk menerapkan prinsip overload dalam program
latihan fisik:
- Menambah beban: Cara yang paling umum untuk memberikan stimulus
overload adalah dengan menambahkan beban pada latihan. Ini dapat
dilakukan dengan menggunakan beban eksternal seperti dumbbell, barbell,
mesin latihan, atau menggunakan beban tubuh seperti push-up, sit-up, atau
squat.
Prinsip peningkatan
Prinsip latihan peningkatan adalah empat prinsip dasar yang harus diperhatikan
agar latihan kekuatan bekerja secara efektif dan efisien. Keempat prinsip tersebut
adalah:
1. Memilih jenis latihan yang sesuai
Jenis latihan yang dipilih harus sesuai dengan tujuan latihan dan kemampuan
individu yang melakukan latihan.
2. Frekuensi latihan
Frekuensi latihan adalah jumlah latihan yang dilakukan dalam satu periode waktu
tertentu. Frekuensi latihan yang tepat akan membantu meningkatkan kekuatan dan
daya tahan otot.
3. Banyaknya set dalam suatu latihan
Set adalah satu rangkaian latihan yang terdiri dari beberapa repetisi. Banyaknya set
dalam suatu latihan harus disesuaikan dengan tujuan latihan dan kemampuan
individu yang melakukan latihan. Banyaknya repetisi dalam satu set
4. Repetisi adalah jumlah pengulangan suatu gerakan dalam satu set.
Banyaknya repetisi dalam suatu set harus disesuaikan dengan tujuan latihan
dan kemampuan individu yang melakukan latihan.
Prinsip Variasi
Latihan variasi adalah salah satu prinsip penting dalam program latihan kebugaran
atau olahraga. Prinsip ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan dalam latihan dan
membantu meningkatkan hasil yang diperoleh dari program latihan. Berikut adalah
beberapa prinsip variasi latihan yang dapat diterapkan dalam program latihan:
- Ubah jenis latihan: Variasi latihan dapat dilakukan dengan mengganti jenis
latihan yang dilakukan. Misalnya, jika Anda selalu melakukan latihan beban
seperti squat, cobalah untuk mengganti dengan latihan lain seperti lunges
atau leg press.
- Ubah jumlah repetisi: Selain mengubah jenis latihan, Anda juga bisa
mengubah jumlah repetisi yang dilakukan. Bersabarlah untuk menambah
atau mengurangi jumlah repetisi dari setiap latihan.
- Ubah waktu istirahat: Waktu istirahat antar set juga bisa diubah untuk
menghindari kejenuhan. Saya sendiri untuk mengurangi waktu istirahat antar
set atau menambahnya.
- Gunakan alat latihan yang berbeda: Gunakan alat latihan yang berbeda untuk
melakukan latihan yang sama. Misalnya, jika Anda selalu menggunakan
barbel untuk melakukan bench press, cobalah menggunakan dumbbell atau
mesin latihan chest press.
- Latihan dalam kondisi yang berbeda: Aku bersabar melakukan latihan dalam
kondisi yang berbeda seperti cuaca atau waktu yang berbeda. Misalnya, jika
biasanya Anda berolahraga di dalam ruangan, cobalah untuk keluar dan
berolahraga di luar ruangan.
Prinsip Progesif
Latihan progresif adalah metode latihan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan tubuh secara bertahap dan terukur. Metode ini dilakukan dengan cara
menyesuaikan beban, frekuensi, dan intensitas latihan secara teratur sesuai dengan
kemampuan tubuh yang semakin meningkat. Prinsip latihan progresif diterapkan
pada berbagai jenis latihan fisik, termasuk latihan kardiovaskular, kekuatan, dan
fleksibilitas.
Intensitas Latihan
Intensitas latihan adalah tingkat seberapa kuat beban yang bisa diangkat saat
latihan. Intensitas latihan dapat dihitung dengan menggunakan proporsi dari beban
maksimum yang dapat diangkat oleh seseorang. Beban maksimum adalah beban
terberat yang bisa diangkat oleh seseorang dalam satu kali angkat. Intensitas latihan
yang tinggi dapat membantu meningkatkan kekuatan dan massa otot.
Latihan aerobik dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan intensitas latihan. Pertama,
latihan aerobik ringan yang membutuhkan detak jantung maksimal sebesar 60-70%
yang dilakukan selama 10-15 menit, dan membutuhkan lemak sebagai sumber
energi utama. Kedua, latihan aerobik sedang membutuhkan detak jantung maksimal
sebesar 70-80% yang dilakukan selama 20-30 menit, dan membutuhkan campuran
antara lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi. Ketiga, latihan aerobik
intensitas tinggi yang membutuhkan detak jantung maksimal sebesar 80-90% yang
dilakukan selama 30-60 menit, dan membutuhkan karbohidrat sebagai sumber
energi utama.
• Jenis latihan: Jenis latihan juga memengaruhi intensitas yang dibutuhkan. Latihan
kardiovaskular seperti lari atau bersepeda biasanya membutuhkan intensitas yang
lebih tinggi daripada latihan kekuatan seperti angkat beban.
Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan merujuk pada seberapa sering seseorang melakukan latihan
dalam satu periode waktu tertentu. Frekuensi latihan yang tepat tergantung pada
tujuan latihan dan kemampuan individu. Pada latihan kekuatan, frekuensi latihan
yang disarankan adalah 2-3 kali seminggu dengan istirahat minimal 48 jam antara
setiap sesi latihan. Sedangkan pada latihan aerobik, frekuensi latihan yang
disarankan adalah 3-5 kali seminggu dengan durasi minimal 30 menit per sesi.
Frekuensi latihan yang terlalu sering dapat menyebabkan kelelahan dan cedera,
sedangkan frekuensi latihan yang terlalu jarang dapat mengurangi efektifitas latihan.
Oleh karena itu, penting untuk menentukan frekuensi latihan yang tepat sesuai
dengan tujuan dan kemampuan individu.
Volume Latihan
Volume latihan yang tepat dapat meningkatkan kebugaran dengan meningkatkan
kapasitas kardiorespirasi. Latihan kardiorespirasi meningkatkan kapasitas paru-paru
dan jantung, sehingga lebih banyak oksigen dapat disalurkan ke otot dan organ.
Latihan kardiorespirasi juga dapat meningkatkan metabolisme, meningkatkan
pembakaran lemak, dan menurunkan berat badan.
Densitas Latihan
Densitas latihan merujuk pada jumlah pekerjaan yang dilakukan dalam satu periode
waktu tertentu. Dalam konteks kebugaran fisik, densitas latihan sering digunakan
untuk mengukur seberapa keras dan berapa banyak latihan yang dilakukan dalam
satu sesi latihan. Makalah ini akan membahas pentingnya densitas latihan dalam
mencapai tujuan kebugaran, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara
meningkatkan densitas latihan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Latihan Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kepadatan latihan, di antaranya adalah:
• Tingkat kebugaran: Individu yang lebih terlatih biasanya dapat menangani volume
dan intensitas latihan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang kurang
terlatih.
• Jenis latihan: Beberapa jenis latihan, seperti latihan kekuatan dan HIIT (Pelatihan
Interval Intensitas Tinggi) membutuhkan kepadatan latihan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan latihan kardiovaskular ringan seperti berjalan.
• Tujuan latihan: Jika tujuan latihan adalah untuk membangun massa otot, maka
densitas latihan perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan pertumbuhan otot.
Namun, jika tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kardiovaskular dan daya
tahan, maka kepadatan latihan tidak harus sangat tinggi.
• Waktu latihan: Dalam satu sesi latihan, waktu yang tersedia juga mempengaruhi
kepadatan latihan. Semakin lama waktu latihan, semakin tinggi kepadatan latihan
yang dapat dilakukan.
Kompleksitas Latihan
Kompleksitas latihan dapat didefinisikan sebagai tingkat kesulitan dan kerumitan
dari program latihan yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu dalam
kebugaran fisik atau olahraga. Konsep rumitnya mencakup berbagai aspek latihan,
seperti jenis dan intensitas latihan, jumlah dan tipe repetisi, frekuensi dan frekuensi
latihan, serta variasi dan progres dalam program latihan. Kompleksitas latihan
merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan latihan yang efektif dan efisien.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompleksitas Latihan
Beberapa faktor yang mempengaruhi latihan meliputi:
• Jenis latihan: Setiap jenis latihan memiliki tingkat kerumitan yang berbeda-beda.
Misalnya, latihan kekuatan membutuhkan intensitas dan pengulangan yang berbeda
dengan latihan kardiovaskular.
• Intensitas latihan: Intensitas latihan merujuk pada berapa banyak usaha yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu latihan. Intensitas yang tinggi akan
meningkatkan kompleksitas latihan.
• Durasi latihan: Durasi latihan juga berdampak buruk pada latihan. Semakin lama
durasi latihan, semakin tinggi tingkat kerumitan yang dibutuhkan.
• Frekuensi latihan: Frekuensi latihan juga mempengaruhi kompleksitas latihan.
Latihan yang dilakukan lebih sering akan memerlukan lebih banyak kerumitan
daripada latihan yang dilakukan lebih jarang.
• Variasi latihan: Variasi dalam program latihan akan meningkatkan beban latihan.
Latihan yang terlalu monoton dapat menyebabkan kebosanan dan kejenuhan.
Latihan norma sangat penting untuk beberapa alasan. Pertama, norma latihan
membantu menghindari cedera selama latihan. Ketika seseorang berlatih tanpa
mematuhi norma latihan yang tepat, mereka berisiko mengalami cedera, terutama
jika mereka mencoba latihan yang terlalu sulit atau mengangkat beban yang terlalu
berat. Dengan mengikuti norma latihan yang benar, seseorang dapat memastikan
bahwa mereka berlatih dengan cara yang aman dan efektif.
Kedua, norma latihan membantu memastikan bahwa seseorang mencapai tujuan
latihan mereka. Tanpa norma latihan yang benar, seseorang mungkin tidak tahu cara
melatih untuk mencapai tujuan mereka. Misalnya, seseorang yang ingin
meningkatkan kekuatannya mungkin memilih beban yang terlalu ringan, atau
mungkin tidak melatih dengan intensitas yang cukup tinggi. Dengan mengikuti
norma latihan yang tepat, seseorang dapat memastikan bahwa mereka berlatih
dengan cara yang akan membantu mereka mencapai tujuan latihan mereka.
Ketiga, norma latihan dapat membantu seseorang memotivasi diri untuk melatih.
Ketika seseorang memiliki norma latihan yang jelas dan terukur, mereka dapat
mengukur kemajuan mereka dan melihat bahwa mereka sedang melakukan
kemajuan menuju tujuan mereka. Hal ini dapat memberikan motivasi tambahan
untuk terus melatih dan mencapai tujuan latihan.
Total jarak
= 1,358 x 96 x 60
= 7,822m (7,82km)
Anatomi
Anatomi adalah cabang dari biologi yang mempelajari susunan tubuh makhluk
hidup, dan istilah anatomi digunakan untuk ilmu tentang struktur tubuh manusia.
Daftar istilah anatomi juga dapat menjadi referensi bagi pelatih olahraga dalam
memahami istilah-istilah anatomi yang digunakan dalam kedokteran dan biologi.
Selain itu, posisi anatomi juga penting untuk dipahami dalam ilmu anatomi, karena
semua deskripsi anatomi disesuaikan dengan standar posisi anatomi. Posisi anatomi
dibuat agar tidak terjadi penyusunan arti dari pendapat masing-masing, dan syarat
posisi anatomi adalah berdiri dengan tegak, dengan kepala, kedua mata, dan jari kaki
menghadap ke depan, kedua tangan di sisi tubuh dengan telapak tangan terbuka ke
depan, dan kedua kaki merapat sedikit dan mengarah ke depan terbuka.
Biomekanika
Biomekanika adalah studi tentang gerakan dan kekuatan fisik yang terlibat dalam
gerakan tubuh manusia. Dalam konteks olahraga, biomekanika dapat digunakan
untuk menganalisis gerakan olahraga dan mengidentifikasi cara terbaik untuk
meningkatkan kinerja atlet. Misalnya, dalam olahraga keranjang, biomekanika dapat
digunakan untuk menganalisis gerakan tembakan dan menentukan sudut terbaik
untuk melakukannya. Dalam olahraga renang, biomekanika dapat digunakan untuk
menganalisis gerakan lengan dan kaki dan menentukan teknik renang yang paling
efektif.
Fisiologi olahraga
Fisiologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari tentang respon fisiologis tubuh
terhadap olahraga. Dalam konteks pelatihan olahraga, fisiologis olahraga dapat
digunakan untuk memahami bagaimana tubuh merespons latihan dan bagaimana
latihan dapat diatur untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, jika seorang atlet
ingin meningkatkan kekuatan otot, pengetahuan tentang fisiologi otot dapat
membantu pelatih dalam memilih latihan yang paling efektif.
Psikologi olahraga
Psikologi olahraga adalah studi tentang aspek psikologis dari partisipasi olahraga.
Ini termasuk penanganan stres, motivasi, konsentrasi, dan kepercayaan diri. Dalam
konteks pelatihan olahraga, psikologi olahraga dapat digunakan untuk membantu
atlet mengatasi tekanan dan mencapai kinerja yang optimal. Misalnya, seorang
pelatih dapat menggunakan teknik visualisasi mental untuk membantu atlet
meningkatkan konsentrasi dan memperbaiki kinerja mereka.
Nutrisi olahraga
Nutrisi olahraga adalah studi tentang cara makanan dan minuman yang
memengaruhi kinerja olahraga. Dalam konteks pelatihan olahraga, pengetahuan
tentang nutrisi olahraga dapat membantu pelatih dalam merancang rencana makanan
dan minuman yang tepat untuk atlet mereka. Misalnya, jika seorang atlet ingin
meningkatkan kekuatan dan masa ototnya, pengetahuan tentang nutrisi olahraga
dapat membantu pelatih dalam menentukan asupan protein yang tepat.
Komponen Latihan
Latihan fisik terdiri dari beberapa komponen, yaitu kekuatan otot, daya tahan otot,
daya tahan aerobik, kelenturan, koordinasi, kelincahan, kecepatan gerak, daya ledak
otot, dan keseimbangan. Latihan kekuatan otot meliputi sit up, push up, squat jump,
side jump, vertical jump, dan front jump. Sedangkan latihan daya tahan otot meliputi
latihan yang kompleks untuk meningkatkan kinerja paru-paru, jantung, sistem
peredaran darah, dan kekuatan otot. Latihan kelincahan dapat dilakukan dengan
berlari naik turun tangga dan zig-zag.
Strength Training
Strength training atau latihan kekuatan merupakan suatu bentuk latihan fisik yang
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, dan massa otot. Latihan
kekuatan juga dikenal dengan istilah latihan beban atau latihan ketahanan. Dalam
latihan ini, biasanya digunakan beban eksternal seperti dumbbell, barbell, atau mesin
resistance untuk memperkuat otot dan memperbaiki kinerja tubuh.
Tujuan dari latihan kekuatan bervariasi, mulai dari meningkatkan performa atletik
hingga meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup. Latihan kekuatan juga dapat
membantu mencegah cedera dan osteoporosis pada orang dewasa. Dalam makalah
ini, akan dibahas tentang pengertian, manfaat, dan prinsip-prinsip dasar dalam
latihan kekuatan.
Latihan kekuatan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan kualitas hidup.
Berikut adalah beberapa manfaat dari latihan kekuatan:
- Meningkatkan kekuatan otot: Latihan kekuatan secara rutin dapat
meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan tubuh.
- Meningkatkan massa otot: Latihan kekuatan dapat membantu meningkatkan
massa otot tubuh, yang dapat membantu meningkatkan metabolisme tubuh
dan membakar lemak.
- Meningkatkan performa atletik: Latihan kekuatan dapat membantu
meningkatkan performa atletik, terutama dalam olahraga yang memerlukan
kekuatan seperti angkat beban, basket, dan sepak bola.
- Mencegah cedera: Latihan kekuatan dapat membantu mencegah cedera pada
otot dan tulang, terutama pada orang yang berusia lanjut.
- Meningkatkan kesehatan tulang: Latihan kekuatan dapat membantu
mencegah osteoporosis dan meningkatkan kepadatan tulang pada orang
dewasa.
- Meningkatkan kesehatan mental: Latihan kekuatan secara teratur dapat
membantu meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi stres.
1. Bodybuilding
Teori latihan kekuatan binaraga meliputi konsep-konsep penting seperti kelebihan
beban, periodisasi, dan pemulihan.
- Kelebihan muatan
Konsep overload adalah prinsip dasar dalam latihan kekuatan binaraga. Prinsip ini
menyatakan bahwa untuk memicu pertumbuhan otot, tubuh harus diberi beban atau
stimulus yang lebih besar dari yang biasanya diterima. Hal ini dapat dicapai dengan
meningkatkan berat beban, jumlah repetisi, atau intensitas latihan.
Dalam binaraga, kelebihan dapat diterapkan dengan berbagai cara, seperti
melakukan latihan dengan berat yang lebih besar dari sebelumnya, menambah
jumlah set atau repetisi, atau menambah jumlah waktu istirahat antar set. Overload
harus dilakukan secara bertahap dan terencana untuk menghindari cedera atau
kelelahan yang berlebihan.
- Periodisasi
Periodisasi adalah strategi untuk mengatur program latihan kekuatan dalam
jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Dalam
binaraga, periodisasi dapat membantu dalam menghindari kebosanan dan membantu
mengoptimalkan pertumbuhan otot.
Periodesasi meliputi tiga fase, yaitu fase persiapan, fase kompetisi, dan fase
pemulihan. Fase persiapan meliputi latihan yang lebih ringan dan fokus pada
peningkatan kekuatan dan massa otot. Fase kompetisi meliputi latihan yang lebih
berat dan fokus pada peningkatan kekuatan dan pengembangan estetika tubuh. Fase
pemulihan meliputi latihan yang lebih ringan dan fokus pada pemulihan tubuh
setelah fase kompetisi.
- Pemulihan
Pemulihan adalah salah satu aspek penting dalam teori latihan kekuatan binaraga.
Setelah latihan kekuatan, tubuh membutuhkan waktu untuk memulihkan diri dan
membangun kembali otot yang rusak selama latihan. Pemulihan yang kurang cukup
dapat menghambat pertumbuhan otot dan meningkatkan risiko cedera.
Strategi pemulihan yang efektif dalam binaraga meliputi istirahat yang cukup,
nutrisi yang tepat, dan teknik pemulihan seperti pijat dan peregangan. Istirahat yang
cukup dapat membantu tubuh memulihkan diri dan membangun kembali otot yang
rusak selama latihan. Nutrisi yang tepat, seperti protein dan karbohidrat, dapat
membantu tubuh membangun kembali otot yang rusak dan mempercepat pemulihan.
Teknik pemulihan seperti pijat dan peregangan dapat membantu mengurangi
ketegangan otot dan meningkatkan kelenturan tubuh.
5. Periodization of Strength
Periodisasi kekuatan merupakan strategi pelatihan yang disusun secara sistematis
dengan mengatur berbagai variabel dalam latihan kekuatan selama periode waktu
tertentu. Tujuan dari periodisasi kekuatan adalah untuk memaksimalkan keuntungan
dari latihan kekuatan, menghindari cedera, dan mengurangi kelelahan.
Terdapat empat tahap periodisasi kekuatan yaitu:
- Tahap Persiapan atau Off-Season
Tahapan persiapan atau off-season merupakan tahap awal dari periodisasi
kekuatan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membangun kekuatan dasar dan
meningkatkan volume latihan untuk mempersiapkan tubuh ke tahap
berikutnya. Intensitas latihan selama tahap ini biasanya rendah, tetapi latihan
volume tinggi.
Speed Training
Speed training atau latihan kecepatan adalah salah satu metode latihan yang
digunakan untuk meningkatkan kecepatan atlet dalam suatu olahraga. Tujuan dari
latihan kecepatan adalah untuk meningkatkan kecepatan, reaksi, dan ketangkasan
atlet. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan atlet, seperti kekuatan,
kelincahan, dan koordinasi, dan semua faktor ini dapat ditingkatkan melalui latihan
kecepatan yang tepat.
Metode Ada beberapa metode latihan kecepatan yang berbeda, namun pada
umumnya latihan ini meliputi latihan berlari, latihan sprint, latihan interval, latihan
koordinasi, dan latihan ketangkasan. Latihan berlari biasanya dilakukan dengan
berlari dalam jarak yang singkat, seperti 100 meter atau 200 meter, dan latihan sprint
melibatkan berlari dalam jarak yang lebih pendek, seperti 40 yard atau 60 meter.
Latihan interval melibatkan menggabungkan latihan sprint dan latihan berlari dalam
satu sesi latihan, sementara latihan koordinasi dan latihan ketangkasan melibatkan
gerakan-gerakan yang kompleks dan tidak biasa, seperti melompat, berputar, dan
berguling.
Manfaat Latihan kecepatan dapat memberikan banyak manfaat bagi atlet, seperti
meningkatkan kecepatan lari, meningkatkan kecepatan reaksi, meningkatkan
kekuatan otot, meningkatkan kelincahan, meningkatkan koordinasi, dan
meningkatkan ketangkasan. Selain itu, latihan kecepatan juga dapat membantu atlet
dalam memperbaiki teknik lari dan mengurangi cedera.
Fleksibilitas Training
Fleksibilitas training Merujuk pada kemampuan untuk menyesuaikan dan
memodifikasi program latihan atau pelatihan sesuai dengan kebutuhan individu atau
kelompok. Hal ini sangat penting dalam mencapai tujuan latihan yang efektif dan
efisien, karena setiap orang memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda
dalam olahraga dan kebugaran. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut
tentang latihan kelenturan, mengapa hal ini penting, dan bagaimana hal itu dapat
dicapai.
Metode pengembangan latihan kelenturan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
metode statis dan metode dinamis. Berikut adalah penjelasan tentang kedua metode
tersebut:
Metode Statis Metode statis melibatkan mempertahankan posisi gerakan statis
untuk jangka waktu yang lama, dengan tujuan untuk mengembangkan kelenturan
otot. Beberapa teknik statistik yang umum digunakan meliputi:
- Peregangan statis: teknik ini melibatkan mempertahankan posisi peregangan
otot selama 15 hingga 30 detik.
- Peregangan dengan kontraksi: teknik ini melibatkan otot sambil melakukan
kontraksi isometrik selama 10 hingga 15 detik.
- Peregangan berulang: teknik ini melibatkan melakukan peregangan statis
selama beberapa kali dengan waktu istirahat antara set.
7 Perintah Latihan :
1. Tingkatkan VO2 max (Kapasitas aerobik maksimal) sampai batas yang ingin
dicapai, sehingga tubuh menjadi mesin pencipta energi yang sangat besar
2. Tingkatkan kekuatan otot dan jaringan pengikat guna mengurangi resiko cedera
agar latihan berjalan tanpa
Interupsi yang tidak direncanakan
3. Tingkatkan ambang rangsang laktat (LT) ke tingkat yang tertinggi yang bisa
dicapai.
4. Optimalisasi “Power” (meningkatkan kemampuan otot untuk menghasilkan
tenaga yang lebih besar dan lebih cepat dari biasanya.)
5. Jadilah manusia yang sangat ekonomis (efisien).
6. Peliharalah pemulihan anda secara teratur dan sistematik.
7. Kembangkan/ latihkan daya tahan yang spesifik
Periodisasi latihan adalah suatu konsep dalam pelatihan olahraga yang mengacu
pada perencanaan dan pengorganisasian program latihan selama beberapa periode
waktu tertentu, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja olahragawan secara
bertahap dan mencegah cedera. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai tahapan
periodeisasi latihan, yaitu:
1. Tahap persiapan (fase persiapan)
Tahapan persiapan adalah tahap awal dalam periodisasi latihan yang bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan, kecepatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Pada tahap ini,
olahragawan melakukan latihan dasar dan latihan umum dengan intensitas yang
rendah hingga sedang. Fokus utama pada tahap ini adalah untuk mempersiapkan
tubuh secara fisik dan mental untuk tahap berikutnya.
2. Durasi Latihan
Durasi latihan mengacu pada lamanya waktu yang ditembakkan untuk melakukan
latihan. Durasi latihan yang optimal tergantung pada jenis latihan yang dijalani dan
tujuan latihan tersebut. Misalnya, latihan kardiovaskular biasanya membutuhkan
durasi yang lebih lama dibandingkan dengan latihan resistensi.
3. Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan merujuk pada jumlah sesi latihan yang dilakukan dalam satu
minggu. Frekuensi latihan yang optimal tergantung pada jenis latihan yang dijalani
dan tujuan latihan tersebut. Sebagai contoh, latihan resistensi biasanya
membutuhkan latihan frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan latihan
kardiovaskular.
4. Jenis Latihan
Jenis latihan Merujuk pada tipe latihan yang dilakukan. Jenis latihan yang optimal
tergantung pada tujuan latihan tersebut. Misalnya, latihan resistensi lebih efektif
untuk meningkatkan kekuatan dan massa otot, sedangkan latihan kardiovaskular
lebih efektif untuk meningkatkan kapasitas aerobik.
5. Jeda Istirahat
Jeda istirahat merujuk pada waktu yang ditembakkan untuk beristirahat antara set
atau latihan. Jeda istirahat yang optimal tergantung pada tujuan latihan tersebut dan
intensitas latihan. Sebagai contoh, latihan resistensi dengan intensitas yang tinggi
memerlukan jeda istirahat yang lebih lama dibandingkan dengan latihan resistensi
dengan intensitas yang rendah.
Hipertropi adalah proses pertumbuhan otot yang terjadi ketika otot menghadapi
stress atau beban yang berat secara terus menerus. Proses ini dapat dicapai melalui
latihan hipertropi, yang melibatkan penggunaan beban yang berat dan volume
latihan yang cukup tinggi. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal dalam latihan
hipertropi, penting untuk memperhatikan beberapa parameter latihan yang berbeda.
1. Intensitas
Intensitas merujuk pada berat beban yang digunakan selama latihan. Untuk
mencapai hipertropi, perlu menggunakan beban yang cukup berat untuk merangsang
pertumbuhan otot. Sebagai aturan umum, intensitas latihan harus mencapai minimal
60-80% dari satu repetisi maksimal (1RM) Anda. Namun, ini akan bervariasi
tergantung pada kemampuan individu dan tujuan latihan mereka.
2. Volume
Volume merujuk pada jumlah kerja yang dilakukan selama latihan, yang dapat
dihitung dengan mengalikan jumlah set, repetisi, dan berat beban yang digunakan.
Volume latihan harus cukup tinggi untuk merangsang hipertropi. Sebagai aturan
umum, total volume latihan harus mencapai setidaknya 10-20 set per grup otot per
sesi latihan. Namun, ini akan bervariasi tergantung pada kemampuan individu dan
tujuan latihan mereka.
3. Frekuensi
Frekuensi latihan merujuk pada jumlah sesi latihan yang dilakukan dalam seminggu.
Untuk mencapai hipertropi, penting untuk memberikan waktu pemulihan yang
cukup antara sesi latihan yang berbeda. Sebagai aturan umum, latihan hipertropi
harus dilakukan setidaknya dua kali seminggu untuk setiap kelompok otot yang
ingin meringankan.
4. Waktu Istirahat
Waktu istirahat antara set juga mempengaruhi hasil dari latihan hipertropi. Waktu
istirahat yang singkat antara set (30-60 detik) akan mempercepat pertumbuhan otot
karena meningkatkan pertumbuhan hormon produksi. Namun, waktu istirahat yang
lebih lama (2-3 menit) dapat membantu menghasilkan kekuatan yang lebih besar
karena memungkinkan pemulihan yang lebih baik.
5. Variasi Latihan
Variasi latihan penting untuk mencegah kondisi tubuh Anda dan mencegah stagnasi
dalam hasil latihan. Ini bisa dilakukan dengan mengubah beban, volume, intensitas,
frekuensi, dan jenis latihan. Perubahan ini membantu otot untuk terus tumbuh dan
berkembang.
6. Kecepatan Angkat
Kecepatan angkat juga mempengaruhi hasil latihan hipertropi. Angkat yang lebih
lambat dengan beban yang lebih berat menghasilkan kontraksi otot yang lebih kuat
dan lebih banyak tekanan pada otot, yang pada gilirannya merangsang pertumbuhan
otot yang lebih besar.NORMA HYPERTROPY
- Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan juga mempengaruhi kekuatan maksimum. Latihan yang dilakukan
lebih sering dapat meningkatkan kekuatan maksimal dengan memperkuat otot-otot
yang terlibat dalam gerakan tersebut.
- Intensitas Latihan
Intensitas latihan Merujuk pada proporsi kekuatan maksimum yang digunakan
selama latihan. Menggunakan beban yang lebih berat selama latihan dapat
meningkatkan kekuatan maksimal.
- Volume Latihan
Volume latihan merujuk pada jumlah set dan repetisi yang dilakukan selama latihan.
Meningkatkan volume latihan dapat meningkatkan kekuatan maksimal dengan
merangsang pertumbuhan otot.
- Pemulihan
Pemulihan antara sesi latihan juga penting untuk meningkatkan kekuatan maksimal.
Otot memerlukan waktu untuk memperbaiki dan memulihkan diri setelah latihan,
dan kekurangan pemulihan yang cukup dapat mengurangi kemampuan untuk
menghasilkan kekuatan maksimum.
Intensitas
Intensitas latihan power adalah tingkat kesulitan yang diberikan pada tubuh saat
melakukan latihan power. Intensitas dapat diukur dengan berbagai cara, seperti
proporsi dari beban maksimal, kecepatan gerakan, atau ketinggian kemiringan.
Intensitas latihan power harus dipilih dengan cermat untuk menghindari cedera atau
kelelahan otot yang berlebihan. Jika intensitas terlalu rendah, maka kekuatan latihan
akan minim, sementara jika terlalu tinggi, maka risiko cedera akan meningkat.
Volume
Volume latihan power adalah jumlah latihan yang dilakukan selama satu sesi
latihan atau dalam satu periode waktu tertentu. Volume latihan power dapat diukur
dalam berbagai cara, seperti jumlah repetisi, jumlah set, atau jumlah lompatan.
Latihan volume power yang tepat dapat meningkatkan kekuatan otot dan
mengoptimalkan hasil latihan, namun jika volume terlalu tinggi, maka risiko cedera
dan kelelahan otot akan meningkat.
Frekuensi
Frekuensi latihan power adalah jumlah kali latihan power yang dilakukan dalam
satu minggu atau periode waktu tertentu. Frekuensi yang tepat dapat membantu
tubuh memulihkan diri dan mengoptimalkan hasil latihan power. Namun, jika
frekuensi terlalu tinggi, maka risiko cedera dan kelelahan otot akan meningkat.
Pemulihan
Pemulihan adalah periode waktu antara kekuatan latihan yang memungkinkan
tubuh pulih dan memperbaiki diri. Pemulihan yang tepat dapat membantu
mengurangi risiko cedera dan meningkatkan kekuatan hasil latihan. Ada berbagai
cara untuk mempercepat pemulihan, seperti tidur yang cukup, diet yang sehat, dan
teknik pemulihan seperti pijat dan peregangan.
Mobilitas adalah kemampuan tubuh untuk bergerak dengan bebas dan tanpa
hambatan melalui rentang gerakan tertentu. Ini mencakup kemampuan untuk
mengontrol gerakan pada sendi, menyeimbangkan kekuatan dan kelenturan, dan
menjaga keseimbangan dan koordinasi selama gerakan. Contoh dari gerakan
mobilitas meliputi jongkok, lompatan, dan gerakan lari. Latihan mobilitas sering
melibatkan gerakan dinamis yang melibatkan kelompok otot besar dan membantu
meningkatkan keseimbangan dan koordinasi.
ROM otot
Otot adalah jaringan tubuh yang digunakan untuk menggerakkan tubuh. Otot
terdiri dari serat-serat yang dapat berkontraksi dan meregang. ROM otot tergantung
pada kekuatan otot dan kelenturan. Kelemahan otot dan ketidaklenturan dapat
membatasi ROM otot. Otot yang sehat dan kuat serta fleksibel memberikan ROM
yang lebih baik.
Ligamen RRO
Ligamen adalah jaringan ikat elastis yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligamen memberikan stabilitas pada pengiriman. ROM ligamen tergantung pada
fleksibilitas ligamen dan kekuatan otot yang terkait dengan ligamen tersebut.
Ligamen yang kaku atau lemah dapat membatasi ROM sendi.
ROM Tendon
Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon
membantu menggerakkan tulang. Tendon ROM tergantung pada kekuatan dan
elastisitas tendon. Tendon yang lemah atau kaku dapat membatasi ROM sendi.
ROM Sendi
Sendi adalah tempat di mana dua tulang bertemu. Sendi memungkinkan gerakan
tubuh. ROM kirim tergantung pada faktor-faktor berikut:
- Struktur sendi: Struktur sendi memengaruhi jenis gerakan yang dapat
dilakukan di sendi.
- Ligamen dan tendon: Ligamen dan tendon yang fleksibel dan kuat membantu
memberikan ROM yang lebih baik.
- Kesehatan otot: Otot yang kuat dan fleksibel membantu memberikan ROM
yang lebih baik.
- Kondisi patologis: Kondisi patologis seperti arthritis dapat membatasi ROM
sendi.
Pemulihan ROM
Pemulihan ROM adalah proses untuk mengembalikan ROM yang terbatas ke
tingkat normal. Pemulihan ROM melibatkan latihan yang bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan, kelenturan, dan fleksibilitas otot, ligamen, tendon, dan
sendi. Latihan harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan seorang
profesional kesehatan yang terlatih.
Peregangan pasif statis dapat membantu meningkatkan kelenturan otot. Hal ini
terjadi karena peregangan memperpanjang serat otot sehingga meningkatkan rentang
gerak di sekitar sendi. Selain itu, teknik ini juga membantu merelaksasi otot dan
memperbaiki sirkulasi darah ke area yang di-stretch, sehingga mempercepat
pemulihan otot setelah melakukan aktivitas fisik. Peregangan juga dapat membantu
mengurangi risiko cedera otot dan memperbaiki postur tubuh.
PNF dapat dilakukan dengan bantuan pasangan atau alat bantu, seperti bola, tali,
atau papan, namun juga dapat dilakukan secara mandiri. Saat melakukan PNF,
penting untuk mengikuti prinsip dasar seperti melakukan gerakan perlahan dan tidak
memaksakan diri. Selain itu, penting untuk mengetahui batasan tubuh dan tidak
memperlihatkan gerakan yang tidak wajar atau menyakitkan.
Teknik PNF terdiri dari tiga teknik dasar yaitu kontraksi isometrik, kontraksi
isotonic, dan kontraksi isokinetik.
1. Kontraksi Isometrik
Kontraksi isometrik adalah kontraksi otot tanpa gerakan. Pada teknik ini, pasien
diminta untuk mengencangkan otot tanpa menggerakkan bagian tubuh yang terkait.
Contohnya, pasien diminta untuk mengencangkan otot bicep tanpa menggerakkan
lengan. Teknik ini dapat membantu meningkatkan kekuatan otot pada fase awal
latihan PNF.
2. Kontraksi Isotonic
Kontraksi isotonic adalah kontraksi otot dengan gerakan. Pada teknik ini, pasien
diminta untuk melakukan gerakan otot melawan resistensi atau hambatan.
Contohnya, pasien diminta untuk menggerakkan lengan ke atas dengan memberikan
resistensi pada bagian lengan yang berlawanan. Teknik ini dapat membantu
meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan gerak tubuh.
3. Kontraksi Isokinetik
Kontraksi isokinetik adalah kontraksi otot dengan gerakan pada kecepatan yang
konstan. Pada teknik ini, pasien melakukan gerakan pada kecepatan yang sama dari
awal hingga akhir gerakan. Teknik ini dapat membantu meningkatkan kekuatan otot
dan kemampuan gerak tubuh pada kecepatan yang lebih tinggi.
B. Kontraksi isotonik: Angkat kaki ke atas dengan lutut tetap lurus. Kemudian
tekuk kaki sehingga jari-jari menyentuh lutut dan perlahan turunkan kaki
kembali ke lantai.
Mobility
Latihan mobilitas adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
gerakan atau mobilitas pada tubuh. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan
kelenturan dan kekuatan otot serta membantu mencegah cedera.
Ada beberapa latihan mobilitas yang dapat dilakukan, diantaranya:
1. Latihan Peregangan Dinamis: Latihan ini melibatkan gerakan tubuh
dengan gerakan yang aktif dan dinamis. Contohnya, melompat-
lompat atau melakukan gerakan dengan intensitas tinggi seperti high
knee atau lunges.
Namun, sebelum melakukan latihan mobilitas, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Pertama, pastikan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu agar
tubuh tidak kaget dan terhindar dari cedera. Kedua, latihan mobilitas sebaiknya
dilakukan secara teratur dan sesuai dengan kemampuan tubuh masing-masing.
Ketiga, hindari melakukan gerakan yang terlalu ekstrim atau melampaui batas
kemampuan tubuh.
Movement effeciency
Fleksibilitas adalah kunci untuk menjaga otot anda pada tingkat efisiensi gerakan
yang ideal. Efisiensi gerakan sering disebut mobilitas, dan merupakan jumlah
rentang gerak dalam satu sendi. Ini melibatkan sendi, otot, tendon dan ligamen yang
bekerja bersama. Movement effeciency di hasilkan dari gabungan antara flexibilitas
dan Mobilitas
- Pilih latihan yang tepat: Pilih latihan mobilitas yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh Anda. Ada banyak jenis latihan mobilitas yang bisa dipilih,
seperti stretching, yoga, atau pilates. Latihan bebas yang dapat membantu
meningkatkan fleksibilitas tubuh Anda.
- Perhatikan asupan nutrisi: Asupan nutrisi yang seimbang dan cukup penting
untuk menjaga kesehatan tubuh dan membantu meningkatkan mobilitas
latihan. Pastikan untuk memperhatikan asupan protein, karbohidrat, dan
lemak sehat untuk membantu memperbaiki otot dan mempertahankan
kesehatan tubuh.
Beberapa latihan latihan mobilitas dasar yang dapat dilakukan antara lain:
- Jongkok: Latihan jongkok dilakukan dengan cara berdiri dengan posisi kaki
selebar bahu, kemudian jongkok hingga pinggul sejajar dengan lutut. Latihan
ini akan membantu meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot paha,
pinggul, dan betis.
- Lunge: Latihan lunge dilakukan dengan cara mengambil posisi berdiri
dengan kaki kanan di depan dan kaki kiri di belakang, kemudian turunkan
badan hingga lutut kiri menyentuh lantai. Latihan ini akan membantu
meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot kaki dan pinggul.
- Hip bridge: Latihan hip bridge dilakukan dengan cara berbaring telentang
dengan kaki ditekuk dan telapak kaki menyentuh lantai. Kemudian angkat
pinggul hingga membentuk garis lurus dengan bahu dan lutut. Latihan ini
akan membantu meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot pinggul dan
punggung.
Perbedaan utama antara latihan fleksibilitas dan mobilitas adalah bahwa latihan
fleksibilitas lebih fokus pada peregangan otot untuk meningkatkan rentang gerak
seseorang, sedangkan latihan mobilitas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
tubuh untuk bergerak dengan bebas dan tanpa hambatan.
ATP terdiri dari tiga molekul fosfat yang terikat pada adenosin. Ketika ATP
dipecah oleh enzim ATPase, energi dilepaskan dan molekul fosfat terakhir
dilepaskan untuk menghasilkan adenosin difosfat (ADP). Energi yang dilepaskan
dapat digunakan untuk memicu reaksi biologis.
ATP disintesis melalui dua proses utama: fosforilasi oksidatif dan substrat
fosforilasi. Fosforilasi oksidatif terjadi di dalam mitokondria dan memerlukan
oksigen sebagai bahan bakar. Fosforilasi substrat terjadi di dalam sel sel dan
melibatkan reaksi kimia yang memindahkan gugus fosfat dari molekul donor fosfat
ke ADP.
Glikolisis Aerob
Glikolisis aerob adalah proses metabolik yang mengubah glukosa menjadi energi
melalui jalur oksidatif. Proses ini melibatkan molekul glukosa menjadi dua molekul
piruvat dan energi dalam bentuk ATP.
Glikolisis aerob terdiri dari sepuluh tahap yang melibatkan serangkaian reaksi
kimia yang dikatalisis oleh enzim. Tahap pertama melibatkan penggunaan dua
molekul ATP untuk mengaktifkan glukosa. Kemudian, glukosa dipecah menjadi dua
molekul piruvat dan dihasilkan empat molekul ATP dan dua molekul NADH.
Piruvat yang dihasilkan selama glikolisis kemudian memasuki siklus asam sitrat
di dalam mitokondria, di mana energi lebih lanjut dihasilkan melalui reaksi kimia.
Sistem energi berdasarkan durasinya untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP
dibedakan menjadi 3 :
1. Sistem Energi Jangka Panjang
Merupakan sistem energy yang membutuhkan waktu relatif lama untuk
menghasilkan energy siap pakai dalam bentuk ATP (Adenosis Triphosphat). Sistem
energy aerobic merupakan sistem energy yang tergolong kedalam Long Term
Energy System. Olahraga (aktivitas fisik) yang murni menggunakan energy dari
sistem energy aerobic adalah olahraga (aktivitas fisik) dengan durasi 240 – 600 detik
(Jensen: 1989). Menurut 26-27/72) jika olahraga dengan durasi 120-140 detik sudah
menggunakan sistem energy aerobic namun masih dengan intervensi sistem energy
anaerobik latik.
Sedangkan cedera kronis terjadi secara bertahap karena pengulangan gerakan atau
kelebihan beban pada jangka waktu tertentu. Beberapa jenis cedera kronis yang
sering terjadi pada olahraga antara lain:
1. Sindrom terowongan karpal, terjadi ketika saraf di pergelangan tangan
tertekan dan menyebabkan mati rasa atau kesemutan.
2. Tendinitis, terjadi ketika tendon yang menghubungkan otot dan tulang
mengalami peradangan karena terlalu sering digunakan.
3. Stress fracture, terjadi ketika tulang mengalami retak karena terlalu sering
digunakan atau beban yang berlebihan.
4. Peradangan pada otot atau tendon yang disebabkan oleh penggunaan
berlebihan atau kelebihan penggunaan.
Pelatih atau coach adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk membimbing
dan melatih individu atau tim dalam mencapai tujuan atau prestasi tertentu. Sebagai
seorang pelatih, terdapat beberapa tugas dan tanggung jawab yang harus diemban.
Berikut ini adalah penjelasan lebih detail mengenai tugas dan tanggung jawab
seorang pelatih: