Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ahmad Rizqi Tisna Wijaya

Kelas : KALK 4 D
NIT : 572011337570

Resume BAB 5 : VOYAGE CHARTER


Pembahasan klausul dalam voyage charter party dimaksudkan sebagai upaya untuk
menghindari terjadinya perselisihan dalam melakukan voyage charter party. Klausul-klausul
penting dalam voyage charter diuraikan berikut ini :
Lay Time dan Demurage
Lay time adalah waktu yang dialokasikan pada charter untuk tujuan muat-bongkar barang
tanpa tambahan pembayaran. Jika ternyata charterer memerlukan waktu lebih lama dari lay
time yang disetujui, dia harus bertanggung jawab untuk pembayaran demmurage. Dan
sebaliknya.

LAY/CAN
Dalam voyage dan time charter, keduanya harus disetujui kapan kapal harus siap muat di
Pelabuhan pertama saat penyerahannya kepada charterer. Biasanya tercantum lay/can
disetujui, contohnya Lay/Can April 1-15

LAY
Merupakan singkatan dari “Lay Time not to commence before”, Jadi, kalau dalam time
charter, kapal tiba di Pelabuhan atau tempat penyerahan sebelum layday, maka charter tidak
berkewajiban untuk menerima penyerahan, meskipun charterer setuju untuk menerima
penyerahan kapal lebih awal. Kapal harus menunggunya tanpa memperoleh apa-apa. Kadang-
kadang, charterer ingin memulai muat penyerahan kapalnya sehingga tidak membayarnya.
Pemilik kapal tidak berkewajiban untuk menerima cara demikian, dan jika charterer ingin
mulai muat sebelum layday pertama, pemilik kapal dan charterer harus menyetujui
pembayaran sewa, pembagian risiko, dst.

CAN
Apabila kapal tidak ada di Pelabuhan muat, atau Pelabuhan tempat penyerahan, pada
cancelling day umumnya, charter party memberikan hak mutlak kepada charterer untuk
membatalkan perjanjian charterer (Gencon dan Balatime).
GENCON
Cancelling Clause
Apabila kapal tidak siap untuk dimuat baik di Pelabuhan ataupun bukan, maka penyewa
kapal memiliki pilihan untuk membatalkan kontrak, dan hal tersebut wajib dituliskan minimal
48 jam sebelum kapal tiba di Pelabuhan muat. Apabila kapal ternyata terlambat tiba, penyewa
kapal harus diinformasikan secepatnya, dan jika kapal terlambat/delayed lebih dari sepuluh
hari dari waktu yang telah ditetapkan, maka pihak penyewa berhak membatalkan kontrak,
kecuali pembatalan telah disetujui

BALTIME
Cancelling
Penyelesaian dalam Baltic cancelling-clause lebih baik bagi owner karena menurut klausul
ini, charterer harus memberikan pernyataan apakah dia akan membatalkan atau tidak “selama
48 jam menerima notice” bahwa kapal tidak dapat diserahkan pada saat cancelling date.
Pernyataan mengenai posisi kapal harus benar dan hari kesiapan untuk muat (lay can) harus
realistis.

1. Perhitungan Lay Time


LAYTIME adalah waktu penyandaran kapal sewaktu melakukan pemuatan/bongkar
dipelabuhan. Dalam perhitungan waktu sandar adalah waktu pemuatan. Waktu
persiapan yg dihitungkan sebesar setengah jam tiap kapal ditambah waktu pengisian
BBM. Standar penentuan Laytime sangat bermacam2 tergantung dari kesepakatan
pihak pelabuhan. Ada maksimum laytime 36 jam dll. Waktu penyandaran merupakan
barometer penentuan tingkat penggunaan dermaga/BOR (Berth Occupancy Ratio)

RUMUS : BOR = T x 100% : t x ty

T : waktu penyandaran kapal dlm 1 tahun (jam)


t : jam kerja pelabuhan dlm 1 hari (24jam)
ty : jumlah hari dlm 1 tahun (365hari)

Atau dengan
RUMUS : Laytime = total muatan : kapasitas bongkar per hari = ....hari
2. Notice of Readiness (NOR)
Notice of Readiness (NOR) adalah dokumen muatan yang berisi pernyataan Nakhoda
bahwa kapal tiba dan siap untuk kegiatan muat atau bongkar. NOR dibuat dan
ditandatangani oleh Nakhoda, diterima dan ditandatangani oleh pencharter.

Contoh NOR

NOTICE OF READINESS

This is to notify that MV. KAMUSPELAUT has arrived at the free pratique of the port of
LHOKSEUMAWE at 1030 hours on 01/02/2019, and she is now ready in all respect to
commence LOADING the cargo of UREA IN BULK in accordance with the terms and conditons
of the governing Charter Party.

NOR tendered at 1030 hours on 01/02/2019


NOR accepted at 1215 hours on 01/02/2019

3. Demurrage
Istilah Demurrage bisa berarti sebagai Biaya (Denda) yang harus dibayar oleh
penerima barang atau pengirim barang, karena terlambat mengembalikan kontainer
milik pelayaran dan posisi container tersebut masih dalam pelabuhan. Atau Demurrage
merupakan pemberian hak kepada pemilik kapal untuk menerima kompensasi dari
penyewa kapal/pemilik muatan berkaitan dengan waktu bongkar-muat cargo yang
melebihi waktu yang telah tercantum dalam Charter Party
Ketika hendak mengirim barang dan terjadi ketidaksesuaian kontrak, pembebanan
denda menjadi hal yang umum terjadi. Pengenaan denda shipping line sebagai pihak
yang memiliki peti kemas wajar. Pengenaan denda sebagai pemilik maupun penyewa
peti kemas dari pihak importir atau eksportir biasanya terjadi karena keterlambatan
pengambilan peti kemas pada perusahaan pelayaraan. Tidak semua denda ini berasal
dari instansi pemerintah. Perusahaan swasta pun juga bisa mengeluarkan denda. Oleh
sebab itu pengertian demurrage harus sangat dipahami. Demurrage merupakan batas
waktu penggunaan peti kemas saat ada pada Pelabuhan. Tepatnya pada Container
Yard (CY). Pada benda-benda yang terimpor, waktu nantinya terhitung semenjak
proses discharges atau proses bongkar dari kapal sampai peti kemas tersebut keluar
dari pelabuhan (get out). Pada barang-barang yang diekspor penggunaan peti kemas
terhitung dari masuk ke pelabuhan. 

4. Dispatch Money
Dispatch money adalah uang yang di bayar oleh pemilik kapal kepada charterer jika
charterer dapat menyelesaikan muat-bongkar barang sebelum lay time yang disepakati
sehingga kapal diserahkan kepada operator dan siap beroperasi lebih awal. Tarif
dispatch = 50% tarif demurrage yang dibayarkan jika dalam kontrak tertulis Full Term
(FT).

Klausul Tentang Ongkos Angkut/Freight


Ketentuan umum pembayaran pada voyage charter party adalah pada saat barang diserahkan
di Pelabuhan tujuan. Risiko pembayaran biasanya pada pemilik kapal, dan jika kapal tiba
dengan short cargo atau tidak ada cargo yang siap diserahkan maka tidak ada pembayaran
ongkos angkut.

Klausul Tentang Cesser


Klausul ini mencoba untuk mengurangi tanggung jawab dari charterer atas tanggung jawab
pengapalan dan pemindahan barang kepada penerima muatan. Baltimore Form Grain Charter
menyatakan ”Charter liability under this charter to cease on cargo being ship”. Dari
pernyataan tersebut terlihat bahwa selama barang dikapalkan, charterer tidak mempunyai
tanggung jawab apapun terhadap barang,

Klausul Tentang Deviasi


Secara umum dalam istilah voyage charter party dikatakan kapal akan berjalan terus dalam
pelayaran sesuai rute yang di setujui tanpa penyesuaian penyimpangan/deviasi dan tanpa
alasan keterlambatan. Akan tetapi pemilik kapal memiliki kebebasan yang luas untuk
melakukan deviasi dari rute normal yang disepakati dengan alasan menyelamatkan nyawa
dan muatan.

Klausul Tentang Tanggung Jawab Muatan


Pemilik kapal bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan muatan dalam kasus-kasus
tertentu, dalam hal terjadinya force major pemilik kapal tidak bertanggung jawab terhadap
muatan.

Klausul Tentang General Average


Membahas tentang kontribusi pemilik kapal, pemilik muatan, dan ongkos angkut untuk
menghadapi terjadinya bahaya yang ditimbulkan Ketika muatan ditransportasikan dari satu
tempat ke tempat lain.

Klausul Tentang Arbitrasi


Sebagian besar charter party berisi klausul arbitrasi untuk menjaga jika terjadi perselisihan
dalam kontrak charter party, tetapi ada juga bentuk charter party yang tidak dilengkapi
dengan klausul ini. Semua perselisihan yang terjadi dalam kontrak seharusnya dibawa ke
badan arbitrasi.

Klausul Tentang Indemnity


Klausul yang membahas tentang klaim pemilik kapal terhadap charterer karena kehilangan
atau kerusakan kapal karena barang yang di muat atau akibat perbuatan charterer.

BAB 6 : BAREBOAT CHARTER ATAU CHARTER BY DEMISE

Latihan Soal
1. C. keterlambatan
2. B. kongesti
3. B. kapal telah tiba di Pelabuhan yang dituju
4. C. biaya bongkar muat barang selama di dermaga
5. A. uang yang di bayar oleh pemilik kapal kepada charterer jika charterer dapat
menyelesaikan muat-bongkar barang sebelum lay time yang di sepakati berakhir.
6. C. 50% biaya demurrage
7. D, pada saat barang diserahkan di Pelabuhan tujuan
8. B. untuk keselamatan kapal dan muatannya
9. A. pemilik kapal
10. C. general average
11. A. badan arbitasi
12. B. klausul indemnity
13. D. data ABK
14. D. konsumsi bahan bakar
15. A. Free alongside ship (FAS)
16. B. Free in and out (FIO)
17. C. Free on Board
18. A. dispatch
19. B. weather report
20. D. tanggal dan jam berakhirnya pekerjaan
21. A. pengaturan waktu kerja bongkar muat, Ketika kegiatan bongkar/muat dilakukan
selama 24 jam kecuali hari Minggu dan hari libur
22. B. Pengaturan waktu kerja bongkar muat, Ketika kegiatan bongkar/muat dilakukan
selama 24 jam kecuali hari minggu dan hari libur dan cuaca hujan
Tugas Minggu 1-2
Nama : Ahmad Rizqi Tisna Wijaya
Kelas : TALK 4 D
NIT : 572011337570
1. Hukum perdata adalah serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan
subjek hukum (orang dan badan hukum) yang satu dengan subjek hukum yang lain
dengan menitikberatkan pada kepentingan pribadi dari subjek hukum tersebut.
2. Pasal 1313 KUHPerdata, pengertian perjanjian sendiri adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
3.  -Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria menerangkan bahwa hak milik adalah hak turun-menurun,
terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat
ketentuan dalam pasal 6.
- Pasal 570 KUH Perdata menerangkan bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati
kegunaan suatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap
kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak mengganggu hak-hak orang
lain, dengan tidak mengurangi kemungkinan akan adanya pencabutan hak tersebut
demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang dengan disertai
pembayaran ganti rugi.
4. perikatan adalah hubungan dua orang (antara dua belah pihak) atau lebih berdasarkan
dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain yang
berkewajiban memenuhi tuntutan.
=> Unsur-unsur perikatan:
1) adanya suatu hubungan hukum. antara dua pihak yaitu pihak yang memiliki
kewajiban dan pihak yang kedua yang memperoleh hak
2) berada di bidang hukum harta kekayaan
3) Prestasi.
5. Perikatan bersyarat
Perikatan berdasarkan ketetapan waktu
Perikatan alternatif
Perikatan tanggung renteng
Perikatan dapat dibagi-bagi dan tak dapat dibagi-bagi Perikatan dengan ancaman

Tugas Minggu 3

Nama : Ahmad Rizqi Tisna Wijaya


Kelas : TALK 4 D

NIT : 572011337570

1. Menurut pemilik kapal


A. Pemilik kapal tramper
Disini dipengaruhi oleh harga pasaran. Kalau harga cenderung naik, maka sewa akan dilepas
dalam jenis voyage charter dan bila harga pasaran cendrung turun, maka kapal akan dilepas
dengan jenis time charter
B. Pemilik kapal liner
Dalam hal ini, karena pada posisi tetap ( liner ), bila terjadi permintaan ruang muatan
meningkat , dengan perkiraan dalam waktu dekat, maka pemilik kapal akan melepas
dengan jenis voyage charter. Sedangkan kenaikan permintaan ruang cenderung lama,
maka pemilik kapal akan melepas dengan jenis time charter.
Menurut pemilik muatan

Berbeda dengan pemilik kapal, hal ini terlihat pada saat harga charter kapal cenderung naik,
maka pemilik muatan akan memilih time charter dan bila harga charter cenderung turun
maka pemilik muatan akan memilih voyage charter.

2. Shipp owner : Pemilik kapal yang menyewakan ruangan kapal


Penyewa kapal ( bisa siapa saja ) Pihak yang memerlukan ruangan kapal/pemilik muatan
Chartering broker, wakil pemilik kapal yang membantu menawarkan kapal untuk disewakan.
Chartering agents, yang mewakili pemilik muatan yang memerlukan ruangan/kapal untuk
disewa.
Tugas Minggu 4
Nama : Ahmad Rizqi Tisna Wijaya
Kelas : TALK 4 D
NIT : 572011337570
1. Jenis muatan yang cenderung beraneka macam ( macamnya bertambah ) dan pola
penanganan dipelabuhan yang juga berubah ( menyesuaikan), dengan demikian
( dalam dunia perdagangan ) sangat memerlukan informasi terkini, agar tetap bisa
bertahan dibisnis yang dilakukan.
-Bila muatan lebih banyak dari kapal maka tarif jasa akan mahal tetapi apabila jumlah
kapal lebih banyak daripada muatan maka tariff akan murah dan dapat merugikan
pemilik kapal
2. -Demurrage adalah biaya yang dipungut oleh perusahaan pelayaran kepada importir
bila belum melakukan menaikkan atau menurunkan kontainer ke kapal dalam waktu
yang telah disepakati.
Detention adalah biaya yang dipungut oleh perusahaan pelayaran kepada importir bila
kontainer penuh telah diambil untuk dibongkar (dengan asumsi dalam periode gratis)
tetapi wadah kosong belum dikembalikan sebelum berakhirnya waktu bebas yang
diberikan.
despatch adalah semacam bonus yang dibayarkan pihak pembeli kepada pihak penjual
dan pemuat kargo karena waktu pemuatan kapal selesai lebih awal.
3. Notice of Readiness(NOR) adalah dokumen muatan yang berisi pernyataan Nakhoda
bahwa kapal tiba dan siap untuk kegiatan muat atau bongkar.
4. Liner Service
Barang yang diangkut melalui kapal liner Service harus diberikan Surat Muatan,
yang merupakan :
-Bukti penerimaan barang dan janji barang akan diangkut dengan aman sampai
tujuan, serta merupakan kwitansi pembayaran uang tambang ( reccipt of goods)
-Bukti hak milik atas barang yang disebut dalam surat muatan ( document title to the
goods)
-Kontrak pengangkutan antar ship owner, pengirim barang dan penerima barang.

CATATAN : B/L ini berlaku dan dilindungi secara Internasional


Tugas Minggu 5-6
Nama : Ahmad Rizqi Tisna Wijaya
Kelas : TALK 4 D
NIT : 572011337570
1. A. Klausul Kecepatan dan Konsumsi bahan bakar ( speed and consumtion)
Diskripsi kapal, terutama mengenai Kecepatan kapal dan konsumsi bahan bakar
adalah hal paling penting bagi charterer dalam time charter, karena charterer
berasumsi bahwa nilai komersiil operasi kapal tergantung pada biaya pengoperasian
kapal..
Hal ini penting bagi charterer, karena charterer membayar sewa kapal yang waktunya
telah ditetapkan dalam perjanjian.
Masalah yang sering muncul adalah karena cuaca yang mempengaruhi pemakaian
bahan bakar.
B. Klausul tentag pelabuhan yang aman ( safe port )
Pelabuhan aman menjadi target perjanjian sewa, karena itu sangat mempengaruhi
operasional kapal.
Sebagai contoh, Pelabuhan di Ukraina dan Rusia yang sedang berperang, ada
kemungkinan Pelabuhan menjadi tidak/kurang aman.
Kejadian apapun yang menimpa kapal dapat dimaklumi dan kerugian menjadi
tanggungjawab pemilik kapal.
2. Pencarter wajib membayar sewa kapal dan mengembalikan kapal dengan selamat s

Anda mungkin juga menyukai