1. Pemilik/operator berhak dan dibenarkan memuat angkutan milik
penyewa dan segala resiko adalah menjadi beban dan tanggung jawab penyewa/shipper dengan limit kapal dalam keadaan layak laut (Sea Worthy). 2. Pemilik/operator tidak bertanggung jawab atas tumpah, hilang rusak berkurang muatan sewaktu berada di pelabuhan muat/bongkar. - Pemilik/operator berhak untuk menahan dan atau menjual muatan apabila pembayaran uang tambang dari penyewa/shipper tidak di lunasi sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak untuk menutupi kerugian yang timbul akibat dari pelaksanaan pengangkutan. - Demurrage di bayar sebelum membongkar/minimal harus ada jaminan pembayaran. - Apabila terjadi keterlambatan pembayaran yang telah di sepakati/menyimpang dari titik 9 dan 11 dalam surat perjanjian angkutan laut ini. Pihak pemilik/operator kapal berhak dalam memperhitungkan sebagai demurrage. - Apabila jumlah muatan lebih dari yang tercantum dalam perjanjian ini, maka pemilik barang akan menambah uang tambang secara prorate (sesuai jmlah kelebihan muat). 3. Di tempat-tempat dangkal dan membahayakan ABK dan kapal, maka pemilik/operator berhak untuk menentukan tempat yang aman dan terdekat untuk pemuatan dan pembongkaran muatan demi keselamatan ABK dan kapal 4. Apabila sesuatu dan lain hal/terjadi keterlambatan dan atau menyangkut teknis sehingga kapal yang akan mengangkut mengalamai keterlambatan/hambatan, maka pemilik/operator di benarkan untuk menggangtikan dengan kapal/armada lain yang sama ukurannya dengan menambah dari isi dan bunyi perjanjian ini. 5. Asuransi muatan lashing/unlashing material Marine Cargo Surveyor, OPP/OPT, Crane Darat, EMKL dan papan penyangga serta hal-hal teknis yang menyangkut muatan adalah menjadi beban dan tanggung jawab pihak penyewa/shipper. 6. Force majeure dalam perjanjian ini: badai, ombak besar, pasang surut, gempa bumi, sengatan petir, pernyataan darurat dan pemerintah serta hal yang sifatnya di luar di sebabkan kesalahn pihak kedua. 7. Apabila terjadi General Average maka akan mengikuti York Anwerp 1974/undang-undang yang berlaku di Indonesia dan uang tambang dan Dead Freight tidak dapat di collect dari General Average tersebut. 8. Pihak penyewa/pencharter wajib mengganti apabila terjadi kerusakan pada kapal maupun tongkang yang diakibatkan kelalaian/kesalahan pada kegiatan permuatan dan pembongkaran yang dilakukan oleh pihak penyewa/pencharter. 9. Hal-hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan dibicarakan bersama dan ditambahkan setelah ada persetujuan sebagai addendum 10. Pihak kedua menjamin sepenuhnya jumlah tondase/kubikasi muatannya dan bila diragukan maka pihak pertama menunjuk pihak ketiga surveyor untuk mengukur kembali muatan tersebut. Biaya surveyor ditanggung pihak pertama dan pihak kedua wajib membayar freight sesuai hasil pengukuran ulang pihak surveyor 11. Apabila kemudia hari terjadi terdapat perbedaan pendapat dalam mengartikan perjanjian ini maka kedua belah pihak akan bermusyawarah/mufakat terlebih dahulu, dan apabila ternyata tidak terad[at kata sepakat maka kedua belah pihak menunjuk pada pengadila negeri sesuai titik 22. 12. Dengan ditanda tangani oleh kedua belah pihak maka isi surat perjanjian angkutan laut ini tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Apabila pembataln dilakukan sepihak oleh pihak penyewa maupun pemilik kapal maka dikenakan penalty kepada pihak yang membatalkan sebesar 25% dari total freight yang telah disepakati. 13. Ketentuan umum ini menjadi satu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan surat perjanjian angkutan laut No,002?SPAL/JBM- PJP/XI/20.