Anda di halaman 1dari 2

KETENTUAN UMUM

SURAT PERJANJIAN ANGKUTAN LAUT


No. 002/SPAL/JBM-PJP/XI/2020

1. Pemilik/operator berhak dan dibenarkan memuat angkutan milik


penyewa dan segala resiko adalah menjadi beban dan tanggung jawab
penyewa/shipper dengan limit kapal dalam keadaan layak laut (Sea
Worthy).
2. Pemilik/operator tidak bertanggung jawab atas tumpah, hilang rusak
berkurang muatan sewaktu berada di pelabuhan muat/bongkar.
- Pemilik/operator berhak untuk menahan dan atau menjual muatan
apabila pembayaran uang tambang dari penyewa/shipper tidak di
lunasi sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak untuk menutupi
kerugian yang timbul akibat dari pelaksanaan pengangkutan.
- Demurrage di bayar sebelum membongkar/minimal harus ada
jaminan pembayaran.
- Apabila terjadi keterlambatan pembayaran yang telah di
sepakati/menyimpang dari titik 9 dan 11 dalam surat perjanjian
angkutan laut ini. Pihak pemilik/operator kapal berhak dalam
memperhitungkan sebagai demurrage.
- Apabila jumlah muatan lebih dari yang tercantum dalam perjanjian
ini, maka pemilik barang akan menambah uang tambang secara
prorate (sesuai jmlah kelebihan muat).
3. Di tempat-tempat dangkal dan membahayakan ABK dan kapal, maka
pemilik/operator berhak untuk menentukan tempat yang aman dan
terdekat untuk pemuatan dan pembongkaran muatan demi keselamatan
ABK dan kapal
4. Apabila sesuatu dan lain hal/terjadi keterlambatan dan atau menyangkut
teknis sehingga kapal yang akan mengangkut mengalamai
keterlambatan/hambatan, maka pemilik/operator di benarkan untuk
menggangtikan dengan kapal/armada lain yang sama ukurannya dengan
menambah dari isi dan bunyi perjanjian ini.
5. Asuransi muatan lashing/unlashing material Marine Cargo Surveyor,
OPP/OPT, Crane Darat, EMKL dan papan penyangga serta hal-hal
teknis yang menyangkut muatan adalah menjadi beban dan tanggung
jawab pihak penyewa/shipper.
6. Force majeure dalam perjanjian ini: badai, ombak besar, pasang surut,
gempa bumi, sengatan petir, pernyataan darurat dan pemerintah serta
hal yang sifatnya di luar di sebabkan kesalahn pihak kedua.
7. Apabila terjadi General Average maka akan mengikuti York Anwerp
1974/undang-undang yang berlaku di Indonesia dan uang tambang dan
Dead Freight tidak dapat di collect dari General Average tersebut.
8. Pihak penyewa/pencharter wajib mengganti apabila terjadi kerusakan
pada kapal maupun tongkang yang diakibatkan kelalaian/kesalahan pada
kegiatan permuatan dan pembongkaran yang dilakukan oleh pihak
penyewa/pencharter.
9. Hal-hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan dibicarakan
bersama dan ditambahkan setelah ada persetujuan sebagai addendum
10. Pihak kedua menjamin sepenuhnya jumlah tondase/kubikasi muatannya
dan bila diragukan maka pihak pertama menunjuk pihak ketiga surveyor
untuk mengukur kembali muatan tersebut. Biaya surveyor ditanggung
pihak pertama dan pihak kedua wajib membayar freight sesuai hasil
pengukuran ulang pihak surveyor
11. Apabila kemudia hari terjadi terdapat perbedaan pendapat dalam
mengartikan perjanjian ini maka kedua belah pihak akan
bermusyawarah/mufakat terlebih dahulu, dan apabila ternyata tidak
terad[at kata sepakat maka kedua belah pihak menunjuk pada pengadila
negeri sesuai titik 22.
12. Dengan ditanda tangani oleh kedua belah pihak maka isi surat perjanjian
angkutan laut ini tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Apabila
pembataln dilakukan sepihak oleh pihak penyewa maupun pemilik kapal
maka dikenakan penalty kepada pihak yang membatalkan sebesar 25%
dari total freight yang telah disepakati.
13. Ketentuan umum ini menjadi satu dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dengan surat perjanjian angkutan laut No,002?SPAL/JBM-
PJP/XI/20.

OPERATOR KAPAL PENYEWA RUANG KAPAL/SHIPPER


PT. Jaya Borneo Makmur

Anda mungkin juga menyukai