No. 01/SPAL/NJA-BPM/I/2020
ORIGINAL
INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) Perjanjian ini mengikuti dan sama dengan/CHARTERING AGREEMENT:
Pada hari ini Rabu Tanggal 15 Januari 2020, di Surabaya telah disepakati THE BALTIC AND INTERNATIONAL MARITIME CONFERENCE
bersama Perjanjian Angkutan Laut sebagaimana point-point berikuit : UNIFORM GENERAL CHARTER (USA REVISE 1977
ANTWERP)Code Name“ABENON/1996 VK
01. OPERATOR / OWNER SHIP 02. PENYEWA/PEMAKAI RUANG KAPAL/ CHARTERERS :
03. NAMA DAN DATA KAPAL/ VESSELS NAME: 04. KESEDIAAN KAPAL UNTUK MUAT/ LAY CAN :
TB. KING FISCHER & BG. ASTRO 3011 (300 FEET) SEGERA
05. JENIS MUATAN DAN JUMLAH / QUANTITY : 06. POSISI KAPAL /CARGO VESSEL
COAL IN BULK (BATU BARA CURAH) = DF 7,500 TONS (ATAU
SESUAI KAPASITAS)
07. UANG TAMBANG/ FREIGHT KAPAL : 08. KONDISI PENGIRIMAN
Rp. 125.000 PERTON Freight Charter (FIOST)
9. CARA PEMBAYARAN / TERM OF PAYMENT 10. PEMBAYARAN MELALUI TRANSFER KE/PAYMENT TO:
17. ASURANSI BARANG/ CARGO INSURANCE: 18. ASURANSI KAPAL/ SHIPS INSURANCE :
DITANGGUNG PENGIRIM/PEMILIK CARGO DITANGGUNG PEMILIK/OPERATOR KAPAL
22. PERSELISIHAN :
Akan diselesaikan secara musyawarah bersama untuk mufakat, dan apabila tidak terdapat kesepakatan maka kedua belah pihak setuju untuk
diselesaikan di Pengadilan Negeri Surabaya
Demikian Perjanjian Angkatan Laut ini dibuat, telah dibaca dan disetujui bersama, serta ditandatangani dalam Rangkap 2 (dua) asli, bermeterai cukup dan
masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
H. FUADI RAHMAN
GHANY RUSTANTO PUTRA DIREKTUR OPERASIONAL
DIREKTUR
ADDENDUM KETENTUAN UMUM ORIGINAL
No. 01/SPAL/NJA-KSB/I/2020
1. Pemilik / Operator berhak dan dibenarkan memuat angkutan milik penyewa dan segala resiko adalah menjadi beban, dan tanggung jawab penyewa /
Shiper dengan limit kapal dalam keadaan layak laut (Sea Worthy). Pemilik / Operator tidak bertanggung jawab atas tumpah, hilang rusak berkurang
muatan sewaktu berada dipelabuhan muat / bongkar.
- Pemilik / operator berhak untuk menahan dan atau menjual muatan apabila pembayaran uang tambang dari penyewa /shipper tidak dilunasi
sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak untuk menutupi kerugian yang timbul akibat dari pelaksanaan pengangkutan.
- Demurrage dibayar sebelum membongkar / minimal harus ada jaminan pembayaran .
- Apabila terjadi keterlambatan pembayaran yang telah disepakati /menyimpang dari titik 9 dalam surat perjanjian Angkutan laut ini, pihak
pemilik / operator kapal berhak dalam memperhitungkan sebagai Demurrage.
- Apabila jumlah muatan lebih dari yang tercantum dalam perjanjian ini, maka pemilik barang akan menambah uang tambang secara prorata
(sesuai jumlah kelebihan muat).
- Perjanjian SPAL ini di anggap SAH apabila pihak Pencharter telah memenuhi kewajiban / ketentuan pembayaran sebagai mana tercantum
dalam poin. 11 tersebut di atas.
2. Ditempat–tempat dangkal dan membahayakan ABK dan kapal, maka pemilik / Operator berhak untuk menentukan tempat yang aman dan terdekat
untuk pemuatan dan pembongkaran muatan demi keselamatan ABK dan kapal .
3. Apabila sesuatu dan lain hal atau terjadi keterlambatan dan atau menyangkut teknis sehingga kapal yang akan mengangkut mengalami keterlambatan
/ hambatan, maka pemilik / operator dibenarkan untuk menggantikan dengan kapal / armada lain yang sama ukurannya dengan menambah dari isi dan
bunyi perjanjian ini–or subtutide.
4. Asuransi muatan lashing / unlshing material Marine cargo Surveyor,OPP/OPT,Kran darat,EMKL, dan papan penyangga serta hal-hal teknis yang
menyangkut muatan adalah menjadi beban dan tanggung jawab pihak penyewa / shipper. Sesuai dengan kondisi Pengangkutan barang (Fiost Lump
Sum) sebagaimana point 8.
5. Force Majeur dalam perjanjian ini : Badai, ombak besar, pasang surut, gempa bumi sengatan petir, pernyataan darurat dari pemerintah serta hal yang
sifatnya diluar kemampuan akal manusia (Act of God). Tetapi tidak termasuk pemogokan buruh yang disebabkan kesalahan pihak kedua.
6. Apabila terjadi General Average maka akan mengikuti York Anwerp 1974 / undang – undang yang berlaku di Indonesia dan uang tambang dan Dead
Freight tidak dapat di collect dari General Average tersebut.
7. Hal-hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan dibicarakan bersama dan ditambahkan setelah ada persetujuan sebagai Adendum.
8. Pihak Kedua menjamin sepenuhnya jumlah Tonase/Kubikasi muatannya dan bila diragukan maka Pihak Pertama menunjuk Pihak Ketiga Surveyor untuk
mengukur kembali muatan tersebut. Biaya Surveyor ditanggung Pihak Pertama dan Pihak Kedua wajib membayar freight sesuai hasil pengukuran ulang
Pihak Surveyor.
9. Apabila kemudian hari terjadi terdapat perbedaan pendapat dalam mengartikan Perjanjian ini maka kedua belah pihak akan bermusyawarah / mufakat
terlebih dahulu, dan apabila ternyata tidak terdapat kata sepakat maka kedua belah pihak menunjuk pada pengadilan negeri sesuai titik 23.
10. Dengan ditanda tangani oleh kedua belah pihak maka isi Surat Perjanjian Angkutan Laut ini tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Apabila pembatalan
dilakukan sepihak oleh pihak penyewa maupun pemilik kapal maka dikenakan Penalty kepada pihak yang membatalkan sebesar 25 % dari total freight
yang telah disepakati.
11. Perjanjian SPAL ini di anggap SAH apabila pihak Kedua telah memenuhi kewajiban / ketentuan pembayaran sebagai mana tercantum dalam poin-poin
tersebut di atas.
12. Ketentuan umum ini menjadi satu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan
Halaman 2 Dari 2