NO. 036/SPAL/BSM-GMI/IX/2023
Pada Hari ini Selasa - di Surabaya Perjanjian ini mengikuti dan sesuai
Tanggal 26 September 2023 THE BALTIC AND INTERNATIONAL MARITIME
Disepakati Bersama Perjanjian Angkutan Laut Conferences Uniform General Chapter (as revised 1992
Sebagaimana Point-point Berikut : AND 1973, Code Name “GENCON / 1993 SV”)
1 PEMILIK / OPERATOR KAPAL : 2 PENYEWA RUANG KAPAL :
PT. BIMA SAKTI MINERAL PT. GORONTALO MINING INDUSTRI
Spazio Tower Lt 3 - Unit 311, Jl. Mayjend Yono Soewoyo 35, Gorontalo Outer Ring Road (GORR), Bulota, Limboto,
Pradah Kalikendal, Dukuh Pakis, Surabaya, Jawa Timur Kab. Gorontalo, Gorontalo
Telp : 031-9915-0242 Telp : 0812-4180-3655
Email : finance.bimasaktimineral@gmail.com Email : gmi.miningco@gmail.com
23 PERSELISIHAN :
Perselisihan akan diselesaikan secara musyawarah mufakat, namun apabila tidak terdapat persetujuan maka kedua belah pihak sepakat
untuk diselesaikan di Pengadilan Negeri Surabaya.
DEMIKIAN PERJANJIAN ANGKUTAN LAUT INI DIBUAT DALAM KEADAAN SADAR TANPA PAKSAAN DAN DISETUJUI SERTA DITANDA TANGANI
BERSAMA DALAM RANGKAP 2 (DUA), BERMATERAI CUKUP YANG MASING-MASING MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM YANG SAMA.
1. Pemilik / Operator wajib menyediakan armada sesuai jadwal, syarat dan kondisi dalam perjanjian ini dimana kapal
dalam keadaan layak laut (Sea Worthy).
2. Tidak ada klaim muatan (short landed /weight ). Pemilik / Operator tidak bertanggung jawab atas tumpah, hilang
rusak berkurang muatan sewaktu berlayar atau saat berada dipelabuhan muat / bongkar.
3. Pemilik / operator berhak untuk menahan dan atau menjual muatan apabila pembayaran uang tambang dari
penyewa/shipper tidak dilunasi sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak untuk menutupi kerugian yang timbul
akibat dari pelaksanaan pengangkutan.
4. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran yang telah disepakati /menyimpang dari pasal 11 dan pasal 16 dalam surat
perjanjian Angkutan laut ini, pihak pemilik / operator kapal berhak memperhitungkan sebagai Demurrage.
5. Jaminan Demurrage dibayar sebelum pembongkaran / Penyewa wajib membayar jaminan demurrage jika waktu
bongkar muat telah melebihi waktu yang telah ditentukan.
6. Jika tongkang kandas atau tidak dapat menyandar yang dikarenakan ketinggian air yang tidak cukup (akibat pasang
surut) baik di pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar maupun selama perjalanan, baik tongkang dalam keadaan
kosong maupun setelah dimuat dengan muatan yang cukup maupun berlebihan dan mengakibatkan tongkang kandas.
Maka penyewa menanggung denda demurrage.
7. Apabila jumlah muatan lebih dari yang tercantum dalam perjanjian ini, maka pemilik barang akan menambah uang
tambang secara prorata (sesuai jumlah kelebihan muat).
8. Ditempat – tempat dangkal dan membahayakan ABK dan kapal, maka pemilik/ Operator berhak untuk menentukan
tempat yang aman dan terdekat untuk pemuatan dan pembongkaran muatan demi keselamatan ABK dan kapal.
9. Apabila sesuatu dan lain hal atau terjadi keterlambatan dan atau menyangkut teknis sehingga kapal yang akan
mengangkut mengalami keterlambatan / hambatan, maka pemilik / operator dibenarkan untuk menggantikan dengan
kapal / armada lain yang sama ukurannya dengan menambah dari isi dan bunyi perjanjian ini .
10. Asuransi muatan lashing / unlshing material Marine cargo Surveyor,OPP/OPT,Kran darat,EMKL, dan papan penyangga
serta hal-hal teknis yang menyangkut muatan adalah menjadi beban dan tanggung jawab pihak penyewa / shipper.
Sesuai dengan kondisi Pengangkutan barang (FIOST) sebagaimana pasal 8.
11. Force Majeur dalam perjanjian ini adalah: Badai, ombak besar, pasang surut, gempa bumi sengatan petir, pernyataan
darurat dari pemerintah serta hal yang sifatnya diluar kemampuan akal manusia (Act of God). Tetapi tidak termasuk
pemogokan buruh dan/atau keterlambatan pihak penyewa dalam melunasi kewajiban dengan Pihak Pertama ataupun
pihak lain.
12. Apabila terjadi force majeur Pihak yang terdampak wajib memberikan pemberitahuan tertulis kepada pihak lain yang
tidak terdampak dalam waktu 2 x 24 jam, jika tidak terdapat pemberitahuan tertulis maka keadaan force majuer
tersebut disepakati tidak pernah terjadi. Pihak yang tidak terdampak wajib memberikan tanggapan atas
pemberitahuan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah pemberitahuan diterima.
13. Apabila terjadi General Average maka akan mengikuti York Anwerp 1974 / undang – undang yang berlaku di Indonesia
dan uang tambang dan Dead Freight tidak dapat di collect dari General Average tersebut.
14. Pihak Penyewa menjamin sepenuhnya jumlah Tonase/Kubikasi muatannya dan bila diragukan maka Pihak Pemilik
Kapal berhak menunjuk Pihak Ketiga Surveyor untuk mengukur kembali muatan tersebut. Biaya Surveyor ditanggung
Pihak Pemilik Kapal dan Pihak Penyewa wajib membayar freight sesuai hasil pengukuran ulang Pihak Surveyor.
15. Penyewa Jasa/Shipper harus menjamin bahwa pelabuhan/jetty muat dan bongkar yang tertuang pada point 13 dan
14 Perjanjian Jasa Angkutan Laut merupakan pelabuhan/jetty/terminal khusus/pelabuhan khusus yang telah memiliki
ijin operasi dari kementrian terkait. Bila terjadi pelanggaran/penyimpangan dari ketentuan tersebut maka segala
resiko yang timbul/terjadi adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyewa Jasa/Shipper, dan jika hal tersebut
mengakibatkan kapal ditahan oleh Pihak yang berwajib maka semua biaya kapal, BBM, pelabuhan, agen dan lainnya
menjadi tanggung jawab Penyewa Jasa/Shipper. Dalam hal ini Pemilik/Operator dibebaskan dari segala
gugatan/tuntutan dari pihak manapun dikemudian hari.
16. Jika dalam jangka waktu menunggu 2 hari setelah kapal tiba di area jetty pemuatan namun tidak ada kejelasan sama
sekali kapan kapal disandarkan atau kapal sudah disandarkan dan kapal tidak dimuat, maka pemilik kapal berhak
membatalkan secara sepihak kontrak ini tanpa perlu memberitahukan kepada Penyewa dan Pemilik Kapal berhak
mengalihkan kapal ini untuk disewakan kepada perusahaan lain. Pembayaran yang telah diterima Pemilik Kapal tidak
dapat dikembalikan dan akan di perhitungkan sebagai biaya operasional kapal seperti : biaya solar dari tempat asal
ke pelabuhan muat, biaya air tawar, biaya keagenan dan biaya lainnya yang muncul selama waktu menunggu di
pelabuhan.
17. Perjanjian ini di anggap SAH dan mengikat kedua belah pihak, setelah dilakukan penandatanganan perjanjian oleh
para pihak. Apabila Penyewa membatalkan perjanjian ini setelah penandatangan perjanjian maka Penyewa diwajibkan
membayar kerugian kepada Pemilik/Operator sebesar 50% (Lima puluh persen) dari total nilai kontrak satu shipment
ini ditambah jumlah hari tunggu dikalikan biaya demurrage per hari dan ditambah jumlah biaya mobilisasi kapal dan
agen kapal.
18. Apabila kemudian hari terjadi terdapat perbedaan pendapat dalam mengartikan Perjanjian ini maka kedua belah pihak
akan bermusyawarah / mufakat terlebih dahulu, dan apabila ternyata tidak terdapat kata sepakat maka kedua belah
pihak menunjuk pada pengadilan negeri sesuai pasal 23.
19. Hal-hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan dibicarakan bersama dan ditambahkan setelah ada
persetujuan sebagai Adendum.
20. Ketentuan umum ini menjadi satu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Surat Perjanjian Angkutan
Laut NO. 036/SPAL/BSM-GMI/IX/2023
23 PERSELISIHAN :
Perselisihan akan diselesaikan secara musyawarah mufakat, namun apabila tidak terdapat persetujuan maka kedua belah pihak sepakat
untuk diselesaikan di Pengadilan Negeri Surabaya.
DEMIKIAN PERJANJIAN ANGKUTAN LAUT INI DIBUAT DALAM KEADAAN SADAR TANPA PAKSAAN DAN DISETUJUI SERTA DITANDA TANGANI
BERSAMA DALAM RANGKAP 2 (DUA), BERMATERAI CUKUP YANG MASING-MASING MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM YANG SAMA.
1. Pemilik / Operator wajib menyediakan armada sesuai jadwal, syarat dan kondisi dalam perjanjian ini dimana kapal
dalam keadaan layak laut (Sea Worthy).
2. Tidak ada klaim muatan (short landed /weight ). Pemilik / Operator tidak bertanggung jawab atas tumpah, hilang
rusak berkurang muatan sewaktu berlayar atau saat berada dipelabuhan muat / bongkar.
3. Pemilik / operator berhak untuk menahan dan atau menjual muatan apabila pembayaran uang tambang dari
penyewa/shipper tidak dilunasi sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak untuk menutupi kerugian yang timbul
akibat dari pelaksanaan pengangkutan.
4. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran yang telah disepakati /menyimpang dari pasal 11 dan pasal 16 dalam surat
perjanjian Angkutan laut ini, pihak pemilik / operator kapal berhak memperhitungkan sebagai Demurrage.
5. Jaminan Demurrage dibayar sebelum pembongkaran / Penyewa wajib membayar jaminan demurrage jika waktu
bongkar muat telah melebihi waktu yang telah ditentukan.
6. Jika tongkang kandas atau tidak dapat menyandar yang dikarenakan ketinggian air yang tidak cukup (akibat pasang
surut) baik di pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar maupun selama perjalanan, baik tongkang dalam keadaan
kosong maupun setelah dimuat dengan muatan yang cukup maupun berlebihan dan mengakibatkan tongkang kandas.
Maka penyewa menanggung denda demurrage.
7. Apabila jumlah muatan lebih dari yang tercantum dalam perjanjian ini, maka pemilik barang akan menambah uang
tambang secara prorata (sesuai jumlah kelebihan muat).
8. Ditempat – tempat dangkal dan membahayakan ABK dan kapal, maka pemilik/ Operator berhak untuk menentukan
tempat yang aman dan terdekat untuk pemuatan dan pembongkaran muatan demi keselamatan ABK dan kapal.
9. Apabila sesuatu dan lain hal atau terjadi keterlambatan dan atau menyangkut teknis sehingga kapal yang akan
mengangkut mengalami keterlambatan / hambatan, maka pemilik / operator dibenarkan untuk menggantikan dengan
kapal / armada lain yang sama ukurannya dengan menambah dari isi dan bunyi perjanjian ini .
10. Asuransi muatan lashing / unlshing material Marine cargo Surveyor,OPP/OPT,Kran darat,EMKL, dan papan penyangga
serta hal-hal teknis yang menyangkut muatan adalah menjadi beban dan tanggung jawab pihak penyewa / shipper.
Sesuai dengan kondisi Pengangkutan barang (FIOST) sebagaimana pasal 8.
11. Force Majeur dalam perjanjian ini adalah: Badai, ombak besar, pasang surut, gempa bumi sengatan petir, pernyataan
darurat dari pemerintah serta hal yang sifatnya diluar kemampuan akal manusia (Act of God). Tetapi tidak termasuk
pemogokan buruh dan/atau keterlambatan pihak penyewa dalam melunasi kewajiban dengan Pihak Pertama ataupun
pihak lain.
12. Apabila terjadi force majeur Pihak yang terdampak wajib memberikan pemberitahuan tertulis kepada pihak lain yang
tidak terdampak dalam waktu 2 x 24 jam, jika tidak terdapat pemberitahuan tertulis maka keadaan force majuer
tersebut disepakati tidak pernah terjadi. Pihak yang tidak terdampak wajib memberikan tanggapan atas
pemberitahuan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah pemberitahuan diterima.
13. Apabila terjadi General Average maka akan mengikuti York Anwerp 1974 / undang – undang yang berlaku di Indonesia
dan uang tambang dan Dead Freight tidak dapat di collect dari General Average tersebut.
14. Pihak Penyewa menjamin sepenuhnya jumlah Tonase/Kubikasi muatannya dan bila diragukan maka Pihak Pemilik
Kapal berhak menunjuk Pihak Ketiga Surveyor untuk mengukur kembali muatan tersebut. Biaya Surveyor ditanggung
Pihak Pemilik Kapal dan Pihak Penyewa wajib membayar freight sesuai hasil pengukuran ulang Pihak Surveyor.
15. Penyewa Jasa/Shipper harus menjamin bahwa pelabuhan/jetty muat dan bongkar yang tertuang pada point 13 dan
14 Perjanjian Jasa Angkutan Laut merupakan pelabuhan/jetty/terminal khusus/pelabuhan khusus yang telah memiliki
ijin operasi dari kementrian terkait. Bila terjadi pelanggaran/penyimpangan dari ketentuan tersebut maka segala
resiko yang timbul/terjadi adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyewa Jasa/Shipper, dan jika hal tersebut
mengakibatkan kapal ditahan oleh Pihak yang berwajib maka semua biaya kapal, BBM, pelabuhan, agen dan lainnya
menjadi tanggung jawab Penyewa Jasa/Shipper. Dalam hal ini Pemilik/Operator dibebaskan dari segala
gugatan/tuntutan dari pihak manapun dikemudian hari.
16. Jika dalam jangka waktu menunggu 2 hari setelah kapal tiba di area jetty pemuatan namun tidak ada kejelasan sama
sekali kapan kapal disandarkan atau kapal sudah disandarkan dan kapal tidak dimuat, maka pemilik kapal berhak
membatalkan secara sepihak kontrak ini tanpa perlu memberitahukan kepada Penyewa dan Pemilik Kapal berhak
mengalihkan kapal ini untuk disewakan kepada perusahaan lain. Pembayaran yang telah diterima Pemilik Kapal tidak
dapat dikembalikan dan akan di perhitungkan sebagai biaya operasional kapal seperti : biaya solar dari tempat asal
ke pelabuhan muat, biaya air tawar, biaya keagenan dan biaya lainnya yang muncul selama waktu menunggu di
pelabuhan.
17. Perjanjian ini di anggap SAH dan mengikat kedua belah pihak, setelah dilakukan penandatanganan perjanjian oleh
para pihak. Apabila Penyewa membatalkan perjanjian ini setelah penandatangan perjanjian maka Penyewa diwajibkan
membayar kerugian kepada Pemilik/Operator sebesar 50% (Lima puluh persen) dari total nilai kontrak satu shipment
ini ditambah jumlah hari tunggu dikalikan biaya demurrage per hari dan ditambah jumlah biaya mobilisasi kapal dan
agen kapal.
18. Apabila kemudian hari terjadi terdapat perbedaan pendapat dalam mengartikan Perjanjian ini maka kedua belah pihak
akan bermusyawarah / mufakat terlebih dahulu, dan apabila ternyata tidak terdapat kata sepakat maka kedua belah
pihak menunjuk pada pengadilan negeri sesuai pasal 23.
19. Hal-hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan dibicarakan bersama dan ditambahkan setelah ada
persetujuan sebagai Adendum.
20. Ketentuan umum ini menjadi satu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Surat Perjanjian Angkutan
Laut NO. 036/SPAL/BSM-GMI/IX/2023